Anda di halaman 1dari 20

Biografi Walisongo

Biografi Walisongo  – Walisongo atau sembilan wali adalah intelektual yang dijadikan sebagai
teladan masyarakat ketika Islam baru masuk ke Indonesia. Ada 9 sunan yang tergabung dan
merupakan pendakwah agama Islam di pulau Jawa sekitar abad ke 14 M. Selain berdakwah,
sunan juga mengajarkan cara bercocok tanam, berdagang, seni dan budaya yang mengandung
unsur ajaran agama Islam.

WALISONGO SUNAN GRESIK

 
Sunan Gresik memiliki nama asli Maulana Malik Ibrahim merupakan walisongo pertama yang
menyebarkan Islam di pulau Jawa. Sunan ini lahir di Campa (Kamboja) dan ayahnya adalah
seorang ulama besar di Maghrib yang bernama Barakat Zainul Alam. Sunan memiliki beberapa
nama sebutan lain seperti Syekh Maghribi atau Makhdum Ibrahim al-Samarqandi dan
Asmaraqandi.
Asmaraqandi adalah nama yang biasa disebut oleh masyarakat jawa untuk Sunan Gresik.
Pertama kali sunan datang ke daerah Gresik dengan ditemani oleh beberapa sahabat. Tepatnya
yaitu ke Desa Sembolo yang saat ini berganti nama menjadi Desa Laren kecamatan Manyar.
Desa ini berada sekitar 9 kilometer kota Gresik bagian utara.
Sebelum berdakwah ke pulau Jawa, Sunan Gresik bermukim di daerah Champa selama 13 tahun
(sebuah negeri cermin dalam legenda). Disana sunan menikah dengan putri raja dan memiliki
dua orang putra.  Kedua putra tersebut bernama Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Rasyid
Ali Murtadha atau Raden Santri.
Sunan Gresik mulai berdakwah di pulau Jawa tepatnya di daerah Gresik pada tahun 801 H/ 1329
M. Beliau juga mendirikan toko di sebuah desa yang terletak sekitar 3 km dari barat kota Gresik.
Nama desa tersebut adalah Desa Romo, dimana sunan mulai memperkenalkan barang yang
dibawanya dari negeri sebelumnya.
Toko ini merupakan salah satu cara sunan untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat
sekitar. Sunan menjual berbagai keperluan pokok dengan harga terjangkau. Selain itu beliau juga
menjadi tabib untuk mengobati warga dengan gratis. Sunan juga mengajarkan cara-cara
bercocok tanam kepada masyarakat di daerah tersebut.
Islamisasi dilakukan dengan cara merangkul masyarakat bawah dengan melakukan pendekatan
dan perdagangan tersebut. Masyarakat bawah pada saat itu dibedakan dengan masyarakat kelas
atas pada komunitas Hindu. Sunan Gresik tidak memaksa masyarakat untuk memeluk Islam
secara terang-terangan. Namun dilakukan dengan memperlihatkan indahnya agama Islam.
Beliau yang sangat ramah tamah tersebut membuat banyak masyarakat jadi tertarik untuk
mempelajari Islam. Setelah merasa cukup mapan Sunan Gresik sempat melakukan kunjungan ke
kerajaan Majapahit di Trowulan. Kunjungan tersebut disambut baik oleh raja yang berbeda
keyakinan dengan memberikan sebidang tanah di Gresik (Gapura).
Setelah Sunan Gresik meninggal pada 1419 M, dimakamkan tidak jauh dari alun-alun kota
Gresik, provinsi Jawa Timur. Bagi Anda yang ingin berwisata religi di kota Gresik dapat
mengunjungi makam di Jl.Malik Ibrahim No.52-62, Gapura Sukolilo, Bedilan.
WALISONGO SUNAN AMPEL

Raden Rahmat adalah nama asli Sunan Ampel, merupakan seorang wali sesepuh. Sunan Ampel
menikah dengan dua wanita yaitu Dewi Condrowati  (Nyai Ageng Manila) dan Dewi Karimah
binti Ki Kembang Kuning. Dewi Condrowati adalah salah satu putri dari adipati Tuban, Arya
Teja. Dari pernikahan dengan Dewi Condrowati, sunan memiliki enam orang anak.
Nama keenam anak tersebut adalah Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Qasim
(Sunan Derajat), Sunan Sedayu, Siti Syari’ah, Siti Mutma’innah dan Siti Hafsah. Sedangkan
pernikahan dengan Dewi Karimah juga dikaruniai enam anak. Dua anaknya adlah istri sunan
yaitu Dewi Murtasiyah (istri Sunan Giri) dan Dewi Murtasimah / Dewi Asyiqah (istri Raden
Fatah).
Empat anak lainnya bernama Raden Hasamuddin atau Sunan Lamingan, Raden Zaenal Abidin
atau Sunan Demak, Pangeran Tumapel serta Raden Faqih atau Sunan Ampel II. Jadi dari dua
pernikahan tersebut Sunan Ampel memiliki total 12 orang anak laki-laki dan perempuan.
Keluarga Sunan Ampel juga banyak yang menjadi sunan selanjutnya.
Pada awalnya sunan datang ke pulau Jawa untuk mengunjungi bibinya yang bernama
Dwarawati. Bibinya adalah seorang putri negeri Champa yang menikah dengan seorang raja
Majapahit bernama Prabu Kertawijaya. Moh Limo merupakan dakwah yang disampaikan Sunan
Ampel dan sangat terkenal di masyarakat Jawa.
Moh Limo adalah dakwah yang dilakukan untuk memperbaiki berbagai kerusahakan akhlak
yang terjadi di dalam masyarakat Jawa. Moh Limo terdiri dari Moh Mabok (tidak minum
minuman keras), Moh Main (tidak berjudi, taruhan atau togel), Moh Madon (tidak berzina,
homo atau lesbian), Moh Madat (tidak mencuri) dan Moh Maling (tidak korupsi atau mencuri
serta lainnya).
Sunan Ampel juga sempat mendirikan sebuah masjid pada tahun 1479 M, yang dikenal dengan
masjid Agung Demak. Pesantrennya berada di Ampel Denta di kota Surabaya. Makam Sunan
Ampel juga terletak di kota Surabaya, Jawa Timur. Tepatnya berada di Jalan Nyamplungan dan
merupakan salah satu wisata religi yang ramai dikunjungi serta berada di tengah kota.
WALISONGO SUNAN BONANG

Raden Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang lahir pada tahun 1465. Sunan Bonang
merupakan anak dari Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati. Bonang adalah sebuah desa yang
berada di wilayah kabuoaten Rembang. Nama Sunan Bonang diambil dari kata Bong Ang, nama
marga ayahnya yaitu Bong Swi Hoo atau Sunan Ampel.
Sunan Bonang sempat menimba ilmu sebelum kembali ke daerah Tuban dan mendirikan sebuah
pesantren. Cara berdakwah disesuaikan dengan budaya masyarakat pada saat itu, yaitu kesenian.
Masyarakat yang menyukai hiburan mendorong sunan untuk membuat alat musik gamelan.
Pertunjukan musik ini bertujan untuk menarik masyarakat agar tertarik untuk belajar agama
Islam.
Pesantren yang dibangun adalah basis untuk belajar agama Islam. Sunan Bonang juga aktif
berkeliling untuk berdakwah dengan alat musik. Cara berdakwah menggunakan alat musik ini
sangat menarik hati masyarakat pada saat itu. Beliau juga mempelajari kesenian masyarakat
Jawa seperti Bonang. Bonang merupakan alat musik yang mengeluarkan suara merdu jika
dipukul.
Setiap sunan melakukan pertunjukan, banyak masyarakat yang datang untuk menonton. Setelah
banyak masyarakat yang tertarik, sunan mulai menyelipkan ajaran agama Islam. Keahliannya di
bidang seni mampu menciptakan tembang yang berisi ajaran Islam. Tembang tersebut juga
disukai oleh masyarakat sehingga dipelajari secara tidak langsung dan tanpa paksaan.
Sunan juga memiliki banyak ilmu yang diajarkan kepada murid-muridnya. Ilmu ini merupakan
cara yang digunakan untuk berdakwah. Sunan mengajarkan ilmu agar muridnya dapat
menghapal huruf hijaiyyah dan membaca Al-Qur’an. Salah satu ilmu yang masih dilestarikan
saat ini adalah Silat Tuhid Indonesia.
Tombo Ati adalah salah satu lagu ciptaan Sunan Bonang yang sangat terkenal hingga saat ini.
Makam Sunan Bonang dikatakan terdapat di tiga lokasi yaitu Tuban, Rembang dan Pulau
Bawean. Namun para ahli sejarah dan ulama setuju jika makam tersebut terletak di Tuban.
Tepatnya berada di sebelah barat masjid Agung kota Tuban, Jawa Timur.

WALISONGO SUNAN DERAJAT

 
Raden Qasim atau Sunan Drajat memiliki nama kecil Syarifuddin. Sunan Drajat merupakan
putra bungsu Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati. Sunan ini berdakwah untuk menyebarkan
agama Islam di Desa Paciran Lamongan. Awalnya sunan berdakwah di pesisir pantai Gresik atas
perintah ayahnya, namun akhirnya menetap di Lamongan.
Sebelum menetap di daerah tersebut, Sunan Derajat di antar oleh ayahnya (Sunan Bonang) untuk
meminta izin kepada sultan Demak. Sultan yang baik hati tersebut memberi izin dan bahkan
memberikan  tanah di daerah tersebut pada tahun 1486 H. Sunan ini terkenal sebagai pendakwah
yang berjiwa sosial tinggi, memperhatikan fakir miskin dan mengutamakan kesejahteraan sosial.
Cara berdakwah yang dilakukannya menggunakan ajaran luhur dan tradisi lokal tanpa paksaan.
Sunan mengajarkan bahwa agama Islam merupakan agama yang empati dan memiliki etos kerja.
Etos kerja ini adalah kedermawanan dalam berbagai kegiatan. Beliau mengajarkan tentang
gotong royong, solidaritas, cara mengetaskan kemiskinan dan berbagai usaha mencapai
kemakmuran.
Makam Sunan Drajat terletak di Lamongan, Jawa Timur. Tepatnya di daerah Pacitan yang
dikelilingi perbukitan dan pepohonan luas. Di sekitar makam juga dibangun Museum Sunan
Derajat yang dapat dikunjungi dengan gratis. Museum berisi tentang sejarah dan budaya untuk
pendidikan, sehingga dapat dikunjungi dengan keluarga Anda.
WALISONGO SUNAN KUDUS

Sunan Kudus lahir pada 9 September 1400 M atau 808 H di Palestina. Nama aslinya adalah
Ja’far Shadiq berasal dari Al-Quds Yerussalem, Palestina. Ayahnya bernama Raden Usman Haji
dan ibunya bernama Syarifah Ruhil. Sunan ini datang ke pulau Jawa bersama ayah dan
kakeknya, jadi bukan merupakan warga asli Kudus.
Ada juga cerita yang mengisahkan jika Sunan Kudus pendatang dari daerah Jipang Panolan
yaitu sebuah daerah di Blora Utara. Sunan ini belajar agama Islam melalui Sunan Ampel dan
Kyai Telingsing. Selama hidupnya Sunan Kudus banyak berperan dalam kerajaan Islam Demak
yaitu sebagai penasehat sultan Demak.
Awalnya Sunan Kudus merupakan seorang senopati kerajaan Demak yang hebat. Beliau
diketahui sebagai senopati yang menaklukkan kerajaan Majapahit. Hal ini membuat kedudukan
Ja’far Shadiq menjadi kuat dan disegani di kerajaan Demak. Namun beliau meninggalkan
kedudukan tersebut agar dapat hidup merdeka dan menyebarkan agama Islam selama hidupnya.
Metode penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh sunan ini hampir sama dengan Sunan
Kalijaga. Persamaan ini dikarenakan Sunan Kudus memang belajar agama Islam dengan Sunan
Kalijaga. Cara berdakwah yang digunakan adalah dengan mengapresiasi budaya kearifan lokal
masyarakat daerah tersebut.
Saat itu sapi adalah hewan suci bagi agama Hindu dan Budha. Sunan Kudus mengajarkan
pengikutnya untuk tidak menyembelih sapi guna menghormati agama lain. Sunan mengajarkan
toleransi dalam beragama dalam berbagai bentuk seperti diatas. Sehingga Sunan Kudus terkenal
karena toleransinya dalam beragama dan berbudaya.
Makam Sunan Kudus berada di kota Kudus, Jawa Tengah. Tepatnya tidak jauh dari Masjid
Kudus dengan menara yang berbentuk mirip candi agama Hindu. Makam sunan ini juga dapat
dikunjungi sebagai salah satu wisata walisongo.

WALISONGO SUNAN GIRI

Sunan Giri memiliki nama asli Raden Paku dan diberi nama Joko Samudro oleh ibu yang
menemukannya di lautan. Kelahiran Raden Paku dianggap kutukan oleh kakeknya sehingga
dibuang ke lautan. Ayahnya bernama  Syekh Maulana Ishaq yang merupakan seorang ulama dari
Gujarat. Ibunya bernama Dewi Sekardadu yang merupakan putri raja Blambangan beragama
Hindu.
Setelah dewasa, ibu angkat Sunan Giri membawanya ke Ampel Denta untuk belajar agama
Islam kepada Sunan Ampel. Saat Sunan Ampel mengetahui identitas asli Joko Samudro, maka
beliau dikirim untuk berdakwah ke daerah Pasai. Sunan berangkat dengan temannya yaitu Sunan
Bonang. Sunan Giri berdakwah melalui lagu dan permainan untuk mendekatkan Islam pada
anak-anak.
Sunan juga menciptakan tembang yang berisi pelajaran tentang ketauhitan yang dikenal dengan
jelungan atau jitungan. Sunan juga membangun sebuah pesantren yang terdapat di kota Gresik,
tepatnya di desa Sidomukti. Karena berada di tempat yang tinggi maka sunan diberi nama Sunan
Giri yang berarti dataran tinggi atau gunung.
Sunan mendirikan pesantren di daerah perbukitan Sisomukti, Kebomas, kota Gresik. Pondok
pesantren ini menjadi pesantren pertama yang didirikan di kota Gresik. Lokasi pembangunan
dipilih berdasarkan tafakkur yang dilakukan sunan. Tafakkur ini adalah cara untuk meminta
pertolongan Allah, dan lokasi pesantren ditunjukkan dengan sebuah cahaya.
Setelah meninggal pada tahun 1506 M, Sunan Giri dimakamkan di kota Gresik. Makamnya
terletak di atas sebuah bukit pada daerah Kebomas, yaitu di Dusun Giri Gajah. Desa Giri berada
sekitar empat kilometer dari pusat kota Gresik. Makam ini sangat ramai dikunjungi oleh
wisatawan hingga saat ini.

WALISONGO SUNAN KALIJAGA

Sunan Kalijaga memiliki nama asli Raden Said yang lahir pada tahun 1450. Ayahnya adalah
seorang adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta/ Raden Sahur. Nama Kalijaga
berasal dari sebuah desa di Cirebon. Sebelum menjadi sunan, Raden Said sering berdiam diri di
sungai desa. Dalam bahasa Jawa disebut dengan jogo kali dan akhirnya menjadi Kalijaga.
Raden Said sangat peduli dan dekat dengan rakyat jelata. Sehingga ketika rakyat berada dalam
masa sulit, sunan mencuri untuk mereka. Hasil bumi yang dicuri tersebut berasal dari gudang
ayahnya yang akan disetorkan ke pemerintah pusat. Pemerintah saat itu membuat rakyat
membayar pajak tinggi untuk mengatasi pembangunan.
Saat malam tiba Raden Said membagikan hasil curiannya secara sembunyi-sembunyi kepada
rakyat miskin. Namun perbuatan tersebut ketahuan oleh ayahnya. Setelah bebas dari ayahnya,
Raden Said kembali mencuri ke orang kaya pelit luar istana. Hingga dijebak dan diusir oleh
ayahnya dari daerah tersebut. Dari sinilah kemudian Raden Said betemu dan berguru dengan
Sunan Bonang.
Sunan Kalijaga memiliki perbedaan yang menonjol dari segi berpakaian. Sunan berpakaian
layaknya masyarakat Jawa, seperti menggunakan baju hitam dan blangkon. Metode dakwah
yang digunakan adalah dengan kesenian dan kebudayaan. Kesenian tersebut seperti seni suara,
seni ukir, wayang dan gamelan. Beberapa tembang ciptaan sunan yang terkenal adalah Lir Ilir
dan Gundul Pacul.
Sunan Kalijaga sangat terkenal dibanding sunan lainnya. Hal ini karena beliau memiliki banyak
ilmu dan kecerdasan. Sunan Kalijaga menguasai banyak ilmu yang didapatkan dari Sunan
Bonang. Ilmu tersebut dipercaya sangat bermanfaat untuk membawa rejeki, kewibawaan dan
perlindungan. Saat ini banyak yang mengunjungi makam sunan untuk mendapatkan ilmu-ilmu
tersebut.
Sunan Kalijaga dimakamkan di desa Kadilangu, kota Demak, Jawa Tengah. Makam merupakan
salah satu tempat wisata religi yang banyak dikunjungi.  Saat bulan puasa makam hanya buka
hingga hari Jumat saja. Bagi Anda yang menginginkan ilmu sunan, sebaiknya gunakan untuk
berbagai kegaitan positif.
WALISONGO SUNAN MURIA

Nama  Sunan Muria diberikan sesuai dengan tempat tingganya, yaitu lereng Gunung Muria.
Raden Umar Said adalah nama asli sunan tersebut. Ayahnya adalah Sunan Kalijaga, oleh sebab
itu cara berdakwahnya menggunakan metode yang sama. Metode tersebut adalah dengan
kesenian dan kebudayaan masyarakat Jawa.
Sunan Muria menyebarkan ajaran agama Islam di daerah sekitaran Gunung Muria. Tempat
tinggalnya berada di atas puncak gunung disebuah desa bernama Colo. Untuk berdakwah, beliau
lebih sering ke tempat terpencil yang jauh dari kota. Sunan juga mengajarkan masyarakat cara
bercocok tanam yang baik, cara berdagang dan cara melaut.
Wilayah dakwah meliputi lereng dan gunung Muria. Selain itu wilayah dakwahnya diperluas
hingga ke daerah Tayu, Juwana dan Kudus. Sunan Muria, keluarganya dan pengikutnya terkenal
memiliki kondisi fisik yang kuat. Mereka mampu naik turun gunung yang memiliki tinggi
sekitar 750 meter, untuk melakukan perluasan wilayah dakwah.
Gemelan dan wayang adalah kesenian yang sering digunakan sunan untuk berdakwah. Beliau
juga menciptakan tembang-tembang yang berisi amalan agama Islam dan dikenal dengan topo
ngeli. Sunan ini dikenal cerdas karena selain berdakwah juga mampu memberikan penyelesaian
terhadap bermacam masalah dalam masyarakat.
Metode dakwah Sunan Muria cukup moderat hingga mampu masuk ke barbagai tradisi
masyarakat Jawa. Contohnya adat kenduri yang dilakukan setelah kematian diganti dengan
nelong dino (tiga harian) sampai nyewu (seratus harian). Masyarakat juga sangat gemar
membakar kemenyam dan memberi sesaji pada saat itu, namun diganti dengan bersholawat dan
berdoa.
Setelah wafat, Sunan Muria dimakamkan di puncak gunung Muria, utara kota Kudus. Untuk
mencapai ke makam, Anda harus melewati 700 anak tangga. Makamnya berada persis di
belakang masjid dengan nama Masjid Muria.
WALISONGO SUNAN GUNUNG JATI

Syarif Hidayatullah adalah nama asli Sunan Gunung Jati lahir pada tahun 1448 M. Sunan
merupakan cucu dari Prabu Siliwangi dan ayahnya adalah seorang raja di Mesir. Saat dewasa
sunan di daulat untuk menggantikan ayahnya, namun beliau menolak dan kembali ke pulau Jawa
untuk berdakwah. Syaifah Muda’imah adalah ibunya yang kembali bersama ke pulau Jawa.
Metode dakwah yang disampaikannya cenderung menggunakan cara Timur Tengah yang
mendekati masyarakat dengan lugas. Saat berusia 25 tahun beliau sudah terkenal sebagai ulama
dan pemimpin yang adil serta bijaksana. Beliau juga memiliki banyak keahlian seperti ilmu
kedokteran, bahasa dan strategi. Penyebaran wilayah dakwahnya adalah sekitaran daerah
Cirebon.
Sunan berhasil memuslimkan ribuan prajuritnya dan prajurit Cina. Beliau juga menikahi seorang
putri Cina yang bernama Nyi Ong Tin. Cara berdakwah sunan dilakukan dengan pertunjukan
kesenian. Jika seseorang ingin melihat pertunjukan seni sunan maka sebelumnya harus
melafalkan dua kalimat syahadat.
Pada tahun 1487, Sunan Gunung Jati diangkat menjadi seorang sultan di Cirebon. Sunan
memiliki pergaulan yang luas dengan walisongo lainnya. Saat menjadi sultan di Cirebon,
hubungan dengan Cina semakin erat. Sunan mengajarkan gerakan salat yang memiliki manfaat
yang sama dengen terapi akupuntur ringan. Akupuntur pernah dipelajari ketika sunan
mengembara ke Cina.
Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1569, tepatnya tanggal 19 September. Usianya mencapai
121 dan dimakamkan di gunung Sembung. Gunung ini berada di desa Astana, Cirebon.
Makamnya juga merupakan salah satu wisata religi yang banyak dikunjungi masyarakat hingga
saat ini.

ARTI NAMA WALI SONGO

Walisongo
Nama walisongo masih terkenang hingga saat ini di kalangan masyarakat luas. Julukan
walisongo ini diberikan kepada 9 orang wali yang berjasa besar dalam penyebaran agama Islam
di Indonesia pada zaman dahulu.  Wali songo terdiri dari dua kata yaitu wali dan songo, yang
artinya wali adalah wakil dan songo adalah sembilan.
Menurut agama Islam adanya istilah waliyullah atau wali Allah mempunyai makna yang dekat
dengan kekasih Allah. Oleh karena itu, secara bahasanya arti wali songo adalah sembilan wali
Allah. Sembilan orang yang termasuk dalam wali songo dijuluki sebagai sunan yang berjasa
dalam menyebarkan ajaran agama Islam di Indonesia khususnya di tanah Jawa.
KAROMAH DAN KESAKTIAN SALAH SATU WALI SONGO
Walisongo
Setiap wali memiliki gaya dan cara yang unik untuk memikat hati para masyarakat, bangsawan,
musuh dan lain sebagainya untuk memeluk Islam tanpa adanya paksaan sama sekali. Seperti
halnya seorang Brahmana yang ingin menantang dengan mengadu keilmuannya dengan sunan
Bonang. Namun saat di tengah perjalanan kapal yang di naiki oleh Brahmana dan muridnya
tenggelam.
Hingga akhirnya sang Brahmana terdampar di pesisir laut pantai Tuban. Ketika mereka sadar
ada seorang yang memakai jubah putih berjalan dan mendekatinya itu menancapkan tongkatnya,
dan beberapa menit kemudian beliau mencabut tongkatnya tersebut kemudian keluar air dan
membawa buku-buku Brahmana yang tenggelam.
Sementara itu, murid-murid sang Brahmana merasa kehausan. Hingga akhirnya murid-murid
tersebut memandang air jernih yang terpancar tersebut untuk meminumnya, namun sang
Brahmana khawatir air tersebut memabukkan, lalu yang terjadi adalah air tersebut sangat segar
dan kemudian sang Brahmana ikut meminumnya.
Berbagai kejadian tersebut, hingga akhirnya sang Brahmana dan muridnya masuk Islam tanpa
paksaan dengan sendirinya. Dan mereka menjadi murid sunan Bonang.
PENGARUH WALI SONGO DALAM BUDAYA NUSANTARA

Walisongo
Para walisongo tidak hidup persis secara bersamaan, namun hubungan mereka layaknya saudara,
teman, guru dan murid, Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua, sunan Ampel merupakan
putra dari Maulana Malik Ibrahim, sunan Giri yang juga merupakan keponakan dari Maulana
Malik Ibrahim dan sepupu dengan sunan Ampel.
Sunan Bonang dan sunan Derajat merupakan putra dari sunan Ampel, sunan Kalijaga
merupakan murid sekaligus teman dari sunan Bonang. Sunan Muria merupakan putra dan sunan
Kalijaga, sunan Kudus merupakan murid dari sunan Kalijaga, dan sunan Gunung Jati merupakan
sahabat dari para sunan lainnya, kecuali Maulana Malik Ibrahim karena lebih dahulu meninggal.
Mereka semua merupakan para pembaharu masyarakat pada masanya, mereka mengenalkan
berbagai bentuk peradaban baru seperti halnya bercocok tanam, berdagang, kebudayaan,
kesenian, kesehatan, kemasyarakatan hingga pemerintahan, meski demikian sebelum Islam
masuk ke bumi Nusantara sudah banyak suku, bangsa, organisasi, sosial budaya, ekonomi yang
berkembang.
Era Wali Songo merupakan era berakhirnya kerajaan Hindu-Budha dalam budaya Nusantara di
gantikan dengan kebudayaan Islam. Saat itulah peranan walisongo sangat penting dalam
menyebarluaskan Islam di tanah Jawa, beberapa metode yang di gunakan walisong adalah
akulturasi Islam dengan adanya budaya-budaya lokal Nusantara saat itu.

PERAN WALISONGO DALAM MENYEBARLUASKAN AJARAN AGAMA ISLAM


Walisongo
Beberapa peran walisongo dalam menyebarkan ajaran agama Islam di antaranya adalah sebagai
pelopor penyebar luasan agama Islam kepada masyarakat yang belum banyak mengenal ajaran
agama Islam di daerahnya masing-masing, sebagai pejuang yang gigih dalam membela dan
mengembangkan agama Islam di masa hidupnya.
Sebagai orang yang ahli dalam bidang agama Islam, sebagai pemimimpin agama Islam di setiap
daerah yang di pimpinnya, sebagai guru agama Islam yang gigih mengajarkan agama Islam
kepada setiap muridnya, sebagai kyai yang menguasai ajaran Islam secara luas dan sebagai
tokoh masyarakat yang disegani di masa hidupnya
.
MAKAM WALISONGO DI TANAH JAWA

Walisongo
kesembilan wali tersebut di kenang atas jasa-jasanya, selain itu mereka di kenal sebagai tokoh
penting Indonesia, oleh karena itu hingga saat ini adanya tradisi ziarah ke makam wali songo
menjadi rutin di lakukan oleh kebanyakan orang masyarakat Jawa pada khususnya. Dalam
menyebarkan ajaran Islam setiap wali singgah di daerah yang berbeda-beda, dan mengabdikan
diri hingga wafat.
Makam sunan Ampel ini berada di kawasan wisata budaya Surabaya yang berdekatan dengan
area pecinan kya-kya Kembang Jepun dan kampung Arab di Jawa Timur. Sunan Giri dan sunan
Gresik makamnya berada di Kota yang sama yaitu kota Gresik, namun sunan Giri letaknya di
puncak sebuah bukti kebomas Gresik, sedangkan sunan Gresik berada di dekat dengan pusat
kota Gresik.
Sang legenda pemilik tembang tombo ati yaitu sunan Bonang ini makamnya berada di seberang
masjid Agung Tuban, tepatnya di salah satu sisi alun-alun kota Tuban, Jawa Timur. Sedangkan
makam dari sunan Derajat berada di daerah wisata Lamongan bukit tinggi dan di kelilingi oleh
pepohonan yang luas. Sunan Kudus makamnya di letakkan di tengah bangunan yang
menyerupai joglo.
Makam sunan Muria berada di gunung Muria Jepara, untuk makamnya sunan Kalijaga berada di
pinggiran kota Demak, namun cukup dekat dengan kompleks pemakaman kerajaan Demak.
Makam tersebut menjadi wisata sejarah dan religi populer di Demak. Sedangkan sunan Gunung
Jati makamnya berada di Cirobon, dan makamnya di hiasi beberapa ornamen budaya Tiangkok.
Sumber literatur sejarah yang beragam setidaknya harus di mengerti dan pahami isi kandungan
ajaran Islam dan kebaikan yang tersirat di dalamnya dengan baik. Meski zaman telah berubah
dan berkembang saat ini, sudah sepatutnya sebagai penerus harus menghargai sejarah,
menghormati dan melanjutkan perjuangan para pendahulu. Jangan pernah lupakan sejarah.
TUGAS SEJARAH INDONESIA
BIOGRAFI WALISONGO
Nama : Nurul Fatimah
Kelas : X APH B
No Absen : 21

SMK NEGERI 1 PARON


TAHUN PELAJARAN 2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah dengan
judul Dakwah Walisongo ini dapat tersusun hingga selesai.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Ngawi,31 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR PUSTAKA

Sofwan, Ridin. 2004. Islamisasi di Jawa. Malang: UIN Press.

Sutrisno,  Budiono Hadi. 2007. Wali Songo. Yogjakarta: Media Pustaka.

Illahi, Wahyu dan Harjani Hefni. 2007. Sejarah Dakwah. Bandung: Kencana.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya tujuan dakwah Walisongo untuk menanamkan akidah ke dalam hati setiap
orang dengan sasaran masyarakat luas. Walisongo berdakwah dengan berbagai metode dan
hasilnya mayoritas orang Jawa menganut agama Islam. Dalam menyampaikan dakwah
Walisongo mengalami beberapa tantangan dan rintangan.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak dan tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

Biografi Walisongo

Arti nama Walisongo

Karomah dan kesaktian salah satu Walisongo

BAB II

Pengaruh Walisongo dalam pengaruh Nusantara

Peran Walisongo dalam menyebarluakan ajaran agama Islam

Makam Walisongo di tanah Jawa

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Saran

Anda mungkin juga menyukai