Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 4:

lutfi
shafa Juwita
bunga
syla
Materi

SuNan bonang
Biografi:

Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465 di Rembang dengan nama Raden Maulana
Makdum Ibrahim. Beliau adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Beliau lahir
pada tahun 1465 di Tuban dan meninggal pada tahun 1525, di Pulau Bawean.
Beliau di makamkan di Wisata Religi Sunan Bonang Tuban, kota Tuban.

Sunan bonang memiliki beberapa saudara kandung, diantaranya ialah Sunan Drajat, Siti
Syari’ah, Sunan Demak, Dewi Murtasiyah, Raden Faqih, dan yang lainnya. Sunan
Bonang juga memiliki beberapa anak yang diberi nama Jayeng Rono, Dewi Ruhil, Jayeng
Katon.
Metode Dakwah
Gamelan menjadi salah satu media dakwah yang digunakan oleh Sunan Bonang.
Berbeda dari gamelan yang sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha, Sunan Bonang
menambahkan rebab dan bonang sebagai pelengkap dari gamelan Jawa. Dengan
musik yang dilantunkan lewat gamelan buatan Sunan Bonang, ajaran agama Islam
pun lebih mudah diterima oleh masyarakat setempat.
Selain lewat gamelan, Sunan Bonang juga menyampaikan dakwah Islam melalui
lagu. Lagu ciptaan Sunan Bonang yang bertajuk "Tombo Ati" berisi hukum-hukum
serta kewajiban yang perlu dilakukan oleh umat Muslim. Cara lain yang dilakukan
oleh Sunan Bonang dalam dakwahnya adalah lewat karya sastra, salah satunya
adalah Suluk Wujil, yang dipengaruhi oleh kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al
Khayr.
Wilayah dakwah sunan
bonang
Sunan Bonang mulai berdakwah dari Kediri, Jawa Timur dan kemudian
mendirikan sebuah mushola di Desa Singkal yang berada di tepi Sungai Brantas.
Di tempat tersebut, Sunan Bonang sempat mendapat penolakan namun akhirnya dapat
mengislamkan Adipati Kediri, Arya Wiranatapada, dan putrinya.

Selepas dari Kediri, Sunan Bonang bertolak ke Demak, Jawa Tengah atas panggilan
Raja Demak, Raden Patah. Oleh Raden Patah, Sunan Bonang diminta untuk menjadi
imam Masjid Demak. Namun tidak lama kemudian Sunan Bonang melepaskan jabatan
sebagai imam untuk pindah ke Lasem.
Silsilah Sunan Bonang:

Sunan Bonang memiliki nama asli Raden Makdum Ibrahim yang tumbuh dalam asuhan
keluarga ningrat yang agamis. Beliau lahir pada tahun 1465 M di Surabaya.

Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang merupakan putra keempat Raden Rahmat atau
Sunan Ampel.

Ibunya bernama Nyai Ageng Manila (Dewi Condrowati), yang merupakan putri dari Bupati
Tuban, Arya Teja.

Sunan Ampel adalah pendiri Pesantren Ampeldenta, sehingga pendidikan Islam diperoleh
Sunan Bonang adalah ayahnya sendiri.
s
Tak heran jika Sunan Ampel sudah mempersiapkan Sunan Bonang untuk meneruskan
kegiatan dakwahnya dalam menyebarkan Agama Islam.
Pendidikan dan Pengembangan Keilmuan Sunan Bonang

Sunan Bonang dikenal sebagai seorang penyebar Islam yang menguasai ilmu fikih, ushuluddin,
tasawuf, seni, sastra, arsitektur, dan ilmu sifat dengan kesaktian.

Sunan Bonang dikenal sebagai cendekiawan Islam yang menguasai tasawuf, fikih, ushuludin,
kesenian, dan kesusastraan. Inti ajaran yang diajarkan Sunan Bonang adalah perpaduan antara
ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf.

Waktu kecil Sunan Bonang berguru kepada ayahnya sendiri di Pesantren Ampel Denta
dan berkawan akrab dengan Raden Paku (Sunan Giri). Selesai menuntut ilmu dari
ayahnya, Sunan Bonang dan Raden Paku rihlah ke Pasai, pusat pengajaran ilmu sufi di Nusantara
s
yang pada waktu itu cenderung ke ajaran Al-Halajj.
Karya Sunan Bonang

Sunan Bonang banyak menggubah sastra berbentuk suluk atau


tembang tamsil. Antara lain Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab Al
Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr. Sunan Bonang juga menggubah
tembang Tamba Ati (dari bahasa Jawa, berarti penyembuh jiwa) yang
kini masih sering dinyanyikan orang. s
Ada pula sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa yang
dahulu diperkirakan merupakan karya Sunan Bonang dan
oleh ilmuwan Belanda seperti Schrieke disebut Het Boek
van Bonang atau buku (Sunan) Bonang. Tetapi oleh
G.W.J. Drewes, seorang pakar Belanda lainnya, dianggap
bukan karya Sunan Bonang, melainkan dianggapkan
sebagai karyanya.

Dia juga menulis sebuah kitab yang berisikan tentang


Ilmu Tasawwuf berjudul Tanbihul Ghofilin sebanyak 234
halaman.
*Peninggalan Sunan Bonang sebagai Wali Islam di Indonesia*

1.) Masjid Astana


2.) Pendopo
3.) Makam Sunan Bonang
4.) Sumur Srumbung
5.) Kitab Sunan Bonang
1.) Masjid Astana

2. Pendopo
3.) Makam Sunan Bonang
4.) Sumur Srumbung
5.) Kitab Sunan Bonang

3. 5.

4.
Wafatnya sunan bonang

Sunan Bonang meninggal pada tahun 1525 M, berumur 63 Beliau meninggal dikarenakan sakit. Ada kisah wafatnya
sunan bonang yaitu ; lokasi makam Sunan Bonang ada 2

Sunan Bonang wafat saat berdakwah di Pulau Bawean. Berita duka itu pun segera disebarkan ke seluruh Tanah Jawa. Para murid datang dari
segala penjuru untuk bersumpah cita dan memberikan penghormatan terakhir.

Murid-murid yang berada di Pulau Bawean hendak memakamkan Sunan Bonang di Pulau Bawean. Tetapi, murid yang berasal dari Madura dan
Surabaya menginginkan agar dimakamkan di dekat ayahnya yaitu Sunan Ampel di Surabaya.

Pada malam harinya, orang-orang Madura dan Surabaya menggunakan ilmu sirep untuk membuat ngantuk orang-orang Bawean dan Tuban.
Lalu pengangkutan jenazah Sunan Bonang ke dalam kapal dan hendak dibawa ke Surabaya. Karena tindakannya tergesa-gesa, kain kafan
jenazah tertinggal satu di Bawean.

Kapal layar segera bergerak ke arah Surabaya, tetapi saat berada di perairan Tuban tiba-tiba kapal yang digunakan tidak bisa bergerak. Pada
akhirnya jenazah Sunan Bonang dimakamkan di Tuban. Sedangkan kain kafannya yang ditinggal di Bawean ternyata juga ada jenazahnya.
Orang-orang Bawean pun menguburkannya dengan penuh khidmat.

Oleh karena itu, sampai sekarang, Makam Sunan ada di dua tempat, yaitu di Kecamatan Tambak Pulau Bawean dan di sebelah barat Masjid
Agung Tuban, Kelurahan Kutorejo, Tuban.

Anda mungkin juga menyukai