Anda di halaman 1dari 2

Sunan giri

Banyak orang Blambangan yang menganggap bahwa kelahiran Sunan Giri ini termasuk
pembawa kutukan. Kutukan yang dimasudkan yakni berupa wabah penyakit di kerajaan Blambangan.

Ketika masa kelahiran Sunan Giri ini dibuatkan sebuah sambutan yakni dengan membuatkan
peti terbuat dari besi untuk tempat bayi. Kemudian para pengawal kerajaan sengaja untuk
menghanyutkannya ke laut, ini dilakukan oleh Prabu Menak Sembuyu.

Tidak lama kemudian, akhirnya berita itu pun menyebar dan sampai di telinga sang Ibunya yakni
Dewi Sekardaru. Mendengar hal tersebut, Dewi Sekardadu langsung merasa syok dan tidak percaya
sampai berlari mengejar bayi yang barusaja dilahirkannya.

Saking paniknya dan khawatirnya dengan keadaan sang bayi, membuat Dewi Sekardadu tidak
peduli siang atau malam menyusuri pantai. Bahkan, beliau tidak memikirkan lagi akan nasib dirinya lagi.
Sampai pada suatu ketika, Dewi Sekardadupun meninggal dalam masa pencariannya.

Ternyata, Peti besi yang berisi bayi Sunan Giri tersebut masih selamat dan terombang-ambing
oleh ombak laut sampai terbawa hinga ke tengah laut. Peti tersebut bahkan memancarkan cahaya
berkilauan seperti layaknya kapal kecil di tengah laut.

Pada suatu ketika ada sekelompok awak kapal (pelaut) yang hendak berdagang ke pulau Bali.
Karena merasa penasaran dengan cahaya yang berkilauan dari jauh tersebut, membuat pelaut
menghampirinya. Ternyata, setelah dihampiri lalu mengambil dan membuka peti yang bersinar tersebut
merasa terkejut.

Isi dari peti tersebut adalah seorang bayi molek, lincah, gagah dan bercahaya. Awak kapal itu
pun merasa senang kemudian memutar haluan kembali pulang ke Gresik. Hal ini tidak lain untuk
memberikan yang sudah dia temukan tersebut kepada Nyai Gede Pinatih.

Nyai Gede Pinatih melihat bayi yang lucu dan mungil tersebut merasa senang dan berniatan
untuk merawat bayi tersebut. Kemudian bayi tersebut diangkat sebagai anak dengan memberikan nama
Joko Samudra. Pasalnya, Nyai Gede Pinatih ini merupakan seorang saudagar perempuan di Gresik
sebagai pemilik kapal.

Seiring dengan berjalannya waktu, Sunan Giri memasuki usia remaja dan semakin tumbuh besar.
Ketika memasuki usianya yang 12 tahun, Joko Samudra ini dibawa oleh ibunya ke Surabaya untuk
berguru tentang ilmu agama kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel) atas permintaannya sendiri.

Hanya beberapa waktu setelah mengajar, Sunan Ampel bisa langsung mengetahui identitas
sebenarnya dari Sunan Giri. Bahkan, menjadi murid kesayangan sampai pada akhirnya beliau
mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang), untuk mendalami agama Islam di Pasai.
Hal tersebut dilakukan sebelum Sunan Ampel menunaikan keinginannya untuk melaksanakan
ibadah Haji. Kemudian, mereka diterima dengan senang hati oleh Maulana Ishaq yang tidak lain adalah
ayahnya sendiri. Dari ini kemudian, Joko Samudra mengetahui bagaimana sebenarnya cerita terkait
jalan hidupnya pada masa kecil dulu.

Selama tiga tahun berguru kepada ayahnya, kemudian Raden Paku atau lebih dikenal Raden
‘Ainul Yaqin kemudian mendapatkan perintah dari gurunya untuk kembali ke tanah Jawa.

Bekal agama yang diberikan oleh ayahandanya tersebut yang digunakan sebagai contoh tempat
yang diinginkannya. Kemudian. dari Raden ‘Ainul Yaqin berkelana untuk berusaha mencari dimana letak
tanah yang dimaksudkan yang diberikan oleh ayahanya tersebut.

Kemudian setelah bertafakkur dan meminta pertolongan serta petunjuk dari Allah SWT, turun
petunjuk dengan ada sebuah cahaya. Tanpa ragu lagi, lasung didatangilah cahaya tersebut dan di lihat
kesamaanya. Ternyata memang benar bahwa itu sama dengan tanah yang diberikan oleh ayahnya.

Setelah mendapatkan bukti tersebut, kemudian sudah yakin dan memutuskan untuk mendirikan
pondok pesantren Giri. Tepatnya ada di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas, Gresik pada
tahun Saka nuju tahun Jawi Sinong milir (1403 Saka). Pondok Pesantren inilah yang merupakan pondok
pesantren pertama yang ada di kota Gresik.

Apabila di lihat dari asal bahasanya, giri artinya gunung. Dari situlah kemudian, dia dikenal oleh
masyarakat dengan sebutan Sunan Giri. Selain itu, pondok pesantren Giri ini terkenal sebagai salah satu
pusat penyebaran agama Islam di Jawa.

Bahkan memberikan pengaruh besar ke berbagai kota Madura, Lombok, Kalimantan, Sumbawa,
Sumba, Flores, Ternate, Sulawesi dan Maluku.

Melihat pengaruh yang begitu besar dan semakin luas, maka dari itu Raden Paku ini mendapat
julukan sebagai Raja dari Bukit Giri. Hal ini membuat perkembangan semakin pesat dengan adanya
pesantren Giri kemudian berkembang menjadi kerajaan yang disebut Giri.

Kerajaan Giri Kedaton akhirnya berhasil menguasai daerah Gresik dan sekitarnya yakni selama
beberapa generasi. Namun, pada akhirnya ini ditumbangkan oleh Sultan Agung. Di samping itu, ada
beberapa karya seni tradisonal yang berhasil diciptakan.

Daerah Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, sehingga berhasil
menciptakan berbagai permainan-permainan anak. Beberapa permainan diantaranya yakni Jelungan,
Jor, Gula-ganti, Lir-ilir dan Cublak Suweng. Selain itu ada pula beberapa gending (lagu instrumental Jawa)
seperti pada Asmaradana dan Pucung.

Anda mungkin juga menyukai