Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

SUNAN GIRI

Disusun Oleh :

Nama : Muhammad Ali Al Badawi.

Kelas : IX B.

Tanggal : Minggu 4 Februari 2024.

Mts.Amanatul.Muslimin

Jl.kampung belakang No.26-27 RT.005 Kel.Kamal

Kec.Kalideres JAKARTA BARAT 11810.


Kata Pengantar

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
karena telahmelimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, Kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................. 2


Daftar Isi .......................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 4
A. Latar Belakang ...................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................ 5
A. Sejarah Sunan Giri ............................................................ 5
B. Silsilah Sunan Giri ............................................................ 6
C. Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam ....... 8
D. Kepemimpinan Sunan Giri ............................................... 9
E. Para Pengganti Sunan Giri ............................................... 14
F. Peningglan Sunan Giri ..................................................... 14
BAB III PENUTUP .................................................................... 16
A. Kesimpulan ...................................................................... 16
B. Daftar Pustaka .................................................................. 16

3
BAB I PENDAHULUAN
A..Latar Belakang

Wali Songo adalah nama yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat
Indonesia, terutama masyarakat Islam di Pulau Jawa. Wali Songo adala nama
ang sakral, sejak zaman dahulu hingga sekarang makam-makam anggota
walisongo banyak diziarahi orang.

Kisah penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa secara besar-besaran telah


mengundang rasa kekaguman semua pihak, baik dalam kalangan Islam sendiri
maupun dari kalangan Agama lain. Termasuk “Sunan Giri”, beliau adalah salah
satu wali songo (Sembilan wali) yang menyebarkan Islam ditanah Jawa.
Pengaruhnya begitu besar baik dikalangan internal para walii, maupun di
lingkungan social kemasyarakatan pada saat itu. Ajarannya tersebar luas di
hampir seluruh pelosok tanah Jawa.

A. Rumusan Masalah
1. Apa saja Sejarah dari Sunan Giri ?
2. Bagaimana Silsilah dari Sunan Giri ?
3. Apa saja Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam ?
4. Bagaimana Kepemimpinan Sunan Giri ?
5. Siapa saja Para Pengganti Sunan Giri ?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sejarah dari Sunan Giri
2. Untuk mengetahui Silsilah dari Sunan Giri
3. Untuk mengetahui Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama
Islam
4. Untuk mengetahui Kepemimpinan Sunan Giri
5. Untuk mengetahui Siapa saja para Pengganti Sunan Giri

4
BAB II PEMBAHASAN

A.Sejarah Sunan giri

Sunan Giri dikenal dengan nama raden paku, prabu satmata, sultan abdul
faqih, raden ainul yaqin dan joko samudera adalah nama salah seorang
walisongo yang berkedudukam didesa giri, kebomas, gresik, jawa timur. Ia lahir
di blambangan (banyuwangi) pada tahun saka
Chandra seng kala “jalmo orek werdaning ratu”(1365 Saka). Ia merupakan
murid sekaligus menantu dari Sunan Ampel.

Ayahnya adalah maulana ishak. saudara sekandung maulana mallik Ibrahim.


Maulana ishak berhasil mengislamkan isterinya, tapi gagal megislamkan sang
mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga istrinya berkelana hingga
ke samudera pasai. Sunan giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, sunan
ampel, tempat dimana raden pattah juga belaja. Ia sempat berkelana ke malaka
dan pasai setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren didaerah perbukitan
desa sidomukti selatan gresik. Dalam Bahasa jawa, bukit adalah (giri) maka ia
dijuluki sunan giri.

Pesantrennya tak hanya digunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti


sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat . Raja
Majapahitkonon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan,
memberi kejelasan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itu
pun berkembang menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika
Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak
sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat
dalam Babad Demak . Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri.
Ia diakui juga sebagai Mufti, Pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.

Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke
berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga
Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan Datuk Ribandang dan dua

5
sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau. Sunan
Giri sendiri wafat pada tahun Saka Candra Sengkala
“Sayu Simo Sucining Sukmo” (1428 Saka) di Desa Giri, Kebomas, Gresik.
Keteladanan Dan Keistimewaan yang dimiliki Sunan Giri

Keteladanan yang dimiliki oleh Sunan Giri dalam menyebarkan agama islam
yang dapat kita petik adalah, diperlukan strategi yang baik dalam kegiatan
berdakwah. Agar dakwah tersebut -
Akhirnya kaum abangan berpendapat bahwa rakyat yang masih awam dan
berpegang teguh pada adat istiadatnya hendaknya di usahakan tertarik dan
mendekat kepada para wali. Caramya tidak lain adalah dengan mengambil hati
mereka agara merasa simpati, senang dan akrab dengan ajaran para wali.
Apabila mereka sudah mendekat dan mau berkumpul maka mudahlah bagi para
wali untuk memberikan pengertian kepada mereka. Bila mereka sudah mengerti
ajaran islam maka secara otomatis pasti mereka akan meninggalkan sendiri adat
dan kepercayaan yang tidak sesuai dengan syariat dan aqidah islam.

B.Silsilah Sunan Giri

Sunan Giri juga merupakan keturunan dari Rasulullah SAW, yaitu melalui
jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far
Ash- Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhmmad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al-
Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-
Tsani, Ali
Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik
(Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat ) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin
Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Aakbar), Maulana ishah, dan
Ainul yaqin (Sunan Giri). Umumnya pendapat tersebut adalah berdasarkan
riwayat Pesantren-pesantren Jawa Timur , dan catatan nasab Sa’adah Ba Alawi
Hadramaut.
Sunan Giri merupakan buah pemikiran dari Maulana Ishak, seorang mubaligh
Islam dari Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu merak sembuyu
penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun
kelahiran Sunan Giri ini dianggap rakyat Blambangam sebagai pembawa
kutukan berupa wabah penyakit dikerajaan Blambangan. Kelahiran Sunan Giri
di sambut Prabu Menak Sembuyu dengan membuatkan peti terbuat dari besi

6
untuk tempat bayi dan memerintahkan kepada para pengawal kerajaan untuk
menghanyutkan ke laut.
Berita itupun tak lama terdengar oleh Dwi Sekardadu. Dewi Sekardadu berlari
mengejar bayi yang baru saja dilahirkannya. Siang dan malam menyusuri pantai
dengan tidak memikirkan lagi nasib dirinya. Ia pun meninggal dalam
pencariannya.
Peti Besi berisi bayi itu terombang-ambing ombak laut terbawa hingga ke
tengah laut. Peti itu bercahaya berkilauan laksana kapal kecil ditengah laut.
Tak ayal cahaya itu terlihat oleh sekelompok awak kapal (pelaut) yang hendak
berdagang ke pulau Bali. Awak kapal itu kemudian menghampiri, mengambil
dan membukanya peti yang bersinar itu. Awak kapal terkejut setelah tahu bahwa
isi dari peti itu adalah bayi laki-laki yang molek dan bercahaya . Awak kapal pun
memutar haluan kembali pulang ke Gresik untuk memberikan temuannya itu
kepada Nyai Gede Pinatih seorang saudagar perempuan di Gresik sebagai
pemilik kapal. Nyai Gede Pinatih keheranan dan sangat menyukai bayi itu dan
mengangkatnya sebagai anak dengan memberikan nama Joko Samudra.
Saat mulai remaja diusianya 12 tahun, Joko Samudra dibawa ibunya ke
Surabaya untuk berguru ilmu agama kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel) atas
permintaannya sendiri. Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel
mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Sunan Ampel
mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang), untuk mendalami
ajaran Islam di Pasai sebelum menunaikan keinginannya untuk melaksanakan
ibadah Haji. Mereka diterima oleh Maulana Ishak yang tak lain adalah ayahnya
sendiri. Di sinilah, Joko Samudra mengetahui cerita mengenai jalan hidup masa
kecilnya.
Setelah 3 tahun berguru kepada ayahnya , Raden paku atau lebih dikenal
dengan Raden Ainul Yaqin diperintahkan gurunya yang tak lain adalah ayahnya
sendiri itu untuk kembali ke tanah Jawa untuk mengembangkan ajaran islam di
tanah Jawa. Dengan berbekal segumpal tanah yang diberikan oleh ayahandanya
sebagai contoh tempat yang diinginkannya , Raden Ainul Yaqin berkelana untuk
mencari dimana letak tanah yang sama dengan tanah yang diberikan oleh
ayahnya.
Dengan bertafakkur dan meminta pertolongan serta petunjuk dari Allah SWT.
Maka petunjuk itupun datang dengan adanya bukit yang bercahaya .
Maka didatangilah bukit itu dan dilihat kesamaanya dan ternyata memang
benar-benar sama dengan tanah yang diberikan oleh ayahnya. Perbukitan itulah
7
yang kemudian ditepati untuk mendirikan sebuah pesantren Giri disebuah
perbukitan di desa Sidomukti , Kebomas , Gresik pada tahun Saka nuju tahun
Jawi Sinong milir (1403 Saka). Pesantren ini merupakan pondok pesantren
pertama yang ada dikota Gresik. Dalam Bahasa Jawa, Giri berarti gunung. Sejak
itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.
C. Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam
1.ISLAM DI DAERAH BLAMBANGAN JAWA TIMUR
Pada saat Sunan Giri sedang selesai belajar agama di Pasai, ia pun menerukan
perjalanannya ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Setelah itu barulah ia
kembali lagi ke Jawa, ke tanah kelahirannya. Ia sempat ditugaskan untuk
kembali berdakwah di Blambangan, oleh Sunan Ampel. Yaitu ke tempat Prabu
Minak Sembuyu berada, yang tak lain adalah kakeknya.
Tak disangka Prabu Minak Sembuyu sangat senang dengan kedatangan
cucunya yang ternyata masih hidup, dan sudah dewasa. Saat ia tahu bahwa
tujuan Sunan Giri ke Blambangan adalah untuk berdakwah, ia tidak
menghalanginya sama sekali. Karena itu agama islam pun menjadi berkembang
di Blambangan, dan agama hindu dan budah terdesak sampai ke Pulau bali.

2.PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM DI KOTA GRESIK


Sunan Giri juga sempat ditugaskan untuk kembali ke Kota Gresik oleh Sunan
Ampel, untuk mendatangi ibu angkatnya Nyai Ageng Pinatih. Sesampainya di
sana ia pun membantu Nyai Ageng Pinatih berdagang sekaligus berdakwah. Ada
salah satu peristiwa yang menakjubkan, yang menjadi keistimewaan dari
seorang Sunan Giri. Yaitu pada saat karung yang berisi batu dan pasir dapat
diubah oleh Sunan Giri, menjadi damar, rotan, emas, dan lain sebagainya.
Akibat dari peristiwa tersebut Nyai Ageng Pinatih yang pada awalnya tidak
pernah bersedekah, berubah menjadi orang yang senang berzakat khususnya
pada fakir miskin yang ada di sekitar wilayah Kota Gresik. Dengan demikian
agama islam pun menjadi agama yang semakin berkembang di Kota Gresik.
Bahkan sampai saat ini, beratus-ratus tahun kemudian.

3.PEMBANGUNAN PESANTREN YANG DILAKUKAN OLEH SUNAN


GIRI
Setelah Sunan Giri menikah ia tetap membantu ibu angkatnya berdagang,
sambil terus menyebarkan agama islam. Tak heran jika pada akhirnya Sunan
Giri semakin dikenal secara luas di seantero Nusantara. Sehingga semakin
8
bertambah orang yang ingin belajar agama padanya, akhirnya ia meminta izin
pada ibunya untuk meninggalkan dunia perdagangan.Karena ia akan fokus
dalam membangun pesantren yang pernah diamanahkan oleh ayahnya. Setelah
ada persetujuan Sunan Giri pun mengasingkan diri untuk bertafakur selama 40
hari 40
Malam. Di sebuah Goa di Desa kembangan di wilayah Kota Gresik. Setelah
bertafakur itu ia ingat akan tanah yang diberikan ayahnya, sebagai syarat untuk
pembangunan pesantren.
Akhirnya tibalah ia di daerah yang dimaksud, yang sesuai dengan pesan
ayahnya harus sesuai dengan tanah yang diberinya. Sunan Giri pun membangun
pesantren tersebut dengan bantuan masyarakat Gresik, dan Nyai Ageng Pinatih.
Pesantren tersebut terletak di Gunung atau dataran tinggi di Desa Sidomukti.
4. SUNAN GIRI BERPERAN DALAM PERESMIAN MASJID DEMAK
Sunan Giri juga ternyata berperan dalam meresmikan Masjid Demak. Pada
saat itu Sunan Kalijaga akan meresmikan Masjid Demak, dengan sebuah
pertunjukan wayang. Di zaman itu pertunjukan wayang hanya berupa wayang
beber. Wayang beber adalah jenis wayang yang rupanya menyerupai wajah
manusia.
Namun pertunjukkan tersebut ditentang oleh Sunan Giri, karena dalam ajaran
islam haram hukumnya menggunakan wayang yang bergambar manusia. Untuk
itu Sunan Kalijaga pun membentuk wayang yang berupa karikatur, yang kini
dikenal dengan wayang kulit. Saat peresmian Masjid Demak tersebut, tidak ada
karcis masuk untuk yang ingin menonton.
Tetapi setiap orang yang ingin menonton harus mengucapkan 2 kalimah
syahadat sebagai karcisnya. Sehingga semakin bertambah banyak orang yang
masuk agama islam. Dan banyak orang-orang non muslim yang membaca
syahadat untuk memeluk islam.
D. Kepemimpinan Sunan Giri
1.Politik Masa Sunan Giri
Politik pada masa sebelum Sunan Giri dikuasai oleh hegemoni kerajaan
Majapahit dipedalaman. Majapahit berdiri pada tahun 1294 M dengan candra
sengkala Watu Ngungal katon Tunggal (1201 Saka). Didirikan oleh Kertarajasa
Jayawardana (Raden Wijaya), dalam Babad Tanah Jawi versi Olthof disebut
Jaka Sesuruh. Kehadiran perkampungan di Gresik sudah ada pada zaman
kerajaan Kahuripan. Konsep beragama Hindu ialah, jika raja memeluk tertentu,
9
maka rakyatnya agamanya mengikuti sang raja, dalam kerajaan Majapahit, raja
memeluk agama Hindu. Orang Hindu berkeyakinan bahwa raja adalah titisan
Dewa. Sedangkan gelar raja Islam berbeda dengan agama Hindu.
Pemerintahan Islam menggunakan istilah Susuhunan. Selain itu dengan istilah
menggunakan gelar keilmuan yang dikuasai oleh tokoh tersebut, atau prestasi
atas keilmunnya. Berikut gelar sebagai bagian legitimasi dalam hal kekuasaan
duniawi dan agama :

A. Legitimasi Gelar Kehormatan


Data prasasti dari masa jawa tengah mengindikasikan bahwa sumber awal
pengakuan masyarakat terhadap seorang pemimpin adalah prestasi pribadinya
dalam salah satu atau kombinasi dari tiga kemungkinan ini: kemampuan dalam
membagi kekayaan dan meningkatkan kesejahteraan prestasi dibidang
kemiliteran atau prestasi di bidang keagamaan. Gagasan tentang pemimpin ideal
yang menggabungkan kemampuan membagi kekayaan, meningkatkan
kesejahteraan dan prestasi dibidang kemiliteran.
Selain prestasi sebagai sebagai sarana legitimasi, kharisma juga menjadi suatu
yang diperhitungkan untuk memantapkan kepemimpinan. Kharisma disni
dimaksudkan sebagia kualitas kepribadian seseorang yang dirasakan oleh
pengikutnya yang membedakan dari orang-orang yang lain pada umumnya.
Kualitas ini sedemikian istimewa sehingga individu yang bersangkutan
dianggap sebagai manusia unggul yang memiliki kekuatan adikodrati.
Kewenangan pemimpin kharismatik dalam birokrasi biasanya tidak didasarkan
atas aturanaturan yang sebagaimana umumnya, tetapi didasarkan atas sifat yang
luar biasa.
Sumber legitimasi satu-satunya adalah kharisma itu sendiri, yang masa
berlakunya sejauh pimpinan yagn bersangkutan dapat memuaskan Para
pengikutnya.
Dalam ketiga hal ini Sunan Giri termasuk pemimpin ideal diantaranya Sebagai
berikut :

- Gelar Raden Paku


Pergantian julukan dari Jaka Samudra yang diberikan oleh ibu angkatnya Nyai
Gede Pinatih, menjadi Raden Paku dilakukan oleh Sunan Ampel, menunjukan
pada terjadinya perubahan status dari kedudukan masyarakat kebanyakan
menjadi keluarga penguasa Curabhaya bergelar Raden, yang merupakan bagian
10
dari keluarga Maharaja Majapahit. Itu sebabnya, pada saat kekuasaan Majapahit
terpecah-pecah menjadi kadipaten kecil yang salig berperang satu dengan lain,
Raden Paku mempertahankan kemerdekaan wilayahnya dengan mengangkat diri
sebagai penguasa wilayah dengan gelar Sunan Giri.
Selain itu julukan Paku di ibarakan suatu saat Jaka Samudra seakan menjadi
Pakunya di Jawa yang bermakna pasaknya syiar Islam.

- Gelar Sunan Giri (Susuhunan Giri)


Raden Paku berdakwah di area perbukitan (dahulu gunung) di Giri Gajah,
sebab itu maka Raden Paku disebut sebagai Sunan Giri, yang mengandung
makna Susuhunan (orang yang dijunjung tinggi, terhormat atau orang suci) yang
tinggal diperbukitan Giri. Dari gelar sunan inilah Raden Paku melegitimasi

kepribadiannya sebagai orang yang dijunjung tinggi sebab keilmuannya,


lebihlebih ilmu agama Islam. Keberadaan Sunan Giri sebagai penguasa politis,
setidaknya tercermin dari gelar yang digunakan Prabu Satmata. Prabu adalah
gelar Raja di Jawa sedangakan Satmata adalah julukan lain dewa Shiwa. Raden
Paku menggabukan dua gelar menjadi satu sebagai legitimasi kepemimpinan di
Giri.

- Maulana Ainul Yakin


Gelar ini diberikan oleh Syeikh Maulana Ishaq. Ketika meraka belajar di
pesantrennya di Pasai. Setelah tiga tahun Raden Paku dan Makdum Ibrahim
belajar berbagai macam ilmu agama Islam dengan mahir. Kiranya ilmu yang
dimiliki itu telah cukup bila untuk diamalkan bagi dirinya sendiri
Maupun untuk disiarkan kepada masyarakat. Artinya, bila untuk bekal sebagai
Mubaligh, ilmu yang disauk itu telah memadai. Terutama ilmu tauhid dan
tashawuf, Raden paku sangant mendalaminya. Kebetulan banyak para ulama
dari tanah Persia dan Bagdad serta dari dari tanah India yang membuka
pengajaran di situ, yaitu Pasai dan Malaka. Para ahli tashawuf itupun benar-
benar menjiwai di amal perbuatannya sehari-hari, sehingga sangat terkesan di
hati Raden Paku.
Raden Paku tekun didalam belajarnya juga kehidupan sehari-hari ilmu yang
dimilikinya itu.Karena pandai dan cerdanya, maka banyak orang yang
mengatakan bahwa Raden Paku di anugrahi ilmu “Laduni “oleh tuhan. Maka
sewaktu masih muda saja, telah tampak sebagai orang alim yang khusyu’,
berpribadi dan berwibawa. Matanya yang bersinar, sesuai dengan ilmunya yang

11
dalam, dan terutama ketika menghadapi suatu masalah, tampak wajahnya
sebagai seorang yagn bersifat kepemimpinan yang agung. Atas semua yang
dimiliki Raden Paku itu, yakni baik ilmu agama atau kepribadiannya, maka
salah seorang guru memberi julukan Raden Paku dengan sebutan yang
sebenarnya diberikan kepada orang yang telah tua, yakni “Maulana Ainul
Yaqin”. Setelah dirasa cukup, maka syeikh Maulana Ishaq mengijinkan kedua
pemuda itu pulang kembali ketanah Jawa. Makdum Ibrahim berhenti di Tuban
dan berdakwah di kota tersebut, dan akhirnya dikenal dengan Sunan Bonang.
Sedangkan Raden Paku
atau Maulana Ainul Yaqin kembali ketempat asalnya di Gresik, yaitu tempat ibu
angkatnya. Nyai Gedhe Pinatih. Raden Paku kemudian ikut membantu ibu

angkatnya didalam usaha berdagang.

-Sultan Abdul Faqih


Sunan Giri mendalami ilmu tauhid dan fiqih. Juga sangat berhati-hati didalam
menentukan hukum, takut kalau terjerumus kepada kesesatan dan khawatir bila
tidak sesuai Sunnah Rasul. Didalam masalah ibadah, sunan Giri tidak kenal
kompromi dengan ajaran Hindu-Buddha, atau kepercayaan animisme dan
dinasmisme. Ibadah dan fiqih harus bersih dan tidak boleh bercampur dengan
ajaran-ajaran lama. Karena mahir dan mendalamnya dibidang ilmu fiqih itulah
maka sunan Giri disebut juga dengan julukan Sultan Abdul Faqih. b. Ekonomi
pada saat Pemerintahan Sunan Giri
Dikarenakan Giri merupakan daerah pesisir utara Jawa, yang menggantukan
kehidupan sehari-hari sebagai nelayan maupun sebagai pedang di Pelabuhan
internasional, maka komoditas jual beli di Giri-Gresik diperkirakan sebagai
berikut:

- Hewan Air
Barang-barang yang diperjual berlikan berbagai macam ikan: ikan kakap,
bawal (kadiwas), ikan kembung (ruma), dan ikan layar atau pari
(layarlayar).Selain ikan laut, sumber ikan air tawar berupa dlag (ikan gabus)
turut pula diasinkan. Data dari kedua prasasti yang memuat aktifitas upacara
penetapan sima.

Sedangkan yang termasuk bangsa air tawar adalah sebagai berikut: kepiting
sungai (hayuyu), udang sungai (hurang), sejenis ikan (wagalan, kawan-kawan,
12
dlag). Sedangkan yang termasuk ikan laut adalah kepiting laut (getam), cumi
(hnus), kerang-kerangan (iwak knas), sejenis ikan laut (kadiwas, layar-layar,
prang, tangiri, rumahan, slar). Ada beberapa ikan yang tidak diketahui
habitatnya, yakni bijanjan, bilunglung, harang, halahala, dan kandari. Sumber
prasasti juga menyebutkan beberapa jenis daging dan ikan yang diawetkan
dalam bentuk dendeng (deng) atau rasa (asin-asin) sebelum di konsumsi. -
Garam

Dalam catatan Piegeaud menulis suatu peraturan perdagangan yang berbunyi


seperti beriktu, “Setiap pendatang diperbolehkan membuat garam di tempat itu
dengan membayar sejumlah pajak tertentu yang ditarik oleh penguasa desa
Biluluk”.27 Menjadi bukti garam sudah menjadi komoditas perdagangan kala
itu. - Kayu
Rotan merupakan barang dagangan yang mahal di Jawa, bila ada itupun
harganya mahal. Komoditas rotan inilah yang menjadi barang dagangan Nyai
Gede Pinatih di Gresik saat berdagang dengan orang-orang Banjar, Kalimantan
Selatan. 28 Tidak menutup kemungkinan bamboo dan
Macam kayu-kayuan sebagai komoditas melihat daerah Giri pada saat itu berupa
gunung yang masih banyak hutan dan tumbuh kayu-kayuan. Pesisir juga
merupakan daerah perbaikan lambung perahu. - Lilin
Lilin juga merupakan salah satu barang mahal di Jawa. Sebab lilin di Impor
dari pulau seberang, yakni pulau Kalimantan, lebih tepatnya daerah Banjar. Kota
ini merupakan salah satu langganang dagang subandar Nyai Gedhe Pinatih.
Ketika berumur Raden Paku berumur 23 tahun. Raden paku mendapat perintah
agar ikut berdagang ke Banjar agar dapat menafkai hidupnya sendiri. Bersama
pemimpin kapal juragan Abu Hurairah Raden Paku berangkat ke Banjar beserta
tiga buah kapal berisi barang daganganya. Dan kembali membawa rotan dan
lilin yang langka di Jawa
E. Para Pengganti Sunan Giri
Sunan Giri atau Raden Paku lahir pada tahun 1412 M, memerintah kerajaan
Giri kurang lebih 20 tahun. Sewaktu memerintah Giri Kedaton beliau bergelar
Prabu Satmata.
Pengaruh Sunan giri sangatlah besar terhadap kerajaan Islam di jawa maupun
di luar jawa. Sebagi buktinya adalah adanya kebiasaan bahwa apabila seorang
13
hendak dinobatkan menjadi raja haruslah mendapat pengesahan dari Sunan Giri.
Giri Kedaton atau Kerajaan Giri berlangsung selama 200 tahun. Sesudah
Sunan Giri meninggal dunia beliau digantikan anak keturunannya yaitu:

1. Sunan Dalem
2. Sunan Sedomargi
3. Sunan Giri Prapen
4. Sunan Kawis Guwa
5. Panembahan Ageng Giri
6. Panembahan Mas Witana Sideng Rana
7. Pangeran Singonegoro (bukan keturunan Sunan Giri
8. Pengeran Singosari

Pangeran Singosari ini berjuang gigih mempertahankan diri dari serbuan


Sunan Amangkurat II yang dibantu oleh VOC dan Kapten Jonker. Sesudah
pangeran Singosari wafat pada tahun 1679, habislah kekuasaan Giri Kedaton.
Meski demikian kharisma Sunan Giri sebagai ulama besar wali terkemuka tetap
abadi sepanjang masa.

F.Peninggalan Sunan Giri


1.Masjid Sunan Giri

2.Kerajaan Giri Kedaton

14
3.Museum Sunan Giri

4.Telaga Pegat

15
BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan
Sunan Giri dikenal dengan nama raden paku, prabu satmata, sultan abdul
faqih, raden ainul yaqin dan joko samudera adalah nama salah seorang
walisongo yang berkedudukam didesa giri, kebomas, gresik, jawa timur. La
lahir di blambangan (banyuwangi) pada tahun saka Chandra seng kala “jalmo
orek werdaning ratu” (1365 Saka). La merupakan murid sekaligus menantu dari
Sunan Ampel.
Sunan Giri juga merupakan keturunan dari Rasulullah SAW, yaitu melalui
jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far
AshShadiq, Ali al-Uraidhi, Muhmmad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al-
Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-
Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih,
Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal
(Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Aakbar), Maulana
ishah, dan Ainul yaqin (Sunan Giri).

Daftar Pusaka
Gresik Babad, Jilid I Versi Radya Pustaka Surakarta Alih tulisan dan Bahasa
Oleh Soekarman B.Sc. Gresik Panitia Hari Jadi Kota Gresik, 1990.

16
Hasyim Umar. Sunan Giri dan Pemerintahan Giri Kedhaton, Kudus: Menara
Kudus, 1978.

Khalid Abu, Kisah Walisongo, Surabaya Terbit terang


Safrudin Irfan, Ulama-ulama perintis: biografi pemikiran dan keteladanan,
Majelis Ulama Indonesia, Bandung, 2008.

Salam Solichin, Sekitar Wali Songo. Kudus Menara Kudus, 1960.


Sarkar H.B, Corpus of the Incription of Java (Corpus Incription Javania-Rum)
(Up to

928), Vol. I dan II, Cacutta: Firman K.L. Mukhopadhyay.


Sunyoto Agus, Atlas Walisongo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo
sebagai Fakta Sejarah, Depok: Pustaka Iman, 2014.

17

Anda mungkin juga menyukai