Disusun Oleh :
Maulidah Nela Jazila
Kelas VI
MI ASY-SYAFI’IYAH
TEKUNG - LUMAJANG
2022
Kisah Wali Songo dalam Menyebarkan Islam di Indonesia
Kisah Wali Songo – Siapa yang tidak kenal Wali Songo? Mereka dikenal seseorang yang
gigih menyebarkan ajaran agama Islam pada abad ke 14 di tanah Jawa. Para Wali Songo
tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Mereka cepat dikenal masyarakat
Masyarakat muslim di nusantara pasti sudah tak asing lagi dengan Wali Songo. Wali
memiliki arti wakil, sementara songo memiliki arti sembilan. Dengan demikian, Wali
Perjalanan dakwah Wali Songo telah dicatat dalam sejarah penyebaran agama Islam di
Indonesia. Mereka telah meninggalkan banyak jejak dalam berdakwah. Wali Songo
membawa perubahan besar terhadap masyarakat Jawa yang dulunya banyak beragama
Sunan Gunung Jati merupakan sosok yang cerdas dan tekun dalam menuntut
sana, dia berguru pada Syekh Tajudin Al-Qurthubi. Tak lama kemudian, ia lanjut ke
Mesir dan berguru pada Syekh Muhammad Athaillah Al-Syadzili, ulama bermadzhab
pulang ke Nusantara untuk berguru pada Syekh Maulana Ishak di Pasai, Aceh.
Sunan Gunung Jati lantas diminta untuk berdakwah dan menyebarkan agama
Islam di daerah Cirebon dan menjadi guru agama. Ia menggantikan Syekh Datuk Kahfi
di Gunung Sembung. Setelah masyarakat Cirebon banyak yang memeluk agama Islam,
Pakungwati, putri dari Pangeran Cakrabuana atau Haji Abdullah Iman, penguasa
Cirebon saat itu. Di sana, ia mendirikan sebuah pondok pesantren, lalu mengajarkan
agama Islam kepada penduduk sekitar. Para santri di sana memanggilnya dengan
julukan Maulana Jati atau Syekh Jati. Selain itu, ia juga mendapatkan gelar Sunan
Pelajari mengenai Sunan Gunung Jati atau Raden Syarif Hidayatullah melalui
buku Wali Sanga: Sunan Gunung Jati yang ditulis oleh Nabila Anwar.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Suatu ketika, Sunan Ampel diberi tanah oleh Prabu Brawijaya di daerah Ampel
Denta. Ia lantas mendirikan sebuah masjid. Di sana, masjid tersebut dijaga oleh Mbah
Sholeh. Ia sangat terkenal sebagai orang yang selalu menjaga kebersihan. Hal itu juga
diakui oleh Sunan Ampel. Hingga suatu hari, Mbah Sholeh meninggal dunia. Ia lantas
penjaga masjid yang serajin Mbah Sholeh. Akibatnya, masjid tak terurus dan kotor.
Sunan Ampel kemudian bergumam, “Seandainya Mbah Sholeh masih hidup, pasti
Seketika itu pula sosok serupa Mbah Sholeh muncul. Ia lantas menjalankan
rutinitas yang biasa dilakukan Mbah Sholeh, namun tak lama kemudian meninggal lagi
dan dimakamkan persis di samping makam Mbah Sholeh. Peristiwa itu terulang hingga
sembilan kali. Konon, Mbah Sholeh baru benar-benar meninggal setelah Sunan Ampel
meninggal dunia.
dimana ia melakukan upaya akulturasi dan asimilasi dari aspek budaya pra-Islam
dengan Islam, baik melalui jalan sosial, budaya, politik, ekonomi, mistik, kultus, ritual,
tradi keagamaan, maupun konsep sufisme yang khas untuk merefleksikan keragaman
tradisi muslim secara keseluruhan yang dibahas pada buku Mazhab Dakwah
tahun kelahirannya.
guru para wali lainnya. Sunan Gresik berasal dari keluarga muslim yang taat. Kendati ia
belajar agama Islam sejak kecil, namun tidak diketahui siapa saja gurunya hingga ia
menjadi ulama.
Pada abad ke-14, Sunan Gresik ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam ke
Asia Tenggara. Ia berlabuh di Desa Leran, Gresik. Saat itu, Gresik merupakan bandar
kerajaan Majapahit. Tentu saja masyarakat saat itu banyak yang memeluk agama Hindu
dan Buddha. Di Gresik, ia menjadi pedagang dan tabib. Di sela-sela itu, ia berdakwah.
awalnya, ia berdagang di tempat terbuka dekat pelabuhan agar masyarakat tidak kaget
dengan ajaran baru yang dibawanya. Sunan Gresik berhasil mengundang simpati
masyarakat, termasuk Raja Brawijaya. Akhirnya, ia diangkat sebagai Syahbandar atau
kepala pelabuhan.
Tidak hanya jadi pedagang andal, Sunan Gresik juga berjiwa sosial tinggi. Ia
bahkan mengajarkan cara bercocok tanam kepada masyarakat kelas bawah yang selama
ini dipandang sebelah mata oleh ajaran Hindu. Karena strategi dakwah inilah, ajaran