MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis Syariah
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Riza Syaripuddin
NIM : 2102010004
Sri Wahyuni
NIM : 2102010017
Aisyah Ramadhani
NIM : 2102020008
(STAI-DDI) PINRANG
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita sehingga berkat karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Ekonomi Publik yang berjudul “Perbedaan Organisasi
Sektor Publik dan Sektor Swasta”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Ekonomi Publik di STAI DDI Pinrang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca dan khususnya bagi para mahasiswa sebagai penambah pengetahuan.
Kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT yang punya dan maha
kuasa. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah
bersedia membaca makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini, bisnis merupakan bagian dari kegiatan
ekonomis dan mempunyai peranan sangat vital dalam memenuhi
kebutuhan manusia. Kegiatan bisnis mempengaruhi semua tingkat
kehidupan manusia baik individu, sosial, regional, nasional, maupun
internasional. Tiap hari jutaan manusia melakukan kegiatan bisnis sebagai
produsen, perantara maupun sebagai konsumen. Bisnis adalah kegiatan
ekonomis. Hal yang terjadi dalam hal ini adalah tukar-menukar, jual beli,
memproduksi memasarkan, bekerja memperkerjakan serta interaksi
manusiawi lainnya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.1
Bisnis dalam kehidupan ini merupakan kegiatan yang sangat
penting bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan mereka. Sekarang ini
bisnis banyak dilakukan dengan cara-cara yang tidak benar, tidak ada
kejujuran dalam menjalani kegiatan tersebut.2 Oleh karena itu dalam
makalah ini kita akan membahasa bisnis menurut cara pandang islam.
A. Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu
tertentu tidak
B. akan mengurangi konsumsi orang lain. Barang publik secara umum
diartikan berdasarkan
C. tingkat dua karakteristik utama yang dimilikinya yaitu konsumsi
bersama (non rivalry)
D. dan non eksklusif. Konsumsi non rivalry yaitu konsumsi seseorang
tidak dapat
E. mempengaruhi atau mengurangi konsumsi seseorang. Konsumsi bersama
mengacu pada
F. ide bahwa ada beberapa barang yang manfaatnya dapat dinikmati
oleh lebih dari satu
G. orang pada waktu yang sama. Konsumsi non eksklusif merupakan
barang publik yang
H. tidak dapat dilarang untuk mengkonsumsi barang tersebut. Non-
eksklusifitas terjadi
1
Norvadewi, “Binsis dalam Perspektif Islam (Telaah Konsep, Prnsip, dan landasan
Normatif)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (2015), h. 33.
2
Zul Fadli, “1.3. Definisi Bisnis,” HUKUM BISNIS DI ERA MODERN, 2023, h. 2.
1
I. ketika seseorang dapat menikmati manfaat barang baik dengan membayar
maupun tidak.
J. Misalnya, jika lingkungan telah menyemprot nyamuk maka sulit untuk
mencegah orang
K. lain yang tidak membayar untuk menikmati hasil semprotan tersebut, atau
dengan skala
L. yang lebih luas, jika terdapat sistem pertahanan negara maka semua
penduduk dapat
M. memperoleh manfaat baik membayar pajak atau tidak. Ini tidak berarti
bahwa perusahaan
N. pencari-keuntungan akan mensuplai barang yang bersifat non-
eksklusifitas.
O. Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu
tertentu tidak
P. akan mengurangi konsumsi orang lain. Barang publik secara umum
diartikan berdasarkan
Q. tingkat dua karakteristik utama yang dimilikinya yaitu konsumsi
bersama (non rivalry)
R. dan non eksklusif. Konsumsi non rivalry yaitu konsumsi seseorang
tidak dapat
S. mempengaruhi atau mengurangi konsumsi seseorang. Konsumsi bersama
mengacu pada
T. ide bahwa ada beberapa barang yang manfaatnya dapat dinikmati
oleh lebih dari satu
U. orang pada waktu yang sama. Konsumsi non eksklusif merupakan
barang publik yang
V. tidak dapat dilarang untuk mengkonsumsi barang tersebut. Non-
eksklusifitas terjadi
W. ketika seseorang dapat menikmati manfaat barang baik dengan membayar
maupun tidak.
X. Misalnya, jika lingkungan telah menyemprot nyamuk maka sulit untuk
mencegah orang
Y. lain yang tidak membayar untuk menikmati hasil semprotan tersebut, atau
dengan skala
Z. yang lebih luas, jika terdapat sistem pertahanan negara maka semua
penduduk dapat
AA. memperoleh manfaat baik membayar pajak atau tidak. Ini tidak
berarti bahwa perusahaan
BB. pencari-keuntungan akan mensuplai barang yang bersifat non-
eksklusifitas.
CC. Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh
individu tertentu tidak
DD. akan mengurangi konsumsi orang lain. Barang publik secara umum
diartikan berdasarkan
EE.tingkat dua karakteristik utama yang dimilikinya yaitu konsumsi
bersama (non rivalry)
2
FF. dan non eksklusif. Konsumsi non rivalry yaitu konsumsi seseorang
tidak dapat
GG. mempengaruhi atau mengurangi konsumsi seseorang. Konsumsi
bersama mengacu pada
HH. ide bahwa ada beberapa barang yang manfaatnya dapat
dinikmati oleh lebih dari satu
II. orang pada waktu yang sama. Konsumsi non eksklusif merupakan
barang publik yang
JJ. tidak dapat dilarang untuk mengkonsumsi barang tersebut. Non-
eksklusifitas terjadi
KK. ketika seseorang dapat menikmati manfaat barang baik dengan
membayar maupun tidak.
LL.Misalnya, jika lingkungan telah menyemprot nyamuk maka sulit untuk
mencegah orang
MM. lain yang tidak membayar untuk menikmati hasil semprotan
tersebut, atau dengan skala
NN. yang lebih luas, jika terdapat sistem pertahanan negara maka
semua penduduk dapat
OO. memperoleh manfaat baik membayar pajak atau tidak. Ini tidak
berarti bahwa perusahaan
PP. pencari-keuntungan akan mensuplai barang yang bersifat non-
eksklusifitas.
QQ. Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh
individu tertentu tidak
RR. akan mengurangi konsumsi orang lain. Barang publik secara umum
diartikan berdasarkan
SS. tingkat dua karakteristik utama yang dimilikinya yaitu konsumsi
bersama (non rivalry)
TT.dan non eksklusif. Konsumsi non rivalry yaitu konsumsi seseorang
tidak dapat
UU. mempengaruhi atau mengurangi konsumsi seseorang. Konsumsi
bersama mengacu pada
VV. ide bahwa ada beberapa barang yang manfaatnya dapat
dinikmati oleh lebih dari satu
WW. orang pada waktu yang sama. Konsumsi non eksklusif
merupakan barang publik yang
XX. tidak dapat dilarang untuk mengkonsumsi barang tersebut.
Non-eksklusifitas terjadi
YY. ketika seseorang dapat menikmati manfaat barang baik dengan
membayar maupun tidak.
ZZ.Misalnya, jika lingkungan telah menyemprot nyamuk maka sulit untuk
mencegah orang
AAA. lain yang tidak membayar untuk menikmati hasil semprotan
tersebut, atau dengan skala
BBB. yang lebih luas, jika terdapat sistem pertahanan negara maka
semua penduduk dapat
3
CCC. memperoleh manfaat baik membayar pajak atau tidak. Ini tidak
berarti bahwa perusahaan
DDD. pencari-keuntungan akan mensuplai barang yang bersifat non-
eksklusifitas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana difinisi bisnis secara umum ?
2. Bagaimana pengertian bisnis islam ?
3. Bagaimana pentingnya konsep bisnis islam ?
4. Bagaimana bisnis dalam Al-Qur’an ?
5. Bagaimana orientasi bisnis menurut islam ?
4
5
C. Tujuan
1. Mengetahui difinisi bisnis secara umum.
2. Mengetahui pengertian bisnis islam.
3. Mengetahui pentingnya konsep bisnis islam .
4. Mengetahui bisnis dalam Al-Qur’an.
5. Mengetahui orientasi bisnis menurut islam.
BAB II
PEMBAHASAN
3
M. Fuad, Christin H, Nurlela, Sugiarto, Paulus, Y.E.F, Pengantar Bisnis (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 1.
4
John Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1996),
Cet. Ke-XXII, h. 90.
5
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 38.
6
7
6
Muslich, Etika Bisnis Islami; Landasan Filosofis, Normatif, dan SubstansiImplementatif
(Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomin UII, 2004), h. 46.
7
M Fuad, M, Christin H, Nurlela, Sugiarto, Paulus, Y, E, Op.Cit, h. 25–42.
8
Dr. Francis Tantri, Pengantar Bisnis (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 4.
9
Akhmad Nur Zaroni, Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah Aspek Keagamaan dalam
Kehidupan Ekonomi), Mazahib Vol. IV, No. 2, 2007, h. 177-179.
8
10
Ariyadi Ariyadi, “Bisnis Dalam Islam,” Jurnal Hadratul Madaniyah 5, no. 1 (2018), h.
13–26, https://doi.org/10.33084/jhm.v5i1.158.
11
Abdul Rokhim, Ekonomi Islam Presepektif Muhammad SAW (Jember : STAIN Press,
2013), h. 110.
12
A Kadir, Hukum Bisnis Syari’ah dalam Al-Qur’an (Jakarta : AMZAH, 2010), h. 22-23.
13
A Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah (Jakarta:
Salemba Empat, 2010), h. 30.
9
14
Manullang, Pengantar Bisnis (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2002), h. 8.
15
Muslich, Op.Cit.
16
Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas
Bisnis Islami (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 15.
17
Ibid, h. 18.
10
18
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung : Alfabeta,
2009), h. 62.
11
19
Ibid., hlm. 527
20
Ibid., h. 288.
21
Ibid., h. 203.
12
1. Terget profit
Dalam etika bisnis islam, tentunya setiap pelaku usaha harus
memegang prinsip-prinsip bisnis Islami. Menurut Imam Ghazali yang
dikutip dalam Sofyan, ada beberapa prinsip bisnis Islam, yaitu sebagai
berikut:
a. Jika seseorang memerlukan sesuatu, kita harus memberikannya
dengan laba yang minimal, jika perlu tanpa keuntungan.
b. Jika seseorang membeli barang dari orang miskin, harga
sewajarnya dilebihkan.
c. Jika ada orang yang berutang dan tidak mampu membayar, maka
diperpanjang, tidak memberatkan dan sebaiknya dibebaskan.
d. Bagi mereka yang sudah membeli, tidak puas dan ingin
mengembalikannya maka harus diterima kembali.
e. Pengutang dianjurkan untuk dapat membayar hutangnya lebih
cepat. Jika penjualan dilakukan dengan kredit, maka sebaiknya
jangan memaksakan pembayaran jika pembeli belum mampu.
22
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta : Kencana, 2006), h. 128.
23
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta : Kanisius, 2000), h. 47.
13
24
Manullang, Op.Cit., h. 28.
25
Muhammad, Etika Bisnis Islam (Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2004), h. 122.
14
4. Target keberkahan
26
Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi al-qur’an tentang Etika dan Bisnis (Jakarta:
Salemba Diniyah, 2002), h. 142.
27
M. Dawam Rahardjo, Etika Ekonomi dan Manajemen (Yogyakarta : Tiara Wacana,
1990), h. 133.
15
akan melanjutkan
pembahasan
mengenai teori barang
publik 2, antara lain:
Teori erick Lindah, Teori
Smuelson dan
Teori Anggaran.
Melalui latar belakang
tersebut, maka penulis
akan melanjutkan
pembahasan
mengenai teori barang
publik 2, antara lain:
Teori erick Lindah, Teori
Smuelson dan
17
Teori Anggaran.
Melalui latar belakang
tersebut, maka penulis
akan melanjutkan
pembahasan
mengenai teori barang
publik 2, antara lain:
Teori erick Lindah, Teori
Smuelson dan
Teori Anggaran.
Melalui latar belakang
tersebut, maka penulis
akan melanjutkan
pembahasan
18
KESIMPULAN
1. Bisnis adalah semua kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih yang
terorganisasi dalam mencari laba melalui penyediaan produk yang dibutuhkan
oleh masyarakat
2. Bisnis syariah dalam pengertian ini adalah kegiatan usaha yang dilakukan
oleh seseorang sesuai dengan hukum agama Islam, di mana setiap cara
memperoleh dan menggunakan kekayaan yang diperolehnya harus sesuai
dengan ketentuan hukum agama Islam.
3. Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya yang memiliki tanggungan
untuk bekerja. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang
memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan. Untuk memungkinkan
manusia berusaha mencari nafkah, Allah Swt melapangkan bumi serta
menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk mencari rizki.
4. Sumber acuan perintah berbisnis di dalam Ekonomi Islam, yaitu: kitab suci
al-qur’an. Bahkan telah banyak ayat al-qur’an yang membahas tentang
perintah berbisnis yang wajib dilakukan oleh umat Islam. Al-qur’an telah
tegas menyatakan kepada manusia untuk berbisnis dalam mencari sebagian
rezeki yang telah disediakan oleh Allah untuk mencukupi kebutuhan hidup
manusia didunia.
5. Dalam menjalankan suatu bisnis, setiap pelaku usaha diwajibkan menentukan
dan mengerti betul tentang tujuan bisnis tersebut. Sehingga jika bisnis kita
mengalami kerugian bahkan kebangkrutan, maka kita tetap dapat bangkit dan
berjuang kembali sebab tujuan yang telah kita tentukan sejak awal. Dalam
ajaran Islam, bisnis bertujuan untuk mencapai empat hal utama: target
profit/materi, target hasil/benefit non materi, pertumbuhan, dan keberkahan.
19
DAFTAR PUSTAKA
A Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI. 2010. Menggagas Manajemen Syariah.
Jakarta: Salemba Empat.
Akhmad Nur Zaroni. 2007. Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah Aspek
Keagamaan dalam Kehidupan Ekonomi). Mazahib Vol. IV, No. 2.
Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa. 2009. Manajemen Bisnis Syariah.
Bandung : Alfabeta.
Faisal Badroen, dkk. 2006. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta : Kencana.
Muhammad dan Lukman Fauroni. 2002. Visi al-qur’an tentang Etika dan Bisnis.
Jakarta: Salemba Diniyah.
Norvadewi. 2015. “Binsis dalam Perspektif Islam (Telaah Konsep, Prnsip, dan
landasan Normatif)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia. 1994. Jakarta: Balai Pustaka.
Zul Fadli. 2023. “1.3. Definisi Bisnis,” HUKUM BISNIS DI ERA MODEREN.