SUNAN GIRI
Disusun Oleh :
Kelas : IX B.
Mts.Amanatul.Muslimin
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
karena telahmelimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I PENDAHULUAN
A..Latar Belakang
Wali Songo adalah nama yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat
Indonesia, terutama masyarakat Islam di Pulau Jawa. Wali Songo adala nama
ang sakral, sejak zaman dahulu hingga sekarang makam-makam anggota
walisongo banyak diziarahi orang.
A. Rumusan Masalah
1. Apa saja Sejarah dari Sunan Giri ?
2. Bagaimana Silsilah dari Sunan Giri ?
3. Apa saja Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam ?
4. Bagaimana Kepemimpinan Sunan Giri ?
5. Siapa saja Para Pengganti Sunan Giri ?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sejarah dari Sunan Giri
2. Untuk mengetahui Silsilah dari Sunan Giri
3. Untuk mengetahui Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama
Islam
4. Untuk mengetahui Kepemimpinan Sunan Giri
5. Untuk mengetahui Siapa saja para Pengganti Sunan Giri
4
BAB II PEMBAHASAN
Sunan Giri dikenal dengan nama raden paku, prabu satmata, sultan abdul
faqih, raden ainul yaqin dan joko samudera adalah nama salah seorang
walisongo yang berkedudukam didesa giri, kebomas, gresik, jawa timur. Ia lahir
di blambangan (banyuwangi) pada tahun saka
Chandra seng kala “jalmo orek werdaning ratu”(1365 Saka). Ia merupakan
murid sekaligus menantu dari Sunan Ampel.
Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke
berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga
Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan Datuk Ribandang dan dua
5
sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau. Sunan
Giri sendiri wafat pada tahun Saka Candra Sengkala
“Sayu Simo Sucining Sukmo” (1428 Saka) di Desa Giri, Kebomas, Gresik.
Keteladanan Dan Keistimewaan yang dimiliki Sunan Giri
Keteladanan yang dimiliki oleh Sunan Giri dalam menyebarkan agama islam
yang dapat kita petik adalah, diperlukan strategi yang baik dalam kegiatan
berdakwah. Agar dakwah tersebut -
Akhirnya kaum abangan berpendapat bahwa rakyat yang masih awam dan
berpegang teguh pada adat istiadatnya hendaknya di usahakan tertarik dan
mendekat kepada para wali. Caramya tidak lain adalah dengan mengambil hati
mereka agara merasa simpati, senang dan akrab dengan ajaran para wali.
Apabila mereka sudah mendekat dan mau berkumpul maka mudahlah bagi para
wali untuk memberikan pengertian kepada mereka. Bila mereka sudah mengerti
ajaran islam maka secara otomatis pasti mereka akan meninggalkan sendiri adat
dan kepercayaan yang tidak sesuai dengan syariat dan aqidah islam.
Sunan Giri juga merupakan keturunan dari Rasulullah SAW, yaitu melalui
jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far
Ash- Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhmmad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al-
Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-
Tsani, Ali
Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik
(Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat ) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin
Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Aakbar), Maulana ishah, dan
Ainul yaqin (Sunan Giri). Umumnya pendapat tersebut adalah berdasarkan
riwayat Pesantren-pesantren Jawa Timur , dan catatan nasab Sa’adah Ba Alawi
Hadramaut.
Sunan Giri merupakan buah pemikiran dari Maulana Ishak, seorang mubaligh
Islam dari Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu merak sembuyu
penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun
kelahiran Sunan Giri ini dianggap rakyat Blambangam sebagai pembawa
kutukan berupa wabah penyakit dikerajaan Blambangan. Kelahiran Sunan Giri
di sambut Prabu Menak Sembuyu dengan membuatkan peti terbuat dari besi
6
untuk tempat bayi dan memerintahkan kepada para pengawal kerajaan untuk
menghanyutkan ke laut.
Berita itupun tak lama terdengar oleh Dwi Sekardadu. Dewi Sekardadu berlari
mengejar bayi yang baru saja dilahirkannya. Siang dan malam menyusuri pantai
dengan tidak memikirkan lagi nasib dirinya. Ia pun meninggal dalam
pencariannya.
Peti Besi berisi bayi itu terombang-ambing ombak laut terbawa hingga ke
tengah laut. Peti itu bercahaya berkilauan laksana kapal kecil ditengah laut.
Tak ayal cahaya itu terlihat oleh sekelompok awak kapal (pelaut) yang hendak
berdagang ke pulau Bali. Awak kapal itu kemudian menghampiri, mengambil
dan membukanya peti yang bersinar itu. Awak kapal terkejut setelah tahu bahwa
isi dari peti itu adalah bayi laki-laki yang molek dan bercahaya . Awak kapal pun
memutar haluan kembali pulang ke Gresik untuk memberikan temuannya itu
kepada Nyai Gede Pinatih seorang saudagar perempuan di Gresik sebagai
pemilik kapal. Nyai Gede Pinatih keheranan dan sangat menyukai bayi itu dan
mengangkatnya sebagai anak dengan memberikan nama Joko Samudra.
Saat mulai remaja diusianya 12 tahun, Joko Samudra dibawa ibunya ke
Surabaya untuk berguru ilmu agama kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel) atas
permintaannya sendiri. Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel
mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Sunan Ampel
mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang), untuk mendalami
ajaran Islam di Pasai sebelum menunaikan keinginannya untuk melaksanakan
ibadah Haji. Mereka diterima oleh Maulana Ishak yang tak lain adalah ayahnya
sendiri. Di sinilah, Joko Samudra mengetahui cerita mengenai jalan hidup masa
kecilnya.
Setelah 3 tahun berguru kepada ayahnya , Raden paku atau lebih dikenal
dengan Raden Ainul Yaqin diperintahkan gurunya yang tak lain adalah ayahnya
sendiri itu untuk kembali ke tanah Jawa untuk mengembangkan ajaran islam di
tanah Jawa. Dengan berbekal segumpal tanah yang diberikan oleh ayahandanya
sebagai contoh tempat yang diinginkannya , Raden Ainul Yaqin berkelana untuk
mencari dimana letak tanah yang sama dengan tanah yang diberikan oleh
ayahnya.
Dengan bertafakkur dan meminta pertolongan serta petunjuk dari Allah SWT.
Maka petunjuk itupun datang dengan adanya bukit yang bercahaya .
Maka didatangilah bukit itu dan dilihat kesamaanya dan ternyata memang
benar-benar sama dengan tanah yang diberikan oleh ayahnya. Perbukitan itulah
7
yang kemudian ditepati untuk mendirikan sebuah pesantren Giri disebuah
perbukitan di desa Sidomukti , Kebomas , Gresik pada tahun Saka nuju tahun
Jawi Sinong milir (1403 Saka). Pesantren ini merupakan pondok pesantren
pertama yang ada dikota Gresik. Dalam Bahasa Jawa, Giri berarti gunung. Sejak
itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.
C. Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam
1.ISLAM DI DAERAH BLAMBANGAN JAWA TIMUR
Pada saat Sunan Giri sedang selesai belajar agama di Pasai, ia pun menerukan
perjalanannya ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Setelah itu barulah ia
kembali lagi ke Jawa, ke tanah kelahirannya. Ia sempat ditugaskan untuk
kembali berdakwah di Blambangan, oleh Sunan Ampel. Yaitu ke tempat Prabu
Minak Sembuyu berada, yang tak lain adalah kakeknya.
Tak disangka Prabu Minak Sembuyu sangat senang dengan kedatangan
cucunya yang ternyata masih hidup, dan sudah dewasa. Saat ia tahu bahwa
tujuan Sunan Giri ke Blambangan adalah untuk berdakwah, ia tidak
menghalanginya sama sekali. Karena itu agama islam pun menjadi berkembang
di Blambangan, dan agama hindu dan budah terdesak sampai ke Pulau bali.
11
dalam, dan terutama ketika menghadapi suatu masalah, tampak wajahnya
sebagai seorang yagn bersifat kepemimpinan yang agung. Atas semua yang
dimiliki Raden Paku itu, yakni baik ilmu agama atau kepribadiannya, maka
salah seorang guru memberi julukan Raden Paku dengan sebutan yang
sebenarnya diberikan kepada orang yang telah tua, yakni “Maulana Ainul
Yaqin”. Setelah dirasa cukup, maka syeikh Maulana Ishaq mengijinkan kedua
pemuda itu pulang kembali ketanah Jawa. Makdum Ibrahim berhenti di Tuban
dan berdakwah di kota tersebut, dan akhirnya dikenal dengan Sunan Bonang.
Sedangkan Raden Paku
atau Maulana Ainul Yaqin kembali ketempat asalnya di Gresik, yaitu tempat ibu
angkatnya. Nyai Gedhe Pinatih. Raden Paku kemudian ikut membantu ibu
- Hewan Air
Barang-barang yang diperjual berlikan berbagai macam ikan: ikan kakap,
bawal (kadiwas), ikan kembung (ruma), dan ikan layar atau pari
(layarlayar).Selain ikan laut, sumber ikan air tawar berupa dlag (ikan gabus)
turut pula diasinkan. Data dari kedua prasasti yang memuat aktifitas upacara
penetapan sima.
Sedangkan yang termasuk bangsa air tawar adalah sebagai berikut: kepiting
sungai (hayuyu), udang sungai (hurang), sejenis ikan (wagalan, kawan-kawan,
12
dlag). Sedangkan yang termasuk ikan laut adalah kepiting laut (getam), cumi
(hnus), kerang-kerangan (iwak knas), sejenis ikan laut (kadiwas, layar-layar,
prang, tangiri, rumahan, slar). Ada beberapa ikan yang tidak diketahui
habitatnya, yakni bijanjan, bilunglung, harang, halahala, dan kandari. Sumber
prasasti juga menyebutkan beberapa jenis daging dan ikan yang diawetkan
dalam bentuk dendeng (deng) atau rasa (asin-asin) sebelum di konsumsi. -
Garam
1. Sunan Dalem
2. Sunan Sedomargi
3. Sunan Giri Prapen
4. Sunan Kawis Guwa
5. Panembahan Ageng Giri
6. Panembahan Mas Witana Sideng Rana
7. Pangeran Singonegoro (bukan keturunan Sunan Giri
8. Pengeran Singosari
14
3.Museum Sunan Giri
4.Telaga Pegat
15
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
Sunan Giri dikenal dengan nama raden paku, prabu satmata, sultan abdul
faqih, raden ainul yaqin dan joko samudera adalah nama salah seorang
walisongo yang berkedudukam didesa giri, kebomas, gresik, jawa timur. La
lahir di blambangan (banyuwangi) pada tahun saka Chandra seng kala “jalmo
orek werdaning ratu” (1365 Saka). La merupakan murid sekaligus menantu dari
Sunan Ampel.
Sunan Giri juga merupakan keturunan dari Rasulullah SAW, yaitu melalui
jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far
AshShadiq, Ali al-Uraidhi, Muhmmad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al-
Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-
Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih,
Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal
(Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Aakbar), Maulana
ishah, dan Ainul yaqin (Sunan Giri).
Daftar Pusaka
Gresik Babad, Jilid I Versi Radya Pustaka Surakarta Alih tulisan dan Bahasa
Oleh Soekarman B.Sc. Gresik Panitia Hari Jadi Kota Gresik, 1990.
16
Hasyim Umar. Sunan Giri dan Pemerintahan Giri Kedhaton, Kudus: Menara
Kudus, 1978.
17