Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Hidup Sunan Bonang: Dakwah Islam

Lewat Gamelan & Sastra


Nama: Muhammad Yoga Restu Romadhon

Kelas: 9B

R
aden Makdum Ibrahim lahir pada 1465 M di Surabaya dan tumbuh dalam asuhan
keluarga ningrat yang agamis. Sunan Ampel adalah pendiri sekaligus pengasuh
Pesantren Ampeldenta. Pendidikan Islam diperoleh Raden Makdum Ibrahim pertama
kali dari ayahnya sendiri di pesantren Ampeldenta. Sejak kecil, Sunan Ampel sudah
mempersiapkan putranya itu sebagai penerus untuk mensyiarkan ajaran Islam di bumi
Nusantara.
Beranjak remaja, Raden Makdum Ibrahim pergi ke negeri Pasai, Aceh, untuk berguru kepada
Syekh Maulana Ishak, ayahanda Sunan Giri. Sejak kecil, sudah tampak kecerdasan dan
keuletan Raden Makdum Ibrahim dalam menuntut ilmu. Selain dibimbing oleh Sunan Ampel
dan Syekh Maulana Ishak, Raden Makdum Ibrahim juga berguru kepada banyak ulama lainnya.
Hingga akhirnya, Raden Makdum Ibrahim diakui keilmuannya yang mumpuni dalam
penguasaan fikih, ushuluddin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur, dan bela diri silat. Kelak,
keterampilan silat Sunan Bonang berguna ketika ia mengalahkan seorang perampok bernama
Raden Said. Raden Said pun tunduk dan bertobat, kemudian ikut menyebarkan dakwah Islam
dan menjadi anggota Wali Songo yang dikenal dengan nama Sunan Kalijaga.

Asal Usul Nama Sunan Bonang

Dakwah Sunan Bonang dimulai dari Kediri, Jawa Timur. Ia mendirikan langgar atau
musala di tepi Sungai Brantas, tepatnya di Desa Singkal. Diceritakan, Sunan Bonang sempat
mengislamkan Adipati Kediri, Arya Wiranatapada, dan putrinya. Usai dari Kediri, Sunan Bonang
bertolak ke Demak, Jawa Tengah. Oleh Raden Patah, pendiri sekaligus pemimpin pertama
Kesultanan Demak, Sunan Bonang diminta untuk menjadi imam Masjid Demak. Ada satu lagi
versi berbeda terkait penamaan Sunan Bonang yang disematkan kepada Raden Makdum
Ibrahim selain dari kisah bahwa ia adalah penemu gamelan jenis bonang. Selama menjadi
imam Masjid Demak, Raden Makdum Ibrahim tinggal di Desa Bonang. Versi kedua menyebut
julukan Sunan Bonang disematkan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya tersebut.

Berdakwah Lewat Seni dan Sastra Sebagaimana

Wali Songo lainnya, Raden Makdum Ibrahim menyebarkan Islam melalui media seni
dan budaya. Ia menggunakan alat musik gamelan untuk menarik simpati rakyat. Konon, Raden
Makdum Ibrahim sering memainkan gamelan berjenis bonang, yaitu perangkat musik ketuk
berbentuk bundar dengan lingkaran menonjol di tengahnya. Jika tonjolan tersebut diketuk atau
dipukul dengan kayu, maka akan muncul bunyi merdu. Raden Makdum Ibrahim alias Sunan
Bonang membunyikan alat musik ini yang membuat penduduk setempat penasaran dan tertarik.
Warga berbondong-bondong ingin mendengarkan alunan tembang dari gamelan yang
dimainkan Sunan Bonang. Ia menggubah sejumlah tembang tengahan macapat, seperti Kidung
Bonang, dan sebagainya. Hingga akhirnya, banyak orang yang bersedia memeluk agama Islam
tanpa paksaan.

Sunan Bonang juga mahir memainkan wayang serta menguasai seni dan sastra Jawa.
Dalam pertunjukan wayang, Sunan Bonang menambahkan ricikan, yaitu kuda, gajah, harimau,
garuda, kereta perang, dan rampogani untuk memperkaya pertunjukannya. Dalam buku
Sejarah Kebudayaan Islam (2013), Hery Nugroho menuliskan bahwa dakwah Sunan Bonang
yang lain adalah melalui penulisan karya sastra yang bertajuk Suluk Wujil. Saat ini, naskah asli
Suluk Wujil disimpan di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Suluk Wujil diakui sebagai
salah satu karya sastra terbesar di Nusantara karena isinya yang indah serta kandungannya
yang kaya dalam menafsirkan kehidupan beragama. Sunan Bonang sangat fokus dalam
menjalani perannya sebagai ulama dan seniman sehingga ia tidak sempat menikah hingga
wafatnya pada 1525 M. Makam Sunan Bonang terletak di kompleks pemakaman Desa
Kutorejo, Tuban, Jawa Timur, atau berada di barat alun-alun dekat Masjid Agung Tuban.

Sumber: https://iainutuban.ac.id/2021/11/20/sejarah-hidup-sunan-bonang-dakwah-islam-lewat-
gamelan-sastra/

Anda mungkin juga menyukai