Anda di halaman 1dari 6

UPAYA SUNAN BONANG DAN SUNAN GIRI DALAM

MENYEBARKAN AJARAN ISLAM

Disusun oleh:
Nama : 1. Mira Anggraini 3. Shevira Ayudia
2. Reza Amelia 4. Zaqia Salma
Kelas : IX B
Mapel : SKI
Nama guru: Drs Wawan Gunawan

MTS NURUL HUDA


Jl. Letnan Arsyad Raya No.81, RT.003/RW.025, Kayuringin Jaya, Kec. Bekasi
Sel., Kota Bekasi, Jawa Barat 17144
DAFTAR ISI

Daftar Isi...............................................................................................1
Bab I. Upaya Sunan Bonang dalam menyebarkan ajaran Islam...........2
a. Biografi..................................................................................2
b. Perjuangan Sunan Bonang dalam berdakwah........................2
c. Kesimpulan............................................................................3
Bab II. Upaya Sunan Giri dalam menyebarkan ajaran Islam...............4
a. Biografi..................................................................................4
b. Perjuangan Sunan Giri dalam berdakwah..............................4
b. Kesimpulan............................................................................5
BAB I
UPAYA SUNAN BONANG DALAM MENYEBARKAN AJARAN ISLAM
a. Biografi
Sunan Bonang (Syaikh Maulana Makhdum Ibrahim atau Raden Makhdum Ibrahim)
merupakan putra dari Sunan Ampel yang diberi perintah untuk melaksanakan dakwah
mengajarkan agama Islam di daerah Rembang, Lasem, dan daerah Tuban. Lahir pada tahun
1465 Masehi Raden Makhdum dipercaya Sunan Ampel untuk menjadi wall yang besar suatu
saat nanti. Sehingga Raden Makhdum dilatih sejak kecil dalam masalah agama Islam oleh
Ayahnya.
Berkat ilmu yang ditularkan oleh ayahnya, Raden Makhdum Ibrahim sudah mulal
berdakwah pada usia remaja di Pasai bersama Raden Paku. Selain mereka berdakwah di
Pasal, mereka juga berguru kepada beberapa ulama tasawuf besar di Pasal. Sejak kecil. Sunan
Bonang sudah diberi pelajaran agama Islam secara tekun dan disiplin oleh ayahnya yang juga
seorang anggota Wali Sanga. Sudah bukan rahasia lagi bahwa latihan para wali lebih berat
daripada umumnya. Ia adalah calon wali terkemuka, maka Sunan Ampel mempersiapkan
pendidikan sebaik mungkin sejak dini.
Suatu hari disebutkan bahwa Raden Makhdum Ibrahim dan Raden Paku sewaktu
masih remaja meneruskan pelajaran agama Islam hingga ke tanah seberang, yaitu Pasai,
Aceh. Keduanya menambah pengetahuan kepada ayah kandung Sunan Giri yang bernama
Syaikh Maulana Ishaq, Mereka juga belajar kepada para ulama besar yang menetap di Pasai,
seperti para ulama tasawuf yang berasal dari Bagdad, Mesir, Arab, Persia, atau Iran.
b. Perjuangan Sunan Bonang dalam berdakwah
Setelah mereka berguru di Pasai, Raden Makhdum dan Raden Paku pulang ke tanah
Jawa. Setelah sampai di tanah Jawa, mereka berpisah menuju daerahnya masing-masing,
Raden Paku kembali ke Gresik dan mendirikan sebuah pesantren di daerah Giri. Sehingga
Raden Paku dikenal dengan sebutan Sunan Giri.
Raden Makhdum akhirnya melanjutkan perintah ayahnya untuk berdakwah di daerah
Rembang, Tuban, dan Lasem. Perjuangan Sunan Bonang tidak terlalu sulit karena masyarakat
langsung menerima ajaran yang diajarkan oleh Raden Makhdum. Strategi yang dipakai
Raden Makhdum adalah menggunakan media kesenian untuk berdakwah. Sunan Bonang
menggunakan media karya seni untuk berdakwah. Musik merupakan media yang dilakukan
Sunan Bonang untuk menyampaikan teori-teori Islam kepada masyarakat. Alat musik yang
digunakan Sunan Bonang berupa gamelan yang diberi nama bonang. Beliau membunyikan
alat musiknya sangat merdu dan menarik simpati setiap orang yang mendengarnya. Sehingga
Sunan Bonang tinggal mengisi ajaran-ajaran Islam kepada mereka. Sunan Bonang juga
menggunakan media karya sastra untuk berdakwah. Sunan Bonang menciptakan sebuah
karya sastra yang disebut suluk. Sehingga karya sastra tersebut dianggap sebagai karya sastra
yang sangat hebat sampai sekarang. Karya sastra tersebut disimpan di Universitas Leiden,
Belanda. Raden Makhdum selalu berdakwah walau usianya sudah tua. Ketika berdakwah di
Pulau Bawean, Sunan Bonang meninggal dunia Kabar ini langsung disebarluaskan kepada
seluruh masyarakat Jawa. Murid-murid asuhan Sunan Bonang berdatangan dan memberikan
penghormatan terakhir untuk Sunan Bonang.
Beliau hendak dimakamkan di daerah Bawean atas keinginan murid-murid Sunan
Bonang yang berasal dari Bawean. Tapi murid yang berasal dari Madura meminta agar Sunan
Bonang dimakamkan di dekat makam ayahnya, yaitu Sunan Ampel di Surabaya. Bahkan
murid dari Madura tidak mau kalah dalam mengasuh jenazah Sunan Bonang. Jenazah yang
sudah dibungkus dari Bawean akhirnya dibungkus lagi dengan kain kafan dari Surabaya.
c. Kesimpulan
1. Strategi yang dipakai Raden Makhdum adalah menggunakan media kesenian
untukberdakwah. Sunan Bonang menggunakan media karya seni untuk berdakwah. Musik
merupakan media yang dilakukan Sunan Bonang untuk menyampaikan teori-teori Islam
kepada masyarakat. Alat musik yang digunakan Sunan Bonang berupa gamelan yang
diberi nama bonang.
2. Sunan Bonang merupakan pribadi yang tekun dalam menimba ilmu.
3. Dalam berdakwah, penyampaian ajaran Islam dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat.
BAB II
UPAYA SUNAN GIRI DALAM MENYEBARKAN AJARAN ISLAM
a. Biografi
Sunan Giri atau Raden ‘Ainul Yaqin (Raden Paku) merupakan putra dari seorang
mubalig Islam dari Asia Tengah yang menikah dengan Dewi Sekardadu. Dewi Sekardadu
adalah putri Prabu Menak Sembuyung sang penguasa wilayah Blambangan. Kelahiran Raden
Paku dianggap membawa petaka berupa wabah penyakit di wilayah Blambangan, Pasai.
Sehingga Dewi dipaksa Prabu Menak Sembuyung (ayahnya) untuk membuang Raden Paku
yang masih bayi. Dewi Sekardadu akhirnya membuang putranya ke Selat Bali. Kemudian
Raden Paku ditemukan oleh sekelompok awak kapal, yaitu Sabar dan Sobir. Bayi tersebut
dibawa ke daerah Gresik. Saat tiba di Gresik, Raden Paku diangkat menjadi anak dari
saudagar kapal, Nyai Gede Pinatih. Karena ditemukan di laut, Raden Patah saat itu
dinamakan Joko Samudra.
Ketika masa remaja, Joko Samudra diperintahkan oleh ibunya untuk berguru kepada
Sunan Ampel. Setelah tidak lama mengajar Raden Paku, Sunan Ampel mengetahu siapa Joko
Samudra yang sesungguhnya. Sehingga Joko Samudra bersama Sunan Borang dikirim
menuju Pasai untuk mendalami ajaran Islam. Setelah sampai di Pasai, mereka diterima oleh
Maulana Ishaq, yaitu ayah Joko Samudra sendiri. Di sinilah Joko Samudra mengetahui nama
dia yang sesungguhnya, yaitu Raden Paku. Raden Paku juga mengetahui asal mula kenapa
dia dibuang dari Blambangan.
b. Perjuangan Sunan Giri dalam berdakwah
Setelah tinggal di Pasai selama tiga tahun, Raden Paku dan Sunan Bonang
dipersilakan kembali ke tanah Jawa. Ayatnya memberikan sebuah bungkusan kain kecil yang
berisi tanah. Ayah Raden Paku berpesan kepada anaknya untuk membangun sebuah
pesantren di Gresik dengan mencari tanah yang sama persis dengan tanah yang ada di
bungkusan itu. Akhirnya mereka berdua kembali ke tanah Jawa dan melaporkan semua
pembelajarannya kepada Sunan Ampel. Lalu Sunan Ampel memerintahkan Sunan Bonang
untuk berdakwah di Tuban, sedangkan Raden Paku diperintahkan untuk pulang ke Gresik.
Setelah tiba di Gresik, Raden Paku mendirikan sebuah pesantren. Raden paku
memulai perjalanannya mencari tempat yang cocok untuk membangun pesantren sesuai
pesan ayahnya. Setelah berjalan jauh, Raden Paku sampai di sebuah tempat yang sejuk dan
membuat hatinya damai. Dia mencocokkan tanah yang dibawa dengan tanah di tempat itu.
Ternyata hasilnya sama persis. Kemudian Raden Paku mendirikan pesantren di tempat
tersebut. Desa tersebut bernama Desa Sidomukti. Karena pesantren terletak di dataran tinggi,
maka pesantren tersebut diberi nama Pesantren Giri. Pesantren Giri bisa terkenal sampai ke
seluruh Nusantara hanya dalam waktu 3 tahun. Raden Paku memiliki 2 orang istri, yaitu
Dewi Murtasiha (Putri dari Sunan Ampel) dan Dewi Wardah (Putri Ki Ageng Bungkul). Atas
terkenalnya Pesantren Giri, banyak murid-murid baru masuk ke Pesantren Giri. Hal ini
membuat semakin mudah Sunan Giri untuk berdakwah.
Sunan Giri sangat berpengaruh besar bagi kerajaan Islam di Jawa maupun di luar
Jawa. Sunan Giri juga mendirikan sebuah kerajaan yang diberi nama Giri Kedaton. Giri
Kedaton atau Kerajaan Giri bertahan selama 200 tahun.
Sunan Giri dimakamkan di sebuah bukit di Dusun Kedaton, Desa Giri Gajah,
Kecamatan Kebonmas, Kabupaten Gresik. Kompleks makam ini berupa dataran bertingkat
tiga dengan bagian belakang paling tinggi. Di kanan kiri pintu gerbangnya terdapat hiasan
naga yang bermakna tahun 1428 Saka atau 1506 Masehi.
c. Kesimpulan
1. Raden Paku mendirikan sebuah pesantren di Gresik, Desa Sidomukti yang diberi nama
Pesantren Giri.
2. Raden Paku senantiasa bersifat jujur dan berani. Saat berdagang juga ia selalu
melaporkan hasil dagangannya kepada Nyai Ageng Pinatih dengan jujur.
3. Suka menolong kepada sesama walaupun harus berkorban materi yang banyak.
4. Taat kepada perintah ayahnya untuk membuka pesantren sesuai dengan tanah yang
diberikan kepadanya, serta menaati perintah gurunya, Sunan Ampel.
5. Dalam memutuskan sesuatu diawali dengan berpikir/bertafakur, selanjutnya memohon
izin kepada orang tua. Seperti halnya ketika beliau hendak mendirikan pesantren.

Anda mungkin juga menyukai