Siti Riza Azmiyati, Widya Hary Cahyati, Oktia Woro Kasmini Handayani
Abstract
In Central Java Province, Semarang City has more street children than other cities. The cir-
cle of society among street children which is quite free cause they ease to do negative things
like drugs abuse. This study was carried out to know drugs abuse behaviour of street chil-
dren in Semarang City. This was a qualitative research. Informants selected using purposive
sampling continued by snowball sampling. The informants were 6 street children had drugs
abuse behaviour, 6 close friends/ family of them, and 3 employee of RPSA in Semarang.
Data items were collected by indepth interview and observation methods. Data items were
analyzed by descriptive analysis presented in narration. The result showed that street chil-
dren used drugs everyday in the street, under bridges, houses, and in their workplaces with
their friends. Some types of drug that street children used were dextro pills, BI pills, kasaran
pills, glue, alcohol, and cigarettes. Drugs bought at pharmacies store, drugs suppliers, con-
struction stores, minimarkets, and small shops. The range prices of the drugs amount IDR
5.000-20.000. There were desire to stop their drugs abuse behavior, but the society circles
among street children which was quite free caused it was hard.
138
Siti Riza Azmiyati, Widya Hary Cahyati, Oktia Woro Kasmini Handayani / KEMAS 9 (2) (2014) 137-143
jalanan dan orang tua anak jalanan. Namun, lembar observasi dan alat perekam. Uji keab-
hingga saat ini masalah anak jalanan ini be- sahan data dilakukan dengan teknik triangulasi
lum dapat teratasi. Hal ini terlihat dari semakin sumber, yaitu dengan cara membandingkan
meningkatnya jumlah anak jalanan dari tahun hasil wawancara antara anak jalanan pengguna
ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengeta- NAPZA dengan hasil observasi yang telah pe-
hui gambaran penggunaan NAPZA pada anak neliti lakukan dan melakukan wawancara den-
jalanan di Kota Semarang. gan teman dekat/ kerabat anak jalanan peng-
guna NAPZA dan pengurus RPSA atau yayasan
Metode yang menaungi anak jalanan di Kota Semarang
untuk mengecek kebenaran jawaban anak jala-
Penelitian ini menggunakan metode nan pengguna NAPZA.
penelitian kualitatif. Teknik pengambilan in- Teknik analisis data dalam penelitian
forman menggunakan purposive sampling di- ini menggunakan teknik analisis data model
lanjutkan snowball sampling. Teknik purposive Miles dan Huberman, yaitu analisis data secara
sampling berarti informan dipilih berdasar- induktif. Analisis dimulai dari pengumpulan
kan pertimbangan atau kriteria tertentu yang data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi
dipandang dapat memberikan data secara data.
maksimal. Selanjutnya, berdasarkan data atau
informasi yang diberikan oleh informan sebe- Hasil dan Pembahasan
lumnya, peneliti menetapkan informan lainnya
yang dipertimbangkan akan mem-berikan data Karakteristik Anak Jalanan
yang lebih lengkap begitu seterusnya (snowball Praktik Penggunaan NAPZA pada Anak Jala-
sampling). Pemilihan informan dihentikan bila nan
data sudah mengalami redundancy atau jenuh, Berdasarkan hasil penelitian ini, semua
yaitu apabila ditambah informan lagi tidak informan (100%) menyatakan bahwa mereka
akan memberikan informasi baru. sudah lama menggunakan NAPZA, Mereka
Informan dalam penelitian ini berjum- bahkan lupa sejak kapan tepatnya mulai meng-
lah 15 orang yang terdiri dari 6 anak jalanan gunakan NAPZA. Namun, mayoritas informan
pengguna NAPZA, 6 teman dekat/ kerabat menyatakan mulai menggunakan NAPZA sete-
anak jalanan pengguna NAPZA, dan 3 Pengu- lah mereka bekerja di jalan. Ada informan yang
rus RPSA/ yayasan yang menaungi anak jala- menggunakan NAPZA setiap hari pada pagi,
nan di Kota Semarang. siang dan malam (66,67%), seminggu 3 kali
Pengumpulan data dilakukan dengan atau lebih (16,67%), dan menggunakan NAP-
cara wawancara mendalam dan observasi. Alat ZA bila mempunyai uang (16,67%).
bantu yang digunakan dalam pengumpulan Kebiasaan anak jalanan mengenal dan
data adalah panduan wawancara mendalam, menggunakan NAPZA diawali dari proses
139
Siti Riza Azmiyati, Widya Hary Cahyati, Oktia Woro Kasmini Handayani / KEMAS 9 (2) (2014) 137-143
coba-coba dan ajakan teman dimulai sejak di- (Logan B.K, et al, 2009: 101). Sebelum bekerja,
rinya turun ke jalan menjadi anak jalanan. Sete- informan menggunakan pil dextro sebanyak 17
lah mengenal NAPZA hampir setiap hari anak- pil. Jadi, rata-rata informan menggunakan 255
anak jalanan menggunakan NAPZA bersama mg setiap harinya. Efeknya informan merasa
teman-temannya sesama anak jalanan setelah staminanya bertambah kuat sehingga bekerja
seharian bekerja (Wahyuni S & Ellyn S.D, 2009: di jalan seharian tidak merasa lelah. Informan
13). umumnya merasa kaki mereka tidak terkon-
Berbagai tempat/ fasilitas umum menja- trol, dimana timbul keinginan untuk selalu
di tempat bagi informan untuk menggunakan berjalan dan tidak mengantuk. Namun, bila di-
NAPZA, seperti di pinggir jalan, bawah jem- pakai untuk berlari mereka mengalami kesusa-
batan, rumah, dan di tempat informan bekerja han (hilangnya koordinasi gerak tubuh). Selain
setiap harinya, yaitu di Tugu Muda Semarang itu, pil dextro juga membuat perasaan senang,
dan lampu merah perempatan Kaligarang. Dari meskipun rasanya mual.
6 informan, sebanyak 4 informan (66,67%) Pil kasaran adalah obat penenang yang
menyatakan bahwa kadang mereka menggu- menyebabkan badan menjadi lemas, rileks,
nakan NAPZA sendiri dan kadang bersama kepala pusing, halusinasi, dan emosi bertam-
teman. Sedangkan 2 informan (33,33%) menyata- bah. Menurut salah satu pengurus RPSA, pil
kan mereka selalu menggunakan NAPZA ber- kasaran merupakan nama sandi yang diguna-
sama teman. kan oleh anak jalanan untuk menyebut pil trihek
Dari hasil observasi terhadap 2 in- atau trihexyphenidyl (THP). Trihexyphenidyl
forman, diketahui bahwa informan meng- adalah obat yang digunakan untuk pengobatan
gunakan NAPZA yaitu minuman keras dan penyakit parkinson dan meringankan efek
lem di tempat informan bekerja, yaitu di Tugu samping dari antipsikotik. Trihexyphenidyl
Muda Semarang. Dua botol minuman keras di- banyak disalahgunakan baik oleh pasien penyakit
minum sekitar 4-5 anak, sedangkan lem hanya parkinson maupun pihak-pihak lain, termasuk
membeli 2 kaleng. Lem digunakan dengan cara remaja dan anak jalanan. Efek penyalahgunaan
memasukkan kaleng lem ke dalam baju/ kaos pil trihex antara lain euforia, gembira, peruba-
kemudian baju/ kaos berisi lem tersebut ditem- han mental, halusinasi, dan lebih berani (Amin,
pelkan ke hidung. Jadi orang yang melihat tidak N.M. & Danial S, 2013: 3-5).
akan menyadari bahwa mereka sedang meng- Jenis NAPZA berikutnya adalah pil BI
hirup lem. atau Buto Ijo. Anak jalanan menyebutnya pil
Sebagian besar informan menyatakan Buto Ijo (BI) karena pada pil tersebut terdapat
bahwa mereka telah mencoba menggunakan gambar monster berwarna hijau. Menurut in-
berbagai jenis NAPZA, seperti pil dextro, pil forman, pil BI menyebabkan emosi bertambah
BI (Buto Ijo), pil kasaran, lem, minuman keras, besar dan tidak bisa mengontrol diri. Efek pil
dan rokok. Namun NAPZA yang informan gu- BI bertahan lama, bisa mencapai 3 hari. Bila in-
nakan masih sebatas pil psikotropika golongan forman menggunakan pil BI biasanya berujung
IV dan zat adiktif lain. Banyaknya jenis NAP- pada perkelahian. Pil BI sebenarnya adalah pil
ZA yang informan konsumsi dikarenakan in- riklona. Pil riklona mengandung clonazepam
forman penasaran ingin mengetahui rasa dan yang merupakan golongan obat dari benzodi-
efek dari masing-masing jenis NAPZA. azepine. Golongan obat benzodiazepine (Clon-
Pil dextro atau dextrometorphan (DMP) azepam) merupakan kelompok obat yang dise-
merupakan obat batuk namun kini sering disalah- but depresan sistem saraf pusat (SSP). Depresan
gunakan. Pada anak jalanan, pil dextro sering SSP merupakan obat yang dapat memperlam-
disebut “nasi kuning.” Penggunaan nama sandi bat sistem saraf. Clonazepam digunakan sendi-
ini digunakan agar orang awam tidak mengeta- ri atau bersama dengan obat lain untuk mengo-
hui bahwa informan menggunakan NAPZA. bati gangguan kejang tertentu, misalnya sindrom
Dosis wajar penggunaan pil dextro adalah 90- Lennox Gastaut. Clonazepam merupakan salah
120 mg perhari untuk orang dewasa. Setiap satu obat dari resep dokter yang paling banyak
pil dextro rata-rata berdosis 15 mg, sehingga disalahgunakan. Efek clonazepam antara lain
penggunaan pil dextro maksimal 8 pil sehari sedasi yang tinggi, pusing di kepala, gangguan
140
Siti Riza Azmiyati, Widya Hary Cahyati, Oktia Woro Kasmini Handayani / KEMAS 9 (2) (2014) 137-143
koordinasi, depresi, kelelahan, dan kejang. Efek ZA bersifat multidrugs, yaitu beberapa jenis
dari clonazepam juga akan meningkat jika di- NAPZA digunakan sekaligus. Hal ini sesuai
gabungkan dengan alkohol, bahkan bisa me- dengan hasil penelitian yang menemukan bah-
nyebabkan kematian (Sarkis S, 2012: 9-10). wa umumnya informan mencampur beberapa
Lem menurut informan menyebabkan jenis NAPZA dalam sekali menggunakan agar
halusinasi seperti bermimpi, pikiran tidak efek yang ditimbulkan lebih kuat. Misalnya pil
fokus, membuat senang, dan pusing. Penggu- dextro atau pil trihek diminum menggunakan
naan lem (inhalansia) secara terus-menerus minuman keras. Pemakaian dengan cara ini
dapat merusak liver, ginjal, darah, dan sum- jauh lebih berbahaya dibandingkan penggu-
sum tulang. Secara psikologis lem menyebab- naan satu jenis NAPZA (Moeliono, 2003: 44).
kan lupa, sukar berpikir, perasaan tertekan, si-
kap bermusuhan, dan sikap curiga. Inhalansia Ketersediaan NAPZA
merupakan zat yang sangat berbahaya karena Perbedaan jenis NAPZA yang diguna-
dapat menimbulkan kelemahan jantung, meru- kan informan juga selaras dengan tempat in-
sak otak, dan kematian mendadak. Inhalansia forman mendapatkan NAPZA. Pil dextro dan
menimbulkan toleransi tinggi, sehingga orang pil kasaran diperoleh dari apotek. Pil BI diper-
perlu menghirup lebih banyak untuk menda- oleh melalui pengedar NAPZA. Lem diperoleh
patkan efek yang sama (Moeliono: 2003: 26). di toko besi, toko bangunan, dan minimarket.
Minuman keras (alkohol) menurut in- Sedangkan minuman keras dan rokok diper-
forman rasanya pahit, menyebabkan mabuk, oleh di warung. Untuk pil dextro memang di-
kepala pusing, pikiran tidak fokus, dan masalah jual bebas di apotek, namun untuk pil kasaran/
seolah hilang. Alkohol mempunyai sifat me- pil trihek/ THP tergolong dalam daftar G atau
nenangkan sistem saraf pusat, mempengaruhi obat keras yang membelinya harus dengan re-
fungsi tubuh maupun perilaku seseorang, sep dokter, tidak diperjualbelikan dengan be-
mengubah suasana hati dan perasaan. Alkohol bas. Untuk membeli THP, informan biasanya
mempengaruhi sistem saraf pusat sedemiki- memalsukan resep obat THP untuk orang gila.
an rupa sehingga kontrol perilaku berkurang Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu
(Moeliono, 2003: 19). Jika digunakan sebagai pengurus RPSA yang menyatakan untuk men-
campuran dengan narkotika atau psikotropika dapatkan THP anak jalanan biasanya mencari
maka alkohol dapat memperkuat pengaruh resep obat THP dari keluarga orang gila dan
obat/ zat itu dalam tubuh manusia. menebusnya di apotek dengan mengaku seba-
Sedangkan rokok membuat informan gai keluarganya. Selain itu ada pula anak jala-
merasa tenang, santai, dan paru-parunya terasa nan yang memalsukan resep THP agar bisa me-
hangat. Bila tidak merokok, informan merasa nebus obat tersebut di apotek.
mulutnya pahit sehingga setiap hari informan Informan umumnya membeli jenis
selalu merokok. Rokok terbuat dari tembakau NAPZA yang tergolong murah, yaitu kisaran
dan mengandung berbagai macam zat toksin harga Rp 5.000-20.000. Harga pil dextro Rp
yang bersifat karsinogenik, seperti nikotin, tar, 5.000 berisi 17 butir. Harga pil BI Rp 20.000
gas karbonmonoksida (CO), dan timah hitam berisi 1 butir. Harga lem Rp 5.000-12.000 per
(Pb). Kebiasaan merokok dapat menyebabkan kaleng. Harga rokok Rp 10.000-15.000. Harga
berbagai penyakit seperti kanker paru, penyak- minuman keras Rp 10.000 per botol. Harga pil
it jantung koroner, penyakit vascular perifer, kasaran Rp 15.000-17.000 berisi 10 butir. Hal
dan stroke. Tembakau merupakan penyebab ini sesuai dengan penelitian (Moeliono, 2003:
kematian nomor dua di dunia, sekitar 5 juta ke- 44) yang menyatakan bahwa selain bersifat
matian setiap tahun. Kebanyakan perokok mu- multidrugs, pola penggunaan NAPZA di Indo-
lai menggunakan rokok pada masa anak-anak nesia juga berdasarkan kelas sosial. Jenis NAP-
atau masa remaja. Sebanyak 75% perokok de- ZA yang relatif murah seperti lem, thinner,
wasa menyatakan mulai merokok ketika beru- pil psikotropika, dan ganja banyak digunakan
sia 11-17 tahun (Syahdrajat T, 2007: 184-186; orang-orang dari kelas sosial ekonomi rendah.
Riska, 2012). Kelas sosial ekonomi tinggi biasanya mampu
Di Indonesia, pola penggunaan NAP- membeli NAPZA yang lebih mahal seperti ekstasi
141
Siti Riza Azmiyati, Widya Hary Cahyati, Oktia Woro Kasmini Handayani / KEMAS 9 (2) (2014) 137-143
142
Siti Riza Azmiyati, Widya Hary Cahyati, Oktia Woro Kasmini Handayani / KEMAS 9 (2) (2014) 137-143
143