Nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim, wafat digresik, 12 Raiul awal 822/8 April 1419). Salah seorang dari wali songo yang di yakini sebagai pelopor penyebaran Islam di Jawa. Ia juga di kenal dengan nama Maulana Maghribi atau Syekh Maghrib, karena di duga berasal dari wilayah Maghribi, Afika Utara. Ada pula yang mengenalnya sebagai Jumadil Kubra. Akan tetapi,masyarakat umum di Jawa lebih mengenalnya sebagai Sunan Gresik, karena tempat tinggal untuk menyiarkanagama Islam dan pemakamannya berada di daerah Gresik. Pendekatan yang beliau lakukan kepada rakyat dengan melalui cocok tanam dan jalur perdagangan. Selama berdakwah beliau selalu berusaha menghilangkan sistem kasta yang menjadi sumber perpecahan dalam masyarakat. Peninggalan sejarah dari Sunan Gresik berupa Masjid Maulana Malik Ibrahim di daerah Leran, Gresik.
2. Sunan Ampel ( Raden Rahmat)
Beliau lahir pada tahun 1401 masehi dan wafat pada tahun 1478 masehi. Kemudian pada tahun 1443 beliau mulai hijrah ke Pulau Jawa. Dalam menyebarkan ajaran Islam , Sunan Ampel melakukan dakwah di daerah Ampel Denta, Surabaya. Di Ampel Denta, Raden Rahmat memfasilitasi masyarakatyang belajar agama Islam dan berkonsultasi denganmendirikan sebuah pondok. Ajaran dari beliau yang sangat terkenal adalah falsafah “Moh Limo”. Kata moh limo ini berasal dari Jawa dimana moh berarti menolak atau tidak danlimo berarti lima. Maksut dari falsafal moh limo adalahmenolak lima hal yang dilarang dalam Islam.Isi dari falsafah Moh Limo yaitu Moh Main maksutnya adalah tidak berjudi, Moh Ngombeatau tidak minum khamr, Moh Maling (tidak mencuri), Moh Madat atau tidak menghisapnarkoba dan yang terakhir Moh Madon yaitu tidak berzina.Peninggalan bersejarah dari Sunan Ampel adalah Masjid Ampel di Ampel Denta, Surabaya.Beliau wafat di Surabaya dan di makamkan di dekat Masjid Ampel 3. Sunan Bonang ( Maulana Makdum Ibrahim) Maulana Makdum Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel. Sunan Bonang pernah menimba ilmu agama Islam di daerah Pasai, Malaka. Di sana beliau menimba ilmu kepada Sunan Giri terutama dalam metode dakwah penyebaran Islam agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Setelah selesai menimba ilmu dari Sunan Gresik, kemudian beliau pulang kembali ke kota Tuban (kota kelahiran ibunya) lalu mendirikan sebuah Pondok Pesantren. Karena kebanyakan masyarakat Tuban senang dengan musik, kemudian dalam dakwahnya beliau menggunakan alat musik yaitu gamelan. Beliau melakukan dakwahnya disela-sela pertunjukan musik tersebut berlangsung. Sehingga ada beberapa peninggalan bersejarah dari beliau dalam alat musik tradisional yaitu berupa bonang, kenong dan bende.
4. Sunan Drajat ( Raden Qosim atau Raden Syaifudin )
Beliau adalah salah satu saudara seibu dari Sunan Bonang. Dari beberapa kisah beliau juga dikenal dengan nama Raden Syaifudin. Setelah Ayahnya wafat beliau juga pernah menimba ilmu agama kepada Sunan Muria. Setelah selesai kemudian beliau kembali ke daerah pesisir Banjarwati, Lamongan untuk menyebarkan ajaran Islam. Seiring dengan berjalannya waktu, sudah banyak sekali murid dari Sunan Drajat. Hingga akhirnya beliau mendirikan sebuah pondok pesantren di daerah Daleman di Desa Drajat Paciran Lamongan.Dalam dakwahnya beliau melalui suluk seperti yang pernah diajarkan oleh gurunya yaitu Sunan Muria.
5. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Sunan Kalijaga adalah salah satu diantara walisongo yang terkenal sekali di tanah Jawa. Beliau adalah salah satu putra dari seorang bupati Tuban pada waktu itu yaitu Arya Wilatika. Ayah dari Sunan Kalijaga sendiri adalah seorang pemimpin pemberontakan Ronggolawe pada zaman Kerajaan Majapahit. Ketika muda Raden Syahid telah mewarisi dari semangat ayahnya, beliau pernah memprotes keras terhadap penarikan pajak yang tidak memiliki rasa kemanusiaan pada pemerintahan Kerajaan Majapahit. Dari sang gurulah Sunan Kalijaga mendapatkan ide untuk melakukan dakwah dengan cara yang berbeda yaitu memanfaatkan wayang dan gamelan. Dalam pertunjukan tersebut beliau menyisipkan sedikit demi sedikit tentang ajaran Islam. Dan dengan metode dakwah tersebut akhirnya bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Selain berdakwah dengan wayang dan gamelan, beliau juga menanamkan nilai-nilai ajaran Islam dalam berbagai kebudayaan lainnya. Dalam peninggalan dari Sunan Kalijaga ada beberapa kesenian yang telah menjadi seni khas yaitu wayang, gamelan, ukir dan juga ada beberapa lagu jawa yang terkenal yaitu tembang lir ililir.
6. Sunan Qudus (Ja'far Shadiq)
Sunan Kudus atau dikenal dengan nama Ja’far Shadiq
adalah salah satu cucu dari Sunan Ampel. Selain itu Sunan Kudus juga salah satu keponakan dari Sunan Drajat dan Sunan Bonang. Dari beberapa sumber, Sunan Kudus pernah menuntut ilmu di Yerusalem Palestina yang langsung kepada ulama-ulama dari Arab. Untuk mempermudah dalam berdakwah, beliau menyebarkan ajaran Islam dikalangan para pejabat, bangsawan kerajaan dan para priyayi di tanah Jawa dengan menyanggupi menjadi seorang pemimpin di sana. Dalam menyebarkan ajaran Islam beliau juga menggunakan metode yang hampir sama dengan Sunan Kalijaga yaitu melakukan pendekatan terhadap kebudayaan daerah setempat. Dengan keluasan ilmunya, sampai- sampai para wali memberi gelar kepada Sunan Kudus sebagai Wali Al’ilmi yang berarti orang yang mempunyai ilmu yang luas. Selama Sunan Kudus berdakwah ada beberapa peninggalan yang sampai sekarang masih ada yaitu Masjid Menara Kudus, tempat tersebut memiliki sebuah menara dengan bercorak khas Hindu. Selain menara, beliau juga mewariskan budaya toleransi yang sangat mulia.
7. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria adalah salah satu putra dari Sunan Kalijaga
dengan istrinya yang bernama Saroh. Selain itu Sunan Muria juga merupakan keponakan dari Sunan Giri, karena Saroh merupakan adik dari Sunan Giri. Dalam dakwahnya mengajarkan ajaran Islam, beliau menggunakan metode yang sama dengan ayahnya. Beliau menyampaikan ajaran Islam dengan melalui kebudayaan dan kesenian jawa. Akan tetapi Sunan Muria lebih memilih tempat terpencil di pesisir pantai sebagai tempatnya berdakwah. Tempat yang ia pilih adalah Gunung Muria yang berada di daerah Jawa Tengah. Dari tempatnya berdakwah telah menyebar ajarannya hingga ke Pati, Kudus, Juana, Tayu dan Jepara. Agar dalam berdakwah menarik banyak orang, beliau menggunakan sebuah tembang jawa. Tembang jawa yang beliau gunakan salah satunya adalah tembang Sinom dan Kinanti. Dalam peninggalannya selama berdakwah ada sebuah Masjid Muria yang berada di daerah pusat tempat beliau berdakwah. 8. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Menurut sejarah Sunan Gunung Jati merupakan salah satu putra
dari kerajaan Pajajaran yang bernama Pangeran Walangsungsang dan adiknya yang bernama Raja Santang. Beliau merupakan salah satu dari Walisongo yang berdakwah di daerah Jawa Barat. Dalam dakwahnya beliau memilih untuk menyebarkan ajaran Islam di daerah Cirebon. Selain itu Sunan Gunung Jati juga pernah dinobatkan sebagai Raja Cirebon ke 2 pada tahun 1479 dengan gelar Maulana Jati. Selain di Cirebon beliau juga berdakwah sampai ke Banten. Peninggalan sejarah Sunan Gunung Jati salah satunya adalah Masjid Agung Banten.
9. Sunan Giri (Raden Paku/Muhammad Ainul Yakin)
Nama Walisongo yang terakhir adalah Sunan Giri atau biasa
dikenal dengan Raden Paku. Beliau adalah putra dari Syekh Maulana Ishaq, seorang ulama dari Gujarat yang pernah menetap di Pasai atau Aceh. Sementara ibunya bernama Dewi Sekardadu yang menjadi putri Raja Hindu Blambangan Jawa Timur. Awal mula Sunan Giri menyebarkan ajaran Islam sejak beliau bertemu dengan Sunan Ampel yang asih menjadi sepupunya. Setelah itu kemudian beliau disarankan oleh Sunan Ampel untuk berdakwah di daerah Blambangan, sebelah selatan Banyuwangi Jawa Timur. Saat itu masyarakat Blambangan sedang tertimpa sebuah penyakit. Hingga putri Raja Blambangan pun juga terkena penyakit tersebut. Akhirnya Sunan Giri pun dapat menyembuhkan putri tersebut juga para masyarakat Blambangan. Dalam peninggalannya Sunan Giri juga menciptakan beberapa tembang jawa yang terkenal oleh masyarakat jawa, yaitu tembang Asmaradana dan Pucung. Selain itu beliau juga menciptakan beberapa lagu anak-anak dalam bahasa jawa, diantaranya Jamuran, Cublak-cublak suweng, Jithungan dan Delikan yang sekarang masih ada dikalangan anak-anak.