Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KLIPING

BIOGRAFI WALI SONGO

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

Nama : Muhammad Syawal Dwi Putra


Kelas : IX.4
Absen : 21

SMP NEGERI 21 PALEMBANG


BIOGRAFI PARA WALI SONGO

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)


Nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim, wafat digresik,
12 Raiul awal 822/8 April 1419). Salah seorang dari wali songo
yang di yakini sebagai pelopor penyebaran Islam di Jawa. Ia
juga di kenal dengan nama Maulana Maghribi atau Syekh
Maghrib, karena di duga berasal dari wilayah Maghribi, Afika
Utara. Ada pula yang mengenalnya sebagai Jumadil Kubra.
Akan tetapi,masyarakat umum di Jawa lebih mengenalnya
sebagai Sunan Gresik, karena tempat tinggal untuk
menyiarkanagama Islam dan pemakamannya berada di daerah
Gresik. Pendekatan yang beliau lakukan kepada rakyat dengan melalui cocok tanam dan
jalur perdagangan. Selama berdakwah beliau selalu berusaha menghilangkan sistem kasta
yang menjadi sumber perpecahan dalam masyarakat. Peninggalan sejarah dari Sunan
Gresik berupa Masjid Maulana Malik Ibrahim di daerah Leran, Gresik.

2. Sunan Ampel ( Raden Rahmat)


Beliau lahir pada tahun 1401 masehi dan wafat pada tahun 1478
masehi. Kemudian pada tahun 1443 beliau mulai hijrah ke Pulau
Jawa. Dalam menyebarkan ajaran Islam , Sunan Ampel melakukan
dakwah di daerah Ampel Denta, Surabaya. Di Ampel Denta, Raden
Rahmat memfasilitasi masyarakatyang belajar agama Islam dan
berkonsultasi denganmendirikan sebuah pondok. Ajaran dari
beliau yang sangat terkenal adalah falsafah “Moh Limo”. Kata moh
limo ini berasal dari Jawa dimana moh berarti menolak atau tidak
danlimo berarti lima. Maksut dari falsafal moh limo adalahmenolak
lima hal yang dilarang dalam Islam.Isi dari falsafah Moh Limo yaitu Moh Main
maksutnya adalah tidak berjudi, Moh Ngombeatau tidak minum khamr, Moh Maling
(tidak mencuri), Moh Madat atau tidak menghisapnarkoba dan yang terakhir Moh Madon
yaitu tidak berzina.Peninggalan bersejarah dari Sunan Ampel adalah Masjid Ampel di
Ampel Denta, Surabaya.Beliau wafat di Surabaya dan di makamkan di dekat Masjid
Ampel
3. Sunan Bonang ( Maulana Makdum Ibrahim)
Maulana Makdum Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan
Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel. Sunan Bonang
pernah menimba ilmu agama Islam di daerah Pasai, Malaka. Di
sana beliau menimba ilmu kepada Sunan Giri terutama dalam
metode dakwah penyebaran Islam agar dapat diterima dengan
baik oleh masyarakat. Setelah selesai menimba ilmu dari Sunan
Gresik, kemudian beliau pulang kembali ke kota Tuban (kota
kelahiran ibunya) lalu mendirikan sebuah Pondok Pesantren.
Karena kebanyakan masyarakat Tuban senang dengan musik,
kemudian dalam dakwahnya beliau menggunakan alat musik yaitu gamelan. Beliau
melakukan dakwahnya disela-sela pertunjukan musik tersebut berlangsung. Sehingga ada
beberapa peninggalan bersejarah dari beliau dalam alat musik tradisional yaitu berupa
bonang, kenong dan bende.

4. Sunan Drajat ( Raden Qosim atau Raden Syaifudin )


Beliau adalah salah satu saudara seibu dari Sunan Bonang. Dari
beberapa kisah beliau juga dikenal dengan nama Raden Syaifudin.
Setelah Ayahnya wafat beliau juga pernah menimba ilmu agama
kepada Sunan Muria. Setelah selesai kemudian beliau kembali ke
daerah pesisir Banjarwati, Lamongan untuk menyebarkan ajaran
Islam. Seiring dengan berjalannya waktu, sudah banyak sekali
murid dari Sunan Drajat. Hingga akhirnya beliau mendirikan
sebuah pondok pesantren di daerah Daleman di Desa Drajat
Paciran Lamongan.Dalam dakwahnya beliau melalui suluk  seperti
yang pernah diajarkan oleh gurunya yaitu Sunan Muria.

5. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)


Sunan Kalijaga adalah salah satu diantara walisongo yang
terkenal sekali di tanah Jawa. Beliau adalah salah satu putra
dari seorang bupati Tuban pada waktu itu yaitu Arya
Wilatika. Ayah dari Sunan Kalijaga sendiri adalah seorang
pemimpin pemberontakan Ronggolawe pada zaman
Kerajaan Majapahit. Ketika muda Raden Syahid telah
mewarisi dari semangat ayahnya, beliau pernah memprotes
keras terhadap penarikan pajak yang tidak memiliki rasa
kemanusiaan pada pemerintahan Kerajaan Majapahit. Dari
sang gurulah Sunan Kalijaga mendapatkan ide untuk
melakukan dakwah dengan cara yang berbeda yaitu memanfaatkan wayang dan gamelan.
Dalam pertunjukan tersebut beliau menyisipkan sedikit demi sedikit tentang ajaran Islam.
Dan dengan metode dakwah tersebut akhirnya bisa diterima dengan baik oleh masyarakat.
Selain berdakwah dengan wayang dan gamelan, beliau juga menanamkan nilai-nilai
ajaran Islam dalam berbagai kebudayaan lainnya. Dalam peninggalan dari Sunan Kalijaga
ada beberapa kesenian yang telah menjadi seni khas yaitu wayang, gamelan, ukir dan juga
ada beberapa lagu jawa yang terkenal yaitu tembang lir ililir.

6. Sunan Qudus (Ja'far Shadiq)

Sunan Kudus atau dikenal dengan nama Ja’far Shadiq


adalah salah satu cucu dari Sunan Ampel. Selain itu
Sunan Kudus juga salah satu keponakan dari Sunan
Drajat dan Sunan Bonang. Dari beberapa sumber, Sunan
Kudus pernah menuntut ilmu di Yerusalem Palestina
yang langsung kepada ulama-ulama dari Arab. Untuk
mempermudah dalam berdakwah, beliau menyebarkan
ajaran Islam dikalangan para pejabat, bangsawan
kerajaan dan para priyayi di tanah Jawa dengan
menyanggupi menjadi seorang pemimpin di sana.
Dalam menyebarkan ajaran Islam beliau juga
menggunakan metode yang hampir sama dengan Sunan Kalijaga yaitu melakukan
pendekatan terhadap kebudayaan daerah setempat. Dengan keluasan ilmunya, sampai-
sampai para wali memberi gelar kepada Sunan Kudus sebagai Wali Al’ilmi yang berarti
orang yang mempunyai ilmu yang luas. Selama Sunan Kudus berdakwah ada beberapa
peninggalan yang sampai sekarang masih ada yaitu Masjid Menara Kudus, tempat
tersebut memiliki sebuah menara dengan bercorak khas Hindu. Selain menara, beliau juga
mewariskan budaya toleransi yang sangat mulia.

7. Sunan Muria (Raden Umar Said)

Sunan Muria adalah salah satu putra dari Sunan Kalijaga


dengan istrinya yang bernama Saroh. Selain itu Sunan Muria
juga merupakan keponakan dari Sunan Giri, karena Saroh
merupakan adik dari Sunan Giri. Dalam dakwahnya
mengajarkan ajaran Islam, beliau menggunakan metode yang
sama dengan ayahnya. Beliau menyampaikan ajaran Islam
dengan melalui kebudayaan dan kesenian jawa. Akan tetapi
Sunan Muria lebih memilih tempat terpencil di pesisir pantai
sebagai tempatnya berdakwah. Tempat yang ia pilih adalah
Gunung Muria yang berada di daerah Jawa Tengah. Dari tempatnya berdakwah telah
menyebar ajarannya hingga ke Pati, Kudus, Juana, Tayu dan Jepara. Agar dalam
berdakwah menarik banyak orang, beliau menggunakan sebuah tembang jawa. Tembang
jawa yang beliau gunakan salah satunya adalah tembang Sinom dan Kinanti. Dalam
peninggalannya selama berdakwah ada sebuah Masjid Muria yang berada di daerah pusat
tempat beliau berdakwah.
8. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Menurut sejarah Sunan Gunung Jati merupakan salah satu putra


dari kerajaan Pajajaran yang bernama Pangeran Walangsungsang
dan adiknya yang bernama Raja Santang. Beliau merupakan salah
satu dari Walisongo yang berdakwah di daerah Jawa Barat. Dalam
dakwahnya beliau memilih untuk menyebarkan ajaran Islam di
daerah Cirebon. Selain itu Sunan Gunung Jati juga pernah
dinobatkan sebagai Raja Cirebon ke 2 pada tahun 1479 dengan
gelar Maulana Jati. Selain di Cirebon beliau juga berdakwah
sampai ke Banten. Peninggalan sejarah Sunan Gunung Jati salah
satunya adalah Masjid Agung Banten.

9. Sunan Giri (Raden Paku/Muhammad Ainul Yakin)

Nama Walisongo yang terakhir adalah Sunan Giri atau biasa


dikenal dengan Raden Paku. Beliau adalah putra dari Syekh
Maulana Ishaq, seorang ulama dari Gujarat yang pernah
menetap di Pasai atau Aceh. Sementara ibunya bernama Dewi
Sekardadu yang menjadi putri Raja Hindu Blambangan Jawa
Timur. Awal mula Sunan Giri menyebarkan ajaran Islam sejak
beliau bertemu dengan Sunan Ampel yang asih menjadi
sepupunya. Setelah itu kemudian beliau disarankan oleh
Sunan Ampel untuk berdakwah di daerah Blambangan,
sebelah selatan Banyuwangi Jawa Timur. Saat itu masyarakat
Blambangan sedang tertimpa sebuah penyakit. Hingga putri Raja Blambangan pun juga
terkena penyakit tersebut. Akhirnya Sunan Giri pun dapat menyembuhkan putri tersebut
juga para masyarakat Blambangan. Dalam peninggalannya Sunan Giri juga menciptakan
beberapa tembang jawa yang terkenal oleh masyarakat jawa, yaitu
tembang Asmaradana dan Pucung. Selain itu beliau juga menciptakan beberapa lagu
anak-anak dalam bahasa jawa, diantaranya Jamuran, Cublak-cublak suweng,
Jithungan  dan  Delikan yang sekarang masih ada dikalangan anak-anak.

Anda mungkin juga menyukai