Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.pendidikan
agama islam dengan judul “WALI SONGO”.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat, dan bisa menambah wawasan yang baru
bagi pembacanya,dapat menerapkan hal hal yang positif di kehidupan sosial. Terima kasih
ISI

Wali Songo atau Wali Sembilan merupakan istilah bagi 9 tokoh penting dalam penyebaran
agama Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Nama-nama 9 Wali Songo adalah Sunan
Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan
Kalijaga, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati. Kali ini akan dibahas mengenai sejarah Wali
Songo lengkap beserta biografi dan silsilahnya.

Walisongo memiliki peran penting sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke
14. Era Walisongo dimulai saat berakhirnya kerajaan Hindu-Budha untuk berganti pada
kebudayaan Islam. Wali Songo tinggal di beberapa wilayah pentingi di pantai utara Pulau
Jawa baik di Jawa Timur, Jawa Tengah atau Jawa Barat.

Sampai saat ini Wali Songo pun dikenang sebagai tokoh penting dan terkadang dikeramatkan
pula. Makam Wali Songo pun masih banyak dikunjungi dan dijadikan wisata religi. Tiap
tahun banyak yang melakukan ziarah wali songo dari berbagai penjuru Indonesia.

- Nama-Nama Wali Songo

Sesuai namanya ada 9 tokoh yang termasuk dalam wali songo. Berikut ini merupakan urutan
9 nama-nama Wali Songo selengkapnya beserta nama asli Wali Songo yang ada di dalam
kurung.

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)


2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
3. Sunan Bonang (Raden Makhdum Ibrahim)
4. Sunan Drajat (Raden Qasim)
5. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
6. Sunan Giri (Raden Paku/Ainul Yaqin)
7. Sunan Kalijaga (Raden Said)
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Kisah-kisah Wali Songo pun banyak dipelajari sampai sekarang sebagai bagian dari
persebaran agama Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak perdebatan terkait sejarah
dan silsilah Wali Songo karena minimnya sumber informasi sejarah yang valid.

- Biografi dan Sejarah Wali Songo Lengkap

Di bawah ini akan dibahas mengenai biografi Wali Songo secara singkat dan lengkap dari
tiap nama-nama Wali Songo beserta sejarah, silsilah, dakwah dan makam Wali Songo
selengkapnya.
1. Sunan Gresik – Walisongo

Walisongo

Maulana Malik Ibrahim di lahirkan di Campa (Kamboja), ayahnya bernama Barakat Zainul
Alam yaitu seorang ulama besar di  Maghrib.  Maulan Malik Ibrahim ini di sebut sebagai
Sunan Gresik atau Syakh Maghribi atau Makhdum Ibrahim al-Samarqandi, dan orang jawa
biasa menyebutnya sebagai Asmaraqandi.

Maulana Malik Ibrahim merupakan orang pertama yang menyebar luaskan agama Islam di
tanah Jawa, dan merupakan wali senior di antara para walisongo yang lainnya. Dengan di
temani oleh beberapa sahabatnya beliau datang pertama kali di Desa Sembolo yang sekarang
adalah Desa Laren kecamatan Manyar, 9 kilometer dari arah utara kota Gresik.

Sebelum masuk ke tanah Jawa, Maulana Malik Ibrahim bermukim di Champa (Dalam
legenda disebut sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama 13 tahun. Beliau menikahi
putri raja yang memberinya dua putra, yaitu Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Rasyid Ali
Murtadha (Raden Santri). Setelah dirasa cukup berdakwah di negeri tersebut beliau hijrah di
pulau Jawa yaitu di Gresik.

Setelah mendarat di kota Gresik, beliau memilih tempat  di sebuah Desa bernama Laren. Di
desa itulah tepatnya pada tahun 801 H/ 1329 M beliau menjalankan misi dakwah ajaran
agama Islam. Selain itu, beliau juga membuka toko di Desa Romo (3 km sebelah barat kota
Gresik). Dengan memperkenalkan barang-barang bawaanya.

Islamisasi Jawa, aktivitas pertama yang di lakukan oleh Maulan Malik Ibrahim adalah
berdagang dengan membuka warung yang menyediakan kebutuhan pokok dengan harga
murah. Selain itu secara khusus beliau menawarkan diri sebagai tabib untuk mengobati
masyarakat secara gratis. Maulan Malik Ibarahim saat itu juga mengajarkan tentang bercocok
tanam.

Beliau merangkul masyarakat bawah yang di sisihkan oleh komunitas Hindu. Pendekatan
yang di lakukan adalah dengan pergaulan dan berdagang. Dengan adanya budi bahasa yang
ramah senantiasa di perlihatkannya dalam pergaulan sehari-hari, beliau tidak menantang
kepercayaan penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kebaikan
agama Islam.

Berkat keramah tamahannya banyak masyarakat yang tertarik untuk masuk dalam agama
Islam. Setelah cukup mapan Maulana Malik Ibrahim melakukan kunjungan ke Ibu kota
Majapahit di Trowulan, meskipun raja tidak masuk Islam, namun raja menerimanya dengan
baik, bahkan memberikan sebidang tanah di pinggiran kota Gresik yang sekarang di sebut
sebagai Gapura.

2. Sunan Ampel – Walisongo

Walisongo

Nama asli dari sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Pada umumnya sunan Ampel di anggap
sebagai wali sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya berada di Ampel Denta Surabaya,
juga merupakan salah satu penyebaran ajaran agama Islam tertua di Jawa. Beliau menikah
dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila.

Dewi Condrowati ini merupakan putri dari adipati Tuban yaitu Arya Teja, selain itu beliau
juga menikah dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Dari pernikahannya dengan
Dewi Condrowati berputra-putri Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Siti Syari’ah,
Raden Qasim (Sunan Derajat), Sunan Sedayu, Siti Mutma’innah, dan Siti Hafsah.

Sedangkan pernikahannya dengan Dewi Karimah berputra-putri Dewi Murtasiyah yang juga
merupakan istri dari Sunan Giri, Dewi Murtasimah (Dewi Asyiqah) yang juga merupakan
istri dari Raden Fatah, Raden Husamuddin (Sunan Lamongan), Raden Zaenal Abidin (Sunan
Demak), Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2).

Sunan Ampel datang ke pulau Jawa pada tahun 1443,  untuk menemui bibinya Dwarawati, ia
merupakan seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu
Kertawijaya. Dakwah sunan Ampel yang di kenalkan kepada masyarakatnya di kenal dengan
sebutan Moh Limo.

Moh Limo yang di maksud adalah Moh Mabok (tidak mau minum minuman keras), Moh
Main (tidak mau judi, togel, taruhan), Moh Madon (tidak mau zina, lesbian, homo), Moh
Madat (tidak mau mencuri), Moh Maling (tidak mau mencuri, korupsi, dan lain sebagainya).
Dakwah Sunan Ampel ini bertujuan untuk memperbaiki kerusakan akhlaq di tengah
masyarakat saat itu.

Pada tahun 1479 M, Sunan Ampel mendirikan masjid Agung Demak, dan yang menjadi
penerus untuk melanjutkan dakwahnya di kota Demak adalah Raden Zaenal Abidin yang di
kenal sebagai sunan Demak, Raden Zaenal Abidin merupakan putra sunan Ampel dari Dewi
Karimah.

3. Sunan Bonang – Walisongo

Walisongo

Sunan Bonang di lahirkan pada tahun 1465 dengan nama asli yaitu Raden Maulana
Makhdum Ibrahim, beliau putra sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila. Bonang
merupakan sebuah nama Desa di kabupaten Rembang.  Nama sunan Bonang ada yang
menyebutnya dari  Bong Ang yang sesuai dengan marga Bong seperti nama ayahnya Bong
Swi Hoo alias Sunan Ampel.

Setelah selesai menimba ilmu, beliau kembali lagi ke Tuban  dan kemudian mendirikan
pesantren di tanah kelahiran ibunya tersebut. Saat itu masyarakat Tuban sangat menyukai
hiburan, oleh karena itu cara berdakwah sunan Bonang salah satunya adalah dengan membuat
alat musik tradisional yaitu gamelan untuk menarik hati masyarakat agar tertarik untuk
belajar agama Islam.

Selain menjadikan pesantren di Tuban sebagai basis wilayah dakwah, beliau juga
menyebarkan Islam dengan cara berkeliling. Sunan Bonang selain menyebarkan ajaran
agama Islam dengan gamelan, beliau juga menggunakan cara dakwah dengan adanya karya
sastra yang berupa carangan paweyangan dan suluk serta tembang tamsil.
Sunan Bonang berdakwah dengan menggunakan kesenian alat musik tradisional adalah untuk
menarik hati dan simpatik masyarakat. Menurut beliau cara berdakwah dengan alat musik
tradisional merupakan cara yang tepat, sehingga beliau juga mempelajari kesenian Jawa salah
satunya adalah Bonang (alat musik yang di pukul menimbulkan suara merdu).

Setiap kali sunan Bonang membunyikan alat musik tersebut banyak masyarakat berdatangan
untuk mendengar dan menyaksikan, setelah masyarakat tertarik hati dan simpati kemudian
beliau menyisipkan ajaran agama Islam kepada masyarakat.

Dengan keahlian seni dan sastranya, sunan Bonang mengajarkan dan menyebar luaskan
ajaran Islam dengan lantunan tembang-tembang yang mengandung nilai-nilai ke Islaman,
sehingga tanpa terasa penduduk sudah mempelajari ajaran Islam dengan senang hati dan
tanpa paksaan. Salah satu tembang dari  sunan Bonang  yang fenomenal adalah tembang
“Tombo Ati”.

4. Sunan Derajat – Walisongo

Walisongo

Sunan Derajat mempunyai nama kecil syarifuddin atau Raden Qasim yang juga merupakan
putra bungsu sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, dan beliau juga merupakan saudara
dari sunan Bonang. Sunan Derajat di kenal dengan kecerdasannya, beliau menyebar luaskan
ajaran agama Islam di Desa Paciran Lamongan.

Dakwah yang di lakukan oleh Sunan Derajat pada mulanya di lakukan atas perintah ayahnya,
yaitu berdakwah di pesisir pantai Gresik, hingga akhirnya beliau menetap di Lamongan.
Untuk menempati tempat tersebut Raden Qasim di antar sunan Bonang dengan tujuan
meminta izin sultan Demak untuk menempati wilayah tersebut.

Sultan Demak tidak hanya mengizinkannya untuk tinggal namun memberikan tanahnya pada
tahun 1486 H. Sunan Derajat di kenal sebagai penyebar agama Islam yang memiliki jiwa
sosial tinggi dan sangat memperhatikan nasib kaum fakir miskin, selain itu beliau
mengutamakan pada kesejahteraan sosial masyarakat.

Setelah memberikan perhatian penuh, barulah kemudian beliau memberikan pemahaman


ajaran agama Islam yang berkaitan tentang adanya empati dan etos kerja yang berupa
kedermawanan, pengentasan kemiskinan, usaha menciptakan kemakmuran, solidaritas serta
gotong royong.  Cara dakwah yang beliau lakukan banyak menggunakan ajaran luhur dan
tradisional lokal.

5. Sunan Kudus – Walisongo

Walisongo

Sunan Kudus sejatinya bukanlah merupakan penduduk asli Kudus, beliau berasal dan lahir
dari Quds negeri palestina, yang kemudian bersama kakek dan ayahnya untuk hijrah ke tanah
Jawa. Dalam cerita lain sunan Kudus merupakan pendatang dari daerah Jipang Panolan yang
merupakan daerah di sebelah utara Blora.
Sunan Kudus juga merupakan senopati hebat dari kerjaan Demak, ketika beliau menjabat
sebagai senopati kerajaan Majapahit di taklukannya. Kesuksesan mengalahkan majapahit
membuat posisi Ja’far Shadiq semakin kuat, namun kemudian ia meninggalkan Demak
karena ingin hidup merdeka dan mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menyebar luaskan
agama Islam.

Dalam menyebarkan ajaran agama Islam sunan Kudus memang banyak berguru dan belajar
ilmu agama kepada sunan Kalijaga, sehingga metode dakwah sunan Kudus tidak jauh beda
dengan sunan Kali Jaga, yang menekankan pada budaya kearifan lokal  dengan
mengapresiasi budaya masyarakat setempat.

Sosok sunan Kudus di kenal karena telah memberikan pondasi pengajaran keagamaan dan
kebudayaan yang toleran. Beberapa nilai toleransi yang di perlihatkan sunan Kudus kepada
masyarakatnya adalah tidak boleh menyembelih sapi kepada para pengikutnya, karena saat
itu sapi di anggap sebagai hewan suci. Sehingga, ajaran agama Islam dari sunan Kudus ini
menekankan pada toleransi beragama.

6. Sunan Giri – Walisongo

Walisongo

Sunan Giri merupakan putra dari Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu yaitu putri dari
Menak Sembuyu penguasa wilayah Balambangan pada masa akhir kerajaan Majaphit.
Namun, sayang kelahirannya di anggap sebagai sebuah kutukan oleh ayahnya Dewi
Sekardadu, sehingga, ia di paksa oleh ayahnya untuk membuang anaknya dengan
menghanyutkannya ke laut.

Setelah Cukup Dewasa, Joko Samudra di bawa ibu angkatnya ke Ampel Denta untuk belajar
agama kepada Sunan Ampel. Tak selang beberapa lama mengajarnya sunan Ampel
mengetahui Identitas dari Sunan Giri tersebut, dan kemudian Sunan Ampel mengirimkan
sunan Giri bersama juga dengan sunan Bonang untuk mendalami agama Islam di wilayah
Pasai.

Cara Dakwah yang di lakukan oleh Sunan Giri adalah dengan menciptakan unsur lagu dan
permainan dengan memasukkan beberapa unsur-unsur agamis, hal ini beliau lakukan untuk
mendekatkan ajaran agama Islam khususnya untuk anak-anak.

Sunan Giri menciptakan tembang dolanan yang di kenal dengan jelungan bukanlah sekadar
nyanyian dan tertawa belaka, namun dari semua itu terdapat pelajaran yang luar biasa terkait
dengan ketauhidan.

7. Sunan Kalijaga – Walisongo

Walisongo

Raden Said merupakan seseorang yang peduli dan dekat terhadap rakyat jelata, hal ini
dibuktikan ketika beliau membela rakyat jelata di masa sulit. Saat itu pemerintah sangat
membutuhkan dana besar untuk mengatasi roda pemerintahan, sehingga rakyat jelata mau
tidak mau harus membayar pajak yang tinggi untuk hal tersebut.

Saat itulah, sunan Kalijaga berpikir harus membantu rakyat jelata. Namun, tanpa berpikir
panjang Raden Said melakukan perbuatan tidak terpuji demi menolong rakyat jelata. Beliau
mencuri hasil bumi yang tersimpan di gudang ayahnya. Hasil bumi tersebut merupakan hasil
upeti rakyat jelata yang akan di setorkan kepada pemerintahan pusat.

8. Sunan Muria – Walisongo

Walisongo

Nama Sunan Muria di ambil dari tempat tinggal terakhirnya yaitu di lereng Gunung Muria,
yakni 18 kilometer ke utara kota Kudus. Sunan Muria mempunyai peran penting dalam
menyebarkan ajaran agama Islam di sekitar Gunung Muria. Dalam menyebarkan agama
Islam beliau meniru cara ayahnya, yaitu menyebarkan ajaran agama dengan halus.

Namun, berbeda dengan ayahnya, dalam menyebarkan dakwahnya Raden Umar Sahid
(Sunan Muria) lebih senang berdakwah di daerah terpencil dan jauh dari pusat kota. Tempat
tinggal beliau berada di puncak Gunung Muria yang bernama Colo, di tempat tersebut beliau
berinteraksi dengan rakyat jelata, dan mengajarkan cara bercocok tanam, berdagang serta
melaut.

Sunan Muria dalam menyebarkan agama Islam  tetap  mempertahankan kesenian gamelan
serta wayang sebagai alat dakwah. Beliau menciptakan beberapa tembang untuk
mengamalkan ajaran Islam. Dengan cara inilah sunan Muria di kenal sebagai sunan yang
suka berdakwah topo ngeli. Sunan Muria juga di kenal sebagai pribadi yang mampu
memecahkan berbagai macam masalah.

Dengan gayanya yang moderat dalam berdakwah ini mengikuti jejak ayahnya menyelusup
lewat berbagi  tradisi kebudayaan Jawa. Seperti halnya adanya adat kenduri pada hari tertentu
setelah kematian yang kemudian di ganti dengan nelung dino sampai nyewu yang tak di
haramkannya,  Tradisi membakar menyan atau sesaji di ganti dengan berdo’a dan
bersholawat.

9. Sunan Gunung Jati – Walisongo

Walisongo

Sunan Gunung Jati memiliki nama asli Syarif Hidayatullah. Di usianya yang menginjak 20
tahun sunan Gunung Jati telah di tinggal oleh ayahnya. Setelah di tinggal ayahnya beliau
didaulat untuk menjadi Raja Mesir untuk menggantikan ayahnya, namun beliau menolaknya
dan memilih untuk menyebarkan ajaran agama Islam ke tanah Jawa bersama ibunya.

Sebelum Sunan Gunung Jati dan ibunya Syaifah Muda’imah datang ke Jawa Barat tahun
1475 Masehi, mereka terlebih dahulu singgah di Gujarat dan Pasai, guna untuk memperdalam
ilmu agamanya. Kedatangannya sambut gembira oleh Pangeran Cakrabuana beserta
keluarganya.
Dalam menyebarkan Islam, Sunan Gunung Jati tidak sendiri, beliau di bantu oleh para wali
lainnya. mereka biasanya bermusyawarah di masjid Demak. Karena pergaulannya dengan
para wali dan sultan Demak, menjadikan sunan Gunung Jati mendirikan Kesultanan
Pakungwati, yang kemudian ia memprokamirkan dirinya sebagai raja dan mendapat gelar
sultan.

Dengan adanya kesultanan, Cirebon tidak lagi mengirimkan upeti kepada pajajaran.
Kesultanan pakungwati semakin besar dengan bergabungnya perwira dan prajurit pilihan,
terlebih lagi adanya perluasan pelabuhan Muara Jati, yang membuat perdagangan semakin
pesat terutama dengan Negara China.

Jalinan Cirebon dan China semakin erat, dalam dakwahnya tersebut beliau mengajarkan ilmu
shalat kepada rakyat China, dengan memberitahukan bahwa setiap melakukan gerakan sholat
merupakan terapi pijat ringan atau biasa yang disebut dengan akupuntur, ilmu pengobatan
tersebut di perolah saat beliau mengembara ilmu di China.

- Arti Nama Wali Songo

Walisongo

Nama walisongo masih terkenang hingga saat ini di kalangan masyarakat luas. Julukan
walisongo ini diberikan kepada 9 orang wali yang berjasa besar dalam penyebaran agama
Islam di Indonesia pada zaman dahulu.  Wali songo terdiri dari dua kata yaitu wali dan songo,
yang artinya wali adalah wakil dan songo adalah sembilan.

Menurut agama Islam adanya istilah waliyullah atau wali Allah mempunyai makna yang
dekat dengan kekasih Allah. Oleh karena itu, secara bahasanya arti wali songo adalah
sembilan wali Allah. Sembilan orang yang termasuk dalam wali songo dijuluki sebagai sunan
yang berjasa dalam menyebarkan ajaran agama Islam di Indonesia khususnya di tanah Jawa.

- Karomah dan Kesaktian Salah Satu Wali Songo

Walisongo

Setiap wali memiliki gaya dan cara yang unik untuk memikat hati para masyarakat,
bangsawan, musuh dan lain sebagainya untuk memeluk Islam tanpa adanya paksaan sama
sekali. Seperti halnya seorang Brahmana yang ingin menantang dengan mengadu
keilmuannya dengan sunan Bonang. Namun saat di tengah perjalanan kapal yang di naiki
oleh Brahmana dan muridnya tenggelam.

Hingga akhirnya sang Brahmana terdampar di pesisir laut pantai Tuban. Ketika mereka sadar
ada seorang yang memakai jubah putih berjalan dan mendekatinya itu menancapkan
tongkatnya, dan beberapa menit kemudian beliau mencabut tongkatnya tersebut kemudian
keluar air dan membawa buku-buku Brahmana yang tenggelam.

Sementara itu, murid-murid sang Brahmana merasa kehausan. Hingga akhirnya murid-murid
tersebut memandang air jernih yang terpancar tersebut untuk meminumnya, namun sang
Brahmana khawatir air tersebut memabukkan, lalu yang terjadi adalah air tersebut sangat
segar dan kemudian sang Brahmana ikut meminumnya.
Berbagai kejadian tersebut, hingga akhirnya sang Brahmana dan muridnya masuk Islam tanpa
paksaan dengan sendirinya. Dan mereka menjadi murid sunan Bonang.

- Pengaruh Wali Songo dalam Budaya Nusantara

Para walisongo tidak hidup persis secara bersamaan, namun hubungan mereka layaknya
saudara, teman, guru dan murid, Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua, sunan Ampel
merupakan putra dari Maulana Malik Ibrahim, sunan Giri yang juga merupakan keponakan
dari Maulana Malik Ibrahim dan sepupu dengan sunan Ampel.

Sunan Bonang dan sunan Derajat merupakan putra dari sunan Ampel, sunan Kalijaga
merupakan murid sekaligus teman dari sunan Bonang. Sunan Muria merupakan putra dan
sunan Kalijaga, sunan Kudus merupakan murid dari sunan Kalijaga, dan sunan Gunung Jati
merupakan sahabat dari para sunan lainnya, kecuali Maulana Malik Ibrahim karena lebih
dahulu meninggal.

Mereka semua merupakan para pembaharu masyarakat pada masanya, mereka mengenalkan
berbagai bentuk peradaban baru seperti halnya bercocok tanam, berdagang, kebudayaan,
kesenian, kesehatan, kemasyarakatan hingga pemerintahan, meski demikian sebelum Islam
masuk ke bumi Nusantara sudah banyak suku, bangsa, organisasi, sosial budaya, ekonomi
yang berkembang.

Era Wali Songo merupakan era berakhirnya kerajaan Hindu-Budha dalam budaya Nusantara
di gantikan dengan kebudayaan Islam. Saat itulah peranan walisongo sangat penting dalam
menyebarluaskan Islam di tanah Jawa, beberapa metode yang di gunakan walisong adalah
akulturasi Islam dengan adanya budaya-budaya lokal Nusantara saat itu.

- Peran Walisongo Dalam Menyebarluaskan Ajaran Agama Islam

Beberapa peran walisongo dalam menyebarkan ajaran agama Islam di antaranya adalah
sebagai pelopor penyebar luasan agama Islam kepada masyarakat yang belum banyak
mengenal ajaran agama Islam di daerahnya masing-masing, sebagai pejuang yang gigih
dalam membela dan mengembangkan agama Islam di masa hidupnya.

Sebagai orang yang ahli dalam bidang agama Islam, sebagai pemimimpin agama Islam di
setiap daerah yang di pimpinnya, sebagai guru agama Islam yang gigih mengajarkan agama
Islam kepada setiap muridnya, sebagai kyai yang menguasai ajaran Islam secara luas dan
sebagai tokoh masyarakat yang disegani di masa hidupnya.

- Makam Walisongo di Tanah Jawa

Walisongo

kesembilan wali tersebut di kenang atas jasa-jasanya, selain itu mereka di kenal sebagai tokoh
penting Indonesia, oleh karena itu hingga saat ini adanya tradisi ziarah ke makam wali songo
menjadi rutin di lakukan oleh kebanyakan orang masyarakat Jawa pada khususnya. Dalam
menyebarkan ajaran Islam setiap wali singgah di daerah yang berbeda-beda, dan
mengabdikan diri hingga wafat.

Makam sunan Ampel ini berada di kawasan wisata budaya Surabaya yang berdekatan dengan
area pecinan kya-kya Kembang Jepun dan kampung Arab di Jawa Timur. Sunan Giri dan
sunan Gresik makamnya berada di Kota yang sama yaitu kota Gresik, namun sunan Giri
letaknya di puncak sebuah bukti kebomas Gresik, sedangkan sunan Gresik berada di dekat
dengan pusat kota Gresik.

Sang legenda pemilik tembang tombo ati yaitu sunan Bonang ini makamnya berada di
seberang masjid Agung Tuban, tepatnya di salah satu sisi alun-alun kota Tuban, Jawa Timur.
Sedangkan makam dari sunan Derajat berada di daerah wisata Lamongan bukit tinggi dan di
kelilingi oleh pepohonan yang luas. Sunan Kudus makamnya di letakkan di tengah bangunan
yang menyerupai joglo.

Makam sunan Muria berada di gunung Muria Jepara, untuk makamnya sunan Kalijaga berada
di pinggiran kota Demak, namun cukup dekat dengan kompleks pemakaman kerajaan
Demak. Makam tersebut menjadi wisata sejarah dan religi populer di Demak. Sedangkan
sunan Gunung Jati makamnya berada di Cirobon, dan makamnya di hiasi beberapa ornamen
budaya Tiangkok.

Sumber literatur sejarah yang beragam setidaknya harus di mengerti dan pahami isi
kandungan ajaran Islam dan kebaikan yang tersirat di dalamnya dengan baik. Meski zaman
telah berubah dan berkembang saat ini, sudah sepatutnya sebagai penerus harus menghargai
sejarah, menghormati dan melanjutkan perjuangan para pendahulu. Jangan pernah lupakan
sejarah.

- Masjid Peninggalan Walisongo

Tidak hanya dakwah yang diberikan kepada masyarakat, namun para Walisongo
meninggalkan bukti sejarah yang sampai sekarang masih di lestarikan. Diantaranya adalah :

1. Masjid Menara Kudus. Pendirinya adalah Sunan Kudus sejak tahun 1549 M dengan
corak bangunan Hindu berbahan batu dari Baitul Maqdis Palestina. Lokasinya berada
di Kota Kudus.
2. Masjid Agung Demak. Pendirinya adalah Raden Patah sejak abad 15 M dengan
lokasi di Desa Kauman Demak.
3. Masjid Agung Banten. Pendirinya adalah Sultan Maulana Hasanuddin pada tahun
1552-1570 M. Dengan ciri khas salah satu kubahnya bertumpuk 5 mirip Pagoda
China.
4. Masjid Sang Cipta Rasa. Pendirinya adalah Sunan Gunung Jati tahun 1478 M
dengan lokasi di kabupaten Cirebon.
5. Masjid Sendang Duwur. Konon dahulu masjid ini dibawa dari Jepara menuju bukit
Amitunon Lamongan oleh Raden Noer Rahmad pada tahun 1561 M. Masjid ini
terletak di daerah Lamongan.

- Karomah Walisongo

Sembilan wali ini telah dikenal di berbagai pelosok tanah Jawa bahkan di Nusantara. Mereka
semua terkenal sakti karena Karomah dari Allah yang terdiri dari :

1. Sunan Gresik. Dipercaya ampuh dalam turunnya hujan, mengubah beras menjadi
pasir, doanya mujarab dalam menyelesaikan masalah dan mengobati penyakit.
2. Sunan Ampel. Pernah meninggal sebanyak 9 kali, melubangi tempat masjid sebagai
kiblat, mampu berjalan diatas air.
3. Sunan Bonang. Mengubah pohon aren menjadi pohon emas, mengalahkan musuh
dengan gending dan tembaganya tanpa menyentuh musuhnya, mengalahkan
Brahmana dari India dengan keajaibannya.
4. Sunan Drajat. Saat perahunya terbalik beliau ditolong oleh ikan cucut dan cakalang,
memancarkan air dari lubang bekas umbi yang menjadi sumur abadi, memindahkan
masjid dalam waktu semalam, membuat pohon siwalan menunduk untuk mengambil
buahnya, menyadarkan orang dengan tembang dan gamelan.
5. Sunan Kudus. Dapat menyembuhkan penyakit atas ijin Allah.
6. Sunan Giri. Memasukkan pasir ke kapal dan berubah jadi barang dagangan, memetik
buah delima tanpa memanjat, adu kesaktian dengan Begawan Minto dan
menyadarkannya.
7. Sunan Kalijaga. Mengambil tumor dari perut perut penderita tanpa operasi,
mengubah gula aren menjadi emas, punya amalan yang membuatnya dekat dengan
Allah.
8. Sunan Muria. Ikut menyebarkan agama Islam di Jawa Tengah.
9. Sunan Gunung Jati. Mengubah pohon menjadi emas, berjalan diatas air,
menyembuhkan penyakit, mengundang bala tentara.
Walisongo adalah para intelektual yang menjadi teladan masyarakat pada saat itu. Pengaruh
mereka terasa dalam beragam peradaban baru masyarakat Jawa mulai dari bercocok tanam,
perniagaan, kebudayaan, kesenian hingga kemasyarakatan.

Era Walisongo ialah saat dimana dominasi Hindu-Budha telah berakhir dan digantikan
dengan kebudayaan Islam. Perannya sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam dan
kebudayaan  masyarakat di Jawa, mereka merupakan simbol penyebaran Islam di Indonesia.

- Ziarah makam Wali Songo di Jawa Timur

Makam-makam Wali Songo yang ada di Jawa Timur berjumlah 5 tempat. Jadi travelers harus
benar-benar menyiapkan energi untuk bisa mengunjungi semua lokasi tersebut. Nggak harus
seharian kok karena kamu bisa beristirahat sejenak sebelum melanjutkan ke kota berikutnya.

Makam pertama yang akan travelers kunjungi adalah makam Sunan Ampel atau dikenal
dengan Raden Rahmat di Kota Pahlawan, Surabaya. Jikalau dilihat sepintas lalu, makam
Wali Songo ini tampak menawan dengan kawalan sepasang pintu gerbang dengan style
Eropa. Letak makam sang sunan dipisahkan dari makam-makam lain dengan adanya
pembatas teralis besi setinggi lebih dari 1 meter.

Sedangkan makam Wali Songo kedua adalah makam Sunan Gresik. Sunan Gresik sendiri
punya nama populer Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syaikh Makhdum Ibrahim As-
Samarqandy. Ia juga punya darah keturunan Husain bin Ali bin Abi Thalib (cucu Nabi
Muhammad SAW. Karena lokasinya nggak jauh dari pusat kota Gresik, kamu bisa
menjangkaunya dengan kendaraan pribadi.

Makam Wali Songo di Jawa Timur selanjutnya adalah makam Sunan Giri atau Raden Paku
yang merupakan keturunan ke-12 dari Hussain bin Ali Bin Abi Thalib. Sunan Giri juga murid
Sunan Ampel dan pernah belajar bersama dengan Sunan Bonang. Untuk mencapai makam
Wali Songo ini, harus menyiapkan energi karena lokasinya ada di sebuah bukit, tepatnya di
Dusun Kedhaton, Desa Giri Gajah, Kecamatan Kebomas, Gresik. Kompleks pemakaman ini
berupa dataran tingkat tiga dimana bagian belakangnya punya posisi lebih tinggi.

Selanjutnya, bisa berziarah ke Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim, putra Sunan
Ampel. Letaknya ada di daerah Tuban dan lumayan dekat dengan Masjid Agung Tuban dan
Alun-alun Kota Tuban. Posisinya juga gampang dijangkau dari berbagai arah. Ketika baru
masuk ke areal pemakaman Sunan Bonang, kamu bisa menemukan kompleks makam yang
dikelilingi 4 pintu gerbang sebagai akses masuk.

Makam Wali Songo terakhir di Propinsi Jawa Timur adalah Sunan Drajat atau Raden Qasim,
putra Sunan Ampel yang ada di Drajat Lamongan. Areal pemakamannya cukup luas dan
teduh karena banyak dikelilingi oleh pepohonan yang cukup rindang. Sebagai fasilitas
tambahan, di tempat ini para peziarah juga dapat belajar secara gratis dengan mengunjungi
Museum Sunan Drajat yang ada di kompleks pemakaman.

- Ziarah makam Wali Songo di Jawa Tengah

Setelah selesai berziarah ke makam-makam Wali Songo di Jawa Timur, sekarang kamu bisa
meneruskan perjalanan ke Propinsi Jawa Tengah. Makam pertama yang bisa dikunjungi
adalah Makam Sunan Muria, putra Sunan Kalijaga. Makam Wali Songo yang bernama asli
Raden Umar Said ini letaknya sekitar 30 km dari Kompleks Masjid Menara Kudus. Letaknya
yang ada di Gunung Muria menuntut stamina prima karena rute yang akan ditempuh berupa
perbukitan dan aksesnya pun cukup terjal dan mendaki.

Di kota Kudus sendiri, kamu bisa berwisata religi mengunjungi makam Sunan Kudus yang
punya nama asli Ja’far Shadiq, putra Raden Usman Haji atau Sunan Ngudung. Makam Wali
Songo ini selalu ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah. Tidak hanya pada hari besar
Islam, pada hari biasa pun makam ini banyak dikunjungi peziarah yang ingin mendoakan
sang sunan. Tempat makam Sunan Kudus diletakan pada bagian tengah sebuah bangunan
yang mirip joglo, atau rumah adat di Jawa.

Makam Wali Songo terakhir di Jawa Tengah adalah makam Sunan Kalijaga atau Raden Said,
putra Adipati Tuban yaitu Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur di kota Demak. Makam
Wali Songo ini bisa dijangkau dari Masjid Agung Demak sekitar 3 km. Jadi hanya dalam
waktu beberapa menit, bisa berziarah ke makam sunan yang namanya dijadikan sebuah
universitas di Yogyakarta. Peziarah yang datang bisa berwisata religi dengan mengunjungi
kompleks pemakaman di Desa Ngadilangu. Makam Sunan Kalijaga ini dibuat berbeda karena
terlindungi oleh dinding dan juga pintu gerbang menuju areal pemakaman. Nuansa adat Jawa
di kompleks ini juga sangat kental terlihat.

- Ziarah makam Wali Songo di Jawa Barat

Tahu nggak kalau satu-satunya makam anggota Wali Songo yang dikebumikan di Propinsi
Jawa Barat adalah Makam Sunan Gunung Jati. Tempat pemakaman ini letaknya ada di Desa
Astana, Kecamatan Cirebon Utara dan bisa ditempuh sejauh 6 km dari Kota Cirebon. Karena
menjadi satu-satunya makam Wali Songo di Jawa Barat, kompleks pemakaman ini pun selalu
ramai dikunjungi peziarah dari kota Cirebon dan sekitarnya.

Sunan Gunung Jati sendiri punya nama asli Syarif Hidayatullah dan kini dijadikan sebagai
nama salah satu universitas di Jakarta. Jika ditelisik dari silsilah, Sunan Gunung Jati punya
darah keturunan Prabu Siliwangi dari sang ibu, dan keturunan Nabi Muhammad SAW dari
ayah yang berasal dari Gujarat, India. Di kompleks pemakaman ini, peziarah bisa melihat
ornamen dan hiasan-hiasan berupa piring antik yang berasal dari Cina. Ini dapat dimaklumi
karena menurut sejarah, Sunan Gunung Jati pernah menikah dengan Putri Ong Tien yang
berasal dari Cina. Nggak heran ya kalau asimilasi budaya Cina dan Jawa terlihat jelas di sini.

- Peran Walisongo dalam berbagai bidang


Dari gambaran singkat tentang perjalanan hidup dan perjuangan walisongo dalam
menyebarkan agama Islam di daerah Jawa, khususnya dan di wilayah nusantara pada
umumnya, maka peran mereka dapat dibentuk seperti Bidang Pendidikan, Bidang Politik dan
yang paling terkenal adalah Bidang Dakwah. Dan dikalisifisikan menjadi:
1.    Bidang Pendidikan
Peran walisongo di bidang pendidikan terlihat dari aktivitas mereka dalam mendirikan
pesantren, sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Bonang.
Sunan Ampel mendirikan pesantren di Ampel Denta yang dekat dengan Surabaya yang
sekaligus menjadi pusat penyebaran Islam yang pertama di Pulau Jawa. Di tempat inilah, ia
mendidik pemuda-pemudi Islam sebagai kader, untuk kemudian disebarkan ke berbagai
tempat di seluruh Pulau Jawa. Muridnya antara lain Raden Paku (Sunan Giri), Raden
Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Kosim Syarifuddin (Sunan Drajat), Raden Patah
(yang kemudian menjadi sultan pertama dari Kerajaan Islam Demak), Maulana Ishak, dan
banyak lagi mubalig yang mempunyai andil besar dalam islamisasi Pulau Jawa. Sedangkan
Sunan Giri mendirikan pesantren di daerah Giri. Santrinya banyak berasal dari golongan
masyarakat ekonomi lemah. Ia mengirim juru dakwah terdidik keberbagai daerah di luar
Pulau Jawa seperti Madura, Bawean, Kangean, Ternate dan Tidore. Sunan Bonang
memusatkan kegiatan pendidikan dan dakwahnya melalui pesantren yang didirikan di daerah
Tuban. Sunan Bonang memberikan pendidikan Islam secara mendalam kepada Raden Fatah,
putera raja Majapahit, yang kemudian menjadi sultan pertama Demak. Catatan-catatan
pendidikan tersebut kini dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.

2.    Bidang Politik

Pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Walisongo


mempunyai peranan yang sangat besar. Di antara mereka menjadi penasehat Raja, bahkan
ada yang menjadi raja, yaitu Sunan Gunung Jati. Sunan Ampel sangat berpengaruh
dikalangan istana Majapahit. Istrinya berasal dari kalangan istana dan Raden Patah (putra raja
Majapahit) adalah murid beliau. Dekatnya Sunan Ampel dengan kalangan istana membuat
penyebaran Islam di daerah Jawa tidak mendapat hambatan, bahkan mendapat restu dari
penguasa kerajaan. Sunan Giri fungsinya sering dihubungkan dengan pemberi restu dalam
penobatan raja. Setiap kali muncul masalah penting yang harus diputuskan, wali yang lain
selalu menantikan keputusan dan pertimbangannya. Sunan Kalijaga juga menjadi penasehat
kesultanan Demak Bintoro.

3.    Bidang Dakwah

Sudah jelas sepertinya, peran Walisongo cukup dominan adalah di bidang dakwah, baik
dakwah melalui lisan. Sebagai mubalig, Walisongo berkeliling dari satu daerah ke daerah
lain dalam menyebarkan agama Islam. Sunan Muria dalam upaya dakwahnya selalu
mengunjungi desa-desa terpencil. Salah satu karya yang bersejarah dari walisongo adalah
mendirikan mesjid Demak. Hampir semua walisongo terlibat di dalamnya. Adapun sarana
yang dipergunakan dalam dakwah berupa pesantren-pesantren yang dipimpin olehpara
Walisongo dan melalui media kesenian, seperti wayang. Mereka memanfaatkan pertunjukan-
pertunjukan tradisional sebagai media dakwah Islam, dengan membungkuskan nafas Islam ke
dalamnya. Syair dari lagu gamelan ciptaan para wali tersebut berisi pesan tauhid, sikap
menyembah Allah dan tidak menyekutukanya atau menyembah yang lain.

- CARA-CARA WALI SONGO MENYEBARKAN AGAMA ISLAM DI


INDONESIA
Masing masing tokoh wali songo tersebut diberikan gelar sesuai dengan tempat
pemakamannya. Misalnya Sunan Drajat di Tuban, Sunan Gunung Jati di Cirebon, Sunan Giri
di Gresik dan lain lain. Di bawah ini terdapat cara cara wali songo dalam menyebarkan
agama Islam di Indonesia yaitu sebagai berikut:

Sunan Gresik

Cara wali songo dalam menyebarkan agama Islam yang pertama dilakukan oleh Sunan
Gresik. Selama masih hidup, Sunan Gresik terkenal sebagai orang yang cukup ahli dalam
agama Islam. Di kala itu banyak masyarakat Jawa yang menganut agama Budha dan Hindu.
Namun Sunan Gresik memiliki kepandaian untuk menarik simpat masyarakat Jawa agar
memelum Islam. Cara Sunan Gresik dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia ialah
melalui dahwah dakwahnya.

Sunan Ampel

Cara walisongo menyebarkan agama Islam selanjutnya dilakukan oleh Sunan Ampel. Sunan
Ampel atau Raden Rahmat menyebarkan agama Islam di Indonesia dengan cara melalui
pondok pesantren. Pertama kali Raden Rahmat mendirikan pondok pesantren di Ampel
Denta, Surabaya. Pondok pensantern tersebut digunakan untuk media pendidikan pemuda
pemuda Islam untuk nantinya disebar di seluruh pelosok Jawa.

Sunan Bonang

Cara walisongo menyebarkan agama Islam selanjutnya dilakukan oleh Sunan Bonang. Sunan
Bonang juga mendirikan pondok pesantren di daerah Tuban, Jawa Timur. Berbagai santri di
pelosok Nusantara datang untuk belajar dari Sunan Bonang. Cara Sunan Bonang dalam
menyebarkan agama Islam di Indonesia ialah melalui penyesuaiannya dengan kebudayaan
Jawa. Media dakwah yang digunakannya ialah pertunjukan wayang. Bahkan pesan pesan
ajaran dari agama Islam pun di sisipkan dalam bentuk lagu gamelan wayang.

Sunan Giri

Cara walisongo menyebarkan agama Islam selanjutnya dilakukan oleh Sunan Giri. Sunan
Giri terkenal dengan kegigihannya dalam memperjuangkan agama Islam. Beliau menugaskan
para santrinya untuk melalukan dakwah di berbagai wilayah Pulau Tidore, Pulau Jawa, Pulau
Bawean dan Pulau Madura.

Sunan Drajat

Cara walisongo menyebarkan agama Islam selanjutnya dilakukan oleh Sunan Drajat. Sunan
Drajat menyebarkan agama Islam di Indonesia dengan cara mendirikan pesantren dan melalui
media dakwah. Didalam masyarakat, Sunan Drajat terkenal dengan sifatnya yang suka
menolong dan baik hati. Contohnya menyantuni fakir miskin dan anak yatim.

Sunan Kalijaga

Cara walisongo menyebarkan agama Islam selanjutnya dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Sunan
Kalijaga menyebarkan agama Islam di Indonesia melalui dakwahnya. Beliau mengarang
cerita wayang kulit dan cerita wayang purwa dengan nuansa Islam. Sunan Kalijaga tersebut
berjasa dalam kesenian wayang, seni ukir, seni busana, seni suara, kesusastraan dan seni
pahat.

Sunan Kudus

Cara walisongo menyebarkan agama Islam selanjutnya dilakukan oleh Sunan Kudus.
Penyebaran agama Islam oleh Sunan Kudus tersebut melalui dakwah dan pendekatannya
terhadap budaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya cerita cerita agama. Misalnya Mijil dan
Gending Maskumambang.

Sunan Muria

Cara walisongo menyebarkan agama Islam selanjutnya dilakukan oleh Sunan Muria. Agama
Islam disebarkan Sunan Muria di Indonesia melalui dakwahnya. Dakwah tersebut diciptakan
dalam bentuk tembang Kinanti dan Sinom yang bernuansa Islam.

Sunan Gunung Jati

Cara walisongo menyebarkan agama Islam yang terakhir dilakukan oleh Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati kembali ke daerah Cirebon untuk menyebarkan agama Islam di daerah
Jawa Barat seperti Banten, Majalengka, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Kuningan. Pada
tahun 1525 Sunan Gunung Jati berhasil mendirikan kerajaan Islam di Banten.

KESIMPULAN
"Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan
Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan
Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan.
Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam
hubungan guru-murid.

Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik
Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu
Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga
merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga.
Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain,
kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga
wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di
Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi
pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban
baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian,
kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu.
Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan
Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri,
Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa
hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai
dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu
Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan
Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami
masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha

Peran Walisongo dalam berbagai bidang, yaitu :

1.    Bidang Pendidikan


2.    Bidang Politil
3.    Bidang Dakwah
Unsur–unsur dakwah WaliSongo meliputi :

Eksistensi metode dakwah Walisongo pada masa kini, yakni :melalui metode
ceramah, tanya jawab dan diskusi, konseling, keteladanan, bitsah dan ekspansi,
kesenian, kelembagaan pusat/lembaga dakwah, silaturrahim dan propaganda.

Anda mungkin juga menyukai