Anda di halaman 1dari 11

Tugas Pendidikan Agama Islam

BIOGRAFI WALI SONGO

Disusun oleh

Nama : FAREL TRI JULIAN

Kelas : IX A

SMP NEGERI 1 KUNINGAN


2021
Biografi Walisongo: Sejarah, Nama Asli, Kisah, Letak Makam

Walisongo atau sembilan wali adalah intelektual yang dijadikan sebagai


teladan masyarakat ketika Islam baru masuk ke Indonesia. Ada 9 sunan yang
tergabung dan merupakan pendakwah agama Islam di pulau Jawa sekitar
abad ke 14 M. Selain berdakwah, sunan juga mengajarkan cara bercocok
tanam, berdagang, seni dan budaya yang mengandung unsur ajaran agama
Islam. berikut adalah biografi walisongo yang akan kami ulas secara lengkap.

Sunan Gresik

Sunan Gresik memiliki nama asli Maulana Malik Ibrahim merupakan


walisongo pertama yang menyebarkan Islam di pulau Jawa. Sunan ini lahir di
Campa (Kamboja) dan ayahnya adalah seorang ulama besar di Maghrib yang
bernama Barakat Zainul Alam. Sunan memiliki beberapa nama sebutan lain
seperti Syekh Maghribi atau Makhdum Ibrahim al-Samarqandi dan
Asmaraqandi.

Asmaraqandi adalah nama yang biasa disebut oleh masyarakat jawa untuk
Sunan Gresik. Pertama kali sunan datang ke daerah Gresik dengan ditemani
oleh beberapa sahabat. Tepatnya yaitu ke Desa Sembolo yang saat ini berganti
nama menjadi Desa Laren kecamatan Manyar. Desa ini berada sekitar 9
kilometer kota Gresik bagian utara.

Sebelum berdakwah ke pulau Jawa, Sunan Gresik bermukim di daerah


Champa selama 13 tahun (sebuah negeri cermin dalam legenda). Disana
sunan menikah dengan putri raja dan memiliki dua orang putra.  Kedua putra
tersebut bernama Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Rasyid Ali Murtadha
atau Raden Santri.

Sunan Gresik mulai berdakwah di pulau Jawa tepatnya di daerah Gresik pada
tahun 801 H/ 1329 M. Beliau juga mendirikan toko di sebuah desa yang
terletak sekitar 3 km dari barat kota Gresik. Nama desa tersebut adalah Desa
Romo, dimana sunan mulai memperkenalkan barang yang dibawanya dari
negeri sebelumnya.

Toko ini merupakan salah satu cara sunan untuk melakukan pendekatan
kepada masyarakat sekitar. Sunan menjual berbagai keperluan pokok dengan
harga terjangkau. Selain itu beliau juga menjadi tabib untuk mengobati warga

Sumber : Biografi Walisongo: Nama Asli, Kisah, Sejarah, Letak Makam (Terlengkap) (sekolahnesia.com)
dengan gratis. Sunan juga mengajarkan cara-cara bercocok tanam kepada
masyarakat di daerah tersebut.

Islamisasi dilakukan dengan cara merangkul masyarakat bawah dengan


melakukan pendekatan dan perdagangan tersebut. Masyarakat bawah pada
saat itu dibedakan dengan masyarakat kelas atas pada komunitas Hindu.
Sunan Gresik tidak memaksa masyarakat untuk memeluk Islam secara
terang-terangan. Namun dilakukan dengan memperlihatkan indahnya agama
Islam.

Beliau yang sangat ramah tamah tersebut membuat banyak masyarakat jadi
tertarik untuk mempelajari Islam. Setelah merasa cukup mapan Sunan Gresik
sempat melakukan kunjungan ke kerajaan Majapahit di Trowulan. Kunjungan
tersebut disambut baik oleh raja yang berbeda keyakinan dengan memberikan
sebidang tanah di Gresik (Gapura).

Setelah Sunan Gresik meninggal pada 1419 M, dimakamkan tidak jauh dari
alun-alun kota Gresik, provinsi Jawa Timur. Bagi Anda yang ingin berwisata
religi di kota Gresik dapat mengunjungi makam di Jl.Malik Ibrahim No.52-62,
Gapura Sukolilo, Bedilan.

Sunan Ampel

Raden Rahmat adalah nama asli Sunan Ampel, merupakan seorang wali
sesepuh. Sunan Ampel menikah dengan dua wanita yaitu Dewi
Condrowati (Nyai Ageng Manila) dan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning.
Dewi Condrowati adalah salah satu putri dari adipati Tuban, Arya Teja. Dari
pernikahan dengan Dewi Condrowati, sunan memiliki enam orang anak.

Nama keenam anak tersebut adalah Raden Makhdum Ibrahim (Sunan


Bonang), Raden Qasim (Sunan Derajat), Sunan Sedayu, Siti Syari’ah, Siti
Mutma’innah dan Siti Hafsah. Sedangkan pernikahan dengan Dewi Karimah
juga dikaruniai enam anak. Dua anaknya adlah istri sunan yaitu Dewi
Murtasiyah (istri Sunan Giri) dan Dewi Murtasimah / Dewi Asyiqah (istri
Raden Fatah).

Empat anak lainnya bernama Raden Hasamuddin atau Sunan Lamingan,


Raden Zaenal Abidin atau Sunan Demak, Pangeran Tumapel serta Raden
Faqih atau Sunan Ampel II. Jadi dari dua pernikahan tersebut Sunan Ampel
memiliki total 12 orang anak laki-laki dan perempuan. Keluarga Sunan Ampel
juga banyak yang menjadi sunan selanjutnya.

Sumber : Biografi Walisongo: Nama Asli, Kisah, Sejarah, Letak Makam (Terlengkap) (sekolahnesia.com)
Pada awalnya sunan datang ke pulau Jawa untuk mengunjungi bibinya yang
bernama Dwarawati. Bibinya adalah seorang putri negeri Champa yang
menikah dengan seorang raja Majapahit bernama Prabu Kertawijaya. Moh
Limo merupakan dakwah yang disampaikan Sunan Ampel dan sangat terkenal
di masyarakat Jawa.

Moh Limo adalah dakwah yang dilakukan untuk memperbaiki berbagai


kerusahakan akhlak yang terjadi di dalam masyarakat Jawa. Moh Limo terdiri
dari Moh Mabok (tidak minum minuman keras), Moh Main (tidak berjudi,
taruhan atau togel), Moh Madon (tidak berzina, homo atau lesbian), Moh
Madat (tidak mencuri) dan Moh Maling (tidak korupsi atau mencuri serta
lainnya).

Sunan Ampel juga sempat mendirikan sebuah masjid pada tahun 1479 M,
yang dikenal dengan masjid Agung Demak. Pesantrennya berada di Ampel
Denta di kota Surabaya. Makam Sunan Ampel juga terletak di kota Surabaya,
Jawa Timur. Tepatnya berada di Jalan Nyamplungan dan merupakan salah
satu wisata religi yang ramai dikunjungi serta berada di tengah kota.

Sunan Bonang

Raden Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang lahir pada tahun
1465. Sunan Bonang merupakan anak dari Sunan Ampel dengan Dewi
Condrowati. Bonang adalah sebuah desa yang berada di wilayah kabuoaten
Rembang. Nama Sunan Bonang diambil dari kata Bong Ang, nama marga
ayahnya yaitu Bong Swi Hoo atau Sunan Ampel.

Sunan Bonang sempat menimba ilmu sebelum kembali ke daerah Tuban dan
mendirikan sebuah pesantren. Cara berdakwah disesuaikan dengan budaya
masyarakat pada saat itu, yaitu kesenian. Masyarakat yang menyukai hiburan
mendorong sunan untuk membuat alat musik gamelan. Pertunjukan musik ini
bertujan untuk menarik masyarakat agar tertarik untuk belajar agama Islam.

Pesantren yang dibangun adalah basis untuk belajar agama Islam. Sunan
Bonang juga aktif berkeliling untuk berdakwah dengan alat musik. Cara
berdakwah menggunakan alat musik ini sangat menarik hati masyarakat pada
saat itu. Beliau juga mempelajari kesenian masyarakat Jawa seperti Bonang.
Bonang merupakan alat musik yang mengeluarkan suara merdu jika dipukul.

Setiap sunan melakukan pertunjukan, banyak masyarakat yang datang untuk


menonton. Setelah banyak masyarakat yang tertarik, sunan mulai

Sumber : Biografi Walisongo: Nama Asli, Kisah, Sejarah, Letak Makam (Terlengkap) (sekolahnesia.com)
menyelipkan ajaran agama Islam. Keahliannya di bidang seni mampu
menciptakan tembang yang berisi ajaran Islam. Tembang tersebut juga disukai
oleh masyarakat sehingga dipelajari secara tidak langsung dan tanpa paksaan.

Sunan juga memiliki banyak ilmu yang diajarkan kepada murid-muridnya.


Ilmu ini merupakan cara yang digunakan untuk berdakwah. Sunan
mengajarkan ilmu agar muridnya dapat menghapal huruf hijaiyyah dan
membaca Al-Qur’an. Salah satu ilmu yang masih dilestarikan saat ini adalah
Silat Tuhid Indonesia.

Tombo Ati adalah salah satu lagu ciptaan Sunan Bonang yang sangat terkenal
hingga saat ini. Makam Sunan Bonang dikatakan terdapat di tiga lokasi yaitu
Tuban, Rembang dan Pulau Bawean. Namun para ahli sejarah dan ulama
setuju jika makam tersebut terletak di Tuban. Tepatnya berada di sebelah
barat masjid Agung kota Tuban, Jawa Timur.

Sunan Derajat

Raden Qasim atau Sunan Drajat memiliki nama kecil Syarifuddin. Sunan
Drajat merupakan putra bungsu Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati.
Sunan ini berdakwah untuk menyebarkan agama Islam di Desa Paciran
Lamongan. Awalnya sunan berdakwah di pesisir pantai Gresik atas perintah
ayahnya, namun akhirnya menetap di Lamongan.

Sebelum menetap di daerah tersebut, Sunan Derajat di antar oleh ayahnya


(Sunan Bonang) untuk meminta izin kepada sultan Demak. Sultan yang baik
hati tersebut memberi izin dan bahkan memberikan  tanah di daerah tersebut
pada tahun 1486 H. Sunan ini terkenal sebagai pendakwah yang berjiwa sosial
tinggi, memperhatikan fakir miskin dan mengutamakan kesejahteraan sosial.

Cara berdakwah yang dilakukannya menggunakan ajaran luhur dan tradisi


lokal tanpa paksaan. Sunan mengajarkan bahwa agama Islam merupakan
agama yang empati dan memiliki etos kerja. Etos kerja ini adalah
kedermawanan dalam berbagai kegiatan. Beliau mengajarkan tentang gotong
royong, solidaritas, cara mengetaskan kemiskinan dan berbagai usaha
mencapai kemakmuran.

Makam Sunan Drajat terletak di Lamongan, Jawa Timur. Tepatnya di daerah


Pacitan yang dikelilingi perbukitan dan pepohonan luas. Di sekitar makam
juga dibangun Museum Sunan Derajat yang dapat dikunjungi dengan gratis.

Sumber : Biografi Walisongo: Nama Asli, Kisah, Sejarah, Letak Makam (Terlengkap) (sekolahnesia.com)
Museum berisi tentang sejarah dan budaya untuk pendidikan, sehingga dapat
dikunjungi dengan keluarga Anda.

Sunan Kudus

Sunan Kudus lahir pada 9 September 1400 M atau 808 H di Palestina. Nama
aslinya adalah Ja’far Shadiq berasal dari Al-Quds Yerussalem, Palestina.
Ayahnya bernama Raden Usman Haji dan ibunya bernama Syarifah Ruhil.
Sunan ini datang ke pulau Jawa bersama ayah dan kakeknya, jadi bukan
merupakan warga asli Kudus.

Ada juga cerita yang mengisahkan jika Sunan Kudus pendatang dari daerah
Jipang Panolan yaitu sebuah daerah di Blora Utara. Sunan ini belajar agama
Islam melalui Sunan Ampel dan Kyai Telingsing. Selama hidupnya Sunan
Kudus banyak berperan dalam kerajaan Islam Demak yaitu sebagai penasehat
sultan Demak.

Awalnya Sunan Kudus merupakan seorang senopati kerajaan Demak yang


hebat. Beliau diketahui sebagai senopati yang menaklukkan kerajaan
Majapahit. Hal ini membuat kedudukan Ja’far Shadiq menjadi kuat dan
disegani di kerajaan Demak. Namun beliau meninggalkan kedudukan tersebut
agar dapat hidup merdeka dan menyebarkan agama Islam selama hidupnya.

Metode penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh sunan ini hampir sama
dengan Sunan Kalijaga. Persamaan ini dikarenakan Sunan Kudus memang
belajar agama Islam dengan Sunan Kalijaga. Cara berdakwah yang digunakan
adalah dengan mengapresiasi budaya kearifan lokal masyarakat daerah
tersebut.

Saat itu sapi adalah hewan suci bagi agama Hindu dan Budha. Sunan Kudus
mengajarkan pengikutnya untuk tidak menyembelih sapi guna menghormati
agama lain. Sunan mengajarkan toleransi dalam beragama dalam berbagai
bentuk seperti diatas. Sehingga Sunan Kudus terkenal karena toleransinya
dalam beragama dan berbudaya.

Sumber : Biografi Walisongo: Nama Asli, Kisah, Sejarah, Letak Makam (Terlengkap) (sekolahnesia.com)
Makam Sunan Kudus berada di kota Kudus, Jawa Tengah. Tepatnya tidak
jauh dari Masjid Kudus dengan menara yang berbentuk mirip candi agama
Hindu. Makam sunan ini juga dapat dikunjungi sebagai salah satu wisata
walisongo.

Sunan Giri

Sunan Giri memiliki nama asli Raden Paku dan diberi nama Joko Samudro
oleh ibu yang menemukannya di lautan. Kelahiran Raden Paku dianggap
kutukan oleh kakeknya sehingga dibuang ke lautan. Ayahnya bernama  Syekh
Maulana Ishaq yang merupakan seorang ulama dari Gujarat. Ibunya bernama
Dewi Sekardadu yang merupakan putri raja Blambangan beragama Hindu.

Setelah dewasa, ibu angkat Sunan Giri membawanya ke Ampel Denta untuk
belajar agama Islam kepada Sunan Ampel. Saat Sunan Ampel mengetahui
identitas asli Joko Samudro, maka beliau dikirim untuk berdakwah ke daerah
Pasai. Sunan berangkat dengan temannya yaitu Sunan Bonang. Sunan Giri
berdakwah melalui lagu dan permainan untuk mendekatkan Islam pada anak-
anak.

Sunan juga menciptakan tembang yang berisi pelajaran tentang ketauhitan


yang dikenal dengan jelungan atau jitungan. Sunan juga membangun sebuah
pesantren yang terdapat di kota Gresik, tepatnya di desa Sidomukti. Karena
berada di tempat yang tinggi maka sunan diberi nama Sunan Giri yang berarti
dataran tinggi atau gunung.

Sunan mendirikan pesantren di daerah perbukitan Sisomukti, Kebomas, kota


Gresik. Pondok pesantren ini menjadi pesantren pertama yang didirikan di
kota Gresik. Lokasi pembangunan dipilih berdasarkan tafakkur yang
dilakukan sunan. Tafakkur ini adalah cara untuk meminta pertolongan Allah,
dan lokasi pesantren ditunjukkan dengan sebuah cahaya.

Setelah meninggal pada tahun 1506 M, Sunan Giri dimakamkan di kota


Gresik. Makamnya terletak di atas sebuah bukit pada daerah Kebomas, yaitu
di Dusun Giri Gajah. Desa Giri berada sekitar empat kilometer dari pusat kota
Gresik. Makam ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan hingga saat ini.

Sumber : Biografi Walisongo: Nama Asli, Kisah, Sejarah, Letak Makam (Terlengkap) (sekolahnesia.com)
Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga memiliki nama asli Raden Said yang lahir pada tahun 1450.
Ayahnya adalah seorang adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta/
Raden Sahur. Nama Kalijaga berasal dari sebuah desa di Cirebon. Sebelum
menjadi sunan, Raden Said sering berdiam diri di sungai desa. Dalam bahasa
Jawa disebut dengan jogo kali dan akhirnya menjadi Kalijaga.

Raden Said sangat peduli dan dekat dengan rakyat jelata. Sehingga ketika
rakyat berada dalam masa sulit, sunan mencuri untuk mereka. Hasil bumi
yang dicuri tersebut berasal dari gudang ayahnya yang akan disetorkan ke
pemerintah pusat. Pemerintah saat itu membuat rakyat membayar pajak
tinggi untuk mengatasi pembangunan.

Saat malam tiba Raden Said membagikan hasil curiannya secara sembunyi-
sembunyi kepada rakyat miskin. Namun perbuatan tersebut ketahuan oleh
ayahnya. Setelah bebas dari ayahnya, Raden Said kembali mencuri ke orang
kaya pelit luar istana. Hingga dijebak dan diusir oleh ayahnya dari daerah
tersebut. Dari sinilah kemudian Raden Said betemu dan berguru dengan
Sunan Bonang.

Sunan Kalijaga memiliki perbedaan yang menonjol dari segi berpakaian.


Sunan berpakaian layaknya masyarakat Jawa, seperti menggunakan baju
hitam dan blangkon. Metode dakwah yang digunakan adalah dengan kesenian
dan kebudayaan. Kesenian tersebut seperti seni suara, seni ukir, wayang dan
gamelan. Beberapa tembang ciptaan sunan yang terkenal adalah Lir Ilir dan
Gundul Pacul.

Sunan Kalijaga sangat terkenal dibanding sunan lainnya. Hal ini karena beliau
memiliki banyak ilmu dan kecerdasan. Sunan Kalijaga menguasai banyak ilmu

Sumber : Biografi Walisongo: Nama Asli, Kisah, Sejarah, Letak Makam (Terlengkap) (sekolahnesia.com)
yang didapatkan dari Sunan Bonang. Ilmu tersebut dipercaya sangat
bermanfaat untuk membawa rejeki, kewibawaan dan perlindungan. Saat ini
banyak yang mengunjungi makam sunan untuk mendapatkan ilmu-ilmu
tersebut.

Sunan Kalijaga dimakamkan di desa Kadilangu, kota Demak, Jawa Tengah.


Makam merupakan salah satu tempat wisata religi yang banyak dikunjungi. 
Saat bulan puasa makam hanya buka hingga hari Jumat saja. Bagi Anda yang
menginginkan ilmu sunan, sebaiknya gunakan untuk berbagai kegaitan
positif.

Sunan Muria

Nama Sunan Muria diberikan sesuai dengan tempat tingganya, yaitu lereng


Gunung Muria. Raden Umar Said adalah nama asli sunan tersebut. Ayahnya
adalah Sunan Kalijaga, oleh sebab itu cara berdakwahnya menggunakan
metode yang sama. Metode tersebut adalah dengan kesenian dan kebudayaan
masyarakat Jawa.

Sunan Muria menyebarkan ajaran agama Islam di daerah sekitaran Gunung


Muria. Tempat tinggalnya berada di atas puncak gunung disebuah desa
bernama Colo. Untuk berdakwah, beliau lebih sering ke tempat terpencil yang
jauh dari kota. Sunan juga mengajarkan masyarakat cara bercocok tanam
yang baik, cara berdagang dan cara melaut.

Wilayah dakwah meliputi lereng dan gunung Muria. Selain itu wilayah
dakwahnya diperluas hingga ke daerah Tayu, Juwana dan Kudus. Sunan
Muria, keluarganya dan pengikutnya terkenal memiliki kondisi fisik yang kuat.
Mereka mampu naik turun gunung yang memiliki tinggi sekitar 750 meter,
untuk melakukan perluasan wilayah dakwah.

Gemelan dan wayang adalah kesenian yang sering digunakan sunan untuk
berdakwah. Beliau juga menciptakan tembang-tembang yang berisi amalan
agama Islam dan dikenal dengan topo ngeli. Sunan ini dikenal cerdas karena
selain berdakwah juga mampu memberikan penyelesaian terhadap bermacam
masalah dalam masyarakat.

Metode dakwah Sunan Muria cukup moderat hingga mampu masuk ke


barbagai tradisi masyarakat Jawa. Contohnya adat kenduri yang dilakukan
setelah kematian diganti dengan nelong dino (tiga harian) sampai nyewu

Sumber : Biografi Walisongo: Nama Asli, Kisah, Sejarah, Letak Makam (Terlengkap) (sekolahnesia.com)
(seratus harian). Masyarakat juga sangat gemar membakar kemenyam dan
memberi sesaji pada saat itu, namun diganti dengan bersholawat dan berdoa.

Setelah wafat, Sunan Muria dimakamkan di puncak gunung Muria, utara kota
Kudus. Untuk mencapai ke makam, Anda harus melewati 700 anak tangga.
Makamnya berada persis di belakang masjid dengan nama Masjid Muria.

Sunan Gunung Jati

Syarif Hidayatullah adalah nama asli Sunan Gunung Jati lahir pada tahun
1448 M. Sunan merupakan cucu dari Prabu Siliwangi dan ayahnya adalah
seorang raja di Mesir. Saat dewasa sunan di daulat untuk menggantikan
ayahnya, namun beliau menolak dan kembali ke pulau Jawa untuk
berdakwah. Syaifah Muda’imah adalah ibunya yang kembali bersama ke pulau
Jawa.

Metode dakwah yang disampaikannya cenderung menggunakan cara Timur


Tengah yang mendekati masyarakat dengan lugas. Saat berusia 25 tahun
beliau sudah terkenal sebagai ulama dan pemimpin yang adil serta bijaksana.
Beliau juga memiliki banyak keahlian seperti ilmu kedokteran, bahasa dan
strategi. Penyebaran wilayah dakwahnya adalah sekitaran daerah Cirebon.

Sunan berhasil memuslimkan ribuan prajuritnya dan prajurit Cina. Beliau


juga menikahi seorang putri Cina yang bernama Nyi Ong Tin. Cara berdakwah
sunan dilakukan dengan pertunjukan kesenian. Jika seseorang ingin melihat
pertunjukan seni sunan maka sebelumnya harus melafalkan dua kalimat
syahadat.

Pada tahun 1487, Sunan Gunung Jati diangkat menjadi seorang sultan di
Cirebon. Sunan memiliki pergaulan yang luas dengan walisongo lainnya. Saat
menjadi sultan di Cirebon, hubungan dengan Cina semakin erat. Sunan
mengajarkan gerakan salat yang memiliki manfaat yang sama dengen terapi
akupuntur ringan. Akupuntur pernah dipelajari ketika sunan mengembara ke
Cina.

Sumber : Biografi Walisongo: Nama Asli, Kisah, Sejarah, Letak Makam (Terlengkap) (sekolahnesia.com)
Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1569, tepatnya tanggal 19 September.
Usianya mencapai 121 dan dimakamkan di gunung Sembung. Gunung ini
berada di desa Astana, Cirebon. Makamnya juga merupakan salah satu wisata
religi yang banyak dikunjungi masyarakat hingga saat ini.

Kesembilan sunan / Wali Allah tersebut adalah tokoh sejarah yang


memperjuangkan agama Islam di nusantara, khususnya pulau Jawa. 
Pengaruh ajaran tersebut masih dapat dirasakan hingga saat ini. Makam
walisongo merupakan salah satu wisata religi yang banyak mendapat
kunjungan ketika wisatawan berada dipulau Jawa.

Sumber : Biografi Walisongo: Nama Asli, Kisah, Sejarah, Letak Makam (Terlengkap) (sekolahnesia.com)

Anda mungkin juga menyukai