Anda di halaman 1dari 13

TUGAS SKI

BIOGRAFI WALI SANGA

DI SUSUN OLEH:

ALYAA SYAIMAA HAKIM

ZAKIAH
1. Siapa wali sanga?

“Wali” dalam bahasa arab artinya pembela, teman dekat dan


pemimpin sedangkan sanga dalam bahasa arab artinya Sembilan namun ada
juga berpendapat bahwa sanga berasal dari bahasa arab yaitu sana yang
artinya mulia sehingga dapat diartikan bahwa wali sanga adalah se mbilan wali
yang merupakan pelopor dan pejuang pengembangan agama Islam (islamisasi) di
Pulau Jawa pada abad ke 15. Pada abad ke- 15 di wilayah jawa terdapat penyiar
agama terkenal yaitu wali sanga. Sembilan wali itu tinggal di daerah penting disekitar
jawa strategi dakwah mereka pun bervariasi tergantung kondisi masyarakat disana.
Berikut adalah nama nama wali sanga beserta nama asli mereka.

Sunan gresik Maulana malik ibrahim

Sunan ampel Raden rahmatullah

Sunan bonang Maulana makhdum ibrahim

Sunan kalijaga Raden mas syahid


Sunan giri Raden ainul yaqin

Sunan drajat Raden qasim

Sunan kudus Raden ja’far shadiq

Sunan muria Raden umar said

Sunan gunung jati Raden syarif hidayatullah

Itulah nama nama wali sanga dan nama asli mereka. Para wali sanga
cenderung menggunakan unsur budaya lama dalam mensyiarkan agama islam
agar lebih mudah diterima oleh masyarakat setempat. Wali sanga berdakwah
dengan cara damai sehingga sangat jarang mereka memicu konflik dalam
menyebarkan agama islam.

2. Sunan gresik (maulana malik Ibrahim)


Sunan gresik merupakan orang yang pertama menyebarkan agama
islam di jawa, beliau merupakan tokoh tertua dalam wali sanga merupakan
keturunan ke 22 dari nabi yaitu keturunan ali zainal abiding cicit nabi
Muhammad SAW. Ada perbedaan pendapat terkait asal usul Syaikh Maulana
Malik Ibrahim, ada pendapat berasal dari Turki dan ada pendapat lain
menyatakan berasal dari Kashan sebuah tempat di Persia (Iran) sebagaimana
tercatat pada prasasti makamnya.beliau mempunyai wewenang sebagai
syahbandar di gresik dan diperbolehkan menyiarkan agama di gresik Syaikh
Maulana Malik Ibrahim adalah seorang ahli tata negara yang menjadi
penasehat raja, guru para pangeran dan juga dermawan terhadap fakir miskin.
Menurut Babad ing Gresik beliau datang bersama kawan-kawan dekatnya dan
berlabuh di Gresik pada tahun 1293/1371 M.
Keahlian beliau adalah di bidang strategi politik untuk misi islamisasi
elit politik kerajaan Majapahit yang dikuasai wikramawardhana. Beliau
bekerja sama dengan Sultan Mahmud syah alam raja kedah di malaka, untuk
menikahkan dengan putri raja yang aminah binti Mahmud.
Sunan gresik mengajarkan cara baru bercocok tanam, dan banyak
merangkul rakyat kebanyakan, seperti rakyat majapahit yang tersisihkan.
Beliau juga berusaha menarik hati para masyarakat majapahit yang telah
dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Beliau membangun pondok untuk
belajar agama. Beliau meninggal pada tahun 882H/1419H di desa gapura
wetan, gresik jatim.

3. Sunan ampel (raden rahmat)


Beliau berasal dari keturunan Muhammad yang ke-22 nama ayah beliau
Ibrahim As-Samarkandi yang menikah dengan Puteri Raja Champa yang bernama
Dewi Candra Wulan. Sunan ampel menikah dengan putri adipati dari tuban dan
dikaruniai anak beberapa diantaranya adalah sunan bonang dan sunan drajat. Sunan
ampel juga turut memprakasai kerajaan pertama islam di jawa. Beliau menanamkan
ajaran moh limo kepada masyarakat jawa lalu apa saja moh limo itu berikut adalah isi
dari moh limo

 moh main, artinya tidak berjudi.


 moh ngombe, artinya tidak mabuk.
 moh maling, artinya tidak mencuri.
 moh madat, artinya tidak mengisap candu atau obat-obatan.
 moh madon yang artinya tidak melakukan zina.

Beliau juga membangun masjid di daerah yang dihadiahkan olej


raja majapahit. Dan menjadi pusat pendidikan agama islam yang sangat
berpengaruh di indonesia dan manca negara.selain itu juga beliau
mengubah nama sungai brantas yaitu sungai terpanjang di jawa timur
menjadi nama kali emas dan mengubah nama pelabuhan jelangga manik
menjadi tanjung perak, sunan ampel mengubah nama tersebut bukan
tanpa sebab beliau mengubah nama yang ada unsur emas dan perak
sehingga orang orang akan berbondong bondong mendatangi jawa timur
yang artinya memudahkan sunan ampel untuk menyebarkan agama
islam.

Sunan ampel wafat pada tahun 1481M di demak dan dimakamkan di


sebelah barat masjid ampel Surabaya.

4. Sunan giri(raden ainul yaqin)

Sunan Giri adalah salah seorang ulama Wali Songo, majelis penyebar dakwah
Islam pertama di Jawa dalam sejarah Indonesia atau Nusantara, pada abad ke-14
Masehi seiring munculnya Kesultanan Demak dan menjelang runtuhnya Kerajaan
Majapahit. Selain sebagai ulama dan pendakwah yang giat menyebarkan syiar
Islam, Ia memerintah Kerajaan Giri Kedaton pada 1487-1506, berkedudukan di
Gresik, Jawa Timur. Ibu sunan giri dalah Dewi Sekardadu, Ayahnya adalah
Maulana Ishak, seorang mubalig yang datang dari Asia Tengah. Mempunyai
banyak nama lain yaitu raden paku, prabu satmata, sultan abdul faqih, raden ainul
yaqin, dan joko samudra.Sunan Giri adalah keturunan dari Kerajaan Blambangan,
cucu Menak Sembuyu. Raden ‘Ainul Yaqin kecil di bawah asuhan seorang wanita
kaya raya yang bernama Nyai Gede Maloka Nyai Ageng Tandes. Setelah
menginjak dewasa, Raden ‘Ainul Yaqin menimba ilmu di Pesantren Ampel Denta
(Surabaya) milik Sunan Ampel.Sunan Giri mendirikan pondok pesantren sebagai
pusat pendidikan agama Islam dan pemerintahan. Pesantren Giri terkenal sebagai
salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa. Pengaruh pesantren ini sampai
ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.Pengaruh pesantren Giri
terus berkembang hingga akhirnya menjadi kerajaan bernama Giri Kedaton.
Sunan Giri kemudian mendapat gelar baru yakni Prabu Satmata.Berdasarkan
babad Gresik, bangunan di Giri Kedaton bertingkat tujuh (tunda pitu). Hal ini
ditandai dengan sengkala yang menunjukkan angka tahun 1408 Saka atau 1486
M. Giri Kedaton menguasai wilayah Gresik dan sekitarnya selama beberapa
generasi. Sunan Giri dikenal sebagai wali yang berdakwah lewat permainan anak-
anak. Bahkan, Sunan Giri juga menciptakan permainan seperti jamuran, jelungan,
hingga cublak-cublak suweng. Permainan tradisional tersebut hingga saat ini
masih dimainkan. Permainan yang dibuat Sunan Giri ada nyanyiannya. Nyanyian
dalam permainan tersebut mengandung nilai-nilai dakwah. Misalnya, ada salah
satu nyanyian yang mengandung makna jangan menuruti hawa nafsu. Tidak
hanya melalui permainan anak-anak, Sunan Giri juga memanfaatkan seni sebagai
strategi dalam berdakwahnya. Misalnya dengan wayang hingga tembang-tembang
Jawa. Selain itu, jalur politik juga dijadikan Sunan Giri sebagai sarana untuk
berdakwah dalam rangka menyebarkan agama Islam. Beliau wafat 1506 M dan
dimakamkan di atas bukit berarsitektur khas Jawa yang terletak di Dusun Giri Gajah,
Desa Giri, Kecamatan Kebomas. Lokasi makam Sunan Giri berjarak 4 km dari pusat
kota Gresik.

5. Sunan bonang (maulana makhdum Ibrahim)

Beliau adalah anak dari sunan ampel dari istri yang bernama Dewi
Candrawati.. Lahir pada tahun 1465 M, Sunan Bonang dikenal sebagai ahli
Ilmu Kalam dan Ilmu Tauhid. Maulana Makhdum Ibrahim banyak belajar di
Pasai, kemudian sekembalinya dari Pasai, Maulana Makhdum Ibrahim
mendirikan pesantren di daerah Tuban.yang kemudian beliau dikenal sebagai
imam pertama kesultanan demak. Dalam menjalankan kegiatan dakwahnya
Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) mempunyai keunikan dengan
cara mengubah nama-nama dewa dengan nama-nama malaikat sebagaimana
yang dikenal dalam Islam. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya persuasif
terhadap penganut ajaran Hindu dan Budha yang telah lama dipeluk
sebelumnya. Sunan Bonang meninggal pada tahun 1525 dan dimakamkan di
Tuban, daerah pesisir utara Jawa yang menjadi basis perjuangan dakwahnya.

6. Sunan drajat (raden qasim)

Diperkirakan lahir pada tahun 1470 M ayah beliau adalah sunan ampel beliau
juga saudara dari sunan bonang. Raden Qasim memperoleh ilmu keislaman
langsung dari ayahnya, Sunan Ampel, yang memimpin pondok pesantren
Ampeldenta, Surabaya. Setelah beranjak remaja, Raden Qasim merantau ke
Cirebon untuk berguru kepada Sunan Gunung Jati. Di Cirebon, Raden Qasim
menikahi putri Sunan Gunung Jati yang bernama Dewi Sufiyah. Hingga
kemudian, Raden Qasim kembali ke Ampeldenta bersama istrinya.
Sesampainya di Ampeldenta, Sunan Ampel meminta Raden Qasim untuk
berdakwah di daerah Gresik. Raden Qasim menuruti perintah ayahnya,
meneruskan perjalanan menuju Gresik. Ia menetap di Desa Banjarwati dan
disambut baik oleh sesepuh kampung yang bernama Kiai Mayang Madu dan
Mbah Banjar. Di Desa Banjarwati, Raden Qasim dinikahkan dengan putri
Kiai Mayang Madu yang bernama Nyai Kemuning. Di wilayah yang bernama
Jelag, daerah yang memiliki medan lebih tinggi dari tempat lainnya di Desa
Banjarwati, Raden Qasim mendirikan surau dan mengajar penduduk setempat.
Kendati tergolong bangsawan, ia amat dekat dengan rakyat. Jiwa sosialnya
tinggi serta mengutamakan kesejahteraan penduduk. Sunan drajat juga
melakukan penyebaran islam dengan cara berikut:

 Berdakwah dengan pepali atau 7 dasar ajaran

A. Jika Sunan Ampel berdakwah dengan ajaran Moh Limo, Sunan


Drajat berdakwah dengan Pepali Pitu atau 7 Dasar Ajaran.
Berikut ini Pepali Pitu sebagai pijakan kehidupan sehari-hari
yang disampaikan oleh Sunan Drajat:

B. Memangun resep tyasing sasama (Membuat senang hati orang


lain). Jroning suka kudu eling lan waspada (Dalam suasana
gembira, hendaknya tetap ingat Tuhan dan selalu waspada).

C. Laksitaning subrata tan nyipa marang pringga bayaning


lampah (Dalam mencapai cita-cita luhur, jangan menghiraukan
halangan dan rintangan). Meper hardaning pancadriya
(Senantiasa berjuang untuk menekan hawa nafsu duniawi).

D. Heneng-Hening-Henung (Dalam diam akan dicapai


keheningan, dalam hening akan dicapai jalan kebebasan
mulia).
E. Mulya guna panca waktu (Pencapaian kemuliaan lahir batin
dicapai dengan menjalani salat lima waktu).

F. Menehono teken marang wong kang wuto. Menehono mangan


marang wong kang luwe. Menehono busana marang wong
kang wuda. Menehono pangiyup marang wong kang kaudanan
(Berikan tongkat kepada orang buta. Berikan makan kepada
orang lapar. Berikan pakaian kepada orang tak berpakaian.
Berikan tempat berteduh kepada orang kehujanan).

 Berdakwah lewat seni budaya

Sama seperti wali sanga lainnya sunan drajat pandai menggubah


sejumlah tembang Tembang terkenal yang digubahnya adalah tembang
tengahan macapat pangkur untuk menyampaikan ajaran falsafah
kehidupan kepada masyarakat. Sunan Drajat juga pandai mendalang
serta sesekali mementaskan pertunjukan wayang untuk sarana
dakwahnya. Pada 1522 M, Raden Qasim atau Sunan Drajat tutup usia.
Makamnya terletak di Desa Drajat, Paciran, Lamongan, Jawa Timur.

7. Sunan kudus( raden ja’far shadiq)

Ja'far Shadiq lahir dari keluarga bangsawan Kerajaan Demak. Jika


ditarik lebih jauh lagi, jalur keturunannya sampai ke nasab Nabi Muhammad
SAW melalui jalur Husain bin Ali RA. Ayahnya adalah Usman Haji bin Ali
Murtadha, saudara kandung Sunan Ampel. Usai mangkat, Ja'far Shadiq
menggantikan jabatan ayahnya untuk memperluas wilayah kekuasaan
Kerajaan Demak. Melalui posisi senopati itulah, Ja'far Shadiq menyebarkan
Islam di wilayah Demak. Selain menjabat sebagai senopati, ia juga diangkat
menjadi imam besar Masjid Agung Demak, serta menjadi qadhi atau hakim di
Kerajaan tersebut. Ketika terjadi perselisihan internal di kerajaan Demak,
Ja'far Shadiq kemudian pindah ke kawasan Tajug, sebagaimana dikutip dari
buku Sejarah Kebudayaan Islam (2020) yang ditulis Suhailid. Di kawasan
Tajug ini, Ja'far Shadiq tidak lagi aktif di dunia politik dan fokus
menyebarkan dakwah Islam. Strategi dakwah yang ia usung adalah melalui
pendekatan seni dan budaya. Ia tidak langsung melarang masyarakat yang
masih menganut kepercayaan animisme dan agama Hindu-Buddha, melainkan
merangkulnya pelan-pelan. Berkat kharisma dan keluwesan pergaulannya,
Ja'far Shadiq memperoleh simpati dari masyarakat. Berkat penerimaan
dakwah yang disampaikan Ja'far Shadiq, wilayah Tajug kemudian berganti
nama dengan Kudus, yang diambil dari kata Al-Quds, sebuah kota suci di
Yerusalem. Karena itulah, Ja'far Shadiq dikenal dengan julukan Sunan Kudus.
Sunan Kudus kemudian mengembangkan dakwahnya melalui akulturasi
budaya dengan perlahan agar bisa diterima masyarakat setempat. Terbukti,
masjid Kudus yang dibangun di masa dakwah beliau memiliki arsitektur unik.
Menara masjidnya serupa candi. Sunan Kudus berhasil mengompromikan
arsitektur Islam, Jawa, Hindu-Buddha, dan Tionghoa. Ajaran Islam dan
strategi dakwah itu dituntut Sunan Kudus dari beberapa gurunya. Setelah
beberapa tahun mengabdi dan berdakwah di wilayah Kudus, Ja'far Shadiq
atau Sunan Kudus pun tutup usia, tetapi tahun kematiannya tidak diketahui
dengan jelas. Makam Sunan Kudus terletak di bagian belakang Masjid Agung
Kudus, Jawa Tengah.

8. Sunan kalijaga

Sunan kalijaga lahir pada 1450 Riwayat kehidupan Sunan Kalijaga melintas-
batas era kerajaan di Jawa yang silih-berganti. Ia menyaksikan perubahan sejak masa
akhir Kerajaan Majapahit, lalu Kesultanan Demak, Kesultanan Pajang, hingga awal
Kesultanan Mataram Islam. Sunan Kalijaga merupakan putra Tumenggung Wilatikta,
Bupati Tuban. Di masa mudanya, Raden Said dikenal dengan remaja nakal yang suka
berjudi, minum minuman keras, mencuri, dan melakukan banyak perbuatan tercela.
Hal ini membuat ayahnya yang merupakan bangsawan dan penguasa Tuban malu
memiliki anak berandalan. Akibatnya, Raden Said diusir dari rumah oleh orang
tuanya. Kenakalan Raden Said justru menjadi-jadi. Ia menjadi penjahat. Perilaku
tidak terpujinya ini pun berhenti setelah beliau bertemu Sunan Bonang
Pertemuan keduanya ini bisa dikatakan merupakan pertemuan yang tidak
menyenangkan karena waktu itu Sunan Kalijaga berniat untuk merampok
Sunan Bonang yang sedang lewat di daerah Tuban. Setelah bertemu dengan
Sunan Bonang itulah, Sunan Kalijaga lalu bertobat dan berjanji tidak
mengulangi perbuatannya lagi. Beliau pun menjadi murid dari Sunan Bonan.
Sebagaimana Wali Songo yang lain, Sunan Kalijaga berdakwah dengan pendekatan
seni dan budaya. Ia amat mahir mendalang dan menggelar pertunjukan wayang.
Sebagai dalang, ia dikenal dengan julukan Ki Dalang Sida Brangti, Ki Dalang
Bengkok, Ki Dalang Kumendung, atau Ki Unehan. Berbeda dengan pertunjukan
wayang lainnya, Sunan Kalijaga tidak mematok tarif bagi yang ingin menyaksikan
pertunjukan beliau, melainkan cukup dengan menyebut Kalimosodo atau dua kalimat
syahadat sebagai tiket masuknya. Dengan begitu, orang-orang yang menyaksikan
pertunjukan wayang Sunan Kalijaga sudah masuk Islam. Berkat kelihaian Sunan
Kalijaga berbaur, lambat laun masyarakat setempat mengenal Islam pelan-pelan dan
mulai menjalankan syariat Islam.

9. Sunan muria(raden umar said)

Ulama pendakwah Islam termuda di antara Wali Songo adalah Sunan


Muria. Ia merupakan putra Sunan Kalijaga. Sunan Muria melanjutkan strategi
dakwah ayahnya dengan menyebarkan ajaran Islam di Jawa melalui media
seni dan budaya. Sunan Muria merupakan anak sulung Sunan Kalijaga dari
pernikahannya dengan Dewi Sarah, putri Maulana Ishak. Nama kecilnya
adalah Raden Umar Said atau ada juga yang menyebutnya Raden Prawoto.
Ilmu keislaman diperoleh Raden Umar Said langsung dari sang ayah.
Bberanjak remaja, ia berguru kepada Ki Ageng Ngerang bersama Sunan
Kudus dan Adipati Pathak. Raden Umar Said alias Sunan Muria terlibat dalam
pemilihan Raden Patah sebagai pemimpin perdana kerajaan Islam pertama di
Jawa tersebut. Kendati termasuk sosok berpengaruh di Kesultanan Demak,
namun Raden Umar Said lebih suka tinggal di daerah terpencil dan jauh dari
pusat perkotaan dalam menjalankan dakwahnya. Sunan Muria suka bergaul
dengan rakyat jelata sambil mengajarkan keterampilan bercocok tanam,
berdagang, dan kesenian. Julukan Sunan Muria disematkan karena ia menetap
di Gunung Muria. Sebagaimana dakwah ulama Wali Songo lainnya, Sunan
Muria juga merangkul tradisi dan budaya masyarakat setempat, serta
menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Salah satu tradisi yang diubah Sunan
Muria adalah tradisi bancakan. Fungsi tumpeng diubah menjadi kenduri untuk
mengirim doa kepada leluhur dengan doa-doa Islam di rumah sohibul hajat.
Sunan Muria mengembangkan penulisan tembang cilik (sekar alit) jenis
Sinom dan Kinanthi. Tembang tersebut masih populer hingga sekarang di
kalangan masyarakatJawa.

10. Sunan gunung jati

Sunan Gunung Jati lahir adalah putra Sultan Syarif Abdullah bin Ali
Nurul Alim, pangeran Mesir yang menikah dengan Nyai Rarasantang, putri
Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran, beliau lahir pada tahun 1448 M.
Syarif Hidayatullah berangkat ke Mekah untuk menimba ilmu disana. Di
tanah suci, Syarif Hidayatullah berguru dengan Syekh Tajudin Al-Qurthubi.
Beberapa waktu kemudian, ia ke Mesir untuk belajar kepada Syekh
Muhammad Athaillah Al-Syadzili, seorang ulama bermadzhab Syafi'i
sekaligus mempelajari tasawuf tarekat Syadziliyah. Syarif Hidayatullah
kemudian pulang ke Nusantara untuk berguru pada Syekh Maulana Ishak di
Pasai, Aceh. Selanjutnya, ia mengembara ke Karawang, Kudus, hingga di
Pesantren Ampeldenta Surabaya untuk belajar kepada Sunan Ampel. Oleh
Sunan Ampel, Syarif Hidayatullah diminta untuk berdakwah dan
menyebarkan Islam di daerah Cirebon. Di sana, ia menjadi guru agama
menggantikan Syekh Datuk Kahfi di Gunung Sembung. Setelah banyak
masyarakat Cirebon masuk Islam, Syarif Hidayatullah melanjutkan
dakwahnya ke daerah Banten. Syarif Hidayatullah menikah dengan Nyi Ratu
Pakungwati, putri Pangeran Cakrabuana atau Haji Abdullah Iman, penguasa
Cirebon kala itu.
Syarif Hidayatullah mendirikan sebuah pondok pesantren dan mengajarkan
Islam kepada penduduk sekitar. Oleh para santrinya, Syarif Hidayatullah
dipanggil dengan julukan Maulana Jati atau Syekh Jati. Selain itu, karena ia
berdakwah di daerah pegunungan, ia digelari sebagai Sunan Gunung Jati.
Setelah Pangeran Cakrabuana meninggal dunia, tampuk Kerajaan Cirebon
dilanjutkan oleh menantunya yakni Sunan Gunung Jati. dakwah Sunan
Gunung Jati beriringan di jalur politik. Ajaran Islam berkembang pesat di
Cirebon, Sunda Kelapa, Banten, dan banyak daerah di Jawa Barat. Untuk
memperluas syiar Islam, Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyai Ratu
Kawunganten, putri bupati Kawunganten Banten. Salah seorang anaknya,
Maulana Hasanudin, kelak meneruskan dakwah ayahnya sekaligus menjadi
Sultan Banten. Cirebon juga menjalin hubungan dengan Tiongkok.
Diceritakan, Sunan Gunung Jati juga menikahi putri Kaisar Cina Hong Gie
dari Dinasti Ming yang bernama Ong Tien. Usai menikah dengan Syarif
Hidayatullah, ia berganti nama Nyi Mas Rara Sumanding. Dakwah Islam
yang dilakukan Sunan Gunung Jati kian kokoh berkat kerjasama dengan
banyak kerajaan tersebut. Pada 1568 M, Sunan Gunung Jati berpulang. Ketika
meninggal, usianya diperkirakan mencapai 118 tahun. Makamnya terletak di
Gunung Sembung, Desa Astana, Cirebon Utara.

Anda mungkin juga menyukai