Anda di halaman 1dari 2

KESIMPULAN UPAYA SUNAN BONANG DALAM MENYEBARKAN AJARAN ISLAM

Sunan Bonang (Syaikh Maulana Makhdum Ibrahim atau Raden Makhdum Ibrahim)
merupakan putra dari Sunan Ampel yang diberi perintah untuk melaksanakan dakwah
mengajarkan agama Islam di daerah Rembang, Lasem, dan daerah Tuban. Lahir pada tahun
1945 Masehi.
Suatu hari disebutkan bahwa Raden Makhdum Ibrahim dan Raden Paku sewaktu masih
remaja meneruskan pelajaran agama Islam hingga ke tanah seberang, yaitu Pasai, Aceh.
Keduanya menambah pengetahuan kepada ayah kandung Sunan Giri yang bernama Syaikh
Maulana Ishaq.
Setelah Raden Makhdum dan Raden Paku berguru di Pasai, mereka pulang ke tanah
Jawa. Setelah sampai di tanah Jawa, mereka berpisah menuju daerahnya masing-masing.
Raden Paku kembali ke Gresik dan mendirikan sebuah pesantren di daerah Giri. Sehingga
Raden Paku dikenal dengan sebutan Sunan Giri.
Raden Makhdum akhirnya melanjutkan perintah ayahnya untuk berdakwah di daerah
Rembang, Tuban, dan Lasem. Perjuangan Sunan Bonang tidak terlalu sulit karena masyarakat
langsung menerima ajaran yang diajarkan oleh Raden Makhdum. Sunan Bonang menggunakan
media karya seni untuk berdakwah. Musik merupakan media yang dilakukan Sunan Bonang
untuk menyampaikan teori-teori Islam kepada masyarakat. Alat musik yang digunakan Sunan
Bonang berupa gamelan yang diberi nama bonang. Sunan Bonang menciptakan sebuah karya
sastra yang disebut suluk. Sehingga karya sastra tersebut dianggap sebagai karya sastra yang
sangat hebat sampai sekarang. Ketika berdakwah di Pulau Bawean, Sunan Bonang meninggal
dunia. Kabar ini langsung disebarluaskan kepada seluruh masyarakat Jawa. Murid-murid
asuhan Sunan Bonang berdatangan dan memberikan penghormatan terakhir untuk Sunan
Bonang.
Beliau hendak dimakamkan di daerah Bawean atas keinginan murid-murid Sunan
Bonang yang berasal dari Bawean. Tapi murid yang berasal dari Madura meminta agar Sunan
Bonang dimakamkan di dekat makam ayahnya, yaitu Sunan Ampel di Surabaya. Jenazah yang
sudah dibungkus dari Bawean akhirnya dibungkus lagi dengan kain kafan dari Surabaya.
KESIMPULAN UPAYA SUNAN GIRI DALAM MENYEBARKAN AJARAN ISLAM

Sunan Giri atau Raden Ainul Yaqin (Raden Paku) merupakan putra dari seorang
mubalig Islam dari Asia Tengah yang menikah dengan Dewi Sekardadu. Dewi Sekardadu
adalah putri Prabu Menak Sembuyung sang penguasa wilayah Blambangan.
Sunan Ampel memerintahkan Sunan Bonang untuk berdakwah di Tuban, sedangkan
Raden Paku diperintahkan untuk pulang ke Gresik. Setelah tiba di Gresik, Raden Paku
mendirikan sebuah pesantren. Raden Paku memulai perjalanannya mencari tempat yang cocok
untuk membangun pesantren sesuai pesan ayahnya. Setelah berjalan jauh, Raden Paku sampai
di sebuah tempat yang sejuk dan membuat hatinya damai. Dia mencocokkan tanah yang dibawa
dengan tanah di tempat itu. Ternyata hasilnya sama persis. Kemudian Raden Paku mendirikan
sebuah pesantren di tempat tersebut. Desa tersebut berama Desa Sidomukti. Karena pesantren
terletak di dataran tinggi maka pesantren tersebut diberi nama Pesantren Giri.
Pesantren Giri bisa terkenal sampai ke seluruh Nusantara hanya dalam waktu 3 tahun.
Raden Paku memiliki 2 orang istri, yaitu Dewi Murtasiha (Putri dari Sunan Ampel) dan Dewi
Wardah (Putri Ki Ageng Bungkul), Atas terkenalnya Pesantren Giri, banyak murid-murid baru
masuk ke Pesantren Giri. Hal int membuat semakin mudah Sunan Giri untuk berdakwah.
Sunan Giri sangat berpengaruh besar bagi kerajaan Islam di Jawa maupun di luar Jawa
Sunan Giri juga mendirikan sebuah kerajaan yang diberi nama Giri Kedaton, Giri Kedaton atau
Kerajaan Giri bertahan selama 200 tahun.
Sunan Giri dimakamkan di sebuah bukit di Dusun Kedaton, Desa Giri Gajah,
Kecamatan Kebonmas, Kabupaten Gresik. Kompleks makam ini berupa dataran bertingkat tiga
dengan bagian belakang paling tinggi. Di kanan kiri pintu gerbangnya terdapat hiasan naga
yang bermakna tahun 1428 Saka atau 1506 Masehi.

Anda mungkin juga menyukai