Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA ABAD XVI-XVIII

Tentang :

SUNAN BONANG

DISUSUN OLEH :

Kelompok 3

1) Eza Camila Telussa (131810050)


2) Imelda Tri Winanda (131810058)
3) Jesica Agatha (131810054)

Dosen Pembimbing :

TEGUH AGUSTIAN,M.Pd

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

IKIP-PGRI PONTIANAK

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga penulis dapat
menyusun makalah tentang “SUNAN BONANG ” dengan sebaik-baiknya.

Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memfasilitasi,
memberi masukan dan mendukung penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada
waktunya.

Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, namun tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari pembaca sekalian.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

Bab 1 Pendahuluan

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah

Bab 2 Pembahasan

1. Asal usul Sunan Bonang


2. Berguru pada Syekh Awalul Islam
3. Kesaktian Sunan Bonang
4. Tasawuf Sunan Bonang
5. Makam Sunan Bonang

Bab 3 Penutup

1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Nama lain Sunan Bonang yaitu Raden Makdun atau Maulana Makdun
Ibrahim. Diduga , ia lahir didaerah Bonang,Tuban pada 1465 M. Semasa
kecil,Sunan Bonang sudah mendapat pelajaran dari ayahny,sunan kampel dengan
disiplin yang ketat. Tak heran jika dia pun kemudian masuk ke dalam wali
sembilan. Sunan ampel semula memberi ia nama Maulana Makdum. Nama ini
diambil dari bahasa hindi, yang bermakna cendekiawan islam yang dihormati
karena kedudukannya dalam agama.

Dalam bidang sastra budaya sumbangan beliau, yaitu :

a. Dakwah melalui pewayang


b. Membantu raden patah
c. Ikut mendirikan masjid demak
d. Menyempurnakan isntrumen gamelan, terutama bonang, kenong dan kempul
e. Suluk wujil
f. Tembang macapat

Pada zaman sekarang ajaran yang memiliki butir lima dalam kehidupan
pesantren telah dibuat syair puji-pujian yang populer dengan nama syi’iran tamba ati.
Kelima butir syair itu berbunyi demikian:

Tamba Ati :

1. Maca Quaran angen-angen sak maknane


2. Kaping pindho,shalat wengi lakonana
3. Kaping telu, wong kang soleh kencanana
4. Kaping papat kudu weteng inkang luwe
5. Kaping lima zikir wengi ingkang suwe

Menurut tembang ini,ada lima macam”penawar hati”, atau pengobat jiwa


yang”sakit”. Yakni membaca Al-qur’an, mengerjakan shalat tahajud, bersahabat
dengan orang saleh, berzikir, dan hidup prihatin. Syair Tamba Ati hingga kini
masih kerap dinyanyikan sejumlah santri di pesantren dan masjid di sebuah desa.
Tembang ini adalah peninggalan Raden Maulana Makdum Ibrahim, yang lebih
dikenal sebagai Sunan Bonang. Pada saat masa hidupnya, Sunan Bonang
menyanyikan Tamba Ati untuk menarik warga masyarakat agar memeluk islam.
Pada saat berdendang pria yang diduga berusia enam puluh tahun itu menabuh
gamelan dari kuningan yang dibuat oleh sejumlah warga Desa Bonang, Jawa
Timur. Nama desa inilah yang kemudian melakat pada gelar sunan (Rahimsyah
2001).
2. RUMUSAN MASALAH

1). Asal usul Sunan Bonang

2). Berguru dengan Syekh Awalul Islam

3). Kesaktian Sunan Bonang

4). Tasawuf Sunan Bonang

5). Makam Sunan Bonang

BAB 2

PEMBAHASAN

1. ASAL USUL SUNAN BONANG

Sunan Bonang bukan putra penabuh gamelan, ia justru putra Sunan


Ampel yang menikah dengan Candrawati, alias Nyai Ageng Manilah. Nyai
Ageng merupakan anak angkat Arya Teja , Bupati Tuban. Tidak ada catatan
mengenai tanggal kelahiran Raden Makdum.

Kitab Suluk Wujil berisi ajaran Sunan Bonang kepada si Wujil,


seorang bajang yang di ceritakan sebagai bekas budak dari Raja Majapahit;
raja yang ke berapa dan yang mana tidak di terangkan. Sudah barang tentu
ajaran-ajaran tersebut berkenan dengan ilmu kesempurnaan atau mistik.
Adapun mistik yang diajarkan oleh Sunan Bonang itu, hampir sama saja
dengan mistik yang dipaparkan di dalam kitab yang lain-lain, seperti:
Dewaruci, Nirarthaprakerta, dan Suluk Sukarsa, bedanya hanya dalam kata-
katanya saja; maksudnya sama saja.

Suluk Wujil itu semuanyaada 104 bagian (pupuh); bagian(pupuh) yang


ke-55, Sekar Ageng Aswalalita, yang ke-56, Mijil, yang lain-lain
Dandanggula. Sekar Aswalalita tersebut masih terang jalan guru-
lagunya(iramanya), yang membuktikan bahwa tua usianya. Sebab sepanjang
pengetahuan saya, sejak jaman Kartasura hingga sekarang ini,sudah tidak ada
lagi orang jawa yang dapat menggubah sekar ageng dengan guru-lagu(irama).

Di dalam kitab tersebut,terdapat angka tahun yang berbentuk


sangkalan: penerus-tingal-tataning-nabi=1529,masih juga dalam tahun saka =
1607 tahun masehi. Akan tetapi angka tahun itu berkenaan dengan
apa,tidaklah terang. Akan tetapi bagaimanapun juga halnya, pada tahun
tersebut kita itu sudah ada, sebab tidak ada tanda-tandanya bahwa angka tahun
tersebut susulan baru. Itu berarti,bahwa kitab suluk wujil itu tatkala jaman
pemerintahan sinuhun seda krapyak,ramanda sinuhun sultan agung di
mataram,sudah ada.

Anda mungkin juga menyukai