Beliau adalah putra dari seorang ulama dari Gujarat yang menikah dengan Dewi
Sekardadu. Ibu Sunan merupakan anak dari Kerajaan Hindu yang terletak di
Blambangan.
Kemudian beliau bertemu dengan Sunan Ampel yang masih terikat hubungan
darah dengannya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh putri Raja Blambangan yang tengah
berkuasa di daerah Banyuwangi.
Kemudian raja membuat sayembara yang berisi bagi seorang pria yang dapat
menyembuhkan putrinya akan dinikahkan dengannya. Namun bila peremuan,
akan diangkat sebagai anak seorang Raja Blambangan.
Akhirnya raja memerintahkan pasukannya untuk mencari orang sakti yang dapat
menyembuhkan wabah penyakit tersebut. Para pasukan raja bertemu dengan
Resi Kandayana yang merupakan seorang pertapa sakti.
Syekh Maulana Ishaq akan menyembuhkan wabah penyakit sang putri yaitu
dewi Sekardadu, dengan syarat semua keluarga harus mau berpindah
kepercayaan ke Agama Islam.
Dan setelah Syekh Maulana Ishaq mengobati wabah penyakit sang putri raja,
akhirnya penyakitnya dapat disembuhkan. Alhasil beliau akan dinikahkan
dengan sang putri dan semua keluarga raja berpindah kepercayaan ke Agama
Islam.
Namun sang raja merasa berat hati untuk masuk Islam, dia merasa iri hati
dengan keberhasilan Syekh Maulana Ishaq untuk membuat masyarakatnya
memeluk Islam.
Alhasil beliau tidak nyaman dan terganggu saat berada di Blambangan dan
memilih kembali ke Pasai, Aceh.
Setelah kepergian beliau kembali ke Pasai, ternyata istrinya dewi Sekardadu
sedang mengandung bayinya.
Nyai Ageng Pinatih adalah seorang saudagar wanita yang tidak mempunyai
anak. Dan akhirnya bayi tersebut diangkat menjadi anaknya dan diberi nama
Joko Samudro.
Biografi Sunan Giri
Biografi Keterangan
Tempat
Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Gresik
Makam
Berikut silsilah sunan Giri yang masih keturunan Rasulullah generasi ke-16.
Dari garis keturunan diatas, jarak antara Rasulullah dengan sunan Giri adalah
sekitar 16 generasi. Kalau dihitung dari tahunnya yaitu antara 671 Masehi –
1440 Masehi yang ada rentang sekitar 770 tahun.
Saat Joko Samudro berumur 7 tahun, Nyai Ageng Pinatih menitipkan beliau di
pesantren Sunan Ampel yang ada di Kota Surabaya.
Hal ini bertujuan agar beliau dapat melajar tentang ajaran Agama Islam. Selama
bertahun-tahun, beliau belajar Agama Islam di Pesantren Sunan Ampel.
Bagi Sunan Ampel, Joko Samudro adalah murid yang cerdas. Bahkan beliau
diberi gelar Maulana Ainul Yaqin oleh Sunan Ampel.
Suatu hari ketika sunan Ampel habis mengerjakan sholat Tahajud, ia melihat
cahaya yang keluar sangat terang dari salah satu muridnya. Karena tidak bisa
melihat wajahnya dengan jelas, maka diikatnya sarung muridnya tersebut.
Keesokan harinya, sunan Ampel bertanya kepada semua muridnya tentang siapa
yang mempunayai ikatan kecil di sarungnya. Joko Samudro kemudian maju dan
menunjukkan ikatan di sarungnya tersebut.
Dengan melihat ikatan sarungnya tersebut, maka sunan Ampel tahu kalau Joko
Samudro adalah bukan anak sembarangan. Maka Joko Samudro diajak menemui
ibu angkatnya di Gresik oleh sunan Ampel.
Dari cerita itu, sunan Ampel yakin kalau Joko Samudro adalah keponakannya
sendiri. Dia adalah anak dari pamannya Syekh Maulana Ishaq yang dari Pasai.
Akhirnya nama Joko Samudro diganti dengan Raden Paku, dan sejak itulah ia
dipanggil Raden Paku.
2. Sunan Giri Belajar ke Pasai
Setelah selama 3 tahun belajar agama islam di Ampel, akhirnya beliau mendapat
tugas dari gurunya untuk berguru ke Pasai.
Raden Paku dan anak Sunan Ampel yang bernama Raden Maulana Makdsum
Ibrahim (yang kelak menjadi sunan Bonang), diutus untuk menimba ajaran
Islam secara lebih dalam di Mekah.
Raden Paku dan Raden Maulana Makhdum Ibrahim belajar selama 3 tahun di
Pasai. Setelah dianggap lulus, mereka akan melanjutkan keberangkatan mereka
ke Mekah.
Namun Syekh Maulana Ishaq menyuruh mereka kembali ke Jawa karena
kemampuan dan tenaga mereka sangat dibutuhkan untuk menyebarkan agama
Islam di Jawa yang sedang berkembang.
3. Sunan Giri Mendirikan Pesantren
Pada waktu Raden Paku mau pulang ke Jawa, beliau diberi nama Maulana
Ainul Yaqin oleh ayahnya. Kemudian Raden Paku diberi segenggam tanah oleh
ayahnya untuk dibangun pesantren.
Tanah tersebut harus sama dengan bau dan jenis yang diberikan oleh ayahnya.
Raden Paku berjalan jauh untuk menemukan tanah tersebut.
Selama 3 bulan, pesantren Raden Paku sudah banyak dikenal masyarakat luas.
Bahkan banyak anak-anak yang menimba ilmu disana. Hal ini sangat
mempermudah beliau dalam menyebarkan Agama Islam.
Saat itu, Raden Paku memiliki pengaruh besar pada Kerajaan yanga di Pulau
Jawa dan juga di luar Jawa. Bahkan beliau mendirikan Kerajaan yang bernama
Giri Kedaton.
Raden Paku juga menciptakan permainan anak yang banyak dikenal oleh
masyarakat Jawa Timur yang bernama Jelungan.
Setelah Raden Paku pergi melaksanakan ibadah haji, beliau ditugaskan oleh
Sunan Ampel untuk berdakwah di daerah Blambangan.
Sunan Ampel pernah mengutus Raden Paku untuk mengunjungi Nyai Ageng
Pinatih selaku ibu angkat beliau.
Suatu ketika, Raden Paku menyulap karung yang berisi pasir dan batu menjadi
emas, rotan, damar, dan barang mewah lainnya. Hal ini dilakukan karena beliau
mengetahui bahwa ibu angkatnya tidak pernah bersedekah.
Sejak saat itu, Nyai Ageng Pinatih mulai senang bersedekah dan juga berzakat
kepada masyarakat yang membutuhkan. Akhirnya ajaran Islam mulai
bekembang pesat di Kota Gresik dan berlangsung hingga sekarang.
3. Peran Pada Peresmian Masjid Demak
Wayang beber merupakan salah satu jenis wayang yang memiliki rupa mirip
dengan wajah manusia. Raden Paku sangat menentang adanya wayang tersebut.
Hal ini karena dalam hukum Agama Islam, dilarang menggunakan wayang yang
memiliki wajah seperti manusia. Akhirnya pertunjukan wayang yang
berlangsung menggunakan wayang kulit oleh sunan Kalijaga.
Raden Paku sering membantu ibunya berdagang. Suatu ketia beliau ikut
berlayar ke Kalimantan untuk berdagang bersama rombongannya.
Melihat hal ini Abu Hurairah selaku orang kepercayaan Nyai Ageng Pinatih
memprotesnya. Karena bisa-bisa nanti pulang ke Jawa dengan tangan hampa.
Dan benar adanya setelah 10 hari dan sampai waktunya pulang ke Jawa, orang-
orang yang berhutang membei barang dagangan belum pada membayarnya.
Dengan demikian kapal yang dipimpin oleh Abu Hurairah akan pulang ke Jawa
tanpa membawa hasil apa-apa.
Selain itu kapal akan pulang tanpa muatan barang dagangan akan
membahayakan proses pelayaran. Karena dengan tanpa muatan akan mudah
terombang-ambing oleh angin di lautan nanti.
Adanya alasan inilah, maka Raden Paku memerintahkan untuk mengisi karung
dengan pasir dan batu agar kapal memilki muatan.
Namun Raden Paku tetap tenang dan meminta ibunya dan Abu Hurairah untuk
mengecek ke kapal. Dan betapa terekjutnya Nyai Ageng Pinatih dan Abu
Hurairah setelah mengecek kapal dan melihat apa yang ada di kapal.
Bawaan kapal yang sebelumnya di bawa dari Kalimantan adalah Batu dan pasir,
telah berubah menjadi barang dagangan dari Kalimantan, seperti damar dan
rotan.
Dengan kejadian ini Nyai Ageng Pinatih semakin sadar kalau anak angkatnya
ini memilki karomah yang sangat luar biasa dan sejak itu ia semakin rajin
belajar agama Islam.
2. Adu Kesaktian Dengan Begawan Minto Semeru
Kisah para wali yang diajak adu kesktian hampir terjadi kepada para anggota
walisongo. Seperti sunan Kudus yang ditantang kesaktian oleh Ki Ageng Kedu
atau sunan Bonang yang ditantang oleh Brahmana dari India.
Sunan Giri yang menyebarkan agama Islam juga mendapat perlawanan dari para
tokoh Hindu yang sudah terkenal sebelumnya. Salah satu tokoh yang iri
adalah Begawan Mintu Semeru.
Dia mempunyai kesaktian yang sangat tinggi, maka dengan adanya sunan Giri
yang berdakwah membuat dia naik pitam dan menantang sunan Giri untuk adu
kesaktian.
Dia datang ke Gresik untuk beradu kesaktian dengan sunan Giri, dan siapa yang
akan menyerahkan dirinya kepada yang menang.
Dari semua adu kesaktian itu, semua bisa dimenangkan oleh sunan Giri, dan
begawan Minto Semeru mengaku kalah.
Akhirnya begawan Minto Semeru menjadi santri di pesantren milik sunan Giri.
Dan setelah beberapa bulan menjadi santri, akhirnya dia kembali ke
padepokannya di gunung Lawu dan murid-muridnya diajak masuk islam.
Letak makam beliau berada berjarak sekitar 10 menit dari makam Maulana
Malik Ibrahim (Sunan Gresik). Makam tersebut berada di dtaran tinggi,
otomatis jika akan me makam beliau harus menaiki banyak anak tangga.
Sebelum masuk ke makam sunan Giri, akan diawali dengan sambutan pintu
gapura yang bentuknya seperti candi Bentar. Terdapat 2 patung kepala naga
yang memilki simbol tanggal wafatnya beliau.
Pada pelantaran makam terdapat banyak makam yang ada disana. Makam-
makam ini merupakan makam para Bupati atau pemimpin-peminpin Gresik
tempo dulu.
Sumber : https://wisatanabawi.com/sunan-giri/
Untuk itu agama islam masuk ke Indonesia kebanyakan terjadi di daerah sekitar
pesisir pantai Sowan. Untuk di Jawa sendiri, agama islam mulai disyiarkan di
kota-kota pesisir seperti Tuban, Gresik, Demak, Lamongan dan Surabaya.
Salah satu orang berpengaruh dan dikenal sebagai tokoh penyebar agama Islam
di tanah Jawa yakni Sunan Drajat atau sunan Derajat.
Beliau termasuk seorang wali yang namanya juga populer sebagai bagian dari
anggota walisongo.
Untuk mengetahui lebih detail tentang ulasannya, silahkan simak ulasna berikut
yang mengulas tentang biografi sunan Drajat dan Ajarannya.
Biografi Keterangan
Raden Syarifuddin
Sunan Mayang Madu
Sunan Mahmud
Nama Lain Sunan Muryapada
Maulana Hasyim
Syekh Masakeh
Raden Imam
Raden Rahmat
Nama Ayah
(Sunan Ampel)
Desa Drajat,
Tempat Syiar
Lamongan
Jika dilihar dari susunan silsilah keluarga, Sunan Drajat termasuk anak yang
kedua berasal dari lima bersaudara.
Jika silsilahnya ditarik lebih jauh lagi, Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah
seorang anak dari Syekh Jamaludin Akbar, atau yang dikenal Jumadil
Kubro.
Pesantren di Ampel Denta yang waktu itu berada di bawah pimpinan Sunan
Ampel, ayahnya sendiri.
Saat berada di desa tersebut, Beliau mendapatkan sambutan hangat tak terduga
dari tokoh tetua kampung yang bernama Mbah Mayang Madu serta Mbah
Banjar.
Desa Jelak yang semula terpencil mulai dikembangkan semakin maju dan juga
ramai, nama desa pun akhirnya diubah menjadi Banjaranyar.
Di situ terdapat hutan belantara sehingga Sunan Drajat melakukan babad alas
untuk pertama kalinya. Sebelumnya, beliau meminta izin terlebih dahulu kepada
Sultan Demak 1 untuk memperoleh penetapan tanah di tahun 1486 M.
Beliau juga mendirikan sebuah masjid untuk dijadikan sebagai tempat dakwah
sepanjang hidupnya.
Beliau termasuk salah satu pendakwah yang juga menyebarkan Islam melalui
kesenian yang kini dilestarikan di Museum Sunan Drajat.
Kesenian itu antara lain berupa tembang-tembang Jawa, yakni tembang pangkur
diiringi gending, serta keahliannya dalam memainkan seperangkat alat music
gamelan yang disebut Singo Mengkok.
Ajaran Catur Piwulang
Filosofi kehidupan atau pitutur yang diberikan oleh Sunan Drajat dikenal
sebagai “Catur Piwulang”, yang kini masih tercatat pada artegak di kompleks
pemakaman.
“Jroning suka kudu eling lan waspada” memiliki makna saat kita bahagia kita
tidak boleh lupa dan selalu bersyukur kepada Tuhan dan tetap waspada.
3. Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah
Ajaran yang ke tujuh ini adalah ajaran utama untuk bersosialisasi yang tertuang
dalam catur piwulang seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Makna dari catur piwulang, yakni anjuran untuk berbagi ilmu kepada seorang
yang masih belum memahami segala sesuatu.
Seperti ajaran untuk bersedekah, ajaran tentang kesusilaan kepada semua orang
yang kurang memiliki rasa malu, serta melindungi dan memberikan bantuan
kepada setiap orang menderita.
Ketika kapal yang ditumpaginya karan atau tenggelam di lautan, sang sunan
berpegangan pada kayuh atau dayung perahunya.
Beberapa santrinya mencabut umbi hutan atau wilus untuk diambil airnya.
Ketika itu sunan Drajat berdoa kepada Allah agar diberikan air, maka saat itu
juga keluar air memancar deras dari bekas cabutan umbi hutan tersebut.
Hingga saat ini air keluaran dari bekas cabutan umbi hutan tersebut masih ada,
bahkan dijadikan sumur oleh warga sekitar. Sumur ini menjadi sumur abadi
yang ada di daerah itu.
3. Memindahkan Masjid Dalam Waktu Semalam
Ketika sunan sendang Dhuwur meminta masjid kepada Ratu Kalinyamat atau
mbok Rondo Mantingan, ia diijinkan membawa masjid bangsawan yang ada di
Jepara.
Akhirnya dalam waktu semalam masjid yang berada di Jepara bisa dipindahkan
oleh sunan Drajat tanpa meninggalkan secuil potongan atau serpihan di
tempatnya yang lama,
Esok harinya, warga desa Sendang Dhuwur merasa kaget karena muncul masjid
bagus di desanya. Padahal kemarin tidak ada masjid di desanya. Mere ka sangat
senang dengan adanya masjid dadakan tersebut.
Dari situlah muncul sebutan Sunan Drajat, sekaligus bergelar Sunan Mayang
Madu karena telah berhasil mensejahterakan rakyat.
Jika Anda ingin memahami lebih dekat lagi dengan sejarah beliau, silahkan
berkunjung ke museum yang berisi tentang sejarah dan barang-barang
peninggalannya.
Di belakang gapura ini terdapat pendopo yang berbentuk limasan yang menjadi
tempat para peziarah. Terdapat tulisan isi dari Catur Piwulang di area pendopo
tersebut.
Museum ini diresmikan pada 1 Maret 1992 oleh Gubernur Jawa Timur kala itu.
Letaknya tepat di samping makam beliau dan keluarganya di Kabupaten
Lamongan.
Demikian ulasan tentang sejarah sunan Drajat yang menjadi salah satu anggota
walisongo yang memilki peran penting dalam penyebaran islam di Lamongan.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk menambah wawasan Anda.
sumber : https://wisatanabawi.com/sunan-drajat/
1. Sunan Gresik
2. Sunan Ampel
3. Sunan Bonang
4. Sunan Giri
5. Sunan Derajat
6. Sunan Kalijaga
7. Sunan Kudus
8. Sunan Muria
9. Sunan Gunung Jati
Raden Makhdum Ibrahim dikenal sebagai imam besar dan juga guru di Pulau
Jawa yang sangat dihormati serta dikenal oleh masyarakat sekitar. Beliau
dianugerahi oleh Allah SWT berupa ilmu dan pengetahuan luas.
Sehingga tidak heran jika beliau merupakan guru besar di Pulau Jawa. Untuk
mengetahui penjelasan mengenai Raden Makhdum Ibrahim secara detail, Anda
dapat menyimak artikel berikut ini.
Biografi Sunan Bonang
Raden Makhdum Ibrahim merupakan anak dari pasangan Raden Rahmat
atau Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, yang lahir pada 1465 Masehi.
Biografi Keterangan
Hal ini karena sejak kecil, Raden Makhdum Ibrahim telah diajarkan tentang
ajaran Agama Islam dengan disiplin dan juga tekun oleh Sunan Ampel yang
merupakan ayah beliau.
Perjalanan ini untuk mendapatkan ajaran Agama Islam dari Syekh Maulana
Ishak dengan ditemani oleh Sunan Giri atau Raden Paku.
Kemudian setelah dirasa cukup, beliau kembali ke Pulau Jawa dan tinggal di
Pantai Utara sekitar pantai Remen atau di daerah Bonang.
Hal ini karena beliau ingin mengabdikan hidupnya untuk dapat melakukan
penyebaran Agama Islam ke masyarak Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Dalam versi Cina menurut naskah dari klenteng Talang menyebutkan bahwa
nama kecil sunan Bonang Adalah Liem Bong Ang. Dengan nama ini dalam
pengucapan menjadi Bonang.
Beliau adalah putra Bong Swi Ho yang dikenal dengan sunan Ampel. Dengan
demikian beliau adalah cucu buyut dari Bong Tak Keng yaitu kakek Bong Swi
Hwo.
Dari informasi ini, menyebutkan bahwa sunan Bonang adalah keturunan Cina
yang memperoleh ajaran dan pendidikan Jawa.
Hal ini bertujuan untuk menanamkan ajaran Agama Islam tanpa harus
mengubah kebiasaan dan juga unsur budaya yang telah ada sebelumnya.
Gamelan bonang adalah salah satu alat kesenian daerah berbentuk bulat lengkap
dengan benjolan di tengah yang terbuat dari kuningan.
Alat kesenian ini dibunyikan dengan menggunakan kayu kecil yang kemudian
akan menghasilkan suara merdu.
Bila Sunan memainkan gamelan bonang ini, akan menghasilkan suara merdu
yang enak untuk didengarkan. Sehingga masyarakat akan sangat senang jika
beliau memainkan gamelan tersebut.
Raden Makhdum Ibrahim memiliki bakat dalam bidang seni yang tergolong
tinggi. Beliau menciptakan berbagai lagu sebagai pengiring dalam pertunjukan
wayang.
Dengan cara ini akan memudahkan masyarakat sekitar dalam menerima ajaran
Agama Islam dengan mudah dan tidak adanya paksaan sedikitpun. Setelah itu,
beliau akan mengajarkan Islam lebih mendalam lagi.
Pada pertunjukan wayang yang beliau mainkan, selalu disematkan ajaran Islam
dan juga kalimat dzikir untuk membuat masyarakat sekitar selalu ingat dengan
dunia akhirat.
Karya beliau yang masih dikenal hingga sekarang salah satunya adalah lagu
Tombo Ati.
Berikut adalah karya sastra yang digunakan beliau dalam melakukan dakwah.
1. Suluk Wujil
Peralihan ajaran tersebut mencakup semua aspek antara lain politik, budaya,
sastra, kepercayaan, dan juga intelektual. Hal ini terjadi pada runtuhnya
Kerajaan Majapahit diganti Kesultanan Demak.
Kemudian makna kedua adalah perenungan Ilmu Ketuhanan serta apa saja yang
dimiliki-Nya atau biasa dikenal dengan Ilmu Sufi.
Alhasil muncullah Suluk Wujil yang memiliki makna tersirat berupa tujuan
melakukan ibadah, pengenalan diri sendiri, dan juga hakikat dari adanya sebuah
niat.
2. Gita Suluk Latri
Makna dalam suluk tersebut adalah seseorang yang menunggu Sang Kekasih
hingga merasa gelisah.
Lahirnya Suluk Jebeng karena ada percakapan mengenai pengenalan diri sendiri
agar berada di jalan yang benar dan juga tentang pembentukan khalifah yang
ada di bumi.
Selain itu, Suluk Jebeng juga menggambarkan hubungan kuat dan saling
mengenal antara Tuhan dengan manusianya.
4. Suluk Khalifah
Beliau mengajarkan ilmu melalui dzikir dan sholat atau cara sujud kepada murid
muridnya.
Sunan Bonang juga mengajarkan dzikir dengan gerakan fisik yang diajarkan
oleh Rasullah SAW lengkap dengan keseimbangan pernafasan yang dikenal
dengan Alif Lam Mim.
Raden Makhdum Ibrahim mengajarkan ilmu yang diambil dari seni huruf
Hijaiyyah dengan gerakan fisik yang penuh makna dan tujuan tertentu.
Dengan kata lain, beliau ingin mengajarkan untuk menghafal huruf hijaiyyah
sebanyak 28 untuk dapat membaca Al Quran. Hingga kini ilmu yang diajarkan
beliau masih diterapkan di Silat Tauhid Indonesia.
Artinya :
Kelima perkara itu adalah membaca Al Quran dan artinya, mendirikan sholat
sunnah malam seperti sholat tahajud dan sholat witir, berteman dengan orang
yang sholeh, menjalankan puasa dan berdzikir di malam hari.
Buah Aren atau disebut juga dengan kolang-kaling disebut-sebut sebagai buah
yang mendapatkan karomah dari sunan Bonang.
Kepercayaan atau kegenda ini muncul dari kisah sunan Bonang yang di hadang
oleh kawanan perampok yang dipimpin oleh Lokajaya. Lokajaya adalah
perampok yang menguasai hutan Jatisari saat itu.
Lokajaya adalah Raden Mas Said yang waktu itu belum menjadi seorang wali
dan menjadi perampok yang kejam untuk mermapok para pedagang yang
melewati hutan Jatisari.
Ketika sunan Bonang melewati hutan Jatisari, beliau dicegat oleh Lokajaya.
Melihat tongkat sunan Bonang yang berlapis emas, Lokajaya berkeinginan
untuk mengambilnya secara paksa.
Dan benar-benar nyata, buah aren atau kolang-kalng yang ditunjuk berubah
menjadi emas. Melihat hal itu, Lokajaya menjadi sadar, dan ingin berguru
kepada sunan Bonang.
Dan akhirnya berandal Lokajaya atau raden mas Said diterima sebagai muridnya
dengan syarat menjaga tongkatnya yang ditancapkan dipinggir kali.
Hingga 3 tahun berselang, sunan Bonang baru ingat dan akhirnya menghampiri
raden Mas Said yang bertapa menunggu tongkat sunan Bonang di pinggir kali.
Karena itulah, maka setelah belajar dengan beliau, dan diangkat menjadi
seorang wali, maka raden Mas Said dikenal dengan nama sunan Kalijaga
(Penjaga kali atau sungai).
2. Sunan Bonang Didatangi Brahmana Dari India
Untuk itu ada seorang brahmana dari India yang ingin bertemu dengan beliau
untuk beradu kesaktian dan wawasan.
Brahmana dari India ini kemudian berlayar ke Jawa untuk menemui sunan
Bonang. Namun dalam pelayarannya ini, kapal yang ditumpanginya karam dan
tenggelam beserta buku-buku atau kitab-kitab yang dibawanya.
Sang Brahmana selamat, dan terdampar di pantai Tuban dalam keadaan pingsan.
Ketika siuman, dari kejauhan terlihat ada orang berjubah putih dan bertongkat
mendekatinya.
Sang Brahmana bercerita kalau niatnya adalah menemui sunan Bonang untuk
mengadu ilmu pengetahuan dan kesaktian. Namun karena kapal yang
ditumpanginya karam, buku-buku dan kitab-kitab yang ia bawa ikut tenggelam.
Seketika itu sang Brahmana terkejut, karena dari lubang bekas tongkat itu keluar
air dan memancar dengan deras. Selain itu juga muncul buku-buku dan kitab-
kitab sang Brahmana yang tenggelam di laut.
Dengan peristiwa ini sang Brahmana tidak ragu lagi bahwa yang dihadapannya
adalah sunan Bonang.
Dengan kesaktian dan kemampuan sunan Bonang, beliau dapat mengubah aliran
sungai Brantas di Jawa Timur.
Hal ini dilakukan karena banyak yang enggan menerima dakwah beliau di aliran
sungai Brantas. Maka beliau memindahkan aliran sungai Brantas agar tidak
melalui wilayah tersebut.
Dan akhirnya ajaran sunan Bonang banyak diterima oleh kalangan masyarakat
di sekitar sungai Brantas tersebut.
4. Mengalahkan Tokoh Buta Lokaya dan Nyai Pluncing
Sunan Bonang Juga sering bedebat tentang beberapa tokoh Hindu seperti tokoh
Buta Lokaya yang selalu mengecam tindakan dakwahnya.
Namun dengan kesaktian dan pengetahuan beliau yang sangat luas, Buta
Lokaya tidak kuasa menghadapi kesaktiannya.
Beliau juga berhadapan dengan tokoh Nyai Pluncing yang sakti mandraguna
sebagai penerus ajaran sesat Calon Arang dari Bali.
Bagi umat muslim, sabung ayam sangat dilarang karena bertentangan dengan
ajaran agama islam.
Namun karena mendapat tantangan dari Ajar Bacak Ngilo dengan taruhan kalau
yang kalah akan menjadi pengikutnya.
Maka sunan Bonang mengutus muridnya yaitu santri Mujil untuk beradu ayam
dengan Ajar Bacak Ngilo.
Namun disini yang dipilih oleh beliau bukan ayam jago yang biasa untuk
sabung ayam. Ayam yang dipilih adalah anak ayam (dalam bahasa jawa
disbut khutuk) yang masih kecil.
Dikisahkan, jika khutuk ini setiap kali terjatuh, maka tubuhnya akan bertambah
besar setiap ditiup oleh santri Mujil.
Sampai akhirnya anak ayam milik santri Mujil ini bisa mengalahkan ayam jago
milik Balacak Ngilo.
Itulah beberapa karomah sunan Bonang yang sangat luar biasa, dan hanya
seorang wali Allah yang memilikinya.
Beberapa wali atau sunan biasanya dimakamkan di belakang masjid tempat dia
berdakwah.
Untuk makam sunan Bonang terdapat suatu kisah yang menyebabkan adanya 2
makam untuknya.
Karena diminta secara sukarela tidak boleh, santri-satri dari Bawean tetap ingin
memakamkan beliau di Bawean.
Maka pada malam harinya santri-santri dari Tuban me-nyirep atau menidurkan
santri-santri Bawean yang menunggu jenazah sunan Bonang.
Dan akhirnya jenazah sunan Bonang bisa dibawa berlayar ke Tuban dan
dimakamkan dekat Masjid Agung Tuban.
Namun anehnya, jenazah yang di Bawean ternyata juga masih ada, tetapi
kafannya tinggal satu, demikian juga kafan jenazah yang dibawa ke Tuban.
sumber : https://wisatanabawi.com/sunan-bonang/
Salah satu Sunan Walisongo adalah Sunan Ampel. Beliau menyebarkan Islam
melalui dakwah untuk memperbaiki moral yang terjadi di masyarakat kala itu.
Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih jauh tentang biodata, sejarah, karomah
sunan Ampel, silahkan simak penjelasannya berikut ini.
Salah satu Sunan Walisongo adalah Sunan Ampel. Beliau menyebarkan Islam
melalui dakwah untuk memperbaiki moral yang terjadi di masyarakat kala itu.
Sebelum terjadinya penyebaran Agama Islam, masyarakat sekitar suka dengan
kegiatan yang tergolong buruk. Kegiatan tesebut antara lain sabung ayam, judi,
hingga menganut ajaran animisme.
Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih jauh tentang biodata, sejarah, karomah
sunan Ampel, silahkan simak penjelasannya berikut ini.
Asal usul Sunan Ampel
Keduanya kelak menjadi orang tersohor di tanah Jawa sebagai sunan yang
menyebarkan agama Islam di Jawa.
Biografi Sunan Ampel
Sunan Ampel memiliki nama ketika masih kecil adalah Sayyid Muhammad Ali
Rahmatullah. Saat beliau memilih pindah ke daerah Jawa Timur, masyarakat
sekitar memanggilnya Raden Rahmat.
Biografi Keterangan
Tempat
Ampel Denta Surabaya
Makam
Beliau lahir di Champa pada tahun 1401 Masehi. Hingga kini banyak yang
berpendapat mengenai letak lokasi Champa tersebut.
Raden Rahmat memiliki dua orang istri dan 11 orang anak. Istri pertama beliau
bernama Dewi Condrowati atau biasa dikenal dengan Nyai Ageng Manila.
Dari istri pertama ini, beliau memiliki 5 orang anak yang bernama :
Dengan istri keduanya ini beliau memiliki 6 orang anak yang bernama :
1. Dewi Murtasiyah
2. Dewi Murtasimah
3. Raden Husamuddin
4. Raden Zainal Abidin
5. Pangeran Tumapel
6. Raden Faqih
Metode penyebaran Islam beliau dinilai berbeda dari metode dakwah Sunan
lainnya.
Proses penyebaran Agama Islam terbilang cukup sulit. Hal ini karena keadaan
masyarakat sekitar yang pada saat itu tergolong jumud, sangat asing, dan juga
kolot.
Dengan begitu Raden Rahmat dengan segala kemampuan dan ilmunya mencoba
beradaptasi dengan keadaan sosial budaya yang ada di daerah sekitar. Akhirnya
kala itu beliau dapat mensejajarkan kalangan elite dengan kaum muslim.
Bahkan mereka sangat menghargai dan menghormati hak dan kewajiban yang
telah diajarkan oleh sunan Ampel. Sehingga lambat laun punggawa kerajaan
memilih untuk memegang teguh kepercayaanya pada Agama Islam.
Bahkan ajaran Moh Limo ini sampai sekarang masih menjadi ajaran yang
dipegang umat muslim hingga saat ini. Dalam masyarakat sekarang dikenal
dengan istilah 5M.
Adanya ajaran yang dilakukan oleh Raden Rahmat, disambut baik oleh Prabu
Brawijaya. Bahkan dia menganggap ajaran Agama Islam adalah yang mulia.
Akan tetapi Prabu Brawijaya tidak mau mamemluk Agama Islam karena ingin
menjadi Raja Majapahit terakhir yang memeluk Agama Budha.
Pada saat itu juga raja memberikan izin untuk menyebarkan Agama Islam di
sekitar Kerajaan Majapahit dan juga di Surabaya, namun dengan catatan tidak
boleh di paksa.
Akan tetapi ia selalau gagal dan jatuh ke air. Melihat hal ini sunan Ampel
memberitahukan kalau usaha pertapa ini sia-sia. Namun sang pertapa tidak
mengindahkan kata-kata sunan Ampel dan meminta beliau pergi untuk tidak
mengganggunya.
Setelah sunan mengajarinya akhirnya sang pertapa dapat berjalan diatas air juga.
Namun sunan berpesan agar kemampuannya dipergunakan dengan baik. Selalu
mensyukuri nikmat-Nya dalam rangka ibadah kepada-Nya.
2. Mbah Sholeh yang Hidup 9 Kali
Ada salah satu murid beliau yang banyak dikenal masyarakat yaitu Mbah
Sholeh. Mbah Sholeh merupakan marbot Masjid Ampel yang selalu bersih
dalam menyapu lantai tanpa ada debu sedikitpun.
Mbah Sholeh memiliki keistimewaan yang tergolong luar biasa. Sehingga tidak
heran bila dia banyak disayangi oleh orang orang.
Pernah suatu ketika Raden Rahmat tidak sengaja berbicara bahwa Mbah Sholeh
akan hidup sebanyak 9 kali.
Dari pernyataan tersebut ternyata terjadi di kemudian hari. Saat dia wafat tidak
ada orang satupun yang bisa membersihkan masjid hingga bersih tanpa ada
debu sedikitpun.
Saat itu juga Raden Rahmat mengatakan bahwa bila Mbah Sholeh masih hidup,
pasti masjid menjadi sangat bersih.
Kemudian Mbah Sholeh berada di dalam masjid sedang bersih bersih. Alhasil
masjid menjadi bersih kembali.
Bahkan banyak orang yang bertanya tanya alasan Mbah Sholeh hidup kembali.
Setelah beberapa bulan, Mbah Sholeh wafat kembali. Lalu Sunan kembali
mengatakan hal serupa yang membuat Mbah Sholeh hidup kembali.
Alhasil dia memiliki 9 makam yang letaknya berada di samping Raden Rahmat.
Dengan adanya hal tersebut membuat kisah Mbah Sholeh banyak dikenal oleh
masyarakat luas.
Bahkan hingga kini cerita tersebut masih banyak diceritakan oleh warga sekitar
ketika berkunjung ke masjid sunan Ampel di Surabaya tersebut.
Joko Samudro adalah pemuda yang berasal dari Gresik putra angkat dari Nyai
Ageng Pinatih yaitu saudagar wanita yang kaya raya.
Joko Samudro merupakan salah satu santri di pesantren sunan Ampel yang
cerdas dan pintar dalam menguasai ajaran-ajaran di pesantrennya sunan Ampel.
Joko Samudro ini ternyata masih keponakannya sunan Ampel yang merupakan
putra dari pamannya yang bernama Syekh Maulana Ishaq.
Sejak itu Joko Samudro dikenal sebagai Raden Paku. Dan setelah lulus dalam
belajar agama Islam kepada sunan Ampel, Raden Paku diutus oleh sunan Ampel
untuk belajar Islam ke Champa.
Setelah memilki ilmu Agama yang sangat luas, akhirnya Raden Paku pulang ke
Jawa dan mendirikan pesantren di Giri Kedathon. Untuk itu akhirnya Raden
Paku dikenal sebagai sunan Giri.
Sunan Giri menjadi penerus dakwah sunan Ampel dengan mendirikan pesantren
di Gresik dan santri-santrinya berasal dari berbagai wilayah di Nusantara.
2. Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang
Dari kecil Maulana Makhdum Ibrahim ini sudah digembleng oleh sunan Ampel
untuk terus diajari dengan berbagai ilmu sastra, sejarah, tauhid, agama Islam.
Kurang lebih selama 3 tahun mereka berdua belajar agama di sana. Setelah
mendapatkan banyak ilmu pengetahuan islam dari Champa, akhirnya mereka
kembali ke Jawa.
Raden Qasim adalah putra dari sunan Ampel dan merupakan adik dari Maulana
Makhdum Ibrahim (sunan Bonang).
Sunan Derajat adalah putra dari sunan Ampel dengan istri pertamanya yaitu
Dewi Condrawati.
Sunan Derajat belajar agama islam dari ayahnya di pondok pesantren yang ada
di Ampel Denta. Beliau terkenal dengan jiwa sosial yang tinggi dan tema-tema
dakwahnya yang selalu berorientasi pada gotong-royong.
Sunan Derajat menjadi penerus dakwah islam sunan Ampel. Sunan Derajat
mendirikan pesantren di daerah Lamongan Jawa Timur.
Sampai sekarang di sekitar wilayah kompleks sunan Drajat masih menjadi pusat
syiar dan pendidikan islam.
4. Raden Fatah Sebagai Raja Demak
Raden Fatah adalah raja atau sultan Demak Bintara yang pertama. Beliau adalah
sultan Demak yang diangkat oleh para Walisongo.
Raden Fatah adalah muris seklaigus menantu dari sunan Ampel yang menjadi
sultan kerajaan islam yang berada di Demak.
Wafatnya sunan Ampel tidak ada sumser yang pasti, dan di makam sunan
Ampel tidak tercatat kapan tahun beliau wafat. Namun berdasarkan dari Babad
Gresik sunan Ampel wafat pada tahun 1481 Masehi.