Anda di halaman 1dari 7

BIOGRAFI

WALISONGO

NAMA : DIANI RIA AGUSTIN


KELAS : XII MIPA 6
ABSEN : 12

SMA ANTARTIKA SIDOARJO


1.SUNAN GRESIK

Sunan Gresik memiliki nama asli Maulana Malik Ibrahim merupakan walisongo pertama yang
menyebarkan Islam di pulau Jawa. Sunan ini lahir di Campa (Kamboja) dan ayahnya adalah seorang
ulama besar di Maghrib yang bernama Barakat Zainul Alam. Sunan memiliki beberapa nama sebutan
lain seperti Syekh Maghribi atau Makhdum Ibrahim al-Samarqandi dan Asmaraqandi.
Asmaraqandi adalah nama yang biasa disebut oleh masyarakat jawa untuk Sunan Gresik. Pertama kali
sunan datang ke daerah Gresik dengan ditemani oleh beberapa sahabat. Tepatnya yaitu ke Desa
Sembolo yang saat ini berganti nama menjadi Desa Laren kecamatan Manyar. Desa ini berada sekitar 9
kilometer kota Gresik bagian utara.

Sebelum berdakwah ke pulau Jawa, Sunan Gresik bermukim di daerah Champa selama 13 tahun
(sebuah negeri cermin dalam legenda). Disana sunan menikah dengan putri raja dan memiliki dua
orang putra.  Kedua putra tersebut bernama Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Rasyid Ali Murtadha
atau Raden Santri.

Sunan Gresik mulai berdakwah di pulau Jawa tepatnya di daerah Gresik pada tahun 801 H/ 1329 M.
Beliau juga mendirikan toko di sebuah desa yang terletak sekitar 3 km dari barat kota Gresik. Nama
desa tersebut adalah Desa Romo, dimana sunan mulai memperkenalkan barang yang dibawanya dari
negeri sebelumnya.

Toko ini merupakan salah satu cara sunan untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar.
Sunan menjual berbagai keperluan pokok dengan harga terjangkau. Selain itu beliau juga menjadi tabib
untuk mengobati warga dengan gratis. Sunan juga mengajarkan cara-cara bercocok tanam kepada
masyarakat di daerah tersebut.

Islamisasi dilakukan dengan cara merangkul masyarakat bawah dengan melakukan pendekatan dan
perdagangan tersebut. Masyarakat bawah pada saat itu dibedakan dengan masyarakat kelas atas pada
komunitas Hindu. Sunan Gresik tidak memaksa masyarakat untuk memeluk Islam secara terang-
terangan. Namun dilakukan dengan memperlihatkan indahnya agama Islam.

Beliau yang sangat ramah tamah tersebut membuat banyak masyarakat jadi tertarik untuk mempelajari
Islam. Setelah merasa cukup mapan Sunan Gresik sempat melakukan kunjungan ke kerajaan Majapahit
di Trowulan. Kunjungan tersebut disambut baik oleh raja yang berbeda keyakinan dengan memberikan
sebidang tanah di Gresik (Gapura).

Setelah Sunan Gresik meninggal pada 1419 M, dimakamkan tidak jauh dari alun-alun kota Gresik,
provinsi Jawa Timur. Bagi Anda yang ingin berwisata religi di kota Gresik dapat mengunjungi makam
di Jl.Malik Ibrahim No.52-62, Gapura Sukolilo, Bedilan.

 2.SUNAN AMPEL
Raden Rahmat adalah nama asli Sunan Ampel, merupakan seorang wali sesepuh. Sunan Ampel
menikah dengan dua wanita yaitu Dewi Condrowati  (Nyai Ageng Manila) dan Dewi Karimah binti Ki
Kembang Kuning. Dewi Condrowati adalah salah satu putri dari adipati Tuban, Arya Teja. Dari
pernikahan dengan Dewi Condrowati, sunan memiliki enam orang anak.

Nama keenam anak tersebut adalah Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Qasim (Sunan
Derajat), Sunan Sedayu, Siti Syari’ah, Siti Mutma’innah dan Siti Hafsah. Sedangkan pernikahan
dengan Dewi Karimah juga dikaruniai enam anak. Dua anaknya adlah istri sunan yaitu Dewi
Murtasiyah (istri Sunan Giri) dan Dewi Murtasimah / Dewi Asyiqah (istri Raden Fatah).

Empat anak lainnya bernama Raden Hasamuddin atau Sunan Lamingan, Raden Zaenal Abidin atau
Sunan Demak, Pangeran Tumapel serta Raden Faqih atau Sunan Ampel II. Jadi dari dua pernikahan
tersebut Sunan Ampel memiliki total 12 orang anak laki-laki dan perempuan. Keluarga Sunan Ampel
juga banyak yang menjadi sunan selanjutnya.

Pada awalnya sunan datang ke pulau Jawa untuk mengunjungi bibinya yang bernama Dwarawati.
Bibinya adalah seorang putri negeri Champa yang menikah dengan seorang raja Majapahit bernama
Prabu Kertawijaya. Moh Limo merupakan dakwah yang disampaikan Sunan Ampel dan sangat terkenal
di masyarakat Jawa.

Moh Limo adalah dakwah yang dilakukan untuk memperbaiki berbagai kerusahakan akhlak yang
terjadi di dalam masyarakat Jawa. Moh Limo terdiri dari Moh Mabok (tidak minum minuman keras),
Moh Main (tidak berjudi, taruhan atau togel), Moh Madon (tidak berzina, homo atau lesbian), Moh
Madat (tidak mencuri) dan Moh Maling (tidak korupsi atau mencuri serta lainnya).

Sunan Ampel juga sempat mendirikan sebuah masjid pada tahun 1479 M, yang dikenal dengan masjid
Agung Demak. Pesantrennya berada di Ampel Denta di kota Surabaya. Makam Sunan Ampel juga
terletak di kota Surabaya, Jawa Timur. Tepatnya berada di Jalan Nyamplungan dan merupakan salah
satu wisata religi yang ramai dikunjungi serta berada di tengah kota.

3.SUNAN BONANG

Raden Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang lahir pada tahun 1465. Sunan Bonang
merupakan anak dari Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati. Bonang adalah sebuah desa yang berada
di wilayah kabuoaten Rembang. Nama Sunan Bonang diambil dari kata Bong Ang, nama marga
ayahnya yaitu Bong Swi Hoo atau Sunan Ampel.

Sunan Bonang sempat menimba ilmu sebelum kembali ke daerah Tuban dan mendirikan sebuah
pesantren. Cara berdakwah disesuaikan dengan budaya masyarakat pada saat itu, yaitu kesenian.
Masyarakat yang menyukai hiburan mendorong sunan untuk membuat alat musik gamelan.
Pertunjukan musik ini bertujan untuk menarik masyarakat agar tertarik untuk belajar agama Islam.

Pesantren yang dibangun adalah basis untuk belajar agama Islam. Sunan Bonang juga aktif berkeliling
untuk berdakwah dengan alat musik. Cara berdakwah menggunakan alat musik ini sangat menarik hati
masyarakat pada saat itu. Beliau juga mempelajari kesenian masyarakat Jawa seperti Bonang. Bonang
merupakan alat musik yang mengeluarkan suara merdu jika dipukul.

Setiap sunan melakukan pertunjukan, banyak masyarakat yang datang untuk menonton. Setelah banyak
masyarakat yang tertarik, sunan mulai menyelipkan ajaran agama Islam. Keahliannya di bidang seni
mampu menciptakan tembang yang berisi ajaran Islam. Tembang tersebut juga disukai oleh masyarakat
sehingga dipelajari secara tidak langsung dan tanpa paksaan.
Sunan juga memiliki banyak ilmu yang diajarkan kepada murid-muridnya. Ilmu ini merupakan cara
yang digunakan untuk berdakwah. Sunan mengajarkan ilmu agar muridnya dapat menghapal huruf
hijaiyyah dan membaca Al-Qur’an. Salah satu ilmu yang masih dilestarikan saat ini adalah Silat Tuhid
Indonesia.

Tombo Ati adalah salah satu lagu ciptaan Sunan Bonang yang sangat terkenal hingga saat ini. Makam
Sunan Bonang dikatakan terdapat di tiga lokasi yaitu Tuban, Rembang dan Pulau Bawean. Namun para
ahli sejarah dan ulama setuju jika makam tersebut terletak di Tuban. Tepatnya berada di sebelah barat
masjid Agung kota Tuban, Jawa Timur.

4.SUNAN DRAJAT

Raden Qasim atau Sunan Drajat memiliki nama kecil Syarifuddin. Sunan Drajat merupakan putra
bungsu Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati. Sunan ini berdakwah untuk menyebarkan agama
Islam di Desa Paciran Lamongan. Awalnya sunan berdakwah di pesisir pantai Gresik atas perintah
ayahnya, namun akhirnya menetap di Lamongan.

Sebelum menetap di daerah tersebut, Sunan Derajat di antar oleh ayahnya (Sunan Bonang) untuk
meminta izin kepada sultan Demak. Sultan yang baik hati tersebut memberi izin dan bahkan
memberikan  tanah di daerah tersebut pada tahun 1486 H. Sunan ini terkenal sebagai pendakwah yang
berjiwa sosial tinggi, memperhatikan fakir miskin dan mengutamakan kesejahteraan sosial.

Cara berdakwah yang dilakukannya menggunakan ajaran luhur dan tradisi lokal tanpa paksaan. Sunan
mengajarkan bahwa agama Islam merupakan agama yang empati dan memiliki etos kerja. Etos kerja
ini adalah kedermawanan dalam berbagai kegiatan. Beliau mengajarkan tentang gotong royong,
solidaritas, cara mengetaskan kemiskinan dan berbagai usaha mencapai kemakmuran.

Makam Sunan Drajat terletak di Lamongan, Jawa Timur. Tepatnya di daerah Pacitan yang dikelilingi
perbukitan dan pepohonan luas. Di sekitar makam juga dibangun Museum Sunan Derajat yang dapat
dikunjungi dengan gratis. Museum berisi tentang sejarah dan budaya untuk pendidikan, sehingga dapat
dikunjungi dengan keluarga Anda.

5.SUNAN KUDUS

Sunan Kudus lahir pada 9 September 1400 M atau 808 H di Palestina. Nama aslinya adalah Ja’far
Shadiq berasal dari Al-Quds Yerussalem, Palestina. Ayahnya bernama Raden Usman Haji dan ibunya
bernama Syarifah Ruhil. Sunan ini datang ke pulau Jawa bersama ayah dan kakeknya, jadi bukan
merupakan warga asli Kudus.

Ada juga cerita yang mengisahkan jika Sunan Kudus pendatang dari daerah Jipang Panolan yaitu
sebuah daerah di Blora Utara. Sunan ini belajar agama Islam melalui Sunan Ampel dan Kyai
Telingsing. Selama hidupnya Sunan Kudus banyak berperan dalam kerajaan Islam Demak yaitu
sebagai penasehat sultan Demak.
Awalnya Sunan Kudus merupakan seorang senopati kerajaan Demak yang hebat. Beliau diketahui
sebagai senopati yang menaklukkan kerajaan Majapahit. Hal ini membuat kedudukan Ja’far Shadiq
menjadi kuat dan disegani di kerajaan Demak. Namun beliau meninggalkan kedudukan tersebut agar
dapat hidup merdeka dan menyebarkan agama Islam selama hidupnya.

Metode penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh sunan ini hampir sama dengan Sunan Kalijaga.
Persamaan ini dikarenakan Sunan Kudus memang belajar agama Islam dengan Sunan Kalijaga. Cara
berdakwah yang digunakan adalah dengan mengapresiasi budaya kearifan lokal masyarakat daerah
tersebut.

Saat itu sapi adalah hewan suci bagi agama Hindu dan Budha. Sunan Kudus mengajarkan pengikutnya
untuk tidak menyembelih sapi guna menghormati agama lain. Sunan mengajarkan toleransi dalam
beragama dalam berbagai bentuk seperti diatas. Sehingga Sunan Kudus terkenal karena toleransinya
dalam beragama dan berbudaya.

Makam Sunan Kudus berada di kota Kudus, Jawa Tengah. Tepatnya tidak jauh dari Masjid Kudus
dengan menara yang berbentuk mirip candi agama Hindu. Makam sunan ini juga dapat dikunjungi
sebagai salah satu wisata walisongo.

6.SUNAN GIRI

Sunan Giri memiliki nama asli Raden Paku dan diberi nama Joko Samudro oleh ibu yang
menemukannya di lautan. Kelahiran Raden Paku dianggap kutukan oleh kakeknya sehingga dibuang ke
lautan. Ayahnya bernama  Syekh Maulana Ishaq yang merupakan seorang ulama dari Gujarat. Ibunya
bernama Dewi Sekardadu yang merupakan putri raja Blambangan beragama Hindu.

Setelah dewasa, ibu angkat Sunan Giri membawanya ke Ampel Denta untuk belajar agama Islam
kepada Sunan Ampel. Saat Sunan Ampel mengetahui identitas asli Joko Samudro, maka beliau dikirim
untuk berdakwah ke daerah Pasai. Sunan berangkat dengan temannya yaitu Sunan Bonang. Sunan Giri
berdakwah melalui lagu dan permainan untuk mendekatkan Islam pada anak-anak.

Sunan juga menciptakan tembang yang berisi pelajaran tentang ketauhitan yang dikenal dengan
jelungan atau jitungan. Sunan juga membangun sebuah pesantren yang terdapat di kota Gresik,
tepatnya di desa Sidomukti. Karena berada di tempat yang tinggi maka sunan diberi nama Sunan Giri
yang berarti dataran tinggi atau gunung.

Sunan mendirikan pesantren di daerah perbukitan Sisomukti, Kebomas, kota Gresik. Pondok pesantren
ini menjadi pesantren pertama yang didirikan di kota Gresik. Lokasi pembangunan dipilih berdasarkan
tafakkur yang dilakukan sunan. Tafakkur ini adalah cara untuk meminta pertolongan Allah, dan lokasi
pesantren ditunjukkan dengan sebuah cahaya.

Setelah meninggal pada tahun 1506 M, Sunan Giri dimakamkan di kota Gresik. Makamnya terletak di
atas sebuah bukit pada daerah Kebomas, yaitu di Dusun Giri Gajah. Desa Giri berada sekitar empat
kilometer dari pusat kota Gresik. Makam ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan hingga saat ini.

 7.SUNAN KALIJAGA
Sunan Kalijaga memiliki nama asli Raden Said yang lahir pada tahun 1450. Ayahnya adalah seorang
adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta/ Raden Sahur. Nama Kalijaga berasal dari sebuah
desa di Cirebon. Sebelum menjadi sunan, Raden Said sering berdiam diri di sungai desa. Dalam bahasa
Jawa disebut dengan jogo kali dan akhirnya menjadi Kalijaga.

Raden Said sangat peduli dan dekat dengan rakyat jelata. Sehingga ketika rakyat berada dalam masa
sulit, sunan mencuri untuk mereka. Hasil bumi yang dicuri tersebut berasal dari gudang ayahnya yang
akan disetorkan ke pemerintah pusat. Pemerintah saat itu membuat rakyat membayar pajak tinggi untuk
mengatasi pembangunan.

Saat malam tiba Raden Said membagikan hasil curiannya secara sembunyi-sembunyi kepada rakyat
miskin. Namun perbuatan tersebut ketahuan oleh ayahnya. Setelah bebas dari ayahnya, Raden Said
kembali mencuri ke orang kaya pelit luar istana. Hingga dijebak dan diusir oleh ayahnya dari daerah
tersebut. Dari sinilah kemudian Raden Said betemu dan berguru dengan Sunan Bonang.

Sunan Kalijaga memiliki perbedaan yang menonjol dari segi berpakaian. Sunan berpakaian layaknya
masyarakat Jawa, seperti menggunakan baju hitam dan blangkon. Metode dakwah yang digunakan
adalah dengan kesenian dan kebudayaan. Kesenian tersebut seperti seni suara, seni ukir, wayang dan
gamelan. Beberapa tembang ciptaan sunan yang terkenal adalah Lir Ilir dan Gundul Pacul.

Sunan Kalijaga sangat terkenal dibanding sunan lainnya. Hal ini karena beliau memiliki banyak ilmu
dan kecerdasan. Sunan Kalijaga menguasai banyak ilmu yang didapatkan dari Sunan Bonang. Ilmu
tersebut dipercaya sangat bermanfaat untuk membawa rejeki, kewibawaan dan perlindungan. Saat ini
banyak yang mengunjungi makam sunan untuk mendapatkan ilmu-ilmu tersebut.

Sunan Kalijaga dimakamkan di desa Kadilangu, kota Demak, Jawa Tengah. Makam merupakan salah
satu tempat wisata religi yang banyak dikunjungi.  Saat bulan puasa makam hanya buka hingga hari
Jumat saja. Bagi Anda yang menginginkan ilmu sunan, sebaiknya gunakan untuk berbagai kegaitan
positif.

8.SUNAN MURIA

Nama  Sunan Muria diberikan sesuai dengan tempat tingganya, yaitu lereng Gunung Muria. Raden
Umar Said adalah nama asli sunan tersebut. Ayahnya adalah Sunan Kalijaga, oleh sebab itu cara
berdakwahnya menggunakan metode yang sama. Metode tersebut adalah dengan kesenian dan
kebudayaan masyarakat Jawa.

Sunan Muria menyebarkan ajaran agama Islam di daerah sekitaran Gunung Muria. Tempat tinggalnya
berada di atas puncak gunung disebuah desa bernama Colo. Untuk berdakwah, beliau lebih sering ke
tempat terpencil yang jauh dari kota. Sunan juga mengajarkan masyarakat cara bercocok tanam yang
baik, cara berdagang dan cara melaut.

Wilayah dakwah meliputi lereng dan gunung Muria. Selain itu wilayah dakwahnya diperluas hingga ke
daerah Tayu, Juwana dan Kudus. Sunan Muria, keluarganya dan pengikutnya terkenal memiliki kondisi
fisik yang kuat. Mereka mampu naik turun gunung yang memiliki tinggi sekitar 750 meter, untuk
melakukan perluasan wilayah dakwah.

Gemelan dan wayang adalah kesenian yang sering digunakan sunan untuk berdakwah. Beliau juga
menciptakan tembang-tembang yang berisi amalan agama Islam dan dikenal dengan topo ngeli. Sunan
ini dikenal cerdas karena selain berdakwah juga mampu memberikan penyelesaian terhadap bermacam
masalah dalam masyarakat.

Metode dakwah Sunan Muria cukup moderat hingga mampu masuk ke barbagai tradisi masyarakat
Jawa. Contohnya adat kenduri yang dilakukan setelah kematian diganti dengan nelong dino (tiga
harian) sampai nyewu (seratus harian). Masyarakat juga sangat gemar membakar kemenyam dan
memberi sesaji pada saat itu, namun diganti dengan bersholawat dan berdoa.

Setelah wafat, Sunan Muria dimakamkan di puncak gunung Muria, utara kota Kudus. Untuk mencapai
ke makam, Anda harus melewati 700 anak tangga. Makamnya berada persis di belakang masjid dengan
nama Masjid Muria.

9.SUNAN GUNUNG JATI

Syarif Hidayatullah adalah nama asli Sunan Gunung Jati lahir pada tahun 1448 M. Sunan merupakan
cucu dari Prabu Siliwangi dan ayahnya adalah seorang raja di Mesir. Saat dewasa sunan di daulat untuk
menggantikan ayahnya, namun beliau menolak dan kembali ke pulau Jawa untuk berdakwah. Syaifah
Muda’imah adalah ibunya yang kembali bersama ke pulau Jawa.

Metode dakwah yang disampaikannya cenderung menggunakan cara Timur Tengah yang mendekati
masyarakat dengan lugas. Saat berusia 25 tahun beliau sudah terkenal sebagai ulama dan pemimpin
yang adil serta bijaksana. Beliau juga memiliki banyak keahlian seperti ilmu kedokteran, bahasa dan
strategi. Penyebaran wilayah dakwahnya adalah sekitaran daerah Cirebon.

Sunan berhasil memuslimkan ribuan prajuritnya dan prajurit Cina. Beliau juga menikahi seorang putri
Cina yang bernama Nyi Ong Tin. Cara berdakwah sunan dilakukan dengan pertunjukan kesenian. Jika
seseorang ingin melihat pertunjukan seni sunan maka sebelumnya harus melafalkan dua kalimat
syahadat.

Pada tahun 1487, Sunan Gunung Jati diangkat menjadi seorang sultan di Cirebon. Sunan memiliki
pergaulan yang luas dengan walisongo lainnya. Saat menjadi sultan di Cirebon, hubungan dengan Cina
semakin erat. Sunan mengajarkan gerakan salat yang memiliki manfaat yang sama dengen terapi
akupuntur ringan. Akupuntur pernah dipelajari ketika sunan mengembara ke Cina.

Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1569, tepatnya tanggal 19 September. Usianya mencapai 121 dan
dimakamkan di gunung Sembung. Gunung ini berada di desa Astana, Cirebon. Makamnya juga
merupakan salah satu wisata religi yang banyak dikunjungi masyarakat hingga saat ini.

Anda mungkin juga menyukai