Anda di halaman 1dari 4

Biografi

Lahir : Maulana 'Ainul Yaqīn / Raden Paku 1442 Blambangan, Majapahit


Meninggal : 1506 Giri Kedaton, Majapahit
Pasangan Menikah

 Dewi Murtasiyah Asyiqah


 Dewi Wardah
Anak

 Pernikahan dengan Dewi Murtasiyah Asyiqah:


1. Ratu Gede Kukusan
2. Sunan Dalem
3. Sunan Tegalwangi
4. Nyai Ageng Selulur
5. Sunan Kidul
6. Ratu Gede Saworasa
7. Sunan Kulon
8. Sunan Waruju
 Pernikahan dengan Dewi Wardah :
1. Pangeran Pasirbata
2. Siti Rohbayat
Kisah kelahiran Sunan Giri bermula dari ajakan Maulana Ishak kepada mertuanya,
Menak Sembuyu, untuk masuk Islam.
Menak Sembuyu yang merupakan penguasa wilayah Blambangan di akhir masa
Majapahit marah karena diminta meninggalkan keyakinannya. Akibatnya, Maulana Ishak
diusir dari Blambangan.
Saat itu, istri Maulana Ishak, Dewi Sekardadu, sedang hamil tua. Mereka dipisahkan
oleh Menak Sembuyu. Dewi Sekardadu dipaksa tetap di Blambangan, sementara Maulana
Ishak meneruskan perjalanannya ke daerah lain.
Merana karena ditinggal suaminya, Dewi Sekardadu akhirnya meninggal saat
melahirkan seorang bayi pada 1442 di Blambangan. Bayi inilah Pangeran Giri alias Sunan
Giri.
Diceritakan, saat itu terjadi wabah besar di Blambangan. Menak Sembuyu
berkeyakinan bahwa pagebluk itu berkaitan dengan bayi laki-laki Maulana Ishak yang
dilahirkan putrinya, Dewa Sekardadu.
Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo (2016) menuliskan, untuk mengusir wabah,
bayi itu diletakkan di sebuah peti dan dihanyutkan ke tengah laut. Peti itu lalu tersangkut di
kapal milik Nyai Pinatih yang sedang bertolak ke Bali
Oleh Nyai Pinatih, bayi itu dijadikan anak angkat dan diberi nama Joko Samudro
karena ditemukan di tengah laut atau samudra.
Ketika beranjak besar, Joko Samudro kemudian dipondokkan di pesantren
Ampeldenta, Surabaya. Di pesantren itu, di bawah bimbingan Sunan Ampel, ia berganti
nama menjadi Muhammad Ainul Yaqin.
Joko Samudro alias Muhammad Ainul Yaqin mulai dikenal sebagai Sunan Giri sejak
memimpin pondok pesantren sekaligus kedaton di Gresik.
Nasab dan Kelahiran Sunan Giri
Ibu Sunan Giri adalah Dewi Sekardadu, putri bangsawan Menak Sembuyu dari
wilayah Kerajaan Blambangan atau Banyuwangi. Ayahnya adalah Maulana Ishak, seorang
mubalig yang datang dari Asia Tengah.
Hikayat Banjar menyebutkan bahwa Sunan Giri atau Pangeran Giri masih punya garis
keturunan dari Kesultanan Samudera Pasai, Kerajaan Majapahit, dan salah satu kerajaan di
Bali.
Dilansir dari laman Desa Giri, jika ditarik lebih jauh lagi, nasab Sunan Giri sampai ke
Nabi Muhammad SAW dari jalur Husain bin Ali RA, Ali Zainal Abidin, dan seterusnya.
Catatan nasab Sunan Giri ini diterakan oleh Saadah Baalawi dari Hadramaut dan
dipercaya sebagai sumber sahih di beberapa pesantren di Jawa Timur.

Strategi/Metode Dakwah
Sunan giri merupakan salah satu tokoh wali sanga yang memiliki peranan penting
dalam penyiaran agama Islam di tanah jawa dan nama beliaulah yang paling banyak
dituliskan di dalam buku babad tanah jawa.
Kesuksesan beliau dapat dilihat dari pesantren yang beliau dirikan di giri, gresik
sampai santri-santrinya datang dari penjuru Indonesia. Sunan giri dikenal dengan
kemampuan dalam ilmu tauhid dan ilmu fiqihnya. Beliau merupakan orang yang sangat
berhati-hati dalam masalah hukum dan takut apaapbila yang ia putuskan tidak sesuai
dengan ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah.
Sunan giri banyak menciptakan karya sastra untuk menyiarkan agama Islam.
Beberapa seni yang beliau ciptakan adalah tembang dan juga dolanan (permainan).
Beberapa tembang yang banyak dikenal hingga saat ini ialah tembang lir-ilir yang memiliki
makna pengajaran yang luhur, dandang gulo yang memiliki makna tentang kebenaran
hidup.
Dahulu Sunan Giri mengajarkan agama Islam dengan cara gradual melalui
pemahaman Islam dimasukkan dalam kehidupan masyarakatnya, bukan malah
menghilangkan tradisi jawa yang ada sejak dulu kala. Sunan giri menyajikan agama Islam
tanpa ada unsur kekerasan, pemaksaan sedikitpun. Kebiasaan atau tradisi masyarakat yang
menyimpang dari ajaran Islam yang dilenturkan dengan memberikan nilai Islam dengan
benar.
Sunan Giri mengajak masyarakatnya untuk mulai meninggalkan kesyirikan dan mulai
setia dan mengenal Allah. cara penyiaran agama Islam oleh sunan giri selalu dilakukan
dengan cara toleran. Sikap toleran inilah yang akhirnya berdampak positif bagi para
pengikutnya, yaitu respek dan keseganan akan kebesaran beliau yang akan selalu di berikan
oleh pengikutnya.
Prespektif dakwah yang digunakan oleh Sunan Giri menggunakan beberapa metode.
Pertama, mengenali sasaran, salah satunya dengan cara mengetahui bagaimana adat yang
berkembang di tempat beliau berdakwah. Dengan mengetahui adat maka sunan giri akan
mampu mengenali unsur budaya dalam suatu masyarakat dan akan lebih bisa memberikan
dakwah dengan cara yang mereka sukai.
Sebagai seorang juru dakwah Sunan Giri telah memberikan pelajaran yang
responsible, karena beliau menyadari bahwa sasaran dakwah bersifat universal. Agar tujuan
dakwah mampu tersampaikan, Sunan Giri menjadikan sasaran dakwah mereka sebagai
seorang kawan ataupun seorang bapak yang memberikan pesan pada anaknya.
Kedua, mendirikan majelis ta’lim. Dengan mendirikan majlis ta’lim maka murid
Sunan Giri yang ingin mengetahui lebih jauh tentang Islam dan lebih memperkaya ilmu
tentang Islam dapat mengikuti majlis yang telah disediakan. Dengan adanya majlis ta’lim,
murid-muridnya dapat bertukar pikiran secara langsung dengan Sunan Giri sehingga
meminimalkan kesalahpahaman dalam berislam.
Ketiga, tanpa memberikan paksaan. Sunan giri tidak pernah memaksa muridnya
untuk masuk beragama Islam, beliau juga tidak pernah memaksakan pengajarannya atau
dakwahnya kepada orang yang tidak mau menerima. Dengan kelembutan hatinya beliau
memperlihatkan Islam melalui tidakannya sehingga orang-orang banyak tertarik akan Islam
lebih karena tidak tanduknya yang berbudi luhur dan disegani oleh berbagai kalangan.
Bukan hanya di kalangan muslim saja, namun sikap berbudi luhur yang di miliki
Sunan Giri telah mampu membuatnya di segani di kalangan nonmuslim juga. Selain itu, bagi
orang yang dulu sempat menentang ajaran beliau, lambat laun memiliki kebenaran akan
semua ucapan dan tindakan yang beliau kemukakan dalam dakwahnya.

Peranan dalam Peradaban Islam di Indonesia


Sunan Giri berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Salah satu
upaya yang dilakukannya adalah dengan membangun Giri Kedaton sebagai pusat
penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Selain itu pengaruh dari Sultan Giri juga menyebar
ke beberapa wilayah di Indonesia, mulai dari Madura, Lombok, Kalimantan dan Sulawesi.
Teladan
Sunan giri bisa dijadikan role model dalam dunia dakwah dan penanaman
pendidikan di usia dini. Beliau memberikan pendidikan usia dini melalui media permainan
dan juga tembang yang dulu banyak digemari anak-anak. Permainan yang beliau ciptakan
pun memiliki makna yang mendalam tentang pesan moral akan kehidupan dan juga diselingi
dengan ajaran-ajaran Islam.
Inilah sebenarnya bagaimana kearifan para penyebar Islam dulu sehingga Islam
menjadi berjaya di nusantara hingga saat ini. Islam menjadi kekuatan yang kokoh yang tidak
tergoyahkan karena Islam telah menjadi bagian dari budaya dan nafas masyarakat
nusantara.

Anda mungkin juga menyukai