Anda di halaman 1dari 28

PERSPEKTIF BISNIS ISLAM

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis Syariah

Dosen Pembimbing :

Desy Arum Sunarta, S.H., M.E

Disusun Oleh :

Riza Syaripuddin

NIM : 2102010004

Sri Wahyuni

NIM : 2102010017

Aisyah Ramadhani

NIM : 2102020008

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

DARUD DA’WAH WAL IRSYAD

(STAI-DDI) PINRANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita sehingga berkat karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Ekonomi Publik yang berjudul “Perbedaan Organisasi
Sektor Publik dan Sektor Swasta”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Ekonomi Publik di STAI DDI Pinrang.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masi banyak


kekurangan. Oleh sebeb itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca dan khususnya bagi para mahasiswa sebagai penambah pengetahuan.
Kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT yang punya dan maha
kuasa. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah
bersedia membaca makalah ini.

Pinrang, 05 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii


I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1-2
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 2
II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3-11
A. Defenisi Bisnis Secara Umum........................................................ 3
B. Pengertian Bisnis Islam................................................................... 4
C. Pentingnya Konsep Bisnis Islam..................................................... 6
D. Bisnis dalam Al-Qur’an.................................................................. 7
E. Orientasi Bisnis menurut Islam ...................................................... 9
III KESIMPULAN ........................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini, bisnis merupakan bagian dari kegiatan
ekonomis dan mempunyai peranan sangat vital dalam memenuhi
kebutuhan manusia. Kegiatan bisnis mempengaruhi semua tingkat
kehidupan manusia baik individu, sosial, regional, nasional, maupun
internasional. Tiap hari jutaan manusia melakukan kegiatan bisnis sebagai
produsen, perantara maupun sebagai konsumen. Bisnis adalah kegiatan
ekonomis. Hal yang terjadi dalam hal ini adalah tukar-menukar, jual beli,
memproduksi memasarkan, bekerja memperkerjakan serta interaksi
manusiawi lainnya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.1
Bisnis dalam kehidupan ini merupakan kegiatan yang sangat
penting bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan mereka. Sekarang ini
bisnis banyak dilakukan dengan cara-cara yang tidak benar, tidak ada
kejujuran dalam menjalani kegiatan tersebut.2 Oleh karena itu dalam
makalah ini kita akan membahasa bisnis menurut cara pandang islam.
A. Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu
tertentu tidak
B. akan mengurangi konsumsi orang lain. Barang publik secara umum
diartikan berdasarkan
C. tingkat dua karakteristik utama yang dimilikinya yaitu konsumsi
bersama (non rivalry)
D. dan non eksklusif. Konsumsi non rivalry yaitu konsumsi seseorang
tidak dapat
E. mempengaruhi atau mengurangi konsumsi seseorang. Konsumsi bersama
mengacu pada
F. ide bahwa ada beberapa barang yang manfaatnya dapat dinikmati
oleh lebih dari satu
G. orang pada waktu yang sama. Konsumsi non eksklusif merupakan
barang publik yang
H. tidak dapat dilarang untuk mengkonsumsi barang tersebut. Non-
eksklusifitas terjadi

1
Norvadewi, “Binsis dalam Perspektif Islam (Telaah Konsep, Prnsip, dan landasan
Normatif)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (2015), h. 33.
2
Zul Fadli, “1.3. Definisi Bisnis,” HUKUM BISNIS DI ERA MODERN, 2023, h. 2.

1
I. ketika seseorang dapat menikmati manfaat barang baik dengan membayar
maupun tidak.
J. Misalnya, jika lingkungan telah menyemprot nyamuk maka sulit untuk
mencegah orang
K. lain yang tidak membayar untuk menikmati hasil semprotan tersebut, atau
dengan skala
L. yang lebih luas, jika terdapat sistem pertahanan negara maka semua
penduduk dapat
M. memperoleh manfaat baik membayar pajak atau tidak. Ini tidak berarti
bahwa perusahaan
N. pencari-keuntungan akan mensuplai barang yang bersifat non-
eksklusifitas.
O. Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu
tertentu tidak
P. akan mengurangi konsumsi orang lain. Barang publik secara umum
diartikan berdasarkan
Q. tingkat dua karakteristik utama yang dimilikinya yaitu konsumsi
bersama (non rivalry)
R. dan non eksklusif. Konsumsi non rivalry yaitu konsumsi seseorang
tidak dapat
S. mempengaruhi atau mengurangi konsumsi seseorang. Konsumsi bersama
mengacu pada
T. ide bahwa ada beberapa barang yang manfaatnya dapat dinikmati
oleh lebih dari satu
U. orang pada waktu yang sama. Konsumsi non eksklusif merupakan
barang publik yang
V. tidak dapat dilarang untuk mengkonsumsi barang tersebut. Non-
eksklusifitas terjadi
W. ketika seseorang dapat menikmati manfaat barang baik dengan membayar
maupun tidak.
X. Misalnya, jika lingkungan telah menyemprot nyamuk maka sulit untuk
mencegah orang
Y. lain yang tidak membayar untuk menikmati hasil semprotan tersebut, atau
dengan skala
Z. yang lebih luas, jika terdapat sistem pertahanan negara maka semua
penduduk dapat
AA. memperoleh manfaat baik membayar pajak atau tidak. Ini tidak
berarti bahwa perusahaan
BB. pencari-keuntungan akan mensuplai barang yang bersifat non-
eksklusifitas.
CC. Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh
individu tertentu tidak
DD. akan mengurangi konsumsi orang lain. Barang publik secara umum
diartikan berdasarkan
EE.tingkat dua karakteristik utama yang dimilikinya yaitu konsumsi
bersama (non rivalry)

2
FF. dan non eksklusif. Konsumsi non rivalry yaitu konsumsi seseorang
tidak dapat
GG. mempengaruhi atau mengurangi konsumsi seseorang. Konsumsi
bersama mengacu pada
HH. ide bahwa ada beberapa barang yang manfaatnya dapat
dinikmati oleh lebih dari satu
II. orang pada waktu yang sama. Konsumsi non eksklusif merupakan
barang publik yang
JJ. tidak dapat dilarang untuk mengkonsumsi barang tersebut. Non-
eksklusifitas terjadi
KK. ketika seseorang dapat menikmati manfaat barang baik dengan
membayar maupun tidak.
LL.Misalnya, jika lingkungan telah menyemprot nyamuk maka sulit untuk
mencegah orang
MM. lain yang tidak membayar untuk menikmati hasil semprotan
tersebut, atau dengan skala
NN. yang lebih luas, jika terdapat sistem pertahanan negara maka
semua penduduk dapat
OO. memperoleh manfaat baik membayar pajak atau tidak. Ini tidak
berarti bahwa perusahaan
PP. pencari-keuntungan akan mensuplai barang yang bersifat non-
eksklusifitas.
QQ. Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh
individu tertentu tidak
RR. akan mengurangi konsumsi orang lain. Barang publik secara umum
diartikan berdasarkan
SS. tingkat dua karakteristik utama yang dimilikinya yaitu konsumsi
bersama (non rivalry)
TT.dan non eksklusif. Konsumsi non rivalry yaitu konsumsi seseorang
tidak dapat
UU. mempengaruhi atau mengurangi konsumsi seseorang. Konsumsi
bersama mengacu pada
VV. ide bahwa ada beberapa barang yang manfaatnya dapat
dinikmati oleh lebih dari satu
WW. orang pada waktu yang sama. Konsumsi non eksklusif
merupakan barang publik yang
XX. tidak dapat dilarang untuk mengkonsumsi barang tersebut.
Non-eksklusifitas terjadi
YY. ketika seseorang dapat menikmati manfaat barang baik dengan
membayar maupun tidak.
ZZ.Misalnya, jika lingkungan telah menyemprot nyamuk maka sulit untuk
mencegah orang
AAA. lain yang tidak membayar untuk menikmati hasil semprotan
tersebut, atau dengan skala
BBB. yang lebih luas, jika terdapat sistem pertahanan negara maka
semua penduduk dapat

3
CCC. memperoleh manfaat baik membayar pajak atau tidak. Ini tidak
berarti bahwa perusahaan
DDD. pencari-keuntungan akan mensuplai barang yang bersifat non-
eksklusifitas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana difinisi bisnis secara umum ?
2. Bagaimana pengertian bisnis islam ?
3. Bagaimana pentingnya konsep bisnis islam ?
4. Bagaimana bisnis dalam Al-Qur’an ?
5. Bagaimana orientasi bisnis menurut islam ?

4
5

C. Tujuan
1. Mengetahui difinisi bisnis secara umum.
2. Mengetahui pengertian bisnis islam.
3. Mengetahui pentingnya konsep bisnis islam .
4. Mengetahui bisnis dalam Al-Qur’an.
5. Mengetahui orientasi bisnis menurut islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bisnis Secara Umum

Dalam konteks pembicaraan umum, bisnis (business) tidak terlepas


dari aktifitas produksi, pembelian, penjualan, maupun pertukaran barang
dan jasa yang melibatkan orang atau perusahaan. Aktivitas dalam bisnis
pada umumnya punya tujuan menghasilkan laba untuk kelangsungan
hidup serta mengumpulkan cukup dana bagi pelaksanaan kegiatan si
pelaku bisnis atau bisnisman (businessman) itu sendiri.3

Secara Etimologi, bisnis adalah usaha perdagangan, toko,


perusahaan, tugas, urusan, hak, usaha dagang, usaha komersial dalam
dunia perdagangan atau bidang usaha. Kata bisnis juga dapat diartikan
sebagai suatu pertukaran barang, jasa/uang yang saling
menguntungkan/memberi manfaat.

Secara bahasa kata bisnis berasal dari bahasa Inggris, yaitu:


business dan businesess (pluralnya) artinya: untuk urusan dagang, usaha,
perniagaan, ketataniagaan.4 Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai usaha dagang, usaha komersial dalam dunia
perdagangan di bidang usaha.5

Secara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang


dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan

3
M. Fuad, Christin H, Nurlela, Sugiarto, Paulus, Y.E.F, Pengantar Bisnis (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 1.
4
John Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1996),
Cet. Ke-XXII, h. 90.
5
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 38.

6
7

atau rizki dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya


dengan cara mengelola sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien.6

Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual


barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan
laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata
dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas,
ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Atau bisnis dalam arti luas
adalah semua aktivitas oleh komunitas pemasok barang dan jasa.7

Secara sederhana, bisnis adalah semua kegiatan yang dilakukan


seseorang atau lebih yang terorganisasi dalam mencari laba melalui
penyediaan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat.8

B. Pengertian Bisnis islam

Agama Islam mewajibkan setiap orang untuk bekerja, dan tidak


ada peluang bagi orang yang beriman untuk menganggur. Al-Qur’an
menjelaskan tentang konsep bisnis dengan beberapa kata diantaranya: al
Tijarah (berdagang, berniaga), al-bai’u (menjual), dan tadayantum
(muamalah).9

Dalam bahasa Arab, sebutan bisnis biasa diungkapkan dengan kata


At-Tijarah, yang mengandung arti : al-bai’u aw asysyara’u bi qashdi An-
ribhi (usaha komersial yang berorientasikan profit). Yang dimaksud profit
adalah perbedaan antara penghasilan yang diterima oleh seorang pebisnis
dari penjualan barang-barang dan jasa tersebut, atau dengan kata lain,

6
Muslich, Etika Bisnis Islami; Landasan Filosofis, Normatif, dan SubstansiImplementatif
(Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomin UII, 2004), h. 46.
7
M Fuad, M, Christin H, Nurlela, Sugiarto, Paulus, Y, E, Op.Cit, h. 25–42.
8
Dr. Francis Tantri, Pengantar Bisnis (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 4.
9
Akhmad Nur Zaroni, Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah Aspek Keagamaan dalam
Kehidupan Ekonomi), Mazahib Vol. IV, No. 2, 2007, h. 177-179.
8

kuntungan adalah pengahasilan dikurangi pengeluaran (income minus


expenses).

Bisnis berbasis syariah adalah kegiatan bisnis yang dilakukan oleh


seseorang dengan berlandaskan syariat agama Islam, dimana setiap cara
memperoleh dan menggunakan harta yang mereka dapatkan harus sesuai
dengan aturan agama Islam (halal dan haram).10

Dalam ajaran Islam, kegiatan bisnis sangat dianjurkan, tetapi harus


sesuai dengan apa yang telah ditetapkan baik itu oleh al-Qur’an maupun
sunnah Nabi. Keduanya menjadi pedoman bagi kaum muslim dalam
melakukan kegiatan bisninya.11

Bisnis syariah dalam pengertian ini adalah kegiatan usaha yang


dilakukan oleh seseorang sesuai dengan hukum agama Islam, di mana
setiap cara memperoleh dan menggunakan kekayaan yang diperolehnya
harus sesuai dengan ketentuan hukum agama Islam.12

Bisnis dalam padangan Al-Qur’an mempunyai visi masa depan


yang tidak semata-mata mecari keuntungan sesaat, melainkan mencari
keuntungan yang hakiki, baik dan berakibat baik pula bagi kesudahannya.
Dasarnya adalah QS. At-Taubah : 111 yang intinya adalah orang yang
hanya bertujuan keuntungan semata dalam hidupnya, ditantang oleh Allah
dengan tawaran suatu bursa yang tidak mengenal kerugian atau penipuan.13

C. Pentingnya konsep Bisnis Islam

10
Ariyadi Ariyadi, “Bisnis Dalam Islam,” Jurnal Hadratul Madaniyah 5, no. 1 (2018), h.
13–26, https://doi.org/10.33084/jhm.v5i1.158.
11
Abdul Rokhim, Ekonomi Islam Presepektif Muhammad SAW (Jember : STAIN Press,
2013), h. 110.
12
A Kadir, Hukum Bisnis Syari’ah dalam Al-Qur’an (Jakarta : AMZAH, 2010), h. 22-23.
13
A Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah (Jakarta:
Salemba Empat, 2010), h. 30.
9

Bisnis merupakan suatu istilah untuk menjelaskan segala aktivitas


berbagai institusi dari yang menghasilkan barang dan jasa yang perlu
untuk kehidupan masyarakat sehari-hari14. Secara umum bisnis diartikan
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh
pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka memenuhi kebutuhan
dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomi
secara efektif dan efisien. Adapun sektor-sektor ekonomi bisnis tersebut
meliputi sektor pertanian, sektor industri, jasa, dan perdagangan.15

Lebih khusus Skinner mendefinisikan bisnis sebagai pertukaran


barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberi
manfaat. Menurut Anoraga dan Soegiastuti, bisnis memiliki makna dasar
sebagai “the buying and selling of goods and services”. Adapun dalam
pandangan Straub dan Attner, bisnis tak lain adalah suatu organisasi yang
menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa
yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit.16

Adapun dalam Islam bisnis dapat dipahami sebagai serangkaian


aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah
(kuantitas) kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun
dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan
halal dan haram).17

Pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa Islam mewajibkan setiap


muslim, khususnya yang memiliki tanggungan untuk bekerja. Bekerja
merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia memiliki
harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah,
Allah Swt melapangkan bumi serta menyediakan berbagai fasilitas yang

14
Manullang, Pengantar Bisnis (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2002), h. 8.
15
Muslich, Op.Cit.
16
Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas
Bisnis Islami (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 15.
17
Ibid, h. 18.
10

dapat dimanfaatkan untuk mencari rizki. Sebagaimana dikatakan dalam


firman Allah QS. Al Mulk ayat 15 :

‫ُهَو اَّلِذ ْي َجَعَل َلُك ُم اَاْلْر َض َذ ُلْو اًل َفاْم ُش ْو ا ِفْي‬


‫َم َناِكِبَها َو ُك ُلْو ا ِم ْن ِّر ْز ِقٖۗه‬
Terjemahannya: “Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu,
maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki
Nya...”

Di samping anjuran untuk mencari rizki, Islam sangat menekankan


(mewajibkan) aspek kehalalannya, baik dari sisi perolehan maupun
pendayagunaannya (pengelolaan dan pembelanjaan).18

D. Bisnis Dalam Al-Qur’an

Sumber acuan perintah berbisnis di dalam Ekonomi Islam, yaitu:


kitab suci al-qur’an. Bahkan telah banyak ayat al-qur’an yang membahas
tentang perintah berbisnis yang wajib dilakukan oleh umat Islam. Berikut
ini ada beberapa ayat al-qur’an yang menyuruh manusia untuk berbisnis
dalam mencari rezeki, yaitu:

Al-qur’an telah tegas menyatakan kepada manusia untuk berbisnis


dalam mencari sebagian rezeki yang telah disediakan oleh Allah untuk
mencukupi kebutuhan hidup manusia didunia. Sesuai dengan Firman
Allah tentang perintah berusaha terdapat dalam QS. An-Najm/53: 39-40.

18
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung : Alfabeta,
2009), h. 62.
11

Terjemahannya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh


selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan
diperlihat (kepadanya).19

Firman Allah tentang perintah berusaha dengan cara berbisnis


untuk mendapatkan rezeki terdapat dalam QS. Al-Isra’/17: 66.

Terjemahannya: “Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan


untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu”.20

Dan firman Allah tentang kewajiban berusaha dengan cara


berbisnis untuk mendapatkan rezeki terdapat dalam QS. At-Taubah/9: 105.

Terjemahannya: “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan


Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang
ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan.21

Berdasarkan tuntunan kitab suci al-qur’an, kegiatan bisnis yang


dilakukan oleh setiap muslim dapat menunjang perekonomian masyarakat
dan merupakan salah satu kewajiban setiap muslim supaya menjadi
manusia yang produktif dan melalui cara yang baik dan halal. Oleh karena

19
Ibid., hlm. 527
20
Ibid., h. 288.
21
Ibid., h. 203.
12

itu, setiap muslim dilarang untuk menjadi pengangguran dan sangat


dianjurkan untuk bekerja keras. Setiap muslim dilarang untuk meminta-
minta, karena termasuk salah satu perbuatan yang merendahkan
martabatnya sendiri.

E. Orientasi Bisnis Menurut Islam

Dalam menjalankan suatu bisnis, setiap pelaku usaha diwajibkan


menentukan dan mengerti betul tentang tujuan bisnis tersebut. Sehingga
jika bisnis kita mengalami kerugian bahkan kebangkrutan, maka kita tetap
dapat bangkit dan berjuang kembali sebab tujuan yang telah kita tentukan
sejak awal.22 Dalam ajaran Islam, bisnis bertujuan untuk mencapai empat
hal utama: target profit/materi, target hasil/benefit non materi,
pertumbuhan, dan keberkahan.23

1. Terget profit
Dalam etika bisnis islam, tentunya setiap pelaku usaha harus
memegang prinsip-prinsip bisnis Islami. Menurut Imam Ghazali yang
dikutip dalam Sofyan, ada beberapa prinsip bisnis Islam, yaitu sebagai
berikut:
a. Jika seseorang memerlukan sesuatu, kita harus memberikannya
dengan laba yang minimal, jika perlu tanpa keuntungan.
b. Jika seseorang membeli barang dari orang miskin, harga
sewajarnya dilebihkan.
c. Jika ada orang yang berutang dan tidak mampu membayar, maka
diperpanjang, tidak memberatkan dan sebaiknya dibebaskan.
d. Bagi mereka yang sudah membeli, tidak puas dan ingin
mengembalikannya maka harus diterima kembali.
e. Pengutang dianjurkan untuk dapat membayar hutangnya lebih
cepat. Jika penjualan dilakukan dengan kredit, maka sebaiknya
jangan memaksakan pembayaran jika pembeli belum mampu.

22
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Kencana, 2006), h. 128.
23
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta : Kanisius, 2000), h. 47.
13

Dari penjabaran tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam


pengambilan keuntungan yang mana dipengaruhi oleh penentuan harga
sudah diatur dalam Etika Bisnis Islam. Prinsip saling menguntungkan,
yaitu menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak. Prinsip ini terutama mengakomondasi
hakikat dan tujuan bisnis. Maka, dalam bisnis yang kompetitif, prinsip
ini menuntut agar persaingan bisnis haruslah melahirkan suatu win-win
solution.24
Fenomena yang terjadi saat ini manusia semakin egois dan
individualistis dalam segala hal. Selama berbisnis mereka hanya
memikirkan cara untuk mendapatkan keuntungan dan cara menghindar
dari kerugian saja. Ketidak berhasilan datang pada mereka, mereka
lupa bahwa harta yang mereka dapatkan hanyalah titipan dari Allah
yang akan di pertanggungjawabkan kelak diakhirat.
Hakikat dari bisnis dalam agama Islam selain mencari
keuntungan materi juga mencari keuntungan yang bersifat immaterial.
Keuntungan yang bersifat immaterial yang dimaksud adalah
keuntungan dan kebahagiaan ukhrawi.25
2. Target hasil
Tujuan bisnis selayaknya tidak hanya berfokus untuk mencari
profit (qimah madiyah atau nilai materi) setinggi-tingginya, tetapi juga
harus dapat memproleh dan memberikan benefit (keuntungan atau
manfaat) nonmaterial kepada internal organisasi perusahaan dan
eksternal (lingkungan) seperti terciptanya suasana persaudaraan,
kepedulian social dan sebagainya.
Benefit, yang dimaksud tidaklah semata memberikan manfaat
kebendaan, tetapi juga dapat bersofat nonmateri. Islam memandang
bahwa tujuan suatu amal perbuatan tidak hanya berorientasi pada nilai
materi. Masih ada tiga orientasi lainnya, yakni qimah insaniyah, qimah

24
Manullang, Op.Cit., h. 28.
25
Muhammad, Etika Bisnis Islam (Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2004), h. 122.
14

khuluqiyah, dan qimah ruhiyah.26 Dengan qimahh insaniyah, berarti


pengelola perusahaan memberikan manfaat yang bersifat kemanusiaan
melalui kesempatan kerja, bantuan sosial (sedekah) dan bantuan
lainnya. Qimah khuluqiyah, mengandung pengertian bahwa nilai-nilai
akhlak muliah menjadi suatu kemestian yang harus muncul dalam
setiap aktivitas bisnis sehingga tercipta hubungan persaudaraan yang
islami, bukan sekedar hubungan fungsional dan professional.
Sementara itu qimah ruhiyah berarti aktifikas dijadikan sebagai media
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.27
3. Target pertumbuhan
Jika profit materi dan profit non materi telah diraih, perusahaan
harus berupaya menjaga pertumbuhan agar selalu meningkat. Upaya
peningkatan ini juga harus selalu dalm koridor Syariah, bukan
menghalalkan segala cara. Serta target yang telah dicapai dengan
pertumbuhan setiap tahunnya harus dijaga keberlangsungannya agar
perusahaan dapat eksis dalam kurung waktu yang lama.
Bisnis yang Islami merupakan bisnis yang hanya akan hidup
secara ideal dalam system dan lingkungan yang Islami pula. Dalam
lingkungan yang tidak Islami, maka pelaku bisnis akan mudah sekali
terseret dan sulit menghindar dalam kegiatan yang dilarang agama.
Mulai dari uang pelican saat perizinan usaha, menyimpan uang dalam
rekening bank yang berbunga, hingga iklan yang tidak senonoh, dan
aktivitas semacamnya. Oleh karena itu, tumbuh tidaknya jenis kegiatan
bisnis akan sangat bergantung pada jenis system dan lingkungan yang
ada.

4. Target keberkahan

26
Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi al-qur’an tentang Etika dan Bisnis (Jakarta:
Salemba Diniyah, 2002), h. 142.
27
M. Dawam Rahardjo, Etika Ekonomi dan Manajemen (Yogyakarta : Tiara Wacana,
1990), h. 133.
15

Bisnis yang islami dikendalikan oleh aturan Syariah, seperti


berupa halal dan haram, baik dari cara memperolehnya maupun
pemanfaatannya. Sementara bisnis non-Islami dilandaskan pada
sekularisme yang bersendikan pada nilai-nilai material, tidak
memperhatikan aturan halal dan haram dalam perencanaan,
pelaksanaan dan segala aturan yang dilakukan dalam meraih tujuan-
tujuan bisnis.
Dengan adanya aturan atau ketentuan haram dan halal dalam
bisnis islam, maka lebih menekankan adanya optimalitas dan
maksimalitas. Sebab optimalitas merupakan tindakan yang masih
dikendalikan oleh aturan tertentu yang menjadi kendali untuk
mewujudkan tujuan yang sebanyak-banyaknya. Sebagai contoh, hasil
penjualan daging yang haram tentu akan memberikan jumlah yang
banyak. Namun karena adanya unsur yang haram, maka daging
tersebut tidak diperbolehkan dalam aktivitas bisnis islami.
Semua tujuan yang tercapai tidak akan berarti apa-apa jika
tidak ada keberrkahan didalamnya. Maka bisnis islam menempatkan
berka sebagai tujuan inti, karena ia merupakan bentuk dari diteriamnya
segala aktivitas manusia. Keberkahan ini menjadi bukti bahwa bisnis
yang dilakukan oleh pengusaha muslim tela mendapat ridha dari Allah
SWT, dan bernilai ibadah. Hal ini sesuai dengan misi diciptakannya
manusia adalah untuk beribadah kepada Allah baik dengan ibadah
mahdah maupun ghairu mahdah.

elalui latar belakang


tersebut, maka penulis
16

akan melanjutkan
pembahasan
mengenai teori barang
publik 2, antara lain:
Teori erick Lindah, Teori
Smuelson dan
Teori Anggaran.
Melalui latar belakang
tersebut, maka penulis
akan melanjutkan
pembahasan
mengenai teori barang
publik 2, antara lain:
Teori erick Lindah, Teori
Smuelson dan
17

Teori Anggaran.
Melalui latar belakang
tersebut, maka penulis
akan melanjutkan
pembahasan
mengenai teori barang
publik 2, antara lain:
Teori erick Lindah, Teori
Smuelson dan
Teori Anggaran.
Melalui latar belakang
tersebut, maka penulis
akan melanjutkan
pembahasan
18

mengenai teori barang


publik 2, antara lain:
Teori erick Lindah, Teori
Smuelson dan
Teori Anggaran
BAB III

KESIMPULAN

1. Bisnis adalah semua kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih yang
terorganisasi dalam mencari laba melalui penyediaan produk yang dibutuhkan
oleh masyarakat
2. Bisnis syariah dalam pengertian ini adalah kegiatan usaha yang dilakukan
oleh seseorang sesuai dengan hukum agama Islam, di mana setiap cara
memperoleh dan menggunakan kekayaan yang diperolehnya harus sesuai
dengan ketentuan hukum agama Islam.
3. Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya yang memiliki tanggungan
untuk bekerja. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang
memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan. Untuk memungkinkan
manusia berusaha mencari nafkah, Allah Swt melapangkan bumi serta
menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk mencari rizki.
4. Sumber acuan perintah berbisnis di dalam Ekonomi Islam, yaitu: kitab suci
al-qur’an. Bahkan telah banyak ayat al-qur’an yang membahas tentang
perintah berbisnis yang wajib dilakukan oleh umat Islam. Al-qur’an telah
tegas menyatakan kepada manusia untuk berbisnis dalam mencari sebagian
rezeki yang telah disediakan oleh Allah untuk mencukupi kebutuhan hidup
manusia didunia.
5. Dalam menjalankan suatu bisnis, setiap pelaku usaha diwajibkan menentukan
dan mengerti betul tentang tujuan bisnis tersebut. Sehingga jika bisnis kita
mengalami kerugian bahkan kebangkrutan, maka kita tetap dapat bangkit dan
berjuang kembali sebab tujuan yang telah kita tentukan sejak awal. Dalam
ajaran Islam, bisnis bertujuan untuk mencapai empat hal utama: target
profit/materi, target hasil/benefit non materi, pertumbuhan, dan keberkahan.

19
DAFTAR PUSTAKA

A Kadir. 2010. Hukum Bisnis Syari’ah dalam Al-Qur’an. Jakarta : Amzah.

A Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI. 2010. Menggagas Manajemen Syariah.
Jakarta: Salemba Empat.

Abdul Rokhim. 2013. Ekonomi Islam Presepektif Muhammad SAW. Jember:


STAIN Press.

Akhmad Nur Zaroni. 2007. Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah Aspek
Keagamaan dalam Kehidupan Ekonomi). Mazahib Vol. IV, No. 2.

Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa. 2009. Manajemen Bisnis Syariah.
Bandung : Alfabeta.

Ariyadi Ariyadi, “Bisnis Dalam Islam,” Jurnal Hadratul Madaniyah 5, no. 1


(2018), https://doi.org/10.33084/jhm.v5i1.158.

Bertens. K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta : Kanisius.

Dr. Francis Tantri. 2009. Pengantar Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers.

Faisal Badroen, dkk. 2006. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta : Kencana.

Fuad, M, Christin H, Nurlela, Sugiarto, Paulus, Y, E. 2018. Pengantar Bisnis.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

John Echols dan Hasan Shadily. 1996. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta:


Gramedia. Cet. Ke-XXII.

Manullang. 2002. Pengantar Bisnis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Muhammad dan Lukman Fauroni. 2002. Visi al-qur’an tentang Etika dan Bisnis.
Jakarta: Salemba Diniyah.

Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma. 2002.


Menggagas Bisnis Islami. Jakarta: Gema Insani Press.

Muhammad. 2004. Etika Bisnis Islam. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.


Muslich. 2004. Etika Bisnis Islami; Landasan Filosofis, Normatif, dan
SubstansiImplementatif. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomin UII.

Norvadewi. 2015. “Binsis dalam Perspektif Islam (Telaah Konsep, Prnsip, dan
landasan Normatif)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam.

Rahardjo, M. Dawam. 1990. Etika Ekonomi dan Manajemen. Yogyakarta : Tiara


Wacana.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia. 1994. Jakarta: Balai Pustaka.

Zul Fadli. 2023. “1.3. Definisi Bisnis,” HUKUM BISNIS DI ERA MODEREN.

alam kehidupan sehari-hari


, tentunya kita pernah
mendengar tentang barang-
barang umum. Berbicara
tentang barang umum ,
maka akan terlintas dalam
pikiran kita
tentang benda –benda atau
tempat-tempat yang
dengan sengaja di rancang
atau di buat
oleh Pemerintah untuk
rakyatnya.
Aktifitas pemerintah dapat
memiliki eksternalitas
yang penting . Seluruh
warga
negara akan merasakan
manfaat atas berbagai
barang yang dibeli oleh
pemerintah
Contohnya , penyedian
pertahanan umum. Seluruh
masyarakat mendapatkan
manfaat dari
hal itu , apakah mereka
membayar pajak atau
tidak.
alam kehidupan sehari-hari
, tentunya kita pernah
mendengar tentang barang-
barang umum. Berbicara
tentang barang umum ,
maka akan terlintas dalam
pikiran kita
tentang benda –benda atau
tempat-tempat yang
dengan sengaja di rancang
atau di buat
oleh Pemerintah untuk
rakyatnya.
Aktifitas pemerintah dapat
memiliki eksternalitas
yang penting . Seluruh
warga
negara akan merasakan
manfaat atas berbagai
barang yang dibeli oleh
pemerintah
Contohnya , penyedian
pertahanan umum. Seluruh
masyarakat mendapatkan
manfaat dari
hal itu , apakah mereka
membayar pajak atau
tidak.B

Anda mungkin juga menyukai