Anda di halaman 1dari 2

Sunan Giri

Sunan Giri hidup di abad ke-14. Sunan Giri lahir pada tahun 1442 M dengan nama lahir
nama Jaka Samudra. Selain dikenal sebagai Sunan Giri dan nama lahirnya yaitu Jaka
Samudra, beliau juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti Raden Paku, Prabu
Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin. Nama Sunan Giri sendiri didapatkan dari
kisahnya membangun sebuah pesantren Giri Kedaton di Gresik.

Sunan Giri terlahir di keluarga ningrat. Ayah Sunan Giri bernama Syekh Maulana Ishak.
Beliau merupakan keturunan Rasulullah SAW melalui jalur Husein, putra Sayyidah Fatimah.
Sementara itu, ibu dari Sunan Giri bernama Dewi Sekardadu. Sang ibu masih merupakan
anak Raja Blambangan, Bhre Wirabhumi yang tak lain adalah Maharaja Hayam Wuruk yang
sempat memimpin Majapahit.

Meski lahir dalam keluarga darah biru, nasib Sunan Giri semasa kecil terbilang malang.
Sunan Giri terlahir dalam situasi yang buruk dimana pada saat itu sedang muncul wabah
penyakit serius di Gresik. Akibatnya, Sunan Giri yang baru lahir jadi kambing hitam dianggap
sebagai pembawa bencana. Sampai akhirnya, Bhre Wirabumi yang tak lain adalah kakek
Sunan Giri memerintahkan orang untuk membuang cucunya itu ke laut.

Beruntung saat dibuang, Sunan Giri yang saat itu masih bayi ditemukan oleh Nyi Ageng
Pinatih. Nyi Ageng Pinatih tak lain merupakan seorang saudagar kaya raya di Gresik. Sejak
saat itu, Sunan Giri kemudian dirawat dan dibesarkan Nyi Ageng Pinatih sampai dia berusia
7 tahun. Pasalnya, setelah usianya genap 7 tahun, Sunan Giri mulai bertualang untuk
belajar memperdalam agama Islam.

Sunan Giri wafat pada tahun 1506 M dan dimakamkan di atas bukit di daerah Dusun Giri
Gajah, Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Gresik, Jawa Timur.

Sunan Giri mulai belajar agama Islam sejak usia yang masih sangat kecil yaitu 7 tahun.
Pada waktu itu, Sunan Giri masih dikenal sebagai Jaka Samudra dititipkan oleh Nyi Ageng
Pinatih yang menemukannya di laut ke Pesantren Ampel Denta yang diasuh Sunan Ampel.
Oleh sang guru Sunan Ampel, nama Jaka Samudra kemudian diganti menjadi Raden Paku.
Selama berada di pesantren Ampel Denta, Sunan Giri atau Raden Paku belajar banyak hal
mengenai ilmu agama. Sunan Giri banyak mengaji Al Quran, hadits, fiqih, dan Tasawuf
dipandu langsung oleh sang guru, Sunan Ampel. Karena kecerdasannya Raden Paku
mampu menangkap setiap hal yang diajarkan Sunan Ampel. Berkat bakat istimewa itu,
Raden Paku kemudian diberikan gelar Maulana Ainul Yaqin.

Tak puas hanya belajar di pesantren, Raden Paku atau Maulana Ainul Yaqin memutuskan
untuk belajar agama ke Mekah. Rencana awalnya, Maulana Ainul Yaqin akan ke Mekah
untuk belajar sekaligus melakukan ibadah haji. Namun dalam perjalanan saat tiba di Aceh,
Maulana Ainul Yaqin justru bertemu sang ayah Syekh Maulana Ishak. Oleh sang ayah,
Maulana Ainul Yaqin justru disarankan untuk memperdalam ilmu agama dan dianjurkan
untuk membangun sebuah pondok pesantren di tanah kelahirannya, di daerah Gresik.

Singkat cerita, Maulana Ainul Yaqin atau Sunan Giri mengiyakan anjuran sang ayah
tersebut. Beliau lantas membangun pesantren Giri Kedaton di Gresik. Pesantren itupun
berkembang pesat dan sempat terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam
di Jawa.

Bahkan tak hanya di daratan Jawa, pengaruh pesantren Giri Kedaton juga disebut-sebut
sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dan Maluku. Pengaruh
pesantren Giri Kedaton di Gresik dan sekitarnya bertahan cukup lama sampai beberapa
generasi hingga akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.

Sunan Giri juga berdakwah lewat karya-karya seni yang ia ciptakan, seperti tembang atau
lagu dan permainan anak-anak. Permainan anak-anak yang dibuat oleh Sunan Giri di
antaranya adalah Jelungan, Jamuran, Gendi Gerit, dan lainnya. Sedangkan tembang anak-
anak yang ia ciptakan sebut saja Padang Bulan, Jor, Gula Ganti, dan Cublak-cublak
Suweng.

Sunan Giri juga berupaya merangkul tradisi lokal dan memadukannya dengan dakwah
Islam, seperti selametan, acara di keramaian, dan upacara-upacara lainnya. Taktik dakwah
seperti ini cukup efektif dalam menarik hati warga yang kemudian bersedia memeluk agama
Islam. Kharisma dan pengaruh Sunan Giri berhasil menggalang rakyat untuk bertahan ketika
Kerajaan Majapahit terpecah-belah sebelum akhirnya runtuh lantaran serangan dari
Kesultanan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa.

Anda mungkin juga menyukai