Anda di halaman 1dari 11

GERAKAN DAKWAH SUNAN BONANG

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ke DDI-an

Dosen Pembimbing :
H. Hermanto S.Ag MA

Disusun Oleh :

SITTI MULYANA
NIM : 2102010007

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD
(STAI DDI) PINRANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan

karunia-Nya kepada kita semua, Salawat serta Salam juga semoga di limpahkan

kepada nabi pemimpin umat Rasulullah SAW. Penulis bersyukur kepada Allah

SWT yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis sehingga penulis bisa

menyelesaikan makalah mata kuliah ke DDI-an.

Makalah Ini membahas sejarah dari masuknya pedangan islam

kenusantara atau indonesia sampai bukti-bukti dan hal-hal yang

menyangkut hal tersebut.. Penulisberharap semoga makalah ini memilki

manfaat bagi siapaa saja yang membacanya danjuga memberi manfaat pada

penulis,,tentunya manfaat yang positif.

Pinrang, 13 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. RumusanMasalah..........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Asal Usul SunanBonang...............................................................................2

B. Metode Yang Digunakan DalamBerdakwah................................................3

C. Karya Sastra SunanBonang...........................................................................4

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berpenduduk


sangat majemuk dan dengan latar belakang historis yang berbeda-
beda pula. Kekayaannya yang berwujud budaya serta lapisan-lapisan
sejarah memungkinkan untuk menjadi sumber penulisan sejarah,
termasuk peranan tokoh lokal yang memiliki pengaruh cukup besar
dalam masyarakat luas. Banyaknya hasil penelitian sejarah lokal dapat
mengembangkan perwujudan konsep kedirian Bangsa Indonesia
secara umum. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menuliskan tokoh
sunan bonang dalam mengembangkan agama islam.

B. RumusanMasalah

1. Bagaimana asal usul Sunang Bonang ?

2. Bagaimana Metode Sunan Bonang dalam Berdakwah ?

3. Apa saja Karya Sastra Sunang Bonang ?

C. Tujuan

1. Mengetahui asal usul Sunan Bonang.


2. Mengetahui Metode yang digunakan Sunan Bonang dalam
Berdakwah.
3. Mengetahui Karya Sastra Sunan Bonang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal Usul SunanBonang

Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Sunan Bonang itu nama


aslinya adalah Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Dilahirkan pada
bulan muharram tahun 1456. Putera Sunan Ampel ( Raden Rahmat)
dan Dewi Condrowati yang sering disebut Nyai Ageng Manila. Sunan
boning memiliki dua saudara (adik), yaitu nyai Gede Maleka dan
Syarifuddin (Sunan Drajat).1
Ada yang mengatakan Dewi Condrowati itu adalah puteri Prabu
Kertabumi. Dengan demikian Raden Makdum adalah seorang
Pangeran Majapahit karena ibunya adalah puteri Raja Majapahit dan
ayahnya menantu Raja Majapahit.
Sebagai seorang wali yang disegani dan dianggap Mufti atau
pemimpin agama setanah jawa, tentu saja Sunan Ampel mempunyai
ilmu yang sangat tinggi. Sejak kecil Raden Makdum Ibrahim sudah
diberi pelajaran agama Islam secara tekun dandisiplin.
Sudah bukan rahasia bahwa latihan atau riadha para wali itu lebih
berat daripada orang awam. Raden Makdum Ibrahim adalah calon
wali yang besar, maka Sunan Ampel sejak dini juga mempersiapkan
sebaikmungkin.2
Disebutkan dari berbagai literatur bahwa Raden Makdum Ibrahim
dan Raden Paku sewaktu masih remaja meneruskan pelajaran agama
Islam ke tanah seberang yaitu negeri Pasai. Keduanya menambah
pengetahuan kepada Syekh Awwalul Islam atau ayah kandung dari

1
Blankenstein, M. van, 'Bertram Johannes Otto Schrieke (Zandvoort, 18 September 1890
- Londen, 12 September 1945)', dalam: Jaarboek van de Maatschappij der Nederlandse
letterkunde te Leiden, 1947-1949. Leiden: Brill, 1950.

2
Neng Tita Tania, 15 November 2021
3

Sunan Giri, juga belajar kepada para ulama besar yang banyak
menetap di Negeri Pasai. Seperti ulama tasawuf yang berasal dari
bagdad, Mesin, Arab dan Parsi atauIran.
Sesudah belajar di negeri Pasai Raden Makdum Ibrahim dan
Raden Paku pulang ke jawa. Raden paku kembali ke Gresik,
mendirikan pesantren di Giri sehingga terkenal sebagai SunanGiri.
Raden Makdum Ibrahim diperintahkan Sunan Ampel untuk
berdakwah di daerah Lasem, Rembang, Tuban dan daerah Sempadan
Surabaya.

B. Metode Yang Digunakan DalamBerdakwah

Dalam berdakwah Raden Makdum Ibrahim ini sering


mempergunakan kesenian rakyat untuk menarik simpati mereka,[3]
yaitu berupa seperangkat gamelan yang disebut Bonang. Bonang
adalah sejenis kuningan yang ditonjolkan dibagian tengahnya. Bila
benjolan itu dipukul dengan kayu lunak timbulah suara yang merdu di
telinga penduduksetempat.3
Lebih-lebih bila Raden Makdum Ibrahim sendiri yang
membunyikan alat musik itu, beliau adalah seorang wali yang
mempunyai cita rasa seni yang tinggi, sehingga apabila beliau
bunyikan pengaruhnya sangat hebat bagipendengarnya.
Setiap Raden Makdum Ibrahim membunyikan Bonang pasti
banyak penduduk yang datang ingin mendengarnya. Dan tidak sedikit
dari mereka yang ingin belajar membunyikan Bonang sekaligus
melagukan tembang- tembang ciptaan Raden Makdum Ibrahim.
Begitulah siasat Raden Makdum Ibrahim yang dijalankan penuh
kesabaran. Setelah rakyat berhasil direbut simpatinya tinggal
mengisikan saja ajaran agama Islam kepada mereka.4

3
Agung Sasongko, metode dakwa, Jumat, 24 Feb 2017, 12:00 WIB

4
Kastolani Marzuki, sabtu, 13 November 2021
4

Tembang-tembang yang diajarkan Raden Makdum Ibrahim adalah


tembang yang berisikan ajaran agama Islam.[4] Sehingga tanpa terasa
penduduk sudah mempelajari agama Islam dengan senang hati, bukan
dengan paksaan.
Murid-murid Raden Makdum Ibrahim ini sangat banyak, baik
yang berada di Tuban, Pulau Bawean, Jepara, Surabaya maupun
Madura. Karena beliau sering mempergunakan Bonang dalam
berdakwah maka masyarakat memberinya gelar Sunan Bonang.

C. Karya Sastra SunanBonang

Beliau juga menciptakan karya sastra yang disebut Suluk. Hingga


sekarang karya sastra Sunan Bonang itu dianggap sebagai karya sastra
yang sangat hebat, penuh keindahan dan makna kehidupan beragama.
Suluk Sunan Bonang disimpan rapi di perpustakaan Universitas
Leiden, Belanda.

Suluk berasal dari bahasa Arab “Salakattariiqa” artinya


menempuh jalan (tasawuf) atau tarikat. Ilmunya sering disebut Ilmu
Suluk. Ajaran yang biasanya disampaikan dengan sekar atau tembang
disebut Suluk, sedangkan bila diungkapkan secara biasa dalam bentuk
prosa disebut wirid.
Karya Sunan Bonang, puisi dan prosa, cukup banyak. Di antaranya
ialah Suluk Wujil, Suluk Khalifah, Suluk Regok, Suluk Bentur, Suluk
Wasiyat, Suluk Ing Aewuh, Suluk Pipiringan, Suluk Jebeng dan lain-
lain.
Melalui karya-karyanya itu kita dapat memetik beberapa ajarannya
yang penting dan relevan. Seluruh ajaran Tasawuf Sunan Bonang,
sebagai ajaran Sufi yang lain, berkenaan dengan metode intuitif atau
jalan cinta pemahaman terhadap ajaran Tauhid; arti mengenal diri
yang berkenaan dengan ikhtiar pengendalian diri, jadi bertalian
dengan masalah kecerdasan emosi; masalah kemauan murni dan lain-
5

lain.
Cinta menurut pandangan Sunan Bonang ialah kecenderungan
yang kuat kepada Yang Satu, yaitu Yang Maha indah. Dalam
pengertian ini seseorang yang mencintai tidak memberi tempat pada
yang selain Dia. Ini terkandung dalam kalimah syahadah La ilaha illa
Llah. Laba dari cinta seperti itu ialah pengenalan yang mendalam
(makrifat) tentang Yang Satu dan perasaan haqqul yaqin (pasti)
tentang kebenaran dan keberadaan-nya. Apabila sudah demikian,
maka kita dengan segala gerak-gerik hati dan perbuatan kita, akan
senantiasa merasa diawasi dan diperhatikan oleh-Nya. Kita menjadi
ingat (eling) danwaspada.5

Cinta merupakan, baik keadaan rohani maupun peringkat rohani.


Sebagai keadaan rohani ia diperoleh tanpa upaya, karena Yang Satu
sendiri yang menariknya ke hadirat-Nya dengan memberikan
antusiasme ketuhanan ke dalam hati si penerima keadaan rohani itu.
Sedangkan sebagai maqam atau peringkat rohani, cinta dicapai
melalui ikhtiar terus-menerus, antara lain dengan memperbanyak
ibadah dan melakukan mujahadah, yaitu perjuangan batin melawan
kecenderungan buruk dalam diri disebabkan ulah hawa nafsu. Ibadah
yang sungguh-sungguh dan latihan kerohanian dapat membawa
seseorang mengenal kehadiran rahasia Yang Satu dalam setiap aspek
kehidupan. Kemauan murni, yaitu kemauan yang tidak dicemari sikap
egosentris atau mengutamakan kepentingan hawa nafsu, timbul dari
tindakan ibadah. Kita harus menjadikan diri kita masjid yaitu, tempat
bersujud dan menghadap kiblat-Nya, dan segala perbuatan kita pun
harus dilakukan sebagai ibadah. Kemauan mempengaruhi amal
perbuatan dan perilaku kita. Kemauan baik datang dari ingatan (zikir)
dan pikiran (pikir) yang baik dan jernih tentang-Nya.

Dengan menyatakan `jagat terbentang dalam diri` Sunan Bonang

5
https://id.scribd.com/doc/24710890/Sunan-Bonang-Pemuka-Agama-Islam-dan-
Legenda-Kabupaten-Tuban
6

ingin menyatakan betapa pentingnya manusia memperhatikan potensi


kerohaniannya. Adalah yang spiritual yang menentukan yang
material, bukan sebaliknya. Tetapi karena pikiran manusia kacau, ia
menyangka yang material semata-mata yang menentukan hidupnya.
Karena potensi kerohaiannya inilah manusia diangkat menjadi
khalifah Tuhan di bumi
BAB III

KESIMPULAN

1. Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Sunan Bonang itu nama aslinya
adalah Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Dilahirkan pada bulan
muharram tahun 1456. Putera Sunan Ampel ( Raden Rahmat) dan Dewi
Condrowati yang sering disebut Nyai Ageng Manila.
2. Dalam berdakwah Raden Makdum Ibrahim ini sering mempergunakan
kesenian rakyat untuk menarik simpati mereka, yaitu berupa seperangkat
gamelan yang disebut Bonang. Bonang adalah sejenis kuningan yang
ditonjolkan dibagian tengahnya. Bila benjolan itu dipukul dengan kayu
lunak timbulah suara yang merdu di telinga penduduk setempat.

3. Beliau juga menciptakan karya sastra yang disebut Suluk. Hingga


sekarang karya sastra Sunan Bonang itu dianggap sebagai karya sastra
yang sangat hebat, penuh keindahan dan makna kehidupan beragama.
Suluk Sunan Bonang disimpan rapi di perpustakaan Universitas Leiden,
Belanda.
DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulanmakalah.blogspot.co.id/2015/01/makalah-strategi-
dakwah-strategi-dakwah.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Bertram_Johannes_Otto_Schrieke

https://mantrapandeglang.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-1451771941/
kisah-sunan-bonang-sang-pangeran-majapahit-yang-memilki-ilmu-tinggi

https://www.republika.co.id/berita/olv2d3313/6-metode-dakwah

https://jatim.inews.id/berita/sunan-bonang

https://id.scribd.com/doc/24710890/Sunan-Bonang-Pemuka-Agama-
Islam-dan-Legenda-Kabupaten-Tuban

Anda mungkin juga menyukai