Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah yang maha kuasa
karna  atas berkat Rahmat dan Hidayahnyalah yang senang tiasa dilimpahkan kepada
kita,sehingga dalam penyusunan makalah ini kami diberikan  kemudahan untuk
mengumpulkan refrensi dalam menyusun makalah mengenai, “Pembaharuan
Pendidikan Islam di Indonesia: Kasus Minangkabau”.

Kami juga  sadari bahwa didalam isi makalah yang kami buat ini
sesungguhnya masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang seharusnya itu
menjadi suatu hal yang sangat Subtansi dalam makalah ini, oleh karena itu saya
sebagai penyusun makalah ini  sangat mengharapkan masukan-masukan agar
sekiranya makalah ini dapat sempurna sesuai apa yang kita harpkan dan juga dapat
bermamfaat untuk kita semua.

          Saya selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih ketika makalah ini
begitu banyak memberikan dampak positif bagi rekan-rekan mahasiswa lainnya,
Semoga Allah SWT senang tiasa melimpahkan rahmat-nya kepada kita semua . Amin
…………..!!!!
BAB I
PENDAHULAUN

A. Latar Belakang
Wali songo adalah nama yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat
Indoesia, terutama masyarakat islam di pulau jawa. Wali songo adalah nama yang
sakral, sejak zaman dahulu hingga sekarang makam-makam anggota walisanga
banyak diziarahi orang. Kisah penyebaran agama islam di pulau jawa secara besar-
besaran telah mengundang rasa kekaguman semua pihak, baik dalam kalangan islam
sendiri maupun dari kalangan agama lain. Termasuk “Sunan Giri”, beliau adalah
salah satu wali songo (sembilan wali) yang menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Pengaruhnya begitu besar baik di kalangan internal para wali, maupun di lingkungan
sosial kemasyarakatan pada saat itu. Ajarannya tersebar luas di hampir seluruh
pelosok tanah Jawa

B. Rumusan Masalah
- Siapa sosok sunan Giri?
- Dari mana asal muasal sunan Giri?

C. Tujuan
- Mengetahui sosok sunan Giri
- Memahami asal muasal sunan Giri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Sunan Giri


Biografi Sunan Giri. Dikenal dengan nama Raden Paku, Prabu Satmata,
Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudra adalah nama salah
seorang Wali Songo yang berkedudukan di desa Giri, Kebomas, Gresik, Jawa Timur.
Ia lahir di Blambangan (Banyuwangi) pada tahun Saka Candra Sengkala “Jalmo orek
werdaning ratu” (1365 Saka).
Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim.
Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang
mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke
Samudra Pasai. Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan
Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan
Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa
Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah “giri”. Maka ia dijuluki
Sunan Giri.
Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti
sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit -konon
karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi keleluasaan
padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi
salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin
pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata. Giri Kedaton tumbuh
menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah
melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan
panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak.
Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti,
pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.
Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke
berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa
Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua
sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau. Sunan Giri
sendiri wafat pada tahun Saka Candra Sengkala “Sayu Sirno Sucining Sukmo” (1428
Saka) di desa Giri, Kebomas, Gresik.

B. Silsilah Sunan Giri


Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW; yaitu melalui jalur
keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-
Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al-Muhajir,
Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali'
Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad
Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan),
Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), Maulana Ishaq, dan 'Ainul Yaqin
(Sunan Giri). Umumnya pendapat tersebut adalah berdasarkan riwayat pesantren-
pesantren Jawa Timur, dan catatan nasab Sa'adah BaAlawi Hadramaut.
Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang
mubaligh Islam dari Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak
Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun
kelahiran Sunan Giri ini dianggap rakyat Blambangan sebagai pembawa kutukan
berupa wabah penyakit di kerajaan Blambangan. Kelahiran Sunan Giri disambut
Prabu Menak Sembuyu dengan membuatkan peti terbuat dari besi untuk tempat bayi
dan memerintahkan kepada para pengawal kerajaan untuk menghanyutkan ke laut.
Berita itupun tak lama terdengar oleh Dewi Sekardaru. Dewi Sekardadu
berlari mengejar bayi yang barusaja dilahirkannya. Siang dan malam menyusuri
pantai dengan tidak memikirkan lagi akan nasib dirinya. Dewi Sekardadupun
meninggal dalam pencariannya.
Peti besi berisi bayi itu terombang-ambing ombak laut terbawa hinga ke
tengah laut. Peti itu bercahaya berkilauan laksana kapal kecil di tengah laut. Tak ayal
cahaya itu terlihat oleh sekelompok awak kapal (pelaut) yang hendak berdagang ke
pulau Bali. Awak kapal itu kemudian menghampiri, mengambil dan membukanya
peti yang bersinar itu. Awak kapal terkejut setelah tahu bahwa isi dari peti itu adalah
bayi laki-laki yang molek dan bercahaya. Awak kapalpun memutar haluan kembali
pulang ke Gresik untuk memberikan temuannya itu kepada Nyai Gede Pinatih
seorang saudagar perempuan di Gresik sebagai pemilik kapal. Nyai Gede Pinatih
keheranan dan sangat menyukai bayi itu dan mengangkanya sebagai anak dengan
memberikan nama Joko Samudra.
Saat mulai remaja diusianya yang 12 tahun, Joko Samudra dibawa ibunya ke
Surabaya untuk berguru ilmu agama kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel) atas
permintaannya sendiri. Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel
mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Sunan Ampel
mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang), untuk mendalami ajaran
Islam di Pasai sebelum menunaikan keinginannya untuk melaksanakan ibadah Haji.
Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Di sinilah,
Joko Samudra mengetahui cerita mengenai jalan hidup masa kecilnya.
Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal
dengan Raden 'Ainul Yaqin diperintahkan gurunya yang tak lain adalah ayahnya
sendiri itu untuk kembali ke Jawa untuk mengembangkan ajaran islam di tanah Jawa.
Dengan berbekal segumpal tanah yang diberikan oleh ayahandanya sebagai contoh
tempat yang diinginkannya, Raden ‘Ainul Yaqin berkelana untuk mencari dimana
letak tanah yang sama dengan tanah yang diberikan oleh ayahanya. Dengan
bertafakkur dan meminta pertolongan serta petunjuk dari Allah SWT. maka petunjuk
itupun datang dengan adanya bukit yang bercahaya. Maka didatangilah bukit itu dan
di lihat kesamaanya dan ternyata memang benar-benar sama dengan tanah yang
diberikan oleh ayahnya. Perbukitan itulah yang kemudian ditempati untuk mendirikan
sebuah pesantren Giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas, Gresik pada
tahun Saka nuju tahun Jawi Sinong milir (1403 Saka). Pesantren ini merupakan
pondok pesantren pertama yang ada di kota Gresik. Dalam bahasa Jawa, giri berarti
gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.

C. Keistimewaan Sunan Giri


Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu
fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta
karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan
cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending
Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.
Sunan giri dikenal sebagai seorang yang dalam ilmu taukhidnya, demikian pula ilmu
fiqihnya. Beliau sangat berhati-hati apabila hendak memutuskan hukum, takut kalau
tidak sesuai dengan ajaran nabi. Dalam masalah ibadah, sunan giri tidak kenal
kompromi dengan adapt istiadat dan kepercaanya lama. Ibadah menurut harus
dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Tidak boleh dicampur aduk dengan
kepercayaan animesme dan dinamisme.
Pelaksaan ibadah harus sesuai dengan aturan tersebut di dalam Al-qur’an dan
sunnah rasul. Sikap dan kenyakinan sunan giri ini didukung oleh sunan ampeldan
sunan drajad. Dan pengikut sunan giri kemudian disebut islam atau santri putihan.
Sementara pihak lain yang agak lunak kepada adat istiadat atau kepercayaan lama
disebut islam abangan atau santri abangan. Pemimpin golongan santri abangan ini
adalah sunan kali jaga yang didukung oleh sunan bonang sunan muria sunan kudus
dan sunan gunung jati. Kaum Abangan berpendapat bahwa:
- Kita harus bersikap lunak kepada rakyat jawa yang masih awam tidak tergesah-
gesah merubah adapt-istiadat rakyat yang memang sukar di rubah atau
dihilangkan.
- Bagian adat yang tidak sesuai dengan ajaran islam tetap mudah dirubah maka
bisa dihilankan.
- Mengikuti dari belakang tetapi diusahakan untuk dapat mempengruhi sedikit
demi sedikit, yaitu memasukan unsur islam pada adat istiadat rakyat. Contoh
dalam hal ini adalah memanfaatkan kesenian rakyat berupa gending tembang
dan wayang kulit sebagai mediah da’wah.
- Akhirnya kaum Abangan berpendapat bahwa rakyat yang masih awam dan
berperang teguh pada adat istiadatnya hendaknya di usahakan tertarik dan
mendekat kepada para wali. Caranya tidak lain adalah dengan mengambil hati
mereka agar merasa simpati, senang dan akrab dengan ajaran para wali. Apabila
mereka sudah mendekat dan mau berkumpul maka mudahlah bagi para wali
untuk memberikan pengertian kepada mereka. Bila mereka sudah mengerti
ajaran islam maka secara otomatis pasti mereka akan meninggalkan sendiri adat
dan kepercayaan yang tidak sesuai dengan syariat dan aqidah islam.
Itulah pokok-pokok pikiran menjadi perbedaan antara santri putihan. Islam
atau santri Abangan ingin mengislamkan orang jawa secepat mungkin dengan jalan
agak kompromi atau mengikuti arus tapi tidak hanyut. Sedang santri putihan takut
atau khawatir bila terjadi peyelawangan terhadap agama islam. Meski demikian
kedua aliran ini tetap menjaga ukhuwah islaminya. Mereka tetap menjaga persatuan
umat. Misalnya dalam soal mendirikan masjid demak, kedua pihak tersebut tetap
bersatu padu dan bergotong-royong. Demikian pula pada saat membantu raden patah
mendirikan kerajaan demak dan menyerang kerajaan majapahit.
Pada saat membangun masjid demak tidak terjadi perselisihan yang rumit.
Tetapi pada saat meresmikan masjid tersebut terjadi perdebatan antara sunan kalijaga
dan sunan giri. Sunan kalijaga menginginkan peresmian itu di buka dengan pagelaran
wayang kulit. Masyarakat diundang, mereka harus masuk melalui pintu gerbang,
karcisnya dengan membaca syahadat. Bila mereka sudah berkumpul maka mereka
akan di bri ceramah agama. Lakon wayang diberi wama islam. Inilah rencana kaum
Abangan.
Kaum putihan lain lagi.sunan giri mehendaki peresmian masjid demak dibuka
sambil melaksanakan shalat jum’at. Sunan giri tidak setuju dengan pendapat sunan
kalijaga, sebab tontonan wayang itu haram hukumnya. Semua gambar makhluk hidup
yang bernyawa adalah haram hukumnya. Sedang wayang pada jaman itu gambarnya
adalah persis manusia. Sunan kalijaga tidak kekurangan akal. Beliau mengubah
gambar wayang seperti yang kita lihat ini, sehingga sukar dikatakan bahwa gambar
wayang yang diubah sunan kalijaga itu adalah gambar manusia dengan demikian
hukamnya tidak haram lagi.
Inilah hikmah adanya perbedaan, sebagaimana sabda Nabi bahwa perbedaan
di kalangan umat adalah rahmat. Dengan adanya perbedaan pendapat antara sunan
giri dan sunan kalijaga maka timbullah gambar wayang kulit seperti sekarang
ini,yang mempunyai citra seni yang tinggi. Didunia ini hanya di tanah Jawa yang
punya kebudayaan wayang kulit dengan seni tinggi.
Sunan Kalijaga berubah bentuk wayang yang bernama Bethara guru yaitu
pemimpin para dewa seperti adanya sekarang ini. Kemudian karena gagasan untuk
merubah bentuk wayang itu adalah sunan giri maka sunan kalijaga memberi nama
sang Hyang girinata kepada Bethara guru. Girinata artinya sunan giri yang menata.
Kemudian dicapailah kata sepakat, masjid demak di buka dengan jama’ah
sholat jum’at sesudah itu diadakan keramaian tontonan wayang kulit. Dalangnya
adalah sunan kalijaga sendiri. Ketika sunan ampel masih hidup, demak disarankan
tetap loyalkepada majapahit. Karena raja majapahit tidak pernah menghalang-halangi
orang masuk islam. Bahkan sunan ampel dan sunan giri boleh menyiarkan agama
islam di wilayah majapahit.
Namun ketika sunan ampel wafat brawijaya kertabhumi diserang oleh prabu
girindrawardhana dari kediri. Prabu brawijaya yaitu ayah raden patah tewas dalam
perebutan kekuasaan itu. Dengan demikian yang menjadi penguasa kerajaan
majapahit itu bukan ayah raden patah lagi, tapi musuh ayahnya raden patah. Karena
penguasa majapahit adalah prabu girindrawardhana dari kediri, sikap para wali pun
jadi lain. Dahulu sunan ampel menasehatkan raden patah agar tetap setia kepada
majapahit, kini sunan ampel sudah meningal dunia. Kedudukan sunan ampel selaku
pemimpin para wali digantikan oleh sunan giri. Sunan giri bersikap tegas kepada
majapahit. Bahwa Demak boleh bersiap-siap untuk merebut kekuasaan Majapahit
yang memang menjadi hak Raden Patah selaku putra Prabu Kertabhumi, Penguasa
Majapahit yang sah.
Sikap Sunan Giri ini diketahui oleh Prabu Girindrawardhana. Kemudian raja
dari Kediri itu mengutus dua orang Senopatinya untuk membunuh Sunan Giri.
Menurut Berbagai sumber,rencana pembunuhan atas diri sunan giriitu di karenakan
berbagai hal. Di antaranya adalah prabu Girindrawardhana merasa iri atas pengaruh
kekuasaan sunan giri diseluruh tanah jawa.sunan giri bukan saja pemimpin agama se
tanah jawa atau Mufti, tapi juga pemimpin para wali dan dapat dikatan sebagai Raja
Ulama” karena giri ada keratonnya. Raja majapahit kemudian mengutus lembusura
dan keboharjo.keduanya terkenal sebagai seorang senopati majapahit yang sakti dan
mandraguna. Tak pernah gagal menjalankan tugas membunuh orang. Dengan
kelihalannya kedua orang itu dapat menyusup ke giri kedaton dan bersembunyi di
dekat sebuah kolam. Pada suatu malam sunan giri hendak mengambil air wudhu guna
melakukan sholat tahajjud.kedua orang itu merasa bahagia, mereka langsung
meloncat ke hadapan sunan giri dan bermaksud menussukan kerisnya ke lambung
sunan giri.
Namun ketika keduanya sampai di hadapan sunan giri tiba-tiba keduanya
merasa lumpuh, tak dapat menggerakkan tubuhnyasama sekali. “kalian ini siapa ?
kenapa malam malam begini datang kemari ?” Tanya sunan giri. Kami datang dari
majapahit, “ ucap lembusara dengan suara gemetar.“Dari majapahit ?mau apa
kalian ?” Tanya sunan giri. “Ampun tuan, kami disuruh membunuh tuan, “sahut
keboharjo. “Hem. Jadi prabu Girindrawardhana mengincar nyawaku ? kenapa tidak
lekas kalian laksanakan ?” “Am……ampun tuan,kami tiba-tiba merasa
lumpuh,semua kesaktian kami telah hilang. Kami minta diampuni……”rengek
lembusura. “Baiklah,kembalilah kalian kepada Rajamu. Katakana apa yang telah
terjadi malam ini kepada Rajamu. “kata sunan giri. “baik tuan,…”sahut keduanya
dengan serentak. Lalu keduanya berlari kencang meninggalkan giri kedaton.
Al-kisah, ribuan prajurit sudah hampir sampai di bawah bukit giri. Tapi hal ini
diketahui oleh sunan giri. Dengan karohmahnya sunan giri berdo’a, maka sawah
ladang di hadapan para prajurit itu menjadi terhenti. Mereka terkurung oleh laut yang
muncul secara tiba-tiba. Berhari-hari mereka tak dapat meninggalkan tempat itu,
hingga perbekaln makan mereka habis. Melihat hal ini sunan giri merasa kasihan.
Kemudian beberapa tambak disabda menjadi beras. Maka prajurit majapahit tidak
jadi mati kelaparan. Setelah mereka kenyang mereka dapat membuatjembatan dari
tambak yang disabda enjadi beras tadi dan mereka dapat bergerak hingga ke bawah
bukit Giri.
Pada saat itu sunan giri sedang menukis kitab di dalam kamarnya.melihat para
prajurit majapahit hendak menyerang, maka beliau melemparkan kalamnya. Kalam
yang dilempar berputar-putar dibawah bukit dan bentuknya berubah menjadi sebilah
keris, menyerang prajurit yang hendak naik keatas bukit.
Sunan Giri kemudian mengambil segenggam pasir, ditaburkan kearah para
prajurit di bawah bukit. Pasir itu berubah menjadi ribuan tawon yang menyerang para
prajurit. Di serang oleh keris gaib yang melayang-layang dan menusuk-nusuk siapa
saja yang dijumpai di tambah sengatan ribuan tawon dari atas bukit maka prajurit
majapahit itu menjadi panik, mereka berteriak-riak ngeri, melarikan diri menjahui giri
kedaton, sebagian ada yang bersembunyi di hutan sebagian ada yang menyelam ke
telaga dan sebagian lagi terus melarikan diri ke majapahit. Prabu Girindrawardhana
sangat sedih mendengar laporan dari para prajuritnya yang lari terbirit-birit. Sampai
beberapa hari sang prabu mengurung diri didalam kamarnya. Baru berhadapan
dengan Giri kedaton sajah sudah kalah apalagi bila nanti giri kedaton bergabung
bersama lasykar demak untuk menyerbu majapahit, pasti majapahit akan akan
hancur-lebur demikian piker prabu Girindrawardhana.
Tetapi bukan demak atau giri kedaton yang menyerang prabu
Girindrawardhana, melainkan prabu udhara. Dalam serangan yang terjadi pada tahun
1498 itu prabu Girindrawardhana tewas didalam istana. Dengan demikian majapahit
jatuh ke tangan prabu Udhara.
Prabu Udhara sadar akan bahaya yang mengancam kekuasaannya. Bahaya itu
tak lain berasal dari raden patah selaku ahli waris tahta majapahit, maka untuk
memperkuat angkatan perangnya prabu Udhara bersekongkoldengn portugis di
malaka. Sejarah telah mencacat pada tahun 1512 majapahit mengirim utusan ke
malaka yang dikuasai Alfonso d’Albuquerque pemimpin bangsa portugis.
Karena ulah prabu Udhara inilah maka sunan giri memberi restu raden patah
untuk menyerang majapahit. Sekiranya majapahit tidak segera dijatuhkan, sudah pasti
bangsa portugis akan bercokol di pulau jawa lebih epat dari pada bangsa belanda.
Pada tahun 1517 Demak menyerang majapahit tak dapat membending serangan itu
akhirnya jatuhlah pusaka majapahit ketangan raden patah.
BAB III
KESIMPULAN

Sunan Giri. Dikenal dengan nama Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul
Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudra adalah nama salah seorang Wali Songo
yang berkedudukan di desa Giri, Kebomas, Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di
Blambangan (Banyuwangi) pada tahun Saka Candra Sengkala “Jalmo orek werdaning
ratu” (1365 Saka). Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana
Malik Ibrahim.
Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW; yaitu melalui jalur
keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-
Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al-Muhajir,
Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali'
Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad
Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan),
Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), Maulana Ishaq, dan 'Ainul Yaqin
(Sunan Giri).
Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu
fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta
karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan
cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending
Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.
Sunan giri dikenal sebagai seorang yang dalam ilmu taukhidnya, demikian pula ilmu
fiqihnya. Beliau sangat berhati-hati apabila hendak memutuskan hukum, takut kalau
tidak sesuai dengan ajaran nabi. Dalam masalah ibadah, sunan giri tidak kenal
kompromi dengan adapt istiadat dan kepercaanya lama. Ibadah menurut harus
dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Tidak boleh dicampur aduk dengan
kepercayaan animesme dan dinamisme. Pelaksaan ibadah harus sesuai dengan aturan
tersebut di dalam Al-qur’an dan sunnah rasul.
DAFTAR PUSTAKA

http://h4ck3rt3m4y4n9.blogspot.com/2011/07/proklamasi-berdirinya-negara-islam-
demak.html

http://opsi-2.blogspot.com/p/sejarah-sbg-literatur-pembanding.html

Ulama Pembawa Islam Di Indonesia Dan Sekitarnya, Lentera, 1996.

Ulama-ulama perintis: biografi pemikiran dan keteladanan, Majelis Ulama Indonesia,


Kota Bandung, 2008.

Anda mungkin juga menyukai