Anda di halaman 1dari 10

Daftar Nama-nama Sunan Walisongo Beserta Riwayat, Tempat Dakwah dan

Peninggalannya

Berikut ini akan kita ulas mengenai Walisongo mulai dari nama para wali, riwayat beliau-
beliau, tempat dakwah serta warisan atu peninggalan beliau (Walisongo).

1. Nama Sunan Walisongo: Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

sw aralakbok.wordpress.com

Nama asli dari Sunan Gresik adalah Maulana Malik Ibrahim. Beliau juga seorang Habib,
silsilah ke 22 keturunan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam. Maulana Malik
Ibrahim merupakan orang pertama yang memulai penyebaran Islam di tanah Jawa. Sunan
Gresik memulai dakwahnya pada akhir masa Kerajaan Majapahit.

Beliau memulai dakwahnya dengan merangkul rakyat biasa korban dari perang saudara pada
Kerajaan Majapahit. Pendekatan beliau kepada rakyat melalui cocok tanam dan jalur
perdagangan. Sehingga masyarakat yang kesulitan dalam hal ekonomi merasa terbantu dan
perlahan mempelajari Islam atas bimbingan beliau.

Seiring berjalannya waktu, orang yang belajar Islam pun semakin banyak, kemudian Sunan
Gresik mendirikan pondok pesantren di daerah Leran, Gresik. Di sebuah pondok itulah beliau
mengajarkan ilmu hingga akhir hayatnya. Beliau meninggal pada tahun 1941M dan
jenazahnya di makamkan di Desa Gapura Wetan, Gresik.

Selama berdakwah beliau selalu berusaha menghilangkan sistem kasta yang menjadikan
perpecahan di masyarakat. Karena di sisi Allah yang membedakan manusia satu dengan yang
lain adalah amal ibadah yang mereka lakukan. Peninggalan bersejarah dari Sunan Gresik
berupa Masjid Malik Ibrahim di Leran, Gresik
2. Nama Sunan Walisongo: Sunan Ampel (Raden Rahmat)

abiummi.com

Raden Rahmat atau yang disebut Sunan Ampel merupakan putra dari Syekh Maulana Malik
Ibrahim dengan Dewi Condro Wulan. Dewi Condro Wulan merupakan putri Raja Champa
yang masih ada silsilah keturunan Dinasti Ming yang terakhir. Sunan Ampel berdakwah
menyebarkan Islam di daerah Ampel Denta, Surabaya.

Di Ampel Denta, Raden Rahmat memfasilitasi masyarakat yang belajar agama Islam dan
berkonsultasi dengan mendirikan sebuah pondok. Ajaran dari beliau yang sangat terkenal
adalah falsafah “Moh Limo”. Kata moh limo ini berasal dari Jawa dimana moh berarti
menolak atau tidak dan limo berarti lima. Maksut dari falsafal moh limo adalah menolak lima
hal yang dilarang dalam Islam.

Isi dari falsafah Moh Limo yaitu Moh Main maksutnya adalah tidak berjudi, Moh Ngombe
atau tidak minum khamr, Moh Maling (tidak mencuri), Moh Madat atau tidak menghisap
narkoba dan yang terakhir Moh Madon yaitu tidak berzina.

Peninggalan bersejarah dari Sunan Ampel adalah Masjid Ampel di Ampel Denta, Surabaya.
Beliau wafat di Surabaya dan di makamkan di dekat Masjid Ampel.

3. Nama Sunan Walisongo: Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)

pinterest.com
Sunan Bonang atau yang memilki nama asli Maulana Makdum Ibrahim merupakan putra dari
Sunan Ampel dengan istrinya yang bernama Dewi Condrowati. Nama lain dari Dewi
Condrowati adalah Nyai Ageng Manila. Maulana Makdum Ibrahim menimba ilmu agama
Islam di daerah Pasai, Malaka. Di Malaka Sunan Bonang menimba ilmu dari Sunan Giri
terutama dalam metode penyebaran Islam agar mudah diterima masyarakat.

Selesai menimba ilmu dari Sunan Giri kemudian beliau pulang ke kota Tuban (kota kelahiran
ibunya) dan mendirikan sebuah pondok pesantren. Di Kota Tuban Sunan Bonang
menggencarkan dakwah melalui musik gamelan. Karakteristik masyarakat Tuban yang
menyukai hiburan terutama musik, membuat beliau melakukan pendekatan terhadap
masyarakat melalui alat musik buatannya tersebut.

Sunan Bonang melakukan dakwahnya di sela-sela pertunjukan musik. Peninggalan bersejarah


dari Beliau yaitu alat musik tradisional gamelan berupa bonang, kenong dan bende.

4. Nama Sunan Walisongo: Sunan Drajat (Raden Qosim atau Raden Syaifudin)

breaktime.co.id

Raden Qosim atau yang dikenal sebagai Sunan Drajat merupakan saudara seibu dari Sunan
Bonang. Berdasarkan beberapa kisah yang ada beliau juga terkenal dengan sebutan Raden
Syaifudin. Beliau belajar ilmu agama dan berguru pada Sunan Muria setelah wafatnya sang
ayah. Kemudian kembali ke daerah pesisir Banjarwati, Lamongan untuk berdakwah.

Untuk menunjang dakwah Raden Qosim yang muridnya semakin banyak, beliau mendirikan
sebuahh pondok pesantren di daerah Daleman Dhuwur di Desa Drajat, Paciran Lamongan. Di
sana Sunan Drajat melangsungkan dakwahnya melalui suluk yang pernah di pelajarinya
ketika berguru pada Sunan Muria.

Suluk yang sering beliau sampaikan kepada murid-muridnya ialah “Suluk Petuah”. Dalam
Suluk yang diajarkan Sunan Drajat terdapat beberapa pesan yang di tanamkan dalam diri
manusia untu menolong sesama manusia. Salah satu kutipan dalam suluk tersebut ialah:

1. “Wenehono teken marang wong kang wuto” maksutnya berilah tongkat kepada orang yang
buta.

2. “Wenehono mangan marang wong kang luwe” maksutnya berilah makanan kepada orang
yang lapar.
3. “Wenehono busono marang wong kang wudo” maksutnya berilah pakaian kepada orang
yang telanjang.

4. “Wenohono ngiyup marang wong kang kudanan maksutnya berilah tempat berteduh
kepada orang yang kehujanan.

Serta masih banyak lagi suluk lain yang menjadi peninggalan Raden Syaifudin, namun suluk
yang terkenal adalah Suluk Petuah diatas. Suluk tersebut sampai sekarang masih dipelajari di
pondok-pondok Jawa kuno.

5. Nama Sunan Walisongo: Sunan Kalijaga (Raden Said)

fajaroke.com

Sunan Kali Jaga merupakan orang Jawa asli yang lahir di darah Tuban. Beliau memiliki nama
asli Raden Said. Beliau Raden Said merupakan anak dari seorang bupati Kabupaten Tuban
yang waktu itu bernama Arya Wilatika.

Ayah dari Sunan Kali Jaga sendiri adalah seorang pemimpin kelompok dari pemberontakan
Ronggolawe ketika zaman Kerajaan Majapahit. Sunan Kali Jaga ketika muda telah mewarisi
dari semangat ayahnya, Beliau memprotes keras terhadap penarikan pajak yang tidak
memiliki perikemanusiaan pada pemerintahan Kerajaan Majapahit.

Lalu dibuat susunan rencana perampokan ke seluruh anggota pejabat pajak untuk kemudian
dibagikan semua hartanya kepada rakyat miskin. Akibat dari perampokan tersebut, Sunan
Kali Jaga dijuluki oleh seantero Kerajaan Majapahit Bandar Lokajaya.

Akan tetapi aksi perampokan tersebut berhenti saat beliau Sunan Kali Jaga bertemu dengan
seseorang yang akan menjadi gurunya yaitu Sunan Bonang. Kemudain Raden Said dinasehati
supaya berhenti dari tindakannya tersebut, karena jalan untuk menuju kebaikan tidak dapat
ditempuh melalui jalan keburukan.

Akhirnya Sunan Kali Jaga pun berhenti dari tindakan perampokannya dan berguru ilmu
agama kepada Sunan Bonang. Dari sang gurulah Sunan Kali Jaga mendapat ide dalam
berdakwah, yaitu dengan memanfaatkan wayang dan gamelan.

Dimana ketika ada pertunjukkan wayang maupun yag menggunakan gamelan, didalamnya
disisipkan tentang ajaran Islam. Ajaran agama islam yang beliau dakwahkan ini bisa diterima
dan sangat membumi karena Sunan Kali Jaga merupakan orang Jawa asli.
Beliau mengajarkan ilmu agama Islam kepada masyarakat secara bertahap. Melalui ideologi
dan kebudayaan Jawa Sunan Kali Jaga menanamkan nilai-nilai agama Islam. Karena beliau
memiliki keyakinan bahwa ketika agama islam telah dipahami dan masuk kedalam hati maka
secara otomatis perilaku buruk maupun kebiasaannya akan hilang dengan sendirinya.

Untuk peninggalan dari Sunan Kalijaga berupa kesenian yang sekarang menjadi seni khas
Jawa yaitu seni, wayang, gamelan, ukir dan suluk.

6. Nama Sunan Walisongo: Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)

akucintanusantaraku.blogspot.com

Nama asli dari Sunan Kudus yang juga merupakan cucu dari Sunan Ampel ialah Ja’far
Shadiq. Nasab beliau menjadi cucu Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati ini berasal dari
Ibunda beliau yang bernama Syarifah. Selain itu Sunan Kudus ini juga merupakan keponakan
dari Sunan Drajat dan Sunan Bonang.

Sumber ilmu tentang Agama Islam yang Sunan Kudus miliki ini berkat kegigihan beliau
menuntut ilmu di timur tengah yakni Yerusalem, Palestina atau tepatnya di kota Al-Quds.
Namun sebelumnya, beliua juga menuntut ilmu pada kedua pamannya yang juga merupakan
wali Allah.

Di Yerusalem Sunan Kudus ini banyak mendapatkan ilmu-ilmu agama yang langsung
bersumber dari ulama-ulama dari Arab.

Sehingga dengan ketawadahun dan luasnya ilmu yang beliau miliki, kemudian beliau pulang
ke Nusantara dan berinidiatif untuk medirikan sebuah pondok pesantren untuk orang-orang
umum belajar ilmu agama Islam. Penulis sendiri belum mengetahui alasan beliau ini memilih
desa Loram Kabupaten Kudus Jawa Tengah ini sebagai tempat dakwah beliau.

Setelah pondok pesantren yang beliau dirikan ini berjalan beberapa waktu, berkat keluasan
ilmu dan toleransi yang tinggi akan antar umat beragama di Kudus tuan Ja’far Shadiq diminta
untuk menjadi pemimpin disana. Untuk mempermudah jalan dakwah beliau menyebar
luaskan agama Islam di kalangan para pejabat, bangsawan kerajaan dan para priyayi di tanah
Jawa, beliau pun menyanggupi menjadi seorang pemimpin.

Selain sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, berkat keluasan ilmu yang dimiliki oleh
Sunan Kudus ini, sampai-sampai para wali beliau memberikan gelar sebagai Wali Al ‘ilmi
yang artinya ialah orang yang memiliki ilmu luas.

Dalam menyebarkan agama Islam, tuan Ja’far Shadiq menggunakan metode yang hampir
sama dengan metode Sunan Kalijaga yakni melalui pendekatan terhadap kebudayaan daerah
setempat. Beliau menyisipkan nilai-nilai agama Islam ditengah kebudayaan Hindu Bunda
yang telah mengakar di masyarakat.

Untuk peninggalan Sunan Kudus yang masih ada hingga sekarang ini ialah Masjid Menara
Kudus yang memiliki menara dengan corak khas bergaya Hindu. Selain menara, tuan Ja’far
Shadiq juga mewariskan budaya toleransi yang sangat mulia.

Budaya toleransi antar umat beragama yang masih berlaku sampai sekarang ini yaitu dengan
tidak menyembelih sapi ketika lebaran Idhul Adha. Untuk menghormati umat Hindu di
daerah Kudus, Beliau mengajarkan masyarakat untuk mengganti binatang hewan qurban sapi
menjadi kerbau. Merupakan ajaran mulia dari seorang wali Allah dan seorang pemimpin yang
patut untuk kita contoh yaa sahabat masbidin.net

Oh iya, sebagai catatan aja bahwa nama beliau – Sunan Kudus– ini sebenarnya diambil dari
sebuah nama kota tempat beliau menuntut ilmu Agama Islam yaitu kota Al-Quds di
Yerusalem, Palestina

7. Nama Sunan Walisongo: Sunan Muria (Raden Umar Said)

andykomkom.wordpress.com

Sunan Muria memiliki nama asli yakni Raden Umar Said. Beliua merupakan putera dari
Sunan Kalijaga dengan istrnya yang bernama Saroh. Selain itu Raden Umar Said ini juga
merupakan keponakan dari Sunan Giri. Karena Ibunda beliau Saroh adalah adik kandung dari
Sunan Giri.
Dalam dakwahnya menyebarkan ajaran Islam, Sunan Muria mengadaptasi metode yang
digunakan oleh Ayahnya Sunan Kalijaga. Beliau menyampaikan ajaran melalui pendekatan
kebudayaan dan kesenian Jawa.

Akan tetapi beliau lebih memilih daerah pesisir pantai dan sekaligus tempat terpencil.
Sehingga dipilihlah oleh beliau daerah Gunung Muria yang berada di Provinsi Jawa Tengah
sebagai lokasi dan pusat dakwahnya.

Untuk wilayah tempat beliau dakwah ini menyebar hingga ke Pati, Kudus, Juana, Tayu dan
Jepara. Dimana kebanykan tempat-tempat yang beliau datangi ini merupakan daerah
pedesaan, pesisi pantai dan pegunungan.

Sunan Muria lebih banyak berdakwah kepada para masyarakat atau rakyat biasa. Karena
menurut beliau rakyat jelata ini merupakan kelompok yang paling banyak dan mereka juga
mudah dalam menerima ajaran Islam yang beliau ajarkan. Sehingga beliau juga bisa lebih
akrab bersama masyarakat umum.

Tidak hanya memberikan pengajaran tentang syariat Islam, Sunan Murian juga mengajarkan
banyak ilmu lain kepada masyarakat. Diantara ilmu-ilmu yang beliau ajarkan ialah ilmu
tentang bercocok tanam, cara berdagang yang sesuai dengan syariat Islam dan cara melaut.

Untuk memikat hati masyarakat umum belajar supaya mau belajar agama Islam, Raden Umar
Said menggunakan media tembang. Untuk temabng yang sering beliau gunakan dan terkenal
hingga sekarang ini adalah tembang Sinom dan tembang Kinanti.

Sedangkan peninggalan bersejarah Sunan Muria yang masih bisa kita saksikan pada hari ini
ialah sebuah Masjid Muria yang letaknya masih di daerah pusat beliau berdakwah.

8. Nama Sunan Walisongo: Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

klip
Nama aslinya adalah Syech Syarief Hidayatulloh yang dilahirkan Tahun 1448 Masehi.
Ayahanda Syech Syarief Hidayatulloh adalah Syarief Abdullah, seorang dari Mesir keturunan
ke 17 Rosulullah SAW, bergelar Sultan Maulana Muhamad, Ibunda Syech Syarief
Hidayatullah adalah Nyai Rara Santang dan setelah masuk Islam berganti nama menjadi
Syarifah Muda’im adalah Putri Prabu Siliwangi dari kerajaan Padjajaran. Syech Syarief
Hidayatullah berkelana untuk belajar Agama Islam dan sampai di Cirebon pada tahun 1470
Masehi. Syech Syarief Hidayatullah dengan didukung uwanya, Tumenggung Cerbon Sri
Manggana Cakrabuana alias Pangeran Walangsungsang dan didukung Kerajaan Demak,
dinobatkan menjadi Raja Cerbon dengan gelar Maulana Jati pada tahun 1479.

Sejak itu pembangunan insfrastruktur Kerajaan Cirebon kemudian dibangun dengan dibantu
oleh Sunan Kalijaga, Arsitek Demak Raden Sepat, yaitu Pembangunan Keraton Pakungwati,
Masjid Agung Sang Cipta Rasa, jalan pinggir laut antara Keraajaan Pakungwati dan Amparan
Jati serta Pelabuhan Muara Jati.

Menyebarkan Islam
Advertisement

Syech Maulana Jati pada Tahun 1526 Masehi, menyebarkan Islam sampai Banten dan
menjadikannya Daerah Kerajaan Cirebon. Dan pada Tahun 1526 Masehi juga tentara
Kerajaan Cirebon dibantu oleh Kerajaan Demak dipimpin oleh Panglima Perang bernama
Fatahillah merebut Sunda Kelapa dan Portugis, dan diberi nama baru yaitu Jayakarta.

Pada tahun 1533 Masehi, Banten menjadi Kasultanan Banten dengan Sultannya adalah Putra
dari Syech Maulana Jati yaitu Sultan Hasanuddin. Syech Maulana Jati salah seorang Wali
Sanga yang mempekenalkan visi baru bagi masyarakat tentang apa arti menjadi Pemimpin,
apa makna Masyarakatm, apa Tujuan, Masyarakat, bagaimana seharusnya berkiprah di dalam
dunia ini lewat Proses Pemberdyaan.

Syech Maulan Jati melakukan tugas dakwah menyebarkan Agama Islam ke berbagai lapisan
Masyarakat dengan dukungan personel dan dukungan aspek organisasi kelompok Forum
Walisanga, dimana forum Walisanga secara efektif dijadikan sebagai organisasi dan alat
kepentingan dakwah, merupakan siasat yang tepat untuk mempercepat teresebarnya Agama
Islam.

Syech Maulana Jati berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 26 Rayagung tahun 891 Hijriah
atau bertepatan dengan tahun 1568 Masehi. Tanggal Jawanya adalah 11 Krisnapaksa bulan
Badramasa tahun 1491 Saka. Meninggal dalam usia 120 tahun, sehingga Putra dan Cucunya
tidak sempat memimpin Cirebon karena meninggal terlebih dahulu. Sehingga cicitnya yang
memimpin setelah Syech Maulana Jati. Syech Syarief Hidayatullah kemudian dikenal dengan
Sunan Gunung Jati karena dimakamkan di Bukit Gunung Jati. Biografiku.com

ing.co

9. Nama Sunan Walisongo: Sunan Giri (Raden Paku/Muhammad Ainul Yakin)


akucintanusantaraku.blogspot.com

Dikenal dengan nama Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin
dan Joko Samudra adalah nama salah seorang Wali Songo yang berkedudukan di desa Giri,
Kebomas, Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di Blambangan (Banyuwangi) pada tahun Saka
Candra Sengkala “Jalmo orek werdaning ratu” (1365 Saka). dan wafat pada tahun Saka
Candra Sengkala “Sayu Sirno Sucining Sukmo” (1428 Saka) di desa Giri, Kebomas, Gresik.

Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW; yaitu melalui jalur keturunan Husain
bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi,
Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal,
Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib
Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan,
Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar),
Maulana Ishaq, dan 'Ainul Yaqin (Sunan Giri). Umumnya pendapat tersebut adalah
berdasarkan riwayat pesantren-pesantren Jawa Timur, dan catatan nasab Sa'adah BaAlawi
Hadramaut.

Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari
Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah
Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun kelahiran Sunan Giri ini dianggap
rakyat Blambangan sebagai pembawa kutukan berupa wabah penyakit di kerajaan
Blambangan. Kelahiran Sunan Giri disambut Prabu Menak Sembuyu dengan membuatkan
peti terbuat dari besi untuk tempat bayi dan memerintahkan kepada para pengawal kerajaan
untuk menghanyutkannya ke laut.
Berita itupun tak lama terdengar oleh Dewi Sekardaru. Dewi Sekardadu berlari mengejar bayi
yang barusaja dilahirkannya. Siang dan malam menyusuri pantai dengan tidak memikirkan
lagi akan nasib dirinya. Dewi Sekardadupun meninggal dalam pencariannya.
Advertisement

Peti besi berisi bayi itu terombang-ambing ombak laut terbawa hinga ke tengah laut. Peti itu
bercahaya berkilauan laksana kapal kecil di tengah laut. Tak ayal cahaya itu terlihat oleh
sekelompok awak kapal (pelaut) yang hendak berdagang ke pulau Bali. Awak kapal itu
kemudian menghampiri, mengambil dan membukanya peti yang bersinar itu. Awak kapal
terkejut setelah tahu bahwa isi dari peti itu adalah bayi laki-laki yang molek dan bercahaya.
Awak kapalpun memutar haluan kembali pulang ke Gresik untuk memberikan temuannya itu
kepada Nyai Gede Pinatih seorang saudagar perempuan di Gresik sebagai pemilik kapal.
Nyai Gede Pinatih keheranan dan sangat menyukai bayi itu dan mengangkanya sebagai anak
dengan memberikan nama Joko Samudra.
Saat mulai remaja diusianya yang 12 tahun, Joko Samudra dibawa ibunya ke Surabaya untuk
berguru ilmu agama kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel) atas permintaannya sendiri. Tak
berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid
kesayangannya itu. Sunan Ampel mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang),
untuk mendalami ajaran Islam di Pasai sebelum menunaikan keinginannya untuk
melaksanakan ibadah Haji. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah
ayahnya sendiri. Di sinilah, Joko Samudra mengetahui cerita mengenai jalan hidup masa
kecilnya.

Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden
'Ainul Yaqin diperintahkan gurunya yang tak lain adalah ayahnya sendiri itu untuk kembali
ke Jawa untuk mengembangkan ajaran islam di tanah Jawa. Dengan berbekal segumpal tanah
yang diberikan oleh ayahandanya sebagai contoh tempat yang diinginkannya, Raden ‘Ainul
Yaqin berkelana untuk mencari dimana letak tanah yang sama dengan tanah yang diberikan
oleh ayahanya. Dengan bertafakkur dan meminta pertolongan serta petunjuk dari Allah SWT.
maka petunjuk itupun datang dengan adanya bukit yang bercahaya. Maka didatangilah bukit
itu dan di lihat kesamaanya dan ternyata memang benar-benar sama dengan tanah yang
diberikan oleh ayahnya. Perbukitan itulah yang kemudian ditempati untuk mendirikan sebuah
pesantren Giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas, Gresik pada tahun Saka
nuju tahun Jawi Sinong milir (1403 Saka). Pesantren ini merupakan pondok pesantren
pertama yang ada di kota Gresik. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia
dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.

Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam
di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sumbawa, Sumba,
Flores, Ternate, Sulawesi dan Maluku. Karena pengaruhnya yang luas saat itu Raden Paku
mendapat julukan sebagai Raja dari Bukit Giri. Pengaruh pesantren Giri terus berkembang
sampai menjadi kerajaan yang disebut Giri. Kerajaan Giri Kedaton menguasai daerah Gresik
dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.

Terdapat beberapa karya seni tradisonal. Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan
Sunan Giri, di antaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, Jor, Gula-
gantiLir-ilir dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti
Asmaradana dan Pucung. Biografiku.com
Advertisement
loading...

Anda mungkin juga menyukai