Anda di halaman 1dari 1

Makalah Wali Songo

Diunggah oleh Fahrul Syawal

& 71% (14) · 18K tayangan · 12 halaman


Informasi Dokumen '
kkk

Unduh
Hak Cipta (
© © All Rights Reserved

Format Tersedia
DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
BAB I
Bagikan dokumen Ini PENDAHULUAN

A.
! Latar Belakang
"
Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung demikian lama,

Facebook Twitter
sebagian berpendapat bahwa Islam masuk pada abad ke-7 M yang datang lansung dari Arab.
Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13, dan ada juga yang
berpendapat bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke 9 M atau 11 M . Perbedaan pendapat

$
tersebut dari pendekatan historis semuanya benar, hal tersebut didasar bukti-bukti sejarah
serta penelitian para sejarawan yang menggunakan pendekatan dan metodenya masing-

Email
masing.
Berdasarakan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah, bahwa Islam
mulai berkembang di Nusantara sekitar abad 13 M. Hal tersebut tak lepas dari peran tokoh

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?


serta ulama yang hidup pada saat itu, dan diantara tokoh yang sangat berjasa dalam proses
Islamisasi di Nusantara terutama di tanah Jawa adalah “ Walisongo”. Peran Walisongo dalam
proses Islamisasi di tanah Jawa sangat besar. Tokoh Walisongo yang begitu dekat dikalangan
masyarakat muslim kultural Jawa sangat mereka hormati. Hal ini karena ajaran-ajaran dan
dakwahnya yang unik serta sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap masyarakat
Jawa sehingga dengan mudah Islam menyebar ke seluruh wilayah Nusantara.

Apakah kontenMasalah
B. Rumusan ini tidak pantas? Laporkan Dokumen Ini
Berdasarkan Latar belakang masalah, maka kami memuat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Siapakah Walisongo itu?
2. Melalui bidang apa saja walisongo menyebarkan agama islam?
3. Bagaimana pendekatan unsur-unsur dakwah Islam Walisongo?
4. Bagaimana eksistensi metode dakwah Walisongo pada masa kini?

IKLAN Baca tanpa iklan.

BAB II
PEMBAHASAN

Walisongo menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa yang terbagi dari Surabaya-Gresik-
Lamongan JawaTimur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Keberhasilan Islamisasi Jawa merupakan hasil perjuangan dan kerja keras Walisongo. Proses
Islamisasi berjalan dengan damai, baik politik maupun kultural, meskipun terdapat konflik
itupun sangat kecil sehingga tidak mengesankan sebagai perang maupun kekerasan ataupun
pemaksaan budaya. Penduduk Jawa menganut dengan suka rela. Walisongo menerapkan
metode dakwah yang lentur atau baik sehingga dapat diterima baik oleh masyarakat jawa.
Kehadiran para Wali ditengah-tengah Pulau Jawa tidak dianggap sebagai ancaman.
Para Wali ini menyebarkan agama Islam dengan menggunakan pendekatan budaya dengan
cara akuluturasi seni budaya lokal yang dikemas dengan Islam seperti wayang, tembang jawa,
gamelan , upacara-upacara adat yang digabungkan dengan Islam dan dengan kepiawaan para
Wali menggunakan unsur-unsur lama (Hindu-Buddha) sebagai media dakwah mereka dan
sedikit demi sedikit memasukan nilai-nilai ajaran agama islam kedalam unsur tersebut atau
dapat disebut metode sinkretisme yang berarti pencampuradukan sebagai unsur aliran atau
paham sehingga yang bentuk abstrak yang berbeda membentuk keserasiaan. Dengan
berkembang pesatnya Islam pada masa Walisongo tersebut maka kita akan mencoba
membahasnya dalam makalah ini.

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim, wafat di


Gresik, 12 Raiul awal 822/8 April 1419). Salah seorang
dari wali songo yang di yakini sebagai pelopor
penyebaran Islam di Jawa. Ia juga di kenal dengan nama
Maulana Maghribi atau Syekh Maghrib, karena di duga
berasal dari wilayah Maghribi, Afika Utara. Adapula
yang mengenalnya sebagai Jumadil Kubra. Akan tetapi,
masyarakat umum di Jawa lebih mengenalnya sebagai
Sunan Gresik, karena tempat tinggal untuk menyiarkan
agama Islam dan pemakamannya berada di daerah
Gresik

Beliau memulai dakwahnya dengan merangkul rakyat


biasa korban dari perang saudara pada Kerajaan

IKLAN Baca tanpa iklan.

Majapahit. Pendekatan beliau kepada rakyat melalui cocok tanam dan jalur perdagangan.
Sehingga masyarakat yang kesulitan dalam hal ekonomi merasa terbantu dan perlahan
mempelajari Islam atas bimbingan beliau. Seiring berjalannya waktu, orang yang belajar
Islam pun semakin banyak, kemudian Sunan Gresik mendirikan pondok pesantren di daerah
Leran, Gresik. Di sebuah pondok itulah beliau mengajarkan ilmu hingga akhir hayatnya.
Beliau meninggal pada tahun 1941M dan jenazahnya di makamkan di Desa Gapura Wetan,
Gresik.

Selama berdakwah beliau selalu berusaha menghilangkan sistem kasta yang menjadikan
perpecahan di masyarakat. Karena di sisi Allah yang membedakan manusia satu dengan yang
lain adalah amal ibadah yang mereka lakukan. Peninggalan bersejarah dari Sunan Gresik
berupa Masjid Malik Ibrahim di Leran, Gresik.

Karyanya

Syaikh Maulana Malik Ibrohim/Syaikh Maghribi adalah seorang tokoh ulama’ yang ahli di
bidang tata negara, beliau masih keturunan Syaikh Zainal Abidin bin Saiyidina Hasan bin Ali
bin Abu Tholib.Beliau datang ke pulau jawa pada tahun 1404 M, wafat pada tahun 1419 M.
Oleh masyarakat pribumi beliau dikenal dengan sebutan “Kaki Bantal”. Menurut cerita,
beliau paling senang wirid surat Al-Ihlas.

- KESENIAN : Tembang Suluk, Gundul-gundul pacul,dll


- PENDIDIKAN : Pondok Pesantren di Leran, Gresik

2. Sunan Ampel (Raden Rahmat) (Campa, Aceh, 1401-Ampel,Surabaya,1481)

Raden Rahmat atau yang disebut Sunan Ampel merupakan


putra dari Syekh Maulana Malik Ibrahim dengan Dewi
Condro Wulan. Dewi Condro Wulan merupakan putri Raja
Champa yang masih ada silsilah keturunan Dinasti Ming
yang terakhir. Sunan Ampel berdakwah menyebarkan Islam
di daerah Ampel Denta, Surabaya.

Di Ampel Denta, Raden Rahmat memfasilitasi masyarakat


yang belajar agama Islam dan berkonsultasi dengan
mendirikan sebuah pondok. Ajaran dari beliau yang sangat
terkenal adalah falsafah “Moh Limo”. Kata moh limo ini
berasal dari Jawa dimana moh berarti menolak atau tidak dan
limo berarti lima. Maksut dari falsafal moh limo adalah
menolak lima hal yang dilarang dalam Islam.

Isi dari falsafah Moh Limo yaitu Moh Main maksutnya adalah tidak berjudi, Moh Ngombe
atau tidak minum khamr, Moh Maling (tidak mencuri), Moh Madat atau tidak menghisap
narkoba dan yang terakhir Moh Madon yaitu tidak berzina.

Peninggalan bersejarah dari Sunan Ampel adalah Masjid Ampel di Ampel Denta, Surabaya.
Beliau wafat di Surabaya dan di makamkan di dekat Masjid Ampel.

Karyanya

IKLAN Baca tanpa iklan.

Sunan Ampel atau Raden Rohmat adalah anak seorang ulama’ besar dari samarqondi, ibunya
bernama Dewi Candra Wulan, putri Raja Cempa. Menurut cerita, beliu senang membaca
surat Yasin. Dan termasuk ajaran beliu yang terkenal adalah melarang “MA LIMA” Atau “
M. lima” Yaitu:

1. Main (Berjudi)
2. Minum (Minum-minuman keras)
3. Madad (Menghisap ganja, candu, dan lain sebagainya)
4. Maling (Mencuri, korupsi)
5. Madon (Berzina)

- POLITIK : Rancangan Kerajaan Islam Demak

3. Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)

Sunan Bonang atau yang memilki nama asli Maulana


Makdum Ibrahim merupakan putra dari Sunan Ampel
dengan istrinya yang bernama Dewi Condrowati. Nama
lain dari Dewi Condrowati adalah Nyai Ageng Manila.
Maulana Makdum Ibrahim menimba ilmu agama Islam di
daerah Pasai, Malaka. Di Malaka Sunan Bonang
menimba ilmu dari Sunan Giri terutama dalam metode
penyebaran Islam agar mudah diterima masyarakat

Selesai menimba ilmu dari Sunan Giri kemudian beliau


pulang ke kota Tuban (kota kelahiran ibunya) dan
mendirikan sebuah pondok pesantren. Di Kota Tuban
Sunan Bonang menggencarkan dakwah melalui musik gamelan. Karakteristik masyarakat
Tuban yang menyukai hiburan terutama musik, membuat beliau melakukan pendekatan
terhadap masyarakat melalui alat musik buatannya tersebut.

Sunan Bonang melakukan dakwahnya di sela-sela pertunjukan musik. Peninggalan bersejarah


dari Beliau yaitu alat musik tradisional gamelan berupa bonang, kenong dan bende.

Karyanya

Sunan Bonang dan Sunan Giri adalah murid Sunan Ampel kemudian meneruskan
mondoknya di pasai. Setelah keduanya kembali dari pasai, Sunan Giri membuat pondok di
Giri, kemudian dikenal dengan Giri kedaton, sedangkan Sunan Bonang membuat pesantren di
tuban. Sunan bonang sangat terkenal ahli ilmu Tauhid dan Tashowuf, juga sangat gigih di
dalam berjuang menyebarkan agama islam, sehingga wafatnyapun sedang dalam rangka
berda’wah di Bawean. Sebagaimana ayahnya, Sunan Bonang juga suka se kali membaca surat
Yasin.

KESENIAN : Gending, tembang tombo ati dan suluk

4. Nama Sunan Walisongo: Sunan Drajat (Raden Qosim atau Raden Syaifudin)

IKLAN Baca tanpa iklan.

Raden Qosim atau yang dikenal sebagai Sunan Drajat merupakan saudara seibu dari Sunan
Bonang. Berdasarkan beberapa kisah yang ada beliau juga terkenal dengan sebutan Raden
Syaifudin. Beliau belajar ilmu agama dan berguru pada Sunan Muria setelah wafatnya sang
ayah. Kemudian kembali ke daerah pesisir Banjarwati, Lamongan untuk berdakwah.

Untuk menunjang dakwah Raden Qosim yang muridnya


semakin banyak, beliau mendirikan sebuahh pondok
pesantren di daerah Daleman Dhuwur di Desa Drajat,
Paciran Lamongan. Di sana Sunan Drajat melangsungkan
dakwahnya melalui suluk yang pernah di pelajarinya
ketika berguru pada Sunan Muria.

Suluk yang sering beliau sampaikan kepada murid-


muridnya ialah “Suluk Petuah”. Dalam Suluk yang
diajarkan Sunan Drajat terdapat beberapa pesan yang di
tanamkan dalam diri manusia untu menolong sesama
manusia.

Karyanya

1. “Wenehono teken marang wong kang wuto” maksutnya berilah tongkat kepada orang yang
buta.

2. “Wenehono mangan marang wong kang luwe” maksutnya berilah makanan kepada orang
yang lapar.

3. “Wenehono busono marang wong kang wudo” maksutnya berilah pakaian kepada orang
yang telanjang.

4. “Wenohono ngiyup marang wong kang kudanan maksutnya berilah tempat berteduh
kepada orang yang kehujanan.

Serta masih banyak lagi suluk lain yang menjadi peninggalan Raden Syaifudin, namun suluk
yang terkenal adalah Suluk Petuah diatas. Suluk tersebut sampai sekarang masih dipelajari di
pondok-pondok Jawa kuno.

IKLAN Baca tanpa iklan.

5. Sunan Kalijaga (Raden Said)

Sunan Kali Jaga merupakan orang Jawa


asli yang lahir di darah Tuban. Beliau
memiliki nama asli Raden Said. Beliau
Raden Said merupakan anak dari
seorang bupati Kabupaten Tuban yang
waktu itu bernama Arya Wilatika.

Ayah dari Sunan Kali Jaga sendiri


adalah seorang pemimpin kelompok
dari pemberontakan Ronggolawe ketika
zaman Kerajaan Majapahit. Sunan Kali
Jaga ketika muda telah mewarisi dari semangat ayahnya, Beliau memprotes keras terhadap
penarikan pajak yang tidak memiliki perikemanusiaan pada pemerintahan Kerajaan
Majapahit

Lalu dibuat susunan rencana perampokan ke seluruh anggota pejabat pajak untuk kemudian
dibagikan semua hartanya kepada rakyat miskin. Akibat dari perampokan tersebut, Sunan
Kali Jaga dijuluki oleh seantero Kerajaan Majapahit Bandar Lokajaya.

Akan tetapi aksi perampokan tersebut berhenti saat beliau Sunan Kali Jaga bertemu dengan
seseorang yang akan menjadi gurunya yaitu Sunan Bonang. Kemudain Raden Said dinasehati
supaya berhenti dari tindakannya tersebut, karena jalan untuk menuju kebaikan tidak dapat
ditempuh melalui jalan keburukan.

Akhirnya Sunan Kali Jaga pun berhenti dari tindakan perampokannya dan berguru ilmu
agama kepada Sunan Bonang. Dari sang gurulah Sunan Kali Jaga mendapat ide dalam
berdakwah, yaitu dengan memanfaatkan wayang dan gamelan.

Dimana ketika ada pertunjukkan wayang maupun yag menggunakan gamelan, didalamnya
disisipkan tentang ajaran Islam. Ajaran agama islam yang beliau dakwahkan ini bisa diterima
dan sangat membumi karena Sunan Kali Jaga merupakan orang Jawa asli.

Beliau mengajarkan ilmu agama Islam kepada masyarakat secara bertahap. Melalui ideologi
dan kebudayaan Jawa Sunan Kali Jaga menanamkan nilai-nilai agama Islam. Karena beliau
memiliki keyakinan bahwa ketika agama islam telah dipahami dan masuk kedalam hati maka
secara otomatis perilaku buruk maupun kebiasaannya akan hilang dengan sendirinya.

Untuk peninggalan dari Sunan Kalijaga berupa kesenian yang sekarang menjadi seni khas
Jawa yaitu seni, wayang, gamelan, ukir dan suluk

Karyanya

Diantara karya-karya seni paninggalan beliau adalah:

Dipercayai oleh lebih dari 1 juta anggota

Coba Scribd GRATIS selama 30 hari untuk mengakses


lebih dari 125 juta judul tanpa iklan atau gangguan!

Mulai Coba Gratis

Batalkan Kapan Saja.

1. Baju taqwa
2. Wayang kulit
3. Bedug untuk memanggil orang berjama’ah dimasjid
4. Gong sekaten (dari kata syahadatain)
5. Manciptakan tembang dandang gula dan dandang gula semarangan
6. Seni ukir yang bermotif goyor.

6. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)

Nama asli dari Sunan Kudus yang juga merupakan cucu dari Sunan Ampel ialah Ja’far
Shadiq. Nasab beliau menjadi cucu Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati ini berasal dari
Ibunda beliau yang bernama Syarifah. Selain itu Sunan Kudus ini juga merupakan keponakan
dari Sunan Drajat dan Sunan Bonang.

Sumber ilmu tentang Agama Islam yang Sunan Kudus


miliki ini berkat kegigihan beliau menuntut ilmu di
timur tengah yakni Yerusalem, Palestina atau tepatnya
di kota Al-Quds. Namun sebelumnya, beliua juga
menuntut ilmu pada kedua pamannya yang juga
merupakan wali Allah.

Di Yerusalem Sunan Kudus ini banyak mendapatkan


ilmu-ilmu agama yang langsung bersumber dari
ulama-ulama dari Arab.

Sehingga dengan ketawadahun dan luasnya ilmu yang


beliau miliki, kemudian beliau pulang ke Nusantara
dan berinidiatif untuk medirikan sebuah pondok
pesantren untuk orang-orang umum belajar ilmu
agama Islam. Penulis sendiri belum mengetahui alasan beliau ini memilih desa Loram
Kabupaten Kudus Jawa Tengah ini sebagai tempat dakwah beliau.

Karyanya

Setelah pondok pesantren yang beliau dirikan ini berjalan beberapa waktu, berkat keluasan
ilmu dan toleransi yang tinggi akan antar umat beragama di Kudus tuan Ja’far Shadiq diminta
untuk menjadi pemimpin disana. Untuk mempermudah jalan dakwah beliau menyebar
luaskan agama Islam di kalangan para pejabat, bangsawan kerajaan dan para priyayi di tanah
Jawa, beliau pun menyanggupi menjadi seorang pemimpin.

Selain sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, berkat keluasan ilmu yang dimiliki oleh
Sunan Kudus ini, sampai-sampai para wali beliau memberikan gelar sebagai Wali Al ‘ilmi
yang artinya ialah orang yang memiliki ilmu luas.

Dalam menyebarkan agama Islam, tuan Ja’far Shadiq menggunakan metode yang hampir
sama dengan metode Sunan Kalijaga yakni melalui pendekatan terhadap kebudayaan daerah
setempat. Beliau menyisipkan nilai-nilai agama Islam ditengah kebudayaan Hindu Bunda
yang telah mengakar di masyarakat.

IKLAN Baca tanpa iklan.

Untuk peninggalan Sunan Kudus yang masih ada hingga sekarang ini ialah Masjid Menara
Kudus yang memiliki menara dengan corak khas bergaya Hindu. Selain menara, tuan Ja’far
Shadiq juga mewariskan budaya toleransi yang sangat mulia.

Budaya toleransi antar umat beragama yang masih berlaku sampai sekarang ini yaitu dengan
tidak menyembelih sapi ketika lebaran Idhul Adha. Untuk menghormati umat Hindu di
daerah Kudus, Beliau mengajarkan masyarakat untuk mengganti binatang hewan qurban sapi
menjadi kerbau. Merupakan ajaran mulia dari seorang wali Allah dan seorang pemimpin
yang patut untuk kita contoh yaa sahabat masbidin.net

Oh iya, sebagai catatan aja bahwa nama beliau – Sunan Kudus – ini sebenarnya diambil dari
sebuah nama kota tempat beliau menuntut ilmu Agama Islam yaitu kota Al-Quds di
Yerusalem, Palestina.

Sunan Kudus adalah seorang wali yang tersohor sakti mandra guna dan tinggi ilmunya, beliau
ahli dibidang tauhid, hadis, fiqh, dan Manthiq. Beliau juga dikenal sebagai pujagga,
bisnisman, dan pernah menjadi panglima perang kerajaan demak menggantikan ayahnya.
Salah satu wirid kesukaan beliau adalah surat Yasin.

7. Sunan Muria (Raden Umar Said)

Snan Muria memiliki nama asli yakni Raden Umar Said.


Beliua merupakan putera dari Sunan Kalijaga dengan istrnya
yang bernama Saroh. Selain itu Raden Umar Said ini juga
merupakan keponakan dari Sunan Giri. Karena Ibunda beliau
Saroh adalah adik kandung dari Sunan Giri.

Dalam dakwahnya menyebarkan ajaran Islam, Sunan Muria


mengadaptasi metode yang digunakan oleh Ayahnya Sunan
Kalijaga. Beliau menyampaikan ajaran melalui pendekatan
kebudayaan dan kesenian Jawa.

Akan tetapi beliau lebih memilih daerah pesisir pantai dan sekaligus tempat terpencil.
Sehingga dipilihlah oleh beliau daerah Gunung Muria yang berada di Provinsi Jawa Tengah
sebagai lokasi dan pusat dakwahnya.

Untuk wilayah tempat beliau dakwah ini menyebar hingga ke Pati, Kudus, Juana, Tayu dan
Jepara. Dimana kebanykan tempat-tempat yang beliau datangi ini merupakan daerah
pedesaan, pesisi pantai dan pegunungan.

karyanya

Sunan Muria lebih banyak berdakwah kepada para masyarakat atau rakyat biasa. Karena
menurut beliau rakyat jelata ini merupakan kelompok yang paling banyak dan mereka juga
mudah dalam menerima ajaran Islam yang beliau ajarkan. Sehingga beliau juga bisa lebih
akrab bersama masyarakat umum.

IKLAN Baca tanpa iklan.

Tidak hanya memberikan pengajaran tentang syariat Islam, Sunan Murian juga mengajarkan
banyak ilmu lain kepada masyarakat. Diantara ilmu-ilmu yang beliau ajarkan ialah ilmu
tentang bercocok tanam, cara berdagang yang sesuai dengan syariat Islam dan cara melaut.

Untuk memikat hati masyarakat umum belajar supaya mau belajar agama Islam, Raden Umar
Said menggunakan media tembang. Untuk temabng yang sering beliau gunakan dan terkenal
hingga sekarang ini adalah tembang Sinom dan tembang Kinanti.

Sedangkan peninggalan bersejarah Sunan Muria yang masih bisa kita saksikan pada hari ini
ialah sebuah Masjid Muria yang letaknya masih di daerah pusat beliau berdakwah. beliau
juga mahir dibidang seni, lebih-lebih kesenian Gamelan, beliaulah yang menciptakan
Gending Sinum dan Kinanti dan beliau juga memanfaatkan keseniyan rakyat sebagai media
da’wah.

8. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Nama aslinya adalah Syarif Hidayatullah. Beliaulah


pendiri dinastri raja-raja Cirebon dan kemudian juga
Banten.

Nama lain dari Sunan Gunung Jati adalah Fatahillah atau


Falatehan. Bahkan sumber lain menyebutkan tujuh nama
bagiannya, yaitu: 1). Muhammad Nuruddin, 2). Syekh
Nurullah, 3). Sayyid Kamil, 4). Bulkiyyah, 5). Syekh
Azkurullah 6). Syarif Hidayatulllah, 7). Makdum Jati.

Sunan Gunung Jati adalah cucu raja Pajajaran, Prabu


Siliwangi. Yaitu, putra dari Nyai Lara Santang (anak kedua
raja Pajajaran) degan Maulana Sultan Mahmud (Syarif
Abdullah), seorang bangsawan Arab yang berasal dari Bani hasyim. Pernikahan mereka
terjadi ketika Nyai Lara Santang dan kakaknya Raden Walangsungsng pergi haji yang
merupakan perintah guru mereka yaiu Syekh Datu Kahfi (Syekh Nurul Jati) di Gunung
Ngamparan Jati.

Settelah dewasa, Syarif Hidayatullah memilih berdakwah ke tanah Jawa daripada menetap di
tanah Arab. Beliau kemudian menemui Raden Walangsungsang yang sudah bergelar
Pangeran Cakrabuana. Setelah pamannya itu wafat, beliau menggantikan kedudukan dan
kemudian berhasil meningkatkan status Cirebon menjadi sebuah kesultanan. Beliau
kemudian terkenal dengan dengan gelar Sunan Gunung Jati.

Menurut Purwaka Carunban Nagari, Sunan Gunnung Jati, sebagai salah seorang wali songo,
mendapat penghormatan dari raja-raja lain di Jawa, seperti kerajaan Demak dan Pajang,
karena kedudukannya sebagai raja dan ulama, beliau di beri gelar Raja Pandita. Beliauu
mengembangkan agama Islam ke daerah daerahlain di Jawa Barat, seperti Majalengka,
kuningan, kawli (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Beliau meletakkan dasar bagi
pengembangan Islam dan perdagangan orang-orang Islam Banten pada tahun 1525 atau 1526.
ketika beliau kembali ke Cirebon, Banten di serHKn kepada anaknya, sultan Maulana
Hasanudin yang kemudian menurunkan raja-raja Banten.

IKLAN Baca tanpa iklan.

IKLAN Baca tanpa iklan.

IKLAN Baca tanpa iklan.

Unduh

Bagikan dokumen Ini

Anda mungkin juga menyukai