Unduh
Hak Cipta (
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
BAB I
Bagikan dokumen Ini PENDAHULUAN
A.
! Latar Belakang
"
Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung demikian lama,
Facebook Twitter
sebagian berpendapat bahwa Islam masuk pada abad ke-7 M yang datang lansung dari Arab.
Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13, dan ada juga yang
berpendapat bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke 9 M atau 11 M . Perbedaan pendapat
$
tersebut dari pendekatan historis semuanya benar, hal tersebut didasar bukti-bukti sejarah
serta penelitian para sejarawan yang menggunakan pendekatan dan metodenya masing-
Email
masing.
Berdasarakan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah, bahwa Islam
mulai berkembang di Nusantara sekitar abad 13 M. Hal tersebut tak lepas dari peran tokoh
Apakah kontenMasalah
B. Rumusan ini tidak pantas? Laporkan Dokumen Ini
Berdasarkan Latar belakang masalah, maka kami memuat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Siapakah Walisongo itu?
2. Melalui bidang apa saja walisongo menyebarkan agama islam?
3. Bagaimana pendekatan unsur-unsur dakwah Islam Walisongo?
4. Bagaimana eksistensi metode dakwah Walisongo pada masa kini?
BAB II
PEMBAHASAN
Walisongo menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa yang terbagi dari Surabaya-Gresik-
Lamongan JawaTimur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Keberhasilan Islamisasi Jawa merupakan hasil perjuangan dan kerja keras Walisongo. Proses
Islamisasi berjalan dengan damai, baik politik maupun kultural, meskipun terdapat konflik
itupun sangat kecil sehingga tidak mengesankan sebagai perang maupun kekerasan ataupun
pemaksaan budaya. Penduduk Jawa menganut dengan suka rela. Walisongo menerapkan
metode dakwah yang lentur atau baik sehingga dapat diterima baik oleh masyarakat jawa.
Kehadiran para Wali ditengah-tengah Pulau Jawa tidak dianggap sebagai ancaman.
Para Wali ini menyebarkan agama Islam dengan menggunakan pendekatan budaya dengan
cara akuluturasi seni budaya lokal yang dikemas dengan Islam seperti wayang, tembang jawa,
gamelan , upacara-upacara adat yang digabungkan dengan Islam dan dengan kepiawaan para
Wali menggunakan unsur-unsur lama (Hindu-Buddha) sebagai media dakwah mereka dan
sedikit demi sedikit memasukan nilai-nilai ajaran agama islam kedalam unsur tersebut atau
dapat disebut metode sinkretisme yang berarti pencampuradukan sebagai unsur aliran atau
paham sehingga yang bentuk abstrak yang berbeda membentuk keserasiaan. Dengan
berkembang pesatnya Islam pada masa Walisongo tersebut maka kita akan mencoba
membahasnya dalam makalah ini.
Majapahit. Pendekatan beliau kepada rakyat melalui cocok tanam dan jalur perdagangan.
Sehingga masyarakat yang kesulitan dalam hal ekonomi merasa terbantu dan perlahan
mempelajari Islam atas bimbingan beliau. Seiring berjalannya waktu, orang yang belajar
Islam pun semakin banyak, kemudian Sunan Gresik mendirikan pondok pesantren di daerah
Leran, Gresik. Di sebuah pondok itulah beliau mengajarkan ilmu hingga akhir hayatnya.
Beliau meninggal pada tahun 1941M dan jenazahnya di makamkan di Desa Gapura Wetan,
Gresik.
Selama berdakwah beliau selalu berusaha menghilangkan sistem kasta yang menjadikan
perpecahan di masyarakat. Karena di sisi Allah yang membedakan manusia satu dengan yang
lain adalah amal ibadah yang mereka lakukan. Peninggalan bersejarah dari Sunan Gresik
berupa Masjid Malik Ibrahim di Leran, Gresik.
Karyanya
Syaikh Maulana Malik Ibrohim/Syaikh Maghribi adalah seorang tokoh ulama’ yang ahli di
bidang tata negara, beliau masih keturunan Syaikh Zainal Abidin bin Saiyidina Hasan bin Ali
bin Abu Tholib.Beliau datang ke pulau jawa pada tahun 1404 M, wafat pada tahun 1419 M.
Oleh masyarakat pribumi beliau dikenal dengan sebutan “Kaki Bantal”. Menurut cerita,
beliau paling senang wirid surat Al-Ihlas.
Isi dari falsafah Moh Limo yaitu Moh Main maksutnya adalah tidak berjudi, Moh Ngombe
atau tidak minum khamr, Moh Maling (tidak mencuri), Moh Madat atau tidak menghisap
narkoba dan yang terakhir Moh Madon yaitu tidak berzina.
Peninggalan bersejarah dari Sunan Ampel adalah Masjid Ampel di Ampel Denta, Surabaya.
Beliau wafat di Surabaya dan di makamkan di dekat Masjid Ampel.
Karyanya
Sunan Ampel atau Raden Rohmat adalah anak seorang ulama’ besar dari samarqondi, ibunya
bernama Dewi Candra Wulan, putri Raja Cempa. Menurut cerita, beliu senang membaca
surat Yasin. Dan termasuk ajaran beliu yang terkenal adalah melarang “MA LIMA” Atau “
M. lima” Yaitu:
1. Main (Berjudi)
2. Minum (Minum-minuman keras)
3. Madad (Menghisap ganja, candu, dan lain sebagainya)
4. Maling (Mencuri, korupsi)
5. Madon (Berzina)
Karyanya
Sunan Bonang dan Sunan Giri adalah murid Sunan Ampel kemudian meneruskan
mondoknya di pasai. Setelah keduanya kembali dari pasai, Sunan Giri membuat pondok di
Giri, kemudian dikenal dengan Giri kedaton, sedangkan Sunan Bonang membuat pesantren di
tuban. Sunan bonang sangat terkenal ahli ilmu Tauhid dan Tashowuf, juga sangat gigih di
dalam berjuang menyebarkan agama islam, sehingga wafatnyapun sedang dalam rangka
berda’wah di Bawean. Sebagaimana ayahnya, Sunan Bonang juga suka se kali membaca surat
Yasin.
4. Nama Sunan Walisongo: Sunan Drajat (Raden Qosim atau Raden Syaifudin)
Raden Qosim atau yang dikenal sebagai Sunan Drajat merupakan saudara seibu dari Sunan
Bonang. Berdasarkan beberapa kisah yang ada beliau juga terkenal dengan sebutan Raden
Syaifudin. Beliau belajar ilmu agama dan berguru pada Sunan Muria setelah wafatnya sang
ayah. Kemudian kembali ke daerah pesisir Banjarwati, Lamongan untuk berdakwah.
Karyanya
1. “Wenehono teken marang wong kang wuto” maksutnya berilah tongkat kepada orang yang
buta.
2. “Wenehono mangan marang wong kang luwe” maksutnya berilah makanan kepada orang
yang lapar.
3. “Wenehono busono marang wong kang wudo” maksutnya berilah pakaian kepada orang
yang telanjang.
4. “Wenohono ngiyup marang wong kang kudanan maksutnya berilah tempat berteduh
kepada orang yang kehujanan.
Serta masih banyak lagi suluk lain yang menjadi peninggalan Raden Syaifudin, namun suluk
yang terkenal adalah Suluk Petuah diatas. Suluk tersebut sampai sekarang masih dipelajari di
pondok-pondok Jawa kuno.
Lalu dibuat susunan rencana perampokan ke seluruh anggota pejabat pajak untuk kemudian
dibagikan semua hartanya kepada rakyat miskin. Akibat dari perampokan tersebut, Sunan
Kali Jaga dijuluki oleh seantero Kerajaan Majapahit Bandar Lokajaya.
Akan tetapi aksi perampokan tersebut berhenti saat beliau Sunan Kali Jaga bertemu dengan
seseorang yang akan menjadi gurunya yaitu Sunan Bonang. Kemudain Raden Said dinasehati
supaya berhenti dari tindakannya tersebut, karena jalan untuk menuju kebaikan tidak dapat
ditempuh melalui jalan keburukan.
Akhirnya Sunan Kali Jaga pun berhenti dari tindakan perampokannya dan berguru ilmu
agama kepada Sunan Bonang. Dari sang gurulah Sunan Kali Jaga mendapat ide dalam
berdakwah, yaitu dengan memanfaatkan wayang dan gamelan.
Dimana ketika ada pertunjukkan wayang maupun yag menggunakan gamelan, didalamnya
disisipkan tentang ajaran Islam. Ajaran agama islam yang beliau dakwahkan ini bisa diterima
dan sangat membumi karena Sunan Kali Jaga merupakan orang Jawa asli.
Beliau mengajarkan ilmu agama Islam kepada masyarakat secara bertahap. Melalui ideologi
dan kebudayaan Jawa Sunan Kali Jaga menanamkan nilai-nilai agama Islam. Karena beliau
memiliki keyakinan bahwa ketika agama islam telah dipahami dan masuk kedalam hati maka
secara otomatis perilaku buruk maupun kebiasaannya akan hilang dengan sendirinya.
Untuk peninggalan dari Sunan Kalijaga berupa kesenian yang sekarang menjadi seni khas
Jawa yaitu seni, wayang, gamelan, ukir dan suluk
Karyanya
1. Baju taqwa
2. Wayang kulit
3. Bedug untuk memanggil orang berjama’ah dimasjid
4. Gong sekaten (dari kata syahadatain)
5. Manciptakan tembang dandang gula dan dandang gula semarangan
6. Seni ukir yang bermotif goyor.
Nama asli dari Sunan Kudus yang juga merupakan cucu dari Sunan Ampel ialah Ja’far
Shadiq. Nasab beliau menjadi cucu Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati ini berasal dari
Ibunda beliau yang bernama Syarifah. Selain itu Sunan Kudus ini juga merupakan keponakan
dari Sunan Drajat dan Sunan Bonang.
Karyanya
Setelah pondok pesantren yang beliau dirikan ini berjalan beberapa waktu, berkat keluasan
ilmu dan toleransi yang tinggi akan antar umat beragama di Kudus tuan Ja’far Shadiq diminta
untuk menjadi pemimpin disana. Untuk mempermudah jalan dakwah beliau menyebar
luaskan agama Islam di kalangan para pejabat, bangsawan kerajaan dan para priyayi di tanah
Jawa, beliau pun menyanggupi menjadi seorang pemimpin.
Selain sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, berkat keluasan ilmu yang dimiliki oleh
Sunan Kudus ini, sampai-sampai para wali beliau memberikan gelar sebagai Wali Al ‘ilmi
yang artinya ialah orang yang memiliki ilmu luas.
Dalam menyebarkan agama Islam, tuan Ja’far Shadiq menggunakan metode yang hampir
sama dengan metode Sunan Kalijaga yakni melalui pendekatan terhadap kebudayaan daerah
setempat. Beliau menyisipkan nilai-nilai agama Islam ditengah kebudayaan Hindu Bunda
yang telah mengakar di masyarakat.
Untuk peninggalan Sunan Kudus yang masih ada hingga sekarang ini ialah Masjid Menara
Kudus yang memiliki menara dengan corak khas bergaya Hindu. Selain menara, tuan Ja’far
Shadiq juga mewariskan budaya toleransi yang sangat mulia.
Budaya toleransi antar umat beragama yang masih berlaku sampai sekarang ini yaitu dengan
tidak menyembelih sapi ketika lebaran Idhul Adha. Untuk menghormati umat Hindu di
daerah Kudus, Beliau mengajarkan masyarakat untuk mengganti binatang hewan qurban sapi
menjadi kerbau. Merupakan ajaran mulia dari seorang wali Allah dan seorang pemimpin
yang patut untuk kita contoh yaa sahabat masbidin.net
Oh iya, sebagai catatan aja bahwa nama beliau – Sunan Kudus – ini sebenarnya diambil dari
sebuah nama kota tempat beliau menuntut ilmu Agama Islam yaitu kota Al-Quds di
Yerusalem, Palestina.
Sunan Kudus adalah seorang wali yang tersohor sakti mandra guna dan tinggi ilmunya, beliau
ahli dibidang tauhid, hadis, fiqh, dan Manthiq. Beliau juga dikenal sebagai pujagga,
bisnisman, dan pernah menjadi panglima perang kerajaan demak menggantikan ayahnya.
Salah satu wirid kesukaan beliau adalah surat Yasin.
Akan tetapi beliau lebih memilih daerah pesisir pantai dan sekaligus tempat terpencil.
Sehingga dipilihlah oleh beliau daerah Gunung Muria yang berada di Provinsi Jawa Tengah
sebagai lokasi dan pusat dakwahnya.
Untuk wilayah tempat beliau dakwah ini menyebar hingga ke Pati, Kudus, Juana, Tayu dan
Jepara. Dimana kebanykan tempat-tempat yang beliau datangi ini merupakan daerah
pedesaan, pesisi pantai dan pegunungan.
karyanya
Sunan Muria lebih banyak berdakwah kepada para masyarakat atau rakyat biasa. Karena
menurut beliau rakyat jelata ini merupakan kelompok yang paling banyak dan mereka juga
mudah dalam menerima ajaran Islam yang beliau ajarkan. Sehingga beliau juga bisa lebih
akrab bersama masyarakat umum.
Tidak hanya memberikan pengajaran tentang syariat Islam, Sunan Murian juga mengajarkan
banyak ilmu lain kepada masyarakat. Diantara ilmu-ilmu yang beliau ajarkan ialah ilmu
tentang bercocok tanam, cara berdagang yang sesuai dengan syariat Islam dan cara melaut.
Untuk memikat hati masyarakat umum belajar supaya mau belajar agama Islam, Raden Umar
Said menggunakan media tembang. Untuk temabng yang sering beliau gunakan dan terkenal
hingga sekarang ini adalah tembang Sinom dan tembang Kinanti.
Sedangkan peninggalan bersejarah Sunan Muria yang masih bisa kita saksikan pada hari ini
ialah sebuah Masjid Muria yang letaknya masih di daerah pusat beliau berdakwah. beliau
juga mahir dibidang seni, lebih-lebih kesenian Gamelan, beliaulah yang menciptakan
Gending Sinum dan Kinanti dan beliau juga memanfaatkan keseniyan rakyat sebagai media
da’wah.
Settelah dewasa, Syarif Hidayatullah memilih berdakwah ke tanah Jawa daripada menetap di
tanah Arab. Beliau kemudian menemui Raden Walangsungsang yang sudah bergelar
Pangeran Cakrabuana. Setelah pamannya itu wafat, beliau menggantikan kedudukan dan
kemudian berhasil meningkatkan status Cirebon menjadi sebuah kesultanan. Beliau
kemudian terkenal dengan dengan gelar Sunan Gunung Jati.
Menurut Purwaka Carunban Nagari, Sunan Gunnung Jati, sebagai salah seorang wali songo,
mendapat penghormatan dari raja-raja lain di Jawa, seperti kerajaan Demak dan Pajang,
karena kedudukannya sebagai raja dan ulama, beliau di beri gelar Raja Pandita. Beliauu
mengembangkan agama Islam ke daerah daerahlain di Jawa Barat, seperti Majalengka,
kuningan, kawli (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Beliau meletakkan dasar bagi
pengembangan Islam dan perdagangan orang-orang Islam Banten pada tahun 1525 atau 1526.
ketika beliau kembali ke Cirebon, Banten di serHKn kepada anaknya, sultan Maulana
Hasanudin yang kemudian menurunkan raja-raja Banten.
Unduh