Anda di halaman 1dari 7

Museum Pos Indonesia di Bandung

Dan
Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Museum Pos Indonesia
Museum Pos Indonesia terletak di Jalan Cilaki No. 73 Bandung , Jawa Barat. Museum bersejarah
ini sudah berdiri sejak zaman Hindia Belanda, tepatnya pada tahun 1933. Awalnya, bangunan yang
didesain oleh duo arsitek J. Berger dan Leutdsgebouwdienst ini bernama Pos Telegrap dan Telepon
(PTT).
Pada saat perpindahan kekuasaan Indonesia dari pihak Belanda ke Jepang, Museum Pos Indonesia
beserta koleksi benda pos yang ada di dalamnya tidak terawat baik. Bahkan ketika Indonesia meraih
kemerdekaan, museum ini tidak kunjung diperbaiki dan barang-barang koleksi museum dibiarkan
terbengkalai.
Hingga pada tahun 1980, Perum Pos dan Giro mengambil inisiatif membentuk panitia guna
memperbaiki dan merawat benda-benda koleksi museum yang bernilai tinggi. Tepat di Hari Bhakti
Postel ke-38, yakni 27 September 1983, Museum PTT akhirnya resmi berubah nama menjadi Museum
Pos dan Giro. Peresmian museum ini dilakukan oleh Achmad Tahir, Menteri Pariwisata Pos dan
Telekomunikasi (Menparpostel) pada masa itu.
Untuk para peneliti filateli, Museum Pos dan Giro menjadi tempat yang wajib dikunjungi. Museum
yang namanya berubah kembali di tahun 1995 menjadi Museum Pos Indonesia ini memiliki koleksi
ribuan perangko dari penjuru dunia. Koleksi yang ditampilkan di museum ini tidak hanya perangko.
Benda-benda pos seperti timbangan surat dan sepeda pak pos juga turut dipamerkan. Perkembangan baju
dinas serta peralatan pos dari zaman kolonial hingga sekarang juga dapat Anda jumpai di museum yang
terletak tepat di samping Gedung Sate, Bandung, ini.
Pada bagian lain dari museum ini, terdapat ruang yang memamerkan surat emas, surat dari berbagai
raja-raja nusantara kepada para Komandan dan Jendral Belanda. Surat emas menjadi catatan sejarah
perkembangan surat di tanah air. Melalui surat-surat ini, kita bisa melihat cara komunikasi raja-raja di
nusantara dengan para penjajah.
Umur surat-surat emas yang sebelumnya berada di salah satu museum di Inggris ini diperkirakan
berkisar ratusan tahun yang lalu. Inggris menyimpan surat-surat berharga raja-raja nusantara karena
memang hampir semua surat yang dipamerkan ditujukan untuk Gubernur-Jenderal Inggris Thomas
Stamford Bingley Raffles.
Museum ini memiliki beberapa ruangan terpisah yang setiap ruangannya menyimpan koleksi benda
pos yang masih terawat dengan baik. Anda dapat mengunjungi museum ini bersama keluarga dan
mengenalkan benda-benda pos bersejarah kepada anak-anak yang tentu saja bisa menambah pengetahuan
mengenai sejarah dunia pos Indonesia

2. Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung


Seiring dengan perkembangan teknologi dan media massa radio masih menunjukkan
eksistensinya. Meskipun keadaannya sudah mulai tergeser oleh media lain seperti televisi dan internet,
hingga saat ini industri radio masih terus tumbuh dan masih memiliki pendengar setia, salah satunya
adalah RRI (Radio Republik Indonesia) yaitu satu-satunya radio yang mengandung nama negara yang
siarannya ditujukan untuk kepentingan bangsa dan negara, satu-satunya radio di Indonesia yang memiliki
jangkauan sampai ke pelosok daerah dan masih mejadi andalan sebagian masyarakat untuk mendapatkan
hiburan dan informasi.

1
Pamor radio sekarang ini boleh dikatakan mengalami penurunan drastis sejak awal tahun 1990-an
ketika stasiun televisi swasta bermunculan menjanjikan alternatif tayangan yang lebih menarik, namun
sampai sekarang RRI yang biaya operasionalnya ditopang oleh anggaran negara masih menjadi target
utama kepentingan politik nasional maupun lokal daerah, sehingga tak sedikit masyarakat yang masih
menjadi pendengar setia RRI.

B. Rumusan Masalah
 Apa fungsi dan tujuan museum dan radio didirikan pada umumnya?
 Bagaimana sejarah Museum Pos Indonesia dan RRI Bandung?
 Benda-benda apa saja yang digunakan untuk melakukan kegiatan surat menyurat dan komunikasi
pada tempo dulu di Indonesia?

C.Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pemenuhan tugas mata pelajaran terkait.
2. Menambah pengetahuan tentang pentingnya peran fungsi museum dan radio sebagai sumber belajar.
3. Memelihara serta melestarikan kekayaan budaya Indonesia.
4. Mengenal dunia perposan dan radio di Indonesia.
5. Meningkatkan wawasan sosial tentang informasi dan komunikasi abad sebelumnya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Museum Pos Indonesia

1. Sejarah Singkat
Museum Pos Indonesia berdiri tahun 1931 dengan nama Museum PTT (Pos, Telepon, Telegrap),
bertempat di Kantor Pusat Pos Indonesia Jalan Cilaki 73 Bandung 40115. Museum ini awalnya hanya
menyajikan benda koleksi sebatas prangko-prangko dalam negeri maupun mancanegara.
Menyadari arti peran dan fungsi museum sebagai sarana pendidikan, informasi dan rekreasi untuk
generasi muda pada masa sekarang maupun masa yang akan datang, maka dilakukan upaya renovasi
museum untuk memelihara dan melestarikan budaya dalam pelayanan pos. Pada tanggal 27 September
1983 diresmikan oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi, dengan nama Museum Pos dan Giro.
Dengan peresmian tersebut, koleksi yang disajikan diperluas dengan menambah benda-benda
bersejarah lain seperti peralatan, visualisasi, diorama kegiatan layanan pos, dll. Seiring dengan perubahan
status perusahaan dari Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro menjadi PT Pos Indonesia tanggal 20
Juni 1995, maka museum berganti nama menjadi Museum Pos Indonesia.
Museum Pos dibuka pada tahun 1931 dengan nama Museum Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT).
Ketika pertama didirikan, sebagian besar koleksinya berupa perangko dari dalam dan luar negeri. Setelah
keadaannya yang kurang terawat selama Perang Dunia ke-II, dari tanggal 18 Desember 1980, koleksinya
diusahakan untuk dilengkapi lagi dengan melakukan inventarisasi dan mengumpulkan benda-beda sejarah
yang harus dijadikan koleksi museum.
Tiga tahun selanjutnya, museum diresmikan Menparpostel pada tanggal 27 September 1983,
ketika Hari Bhakti Postel ke-30. Sampai pada masa itu, museum sudah memiliki koleksi benda-benda dan
peralatan yang ada hubungannya dengan proses sejarah pos dari masa ke masa, selama lima masa

2
pemerintahan yaitu dari masa Kompeni dan Bataafsche Republiek (1707-1803), masa pemerintahan
Daendels (1808-1811), masa pemerintahan Inggris (1811-1816), masa pemerintahan Hindia Belanda
(1866-1942), masa Jepang (1942-1945) dan masa Kemerdekaan.
Melewati museum itu bisa diketahui bahwa selama masa kemerdekaan, Pos Indonesia sekurang-
kurangnya sudah lima kali ganti nama dan ganti lambang. awalnya Jawatan PTT (1945-1961), lalu jadi
PN Postel (1962-1965), PN Pos dan Giro (1965-1978), Perum Pos dan Giro (1978-1995,) dan pada tahun
1995 jadi PT Pos Indonesia (Persero).
Dan Saat ini, pada tahun 2013, Museum pos ini sudah dilengkapi gadget Win Audio tour guide,
yang memudahkan pengunjung, untuk merasakan pengalaman berkeliling museum secara fun tanpa
mengurangi nilai informasi edukasinya. Audio tourguide adalah seperangkat gadget yang memiliki
tombol angka, dimana pengunjung dapat mendengarkan informasi audio, hanya dengan menekan angka
sesuai dengan posisi objek pamer. Saat ini di Museum Pos Indonesia terdapat 50 objek audio guide,
dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Dengan adanya audio guide ini,diharapkan pengunjung semakin
mencintai museum, karena informasi audionya sudah di sesuaikan dengan menambah suasana hiburan,
fun dan edukatif.

2. Koleksi Museum
Museum Pos Indonesia mempunyai benda koleksi seperti prangko dan benda filateli lainnya,
peralatan yang digunakan sejak Hindia Belanda, dan benda-benda bersejarah lain. Untuk memberi
kemudahan pada masyarakat, seluruh benda dikelompokkan dalam 3 penyajian, yaitu:

 Koleksi Sejarah

Koleksi yang bernilai sejarah lainnya adalah Surat Mas Raja-Raja “Golden Letter”. Surat-menyurat
sebagai alat komunikasi dalam bentuk yang sederhana sudah dikenal pada zaman kerajaan-kerajaan di
Indonesia sepeerti Kerajaan Mulawarman, Sriwijaya, Tarumanegara, Mataram, Purnawarman, Majapahit.
Berdasarkan prasasti yang ditemukan di Kerajaan Sriwijaya, bahasa yang digunakan adalah bahasa
kowloon atau Bahasa Melayu Kuno dan kata-kata Sansekerta. Huruf yang digunakan adalah huruf
Palawa. Huruf inilah yang menjadi huruf Jawa, Sunda, Bali, dan Batak.
Dengan masuknya agama Hindu dan Budha, maka budaya tulis menulis dan surat-menyurat ini
berkembang dikalangan istana raja-raja. Bahan yang digunakan untuk menulis berupa daun lontar,
bambu, kulit kayu, daun nipah, dan daun bungs pudak atau pandan.
Komunikasi pada waktu itu tidak hanya terbatas dalam negeri, melainkan juga negara tentangga,
yaitu kegiatan surat-menyurat antara Kerajaan Sriwijaya dengan China maupun China dengan Majapahit,
yang seluruhnya diabadikan pada relief dinding Candi Borobudur dan Prambanan.

3
 Koleksi Filateli

Dalam koleksi museum selain disajikan koleksi prangko Indonesia,


juga terdapat koleksi prangko berasal dari 178 negara. Prangko pertama yang
digunakan di Indonesia diterbitkan pemerintah Hindia Belanda tanggal 1
April 1864. Kata prangko berasal dari bahasa Latin “franco” yang berarti
tanda pembayaran untuk melunasi biaya pengiriman surat. Lama kelamaan
prangko menjadi benda seni yang dikumpulkan orang. Kegemaran
mengumpulkan prangko ini disebut Filateli.

 Koleksi Peralatan

Brievenbus merupakan bis surat pada zaman Hindia Belanda


yang terbuat dari logam cor dengan berat kurang dari 400 kg ini
dapat ditempatkan di pinggir jalan strategic agar mudah dijangkau
publik. Bis surat ini pertama kali digunakan tahun 1829 di Kantor
Pos Batavia, sedangkan bis surat pertama untuk umum disediakan di
Kantor Pos Semarang tahun 1850 dan Kantor Pos Surabaya tahun
1864. Sejak pertama kali digunakan hingga kini bis surat telah
mengalami perubahan baik bentuk maupun ukurannya.

3. Ruang Pameran Museum


Ruang pameran museum terdiri atas dua lantai, yaitu:
- Lantai Basement
Berisi benda-benda koleksi secara lengkap yang terdiri atas tiga jenis benda koleksi yaitu benda
koleksi sejarah, peralatan, dan filatelial.
- Ruang Social Center
Merupakan ruang edukasi masyarakat dan sebagai pusat pengembangan sosio-kultur dibidang
layanan pos. Masyarakat juga diberi kesempatan untuk praktik secara langsung

B. Mengenal Benda-Benda Pos di Museum Pos Indonesia

Kendaraan untuk mengirim surat (sepeda motor) Koleksi Prangko dan surat-surat tempo dulu

Gedung Sate, ikon Kota Bandung yang disebelahnya Bis surat


berdiri Museum Pos Indonesia

4
C. Radio Republik Indonesia

1. Sejarah Berdirinya Radio Republik Indonesia


Sejak zaman pendudukan Hindia Belanda (Radio SRV) dan pendukung Jepang (Radio Hoso
Kyoku), para angkasawan radio Indonesia yang kemudian menjelma menjadi RRI sangat menyadari
ampuhnya kekuatan radio. Tiga minggu sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan
yaitu tanggal 26 Juli sampai tanggal 14 Agustus 1945, para angkasawan radio bangsa Indonesia yang
bekerja di kantor berita Jepang Domei maupun yang bertugas di stasiun radio milik Dai Nippon yang
memonitor radio-radio luar negeri seperti BBC London, VOA Amerika yang menyiarkan kekalahan
Jepang. Dengan kesadaran ingin mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh maka pada tanggal
10 September para pegawai Hoso Kyoku seluruh Jawa berkumpul di Jakarta untuk merundingkan cara
mengambil alih Hoso Kyoku yang kemudian akan dipersembahkan kepada Presiden Republik Indonesia
sebagai alat perjuangan bangsa Indonesia. Setelah pertemuan di Pejambon, delegasi radio menuju rumah
menuju ke rumah Okonogi (Kepala Pusat Hoso Kyoku) untuk membicarakan atau menyerahkan
pemancar-pemancar radio kepada RRI namun tidak berhasil karena semua pemancar serta alat-alat Hoso
Kyoku sudah didaftar dan berada di tangan komando SEAC di Singapura.
Perundingan berikutnya diadakan di kediaman saudara Adang Kadarusman di jalan Menteng
Kecil dan tepat pukul 24.00 tengah rapat dibukan oleh Dr. Abdulrachman Saleh. Adapun yang hadir
dalam pertemuan tersebut adalah dari Jakarta Adang Kadarusman, Sutojo Surjodipuro, Jusuf Ronodipuro,
Sukasmo, Sjawal Mochtarudin dan M.A Tjaja. Dari Bandung Sjakti Alamsjah, R.A. Djarja dan Agus
Marah Sultan. Dari Yogyakarta R.M Soemardi dan Sudomomarto. Dari Surakarta R. Maladi dan Sutardi
Hardjolukito. Dari Semarang Suhardi dan Harto. Dari Purwokerto yaitu Suhardjo. Pertemuan berlangsung
dalam suasana ramah tamah namun penuh rasa tanggung jawab dan berakhir pukul 06.00 pagi yang
menghasilkan keputusan, antara lain:
1. Tanggal 11 September ditetapkan sebagai hari berdirinya RRI
2. Semua pegawai diminta menentukan pendiriannya untuk menjadi pegawai RRI
3. Organisasi semua radio tunduk pada komando pusat
4. Masing-masing studio mengadakan penyerahan pemancar dan studionya dari pihak Jepang
5. Mencari tempat di luar kota untuk calon tempat perjuangan selanjutnya
6. Memindahkan pemancar-pemancar besar dari kota ke tempat-tempat perjuangan selanjutnya
beserta alat-alat penting yang dikhawatirkan
7. dibom oleh musuh
8. Menyiapkan studio-stuio darurat beserta mobil

Demikian antara lain keputusan-keputusan dari 13 keputusan yang merupakan dasar atau
fundamental RRI dalam menghadapi masa-masa perjuangan selanjutnya dan perundingan malam itu juga
menghasilkan sumpah 11 September atau TRI PRASETYA RRI. Dengan bermodalkan delapan studio
yaitu di Jakarta, Bandung, Purwokerto, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan Malang, RRI
menyuarakan perjuangan Bangsa Indonesia ke segenap pelosok Tanah Air. Siaran RRI ini berkumandang
dan berkembang seirama dengan meningkatnya perjuangan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945 melawan tentara penjajah. Pertempuran melawan tentara penjajah mengakibatkan
akhirnya stasiun-stasiun RRI baru di Cirebon, Tasikmalaya, Garut, Cilacap, Kebumen, Pekalongan,
Tegal, Pati, Salatiga, Mojokerto, Jember, Magelang, Wonosobo, Blitar, Kediri, Madiun, Bondowoso,
Kotaraja (Banda Aceh), Bukit Tinggi, Palembang dan Padang yang berjumlah 21 stasiun. Dengan
demikian jumlah stasiun RRI seluruhnya 29 buah, termasuk 8 stasiun yang telah ada. Sebagai akibat dari
perang kemerdekaan pertama, RRI menyusut tinggal 10 studio, yaitu di Yogyakarta, Madiun, Kediri,
Surabaya, Malang, Blitar, Magelang, Purwokerto dan Pekalongan menggabung di Wonosobo dan Pati.

5
Untuk meenghemat peralatan dan tenaga, stasiun Surabaya, Kediri dan Malang akhirnya digabungkan
mejadi satu dengan nama RRI Jawa Timur yang berkedudukan di Kediri. Sedangkan Blitar dan Jombang
diselenggarakan stasiun relay, demikian pula RRI Magelang, Purwokerto, Pekalongan disatukan dengan
nama RRI Jawa Tengah yang berkedudukan di Magelang dengan stasiun relay di Wonosobo. Sementara
di stasiun nasional di Jakarta yang beralamat di jalan Merdeka Barat 4 dan 5 pecah menjadi 2 karena yang
berada di Merdeka Barat 4 digunakan NICA dengan mengumandangkan siarannya melalui Radio Resmi
Indonesia (RRI). Radio Resmi Indonesia yang ditangani oleh Belanda dan Radio Republik Indonesia
yang ditangani oleh para angkasawan bangsa Indonesia terjadi perang udara sampai menjelang 21 Juli
1947 dimana Gubernur Jenderal Van Mook akan mengadakan wawancara pers dan para angkasawan RRI
mengartikan wawancara tersebut mengandung maksud tertentu. Tepat pukul 22.30 dengan disaksikan
oleh wartawan luar negeri, tentara Belanda menyerbu RRI di Merdeka Barat 5 dan bersamaan dengan itu
tentara kolonial Belanda melakukan perang kolonial pertama.

2. Tugas Pokok LPP RI


Memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial,
serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan
penyiaran radio yang mengjangkau seluruh wilayah NKRI. (PP.12/2005. Ps. 4).
Sebagai sumber informasi terpercaya sesuai dengan prinsip lembaga penyiaran publik, dalam
menyelenggaran siaran RRI berpedoman pada nilai-nilai standar penyiaran :
Siaran bersifat independet dan netral
a) Siaran harus memihak pada kebenaran
b) Siaran member pemahaman
c) Siaran mengurangi ketidakpastian
d) Siaran berpedoman pada pancasila, UUD 1945 dan kebenaran, serta peraturan yang lainnya.
e) Siaran harus memihak hanya kepada kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia
f) Siaran harus menjaga persatuan, kesatuan dan Kedaulatan NKRI

Peran dalam Pemberdayaan Masyarakat : RRI menyelenggarakan siaran pemberdayaan


masyarakat di semua lapisan masyarakat melalui siaran pedesaan, nelayan, wanita, anak-anak, siaran
lingkungan hidup, kewirausahaan, teknologi tepat guna, kerajinan, perdagangan, pertanian, koperasi,
industri kecil dll.
Peran RRI sebagai Pelestari Budaya Bangsa : Seluruh RRI wajib menyelenggarakan siaran
seni dan budaya daerah seluruh indonesia secara konsisten dan tidak pernah berhenti seperti siaran
ketoprak, wayang orang, wayang golek, madihin, saluang dan budaya minang lainnya, budaya bugis, dan
budaya daerah-daerah lainnya.
Peran RRI sebagai pelestari lingkungan : RRI menyelenggarakan siaran Green Radiountuk
penanaman kembali dan Re Use, Reduce dan Recycling dengan berbagai format dan variasi bentuk acara.
Peran RRI sebagai media pendidikan : RRI menyelenggarakan siaran pendidikan dari Taman
Kanak-Kanak sampai Mahasiswa. RRI menyelenggarakan Pekan Kreatif dengan mengadakan lomba
kreatif remaja seperti lomba cipta lagu, lomba cipta design , lomba IT, lomba band indie, bintang radio,
pekan tilawatil quran. Disamping itu juga menyelenggarakan siaran pendidikan social masyarakat, seperti
siaran wanita, siaran pedesaan, siaran KB dll.
Peran RRI sebagai Media Diplomasi : RRI menyelenggarakan siaran radio diplomasi melalui
siaran luar negeri untuk membangun citra positif bangsa didunia internasional bekerjasama dengan
kedutaan dan radio luar negeri dengan siaran yang bersifat reciprocal. Kerjasama siaran dengan ABC ,
NHK, RTM, RTB, KBS, RTH, SR, BBC, Radio Jedah, Radio Turki, RCI, DW dll.
Peran RRI sebagai media terdepan tanggap bencana : RRI menyelenggarakan siaran
langsung dari tenda darurat melalui Radio Based Disaster Management. Setiap ada bencana dalam waktu

6
tidak lebih dari 24 jam RRI harus sudah melaporkan, kemudian diikuti program Pelipur Lara korban
bencana dan trauma healing dengan mendirikan studio darurat.
Peran RRI dalam menghubungkan tenaga kerja di Luar Negeri : RRI menyelenggarakan
siaran rutin dan terkoneksi dengan 7 negara yaitu Hongkong, Malaysia, Brunei Darusalam, Jepang,
Taiwan, Korea dan Arab Saudi untuk mendekatkan TKI dengan kampung halaman. Pendengar RRI di
luar negeri khususnya TKI berjumlah puluhan ribu orang yang mendengar melalui audio streaming.
Dalam rangka mewujudkan peran second track diplomacy menyelenggarakan acara Diplomatic Forum.
Untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat Indonesia di Luar negeri khususnya tenaga kerja
Indonesia antara lain diselenggarakan acara bilik sastra yang diperlrlombakan dan 2 pemenang dihadirkan
oleh SLN untuk menghadiri acara uapacara kenegaraan 17 Agustus di Istana negara dan sidang DPR dan
DPD di Senayan.
Peran RRI sebagai media hiburan : RRI menyelenggarakan siaran hiburan berupa siaran music
dan kata, pagelaran musik klasik yaitu orkes symphony Jakarta dan orkes symphony yang dimiliki RRI
daerah. Pagelaran kesenian dan budaya, lawak, Quiz dll.
Peran RRI dalam sabuk pengaman informasi ( Safety belt information ) : selama tahun 2009
s.d 2010 RRI telah mendirikan studio di wilayah perbatasan dan daerah terpencil atau blankspot yaitu :
Entikong, Batam, Nunukan, Putusibaou, Malinau, Atambua, Ampana, Boven Digoel, Kaimana, Skow,
Oksibil, Takengon, Sabang dan Sampang. Siaran melalui studio-studio produksi ini ditujukan untuk
meningkatkan rasa nasionalisme dan memberikan akses informasi yang berimbang bagi masyarakat di
daerah perbatasan maupun di daerah-daerah yang sebelumnya tidak dapat menerima siaran RRI atau
balnkspot.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dan pada akhirnya, penulis bisa memberikan kesimpulan bahwa kegiatan tersebut dapat menambah
wawasan siswa-siswi tentang pentingnya kekayaan budaya dalam Museum Pos Indonesia dan
komunikasi negeri dalam RRI. Sepatutnya kita bisa mengerti sejarah surat menyurat, informasi, dan
komunikasi melalui media tulis atau telekomunikasi terdahulu. Karena peralatan yang bersangkutan
merupakan cikal bakal peralatan zaman sekarang yang berguna untuk media berinteraksi sosial,
khususnya yang berkembang di Indonesia.

B. Saran

Agar manusia-manusia di masa yang akan datang tidak melupakan fungsi dari museum umumnya
dan telekomunikasi khususnya, maka perlu tindakan lebih untuk melestarikan apa yang telah lahir dari
sejarah dan bertahan hingga sekarang. Museum dan telekomunikasi negeri yang resmi harus dipelihara
dari kerusakan dan perkembangan zaman agar generasi yang akan datang bisa menyaksikan dan
mengamati benda-benda zaman dahulu yang terpelihara, khususnya benda-benda yang sangat dekat
dengan kegiatan manusia sehari-hari, yaitu yang berkaitan dengan interaksi sosial.

Anda mungkin juga menyukai