Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Prinsip-Prinsip Kemandirian Ekonomi”


Untuk Memenuhi Tugas Pemberdayaan Ekonomi
Dosen Pengampu:
Anang Haris Firmansyah, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 6

1. Ahmad Torik Faiku Rohman (126401202048)


2. Irnadin Dwi Wulandari (126401202068)
3. Kesy Indraswari (126401202072)
4. Nazilatul Mufidah (126401202085)

KELAS 3B
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dalam
penyusunan makalah Statistik dengan judul “Prinsip-Prinsip Kemandirian Ekonomi”.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pemberdayaan Ekonomi,
dosen pembimbing Anang Haris Firmansyah, M.Pd. Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih yang
tidak lupa kami sampaikan kepada:
1. Dr. Maftukhim, M.Ag. Selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk menimba ilmu di UIN Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Anang Haris Firmansyah, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
tugas dan pengarahan kepada kami.
3. Serta teman-teman satu kelompok yang telah bekerja sama dalam pembuatan makalah
ini.

Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena
keterbatasan kami sebagai manusia biasa, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan
demi kesempurnaan kami dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang akan datang.
Akhirnya dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas terselesainya tugas makalah ini
dan semoga bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Tulungagung, Oktober 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar Belakang............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4

C. Tujuan..........................................................................................................................4

BAB II........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN........................................................................................................................5

A. Prinsip kemandirian ekonomi......................................................................................5

B. Wujud kemandirian ekonomi......................................................................................6

C. Kemandirian ekonomi dalam Nawacita......................................................................9

D. Sinergitas kearifan lokal terhadap pembangunan ekonomi hijau..............................12

BAB III.....................................................................................................................................15

PENUTUP................................................................................................................................15

A. Kesimpulan................................................................................................................15

B. Saran..........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam teori pembangunan dikatakan bahwa sesunguhnya pembangunan merupakan
sebuah upaya yang dapat membawa masyarakat mengikuti sebuah proses untuk mencapai
kehidupan yang sebelumnnya dianggap tidak baik,atupun kurang baik, menjadi sebuah
kondisi yang lebih baik. Meskipun demikian kondisi masyarakat yang lebih baik adalah
sebuah kondisi yang tidak dapat ditunggalkan.Kondisi ini mempunyai banyak ukuran dan
kriteria yang berbeda.Akibatnya, ukuran kondisi yang lebih baik bagi seseorang belum tentu
baik menurut orang lain, bahkan dapat saja menajdi kondisi yang lebih buruk. Contohnya
Pemerintah beranggapan kondisi yang lebih baik bagi bangsanya adalah tercapainya
pertumbuhan ekononmi.
Tanggung jawab utama dalam program pembangunan adalah masyarakat berdaya atau
memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek
fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen
bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan. Kemampuan berdaya mempunyai
arti yang sama dengan kemandirian masyarakat. Terkait dengan program pembangunan,
bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi
mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan
apa yang mereka lakukan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip kemandirian ekonomi?
2. Apa wujud dari kemandirian ekonomi?
3. Bagaimana kemandirian ekonomi dalam Nawacita?
4. Bagaimana sinergitas kearifan lokal terhadap pembangunan ekonomi hijau?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami prinsip dari kemandirian ekonomi.
2. Untuk mengetahui dan memahami wujud dari kemandirian ekonomi.
3. Untuk mengetahui dan memahami kemandirian dalam Nawacita.
4. Untuk mengetahui dan memahami sinergitas kearifan lokal terhadap pembangunan
ekonomi hijau.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip kemandirian ekonomi


Kemandirian merupakan salah satu sikap yang semestinya dimiliki setiap orang.
Mandiri berarti kekuatan mengatur sendiri, tindakan mengarahkan sendiri, tidak tergantung
pada kehendak orang lain, hal untuk mengikuti kemauan sendiri. Diri yang mandiri adalah
diri yang berfungsi secara integrative (kesepemahaman) memilih dan mengarahkan aktivitas-
aktivitas sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Sebagai suatu sikap, mandiri merupakan suatu
akumulasi dari pemahaman, penghayatan, dan keterampilan yang tidak bisa diperoleh melalui
proses belajar mengajar pada umumnya. Ia memiliki karakter yang khas yang memerlukan
proses yang mendalam dan intensif.
Dalam penggunaannya di masa sekarang istilah “ekonomi” memiliki beberapa makna.
Pertama, istilah ekonomi kadang digunakan untuk merujuk pada cara melakukan tindakan,
seperti misalnya pada kata “economically” (bertindak secara hemat). Dalam artian ini,
ekonomi berarti efisiensi, pengerahan upaya minimal (dengan hasil maksimal) dan adanya
adaptasi terhadap cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Kedua, istilah “ekonomi”
kadang juga digunakan untuk merujuk pada kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk
mendapatkan kebutuhan yang dibutuhkan atau diinginkan (misalnya dalam produksi). Makna
ini sering kali disampaikan dengan istilah “provisioning” (yaitu pengadaan barang dan jasa).
Ketiga, istilah “ekonomi” adalah merujuk pada institusi-institusi dalam pasar adalah
perwujudan yang paling menyolok dari upaya pencapaian efisiensi dalam kegiatan-kegiatan
yang ditujukan untuk mendapatkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan kita.
Melihat definisi kemandirian dan ekonomi, maka dapat disimpulkan bahwa
kemandirian ekonomi adalah suatu sikap dimana orang dapat mengatur, memenuhi, dan tidak
tergantung pada kehendak orang lain dalam kegiatan yang ditujukan untuk mendapatkan
barang dan jasa yang menjadi kebutuhannya.
Prinsip dari kemandirian ekonomi yaitu ada tiga. Pertama, Membangun ekonomi
nasional secara mandiri yang bebas dari ketergantungan pada ekonomi negara lain, tetapi
didasarkan pada kekuatan sumber daya domestik. Kedua, Membangun ekonomi yang
berorientasi pada kemakmuran rakyat. Ketiga, Menentang dominasi ekonomi asing dan
penjajahan, tetapi tidak mengesampingkan kerja sama ekonomi internasional.

5
B. Wujud kemandirian ekonomi
Menurut Burnadib, (dalam Mu’tadin, 2002) mendefinisikan kemandirian sebagai suatu
keadaan ketika seseorang memiliki hasrat bersang untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu
mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki
kepercayaan diri dalam mengerjakan tugasnya serta bertanggung jawab terhadap apa yang
dilakukannya. Spencer (dalam Rofiq, 2005) menyebutkan bahwa ciri-ciri kemandirian adalah
sebagai berikut: Pertama, mampu mengambil inisiatif. Kedua, mampu mengatasi masalah.
Ketiga, penuh ketekunan. Keempat, memperoleh kepuasan dari usahanya. Adapun faktor
yang mempengaruhi kemandirian itu antara lain: faktor internal dan eksternal. Faktor internal
ini sesuatu yang muncul dari dalam diri seseorang seperti motivasi dan kebutuhan seseorang
(Rofiq, 2005). Sebab pada dasarnya manusia menginginkan otonomi (bisa mengatur diri
sendiri). Melepaskan diri dari kendala, ingin meloloskan diri dari kungkungan dan
ketergantungan kepada orang lain.1
Konsep economic self suffciency atau kemandirian ekonomi adalah sebuah paradigma
politik ekonomi yang saat ini menjadi bagian dipercaya oleh kelompok tertentu sebagai upaya
mencapai kesejahteraan masyarakat. Konsep economic self suffiencity atau kemandirian
ekonomi sering menjadi bagian dari konsep ekonomi politik yang masih diyakini dan
diimplementasikan dari waktu ke waktu dengan definisi yang berbeda. Dalam konteks masa
lalu kemandirian ekonomi adalah upaya dalam mengatasi persoalan krisis ekonomi
masyarakat akan tetapi dalam konteks ini adalah upaya alternatif untuk mengatasi krisis
lingkungan akibat lingkungan akibat globalisasi. Kemandirian ekonomi dianggap sebagai
upaya dalam proses mengejar ekonomi dan pembangunan sosial untuk mengimbangi
globalisasi. Dalam hal ini kemandirian ekonomi menjanjikan adanya keseimbangan dan
kesiapan untuk menghadapi perubahan yang cepat dan ekstensif sehubungan dengan material,
masyarakat, lingkungan, dan budaya.
Kemandirian ekonomi adalah sebuah konsep untuk menggambarkan kecukupan secara
relative yang menjelaskan bawa kemandirian ekonomi baik dalam teori dan praktik, suatu
negara bangsa riil akan berubah seiring dan karena zaman berubah. Selain itu, relativ
kecukupa juga menggambaekan proses penawaran dan permintaan antar geografis jarak dan
distribusi yang tidak stabil. Satu negara dengan negara lain memiliki ketergantungan secara

1
Rizal Muttaqin, “ Kemandirian dan Pemberdayaan Ekonom Berbasis Pesantren (Studi atas Peran Pondok
Pesantren Al-Ittifaq Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung terhadap Kemandirian Ekonomi Santri dan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitarnya), Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia (1) 2: 68-69 (Online),
dalam https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JESI/article/download/134/132, diakses pada 24 September
2021

6
ekonomi yang mengekspresikan dalam berbagai bentuk barang seperti serat, hasil hutan,
bahan bakar, mineral dan bahab baku mentash dan lain-lainnya yang memunculkan apa yang
sering disebut sebagai bentuk “ketergantungan” sekaligus “kerjasama”. Dilihat dari bentuk
dan fungsi, kemandirian ekonomi merujuk pada level universal yang dapat diterapkan dalam
domain yang lebih kecil seperti individu, keluarga, komunitas maupun dalam skala besar
yaitu dalam kebijakan ekonomi negara dengan domainnya warga negara dalam wilayah
tersebut. Dalam kerangka ekonomi global, kemandirian ekonomi sering dikaitkan sebagai
suatu gagasan untuk menentang imperialisme. Meskipun demikian kemandirian ekonomi
bukan doktrin yang “tertutup” secara total dari dunia internasional dan bukan mengarah pada
isolasi internasional.2
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat agar mampu mewujudkan kemandiran dan melepaskan diri dari belenggu
kemiskinan dan keterbelakangan. Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan selalu
dikaitkan dengan konsep kemandirian, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan. Partispasi
merupakan komponen terpenting dalam upaya pertumbuhan kemandirian dan proses
pemberdayaan. Strategi pemberdayaan menempatkan partisipasi masyarakat sebagai isu
pertama pembangunan saat ini, misalnya pembangunan ekonomi.3
Dalam teori pembangunan dikatakan bahwa sesunguhnya pembangunan merupakan
sebuah upaya yang dapat membawa masyarakat mengikuti sebuah proses untuk mencapai
kehidupan yang sebelumnnya dianggap tidak baik,atupun kurang baik, menjadi sebuah
kondisi yang lebih baik. Kondisi ini mempunyai banyak ukuran dan kriteria yang berbeda.
Akibatnya, ukuran kondisi yang lebih baik bagi seseorang belum tentu baik menurut orang
lain, bahkan dapat saja menajdi kondisi yang lebih buruk. Contohnya Pemerintah
beranggapan kondisi yang lebih baik bagi bangsanya adalah tercapainya pertumbuhan
ekononomi. Oleh karena itu, pemerintah berusaha membuka sebanyak mungkin wilayah
kantong-kantong pertumbuhan ekonomi yang dapat mendukung tujuan tersebut.
Tanggung jawab utama dalam program pembangunan adalah masyarakat berdaya atau
memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek
fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen
bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan. Kemampuan berdaya mempunyai
2
Roma Dwi Aria Yuliantri, “Menelusuri Wacana Kemandirian Ekonomi di Indonesia (1920-1965)”, Jurnal
Pendidikan dan Sejarah (7) 1: 69-70 (Online), dalam
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Candrasangkala/article/view/11383, diakses pada 1 Oktober 2021.
3
Shomedran, “Pemberdayaan Partisipatif dalam Membangun Kemandirian Ekonomi dan Perilaku Warga
Mayarakat”, dalam https://ejournal.upi.edu/index.php/pls/article/download/3086/2107, diakses pada 1
Oktober 2021

7
arti yang sama dengan kemandirian masyarakat. Kemandirian masyarakat merupakan suatu
kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan,
memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan
masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang dimiliki.
Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan
afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Menurut Sumodiningrat (2000)
menjelaskan bahwa, keberdayaan masyarakat yang ditandai adanya kemandiriannya dapat
dicapai melalui proses pemberdayaan masyarakat. Keberdayaan masyarakat dapat
diwujudkan melalui partisipasi aktif masyarakat yang difasilitasi dengan adanya pelaku
pemberdayaan. Sasaran utama 32 pemberdayaan masyarakat adalah mereka yang lemah dan
tidak memiliki daya, kekuatan atau kemampuan mengakses sumberdaya produktif atau
masyarakat terpinggirkan dalam pembangunan. Tujuan akhir dari proses pemberdayaan
masyarakat adalah untuk memandirikan warga masyarakat agar dapat meningkatkan taraf
hidup keluarga dan mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya.4 Pembangunan ekonomi
merupakan suatu keharusan jika suatu negara ingin meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan rakyatnya. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi merupakan upaya sadar
dan terarah dari suatu bangsa untuk meningkatkan kesjahteraan rakyatnya melalui
pemanfaatan sumber daya yang ada.5 Usaha ekonomi produktif yang ada akan dibentuk
masing-masing wilayah diidentifikasi berdasarkan kriteria tertentu, dipilih untuk
dikembangkan sebagai sasaran pembinaan.
Kemandirian ekonomi telah menjadi suatu keniscayaan atau tuntutan yang harus segera
diwujudkan. Ketergantungan pada pihak luar akan selalu menjadi penyebab seseorang atau
keluarga tersebut tidak menjadi mandiri dalam perekonomian keluarganya. Menurut
Avilliani, kemandirian ekonomi diartikan sebagai bangsa, masyarakat ataupun keluarga yang
memiliki ketahanan ekonomi terhadap berbagai macam krisis dan tidak tergantung pada
pihak luar. Seseorang ataupun kelompok diatakan akan memiliki jati diri dan karakter yang
kuat apabila memiliki kemandirian ekonomi.6

4
Digilib. Uinsby, “Membangun Kemandirian Ekonomi”, dalam http://digilib.uinsby.ac.id/113/5/Bab
%202.pdf, diakses pada 1 Oktober 2021.
5
Husnul Chotimah, “Upaya Peningkatan Kemandirian Ekonomi Umat Melalui NU-Prenur”, Journal
Econmics Studies (1) 2: 61 (Online), dalam https://media.neliti.com/media/publications/325551-upaya-
peningkatan-kemandirian-ekonomi-um-3b7429ed.pdf, diakses pada 25 September 2021.
6
Ibid., hlm. 8

8
C. Kemandirian ekonomi dalam Nawacita
Nawacita adalah sembilan prioritas pembangunan lima tahun ke depan. Sembilan
prioritas itu dulu menjadi bagian dari visi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf
Kalla dalam kampanye Pilpres 2014. Dengan Nawacita, Indonesia diharapkan mampu
berubah dan menjadi negara yang berdaulat secara secara politik, mandiri dalam bidang
ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Berikut inti dari sembilan program tersebut:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan
nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang
dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya
memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan
konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga
perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan
dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan
mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah
kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat
di tahun 2019. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum
pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang
menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah
pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara
dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui
kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog
antarwarga.

Pada poin ketujuh nawacita yaitu “Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan


menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik” lebih memfokuskan kemandirian
ekonomi masyarakat untuk mencapai kesejahteraan ekonomi. Kemandirian adalah suatu
konsep yang sering dihubungkan dengan pembangunan. Konsep kemandirian menjadi faktor
sangat penting dalam pembangunan. Konsep ini tidak hanya mencakup pengertian
kecukupan diri (self-sufficiency) di bidang ekonomi, tetapi juga meliputi faktor manusia
secara pribadi, yang di dalamnya mengandung unsur penemuan diri (self-discovery)
berdasarkan kepercayaan diri (self-confidence). Kemandirian adalah satu sikap yang
mengutamakan kemampuan diri sendiri dalam mengatasi berbagai masalah demi mencapai
satu tujuan, tanpa menutup diri terhadap berbagai kemungkinan kerjasama yang saling
menguntungkan. Sikap mandiri harus dijadikan tolok ukur keberhasilan, yakni apakah rakyat
atau masyarakat menjadi lebih mandiri atau malah semakin bergantung.
Kemandirian ekonomi yaitu kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan tidak
tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang lain. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut.
Selanjutnya kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat
yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang
dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan
mempergunakan daya kemampuan yang dimiliki. Daya kemampuan yang dimaksud adalah
kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, dan afektif serta sumber daya lainnya yang
bersifat fisik/material. Kemandirian masyarakat dapat dicapai tentu memerlukan sebuah
proses belajar. Masyarakat yang mengikuti proses belajar yang baik, secara bertahap akan
memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan yang bermanfaat dalam proses pengambilan
keputusan secara mandiri.

10
Benny Susetyo menjelaskan bahwa seseorang dikatakan mandiri secara ekonomi
apabila memiliki aspek-aspek sebagai berikut:
1) Bebas hutang konsumtif
Ada dua jenis hutang jika dilihat dari kegunaannya. Pertama, hutang produktif, yaitu
hutang yang dibelanjakan untuk kebutuhan yang dapat menambah penghasilan
seseorang. Misalnya, untuk memulai usaha, untuk membeli tanah, untuk sekolah dan
semacamnya. Kedua, hutang konsumtif, yaitu hutang yang dibelanjakan untuk
kebutuhan yang tidak menambah penghasilan, misalnya membeli hp atau mobil untuk
mengikuti gaya hidup.
2) Memiliki keyakinan dalam bisnis
Seseorang yang memiliki keyakinan berarti tidak mudah terpancing untuk berbelok
dalam bisnisnya, baik ketika bisnisnya merosot atau sedang sepi. Dia akan terus mencari
cara bagaimana menimbun jurang lalu membangun sebuah bukit. Dia akan selalu
memantau bisnisnya sehingga tidak membeli barang yang dinilai kurang penting.
3) Memiliki investasi
Investasi adalah menanamkan suatu modal dengan harapan nantinya akan bertumbuh,
modal bisa apapun termasuk uang, tenaga, pikiran dan lain sebagainya. Seseorang yang
memiliki investasi dinilai memiliki pandangan yang jauh kedepan, yaitu melihat
bagaimana hasil akhir dari proses suatu usaha dari bagaimana usaha tersebut telah
berjalan. Bahkan kegagalan dari sebuah investasi akan tetap memberikan keuntungan,
yaitu membuat pandangan seorang investor semakin tajam.
4) Mampu mengelola arus kas uang (cash flow)
Arus kas uang adalah aliran dana masuk dan aliran dana keluar seseorang. Aliran dana
masuk biasanya disebutpendapatan dan aliran dana keluar disebut pengeluaran atau
pembelanjaan. Sebuah arus kas (cash flow) dinilai baik apabila pengeluaran seseorang
lebih kecil daripada pendapatannya sehingga sisanya bisa ditabung atau diinvestasikan.
Arus kas dinilai buruk apabila pengeluaran seseorang lebih besar dari pada
pendapatannya sehingga untuk memenuhi pengeluaran tersebut, dia akan mencari
pinjaman atau menjual asetnya.
5) Siap mental terhadap gangguan finansial
Kesiapan fisik seseorang dalam bisnis seperti memiliki modal, pengalaman, tabungan,
atau asuransi adalah penting. Namun aspek mental terbukti lebih mendominasi dalam
kesuksesan seseorang dalam kemandirian ekonomi. Jatuh dan bangun dalam usaha akan
menjadi kepastian dalam kehidupan, mereka yang memiliki mental bangkit dari setiap
11
jatuh akan membuat seseorang lebih cepat berhasil daripada orang yang belum
memilikinya, karena seperti krisis atau ditinggal seseorang yang dicintai terbukti mampu
menjatuhkan bisnis yang sudah kuat.

D. Sinergitas kearifan lokal terhadap pembangunan ekonomi hijau


Penelitian Ciocoiu menemukan bahwa ekonomi hijau dapat menawarkan solusi dalam
jangka panjang. Salah satu tanggapan terhadap tantangan perubahan iklim dan memastikan
berkelanjutan pembangunan adalah Pengetahuan Ekonomi Hijau. Pada umumnya, ekonomi
hijau bisa menjadi jawaban untuk perubahan dalam meramalkan iklim dan pemanasan global,
karena mempromosikan ekonomi dan sosial pengembangan yang berkelanjutan. Pop et al.
menemukan bahwa aspek sosial ekonomi hijau dalam mengatasi perubahan iklim
memerlukan cara kerja baru yang akan mempengaruhi seluruh masyarakat. Green dan
Mccann menemukan lima isu utama dalam penerapan ekonomi hijau antara lain, dampak
organisasi dan budaya, mengembangkan kepemimpinan yang tepat, penciptaan lapangan,
teknologi untuk menciptakan lapangan kerja dan mempertahankan kualitas hidup masyarakat
membawa konsekuensi yang tidak diinginkan, serta kepemimpinan dalam ekonomi hijau.7
Lepp, Teh dan Cabanban dan Wang et al. yang menyatakan bahwa masyarakat
pedesaan harus mengeksplorasi budaya mereka dalam memperkuat sumber daya ekonomi
mereka untuk pengembangan pembangunan masyarakat. Anrıquez juga menyatakan bahwa
peningkatan budaya masyarakat sangat berpengaruh pada tingkat pendapatan dan
kesejahteraan untuk pembangunan lingkungan masyarakat selanjutnya. Penelitian tentang
ekonomi hijau telah dilakukan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan Unit Kerja Presiden Bidang
Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP) Republik Indonesia (2015) di
Kalimantan tengah yang menghasilkan rekomendasi pengembangan Model Ekonomi Hijau di
Kalimantan Tengah untuk menilai dampak jangka panjang dari intervensi kebijakan yang
telah dilaksanakan di Kalimantan Tengah 2011-2015 RPJMD serta merumuskan arah
kebijakan 2016-2020 RPJMN, sehingga dapat membantu perencana dan pembuat kebijakan
menganalisis secara bersamaan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari kebijakan masa
lalu dan masa depan.8
Prinsip-prinsip untuk Ekonomi Hijau menurut Stoddart et al. (2012), antara lain;
pemerataan distribusi kesejahteraan, ekuitas dan keadilan ekonomi, ekuitas antar generasi,
7
Bambang Sutikno dan Jati Batoro, “Analisis Kearifan Lokal Terhadap Pembangunan Ekonomi Hijau Di
Kabupaten Pasuruan”, dalam http://jurnal.yudharta.ac.id, diakses pada 29 September 2021
8
Ibid.,

12
pendekatan pencegahan, hak untuk berkembang, internalisasi eksternalitas, informasi,
partisipasi dan akuntabilitas, konsumsi dan produksi berkelanjutan, strategis, terkoordinasi
dan terintegrasi untuk memberikan perencanaan pembangunan berkelanjutan, ekonomi hijau
dan pengentasan kemiskinan, mendefinisikan kembali kesejahteraan, menjaga
keanekaragaman hayati dan mencegah polusi dari setiap bagian dari lingkungan.9
Pengaruh kearifan lokal terhadap pembangunan ekonomi hijau telah memberikan
pengaruh yang positif dan signifikan. Hasil uji hipotesis yang dilakukan oleh peternak sapi
perah dalam usahanya, menunjukkan kearifan lokal berpengaruh positif terhadap
pembangunan ekonomi hijau menunjukkan bahwa semakin baik kearifan lokal maka akan
berdampak positif dan signifikan terhadap pembangunan ekonomi hijau. Indikator dominan
pada kearifan lokal ini adalah indikator pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Indikator pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan mencerminkan peternak sapi
perah yang selalu mengembangkan budaya dalam manajemen usaha ternak sapi dan
memandang penting pengembangan ilmu pengetahuan dalam beternak dan berkoperasi. Asih
et al. (2013) kelembagaan koperasi memiliki peran yang besar dalam kesejahteraan
masyarakat, kususnya koperasi susu sebagai lembaga pemasaran bagi anggotanya. Hal ini
menyangkut dalam bidang peningkatan produktivitas peternak susu serta peningkatan
keterampilannya dalam mengakses permodalan dari pihak luar. Sebagaimana yang dilaporkan
oleh Hoyt (2004) serta Majee dan Hoyt (2009) dari hasil analisisnya yang menyatakan bahwa
lembaga koperasi susu sebagai agen perubahan sikap dan sosial ekonomi bagi anggotanya
secara demokratis. Sutikno dan Hakim (2016) menemukan bahwa variabel budaya
masyarakat berpengaruh signifikan dengan pembangunan lingkungan masyarakat lokal
dengan indikator ekonomi hijau, budaya masyarakat berpengaruh signifikan dengan
pembangunan lingkungan dari masyarakat lokal, dan sistem sebagai budaya masyarakat lokal
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap variabel partisipasi koperasi susu sebagai
lembaga pemasran hasil produk bagi anggotanya. Sutikno dan Batoro (2016) menemukan
bahwa variabel potensi ekonomi berpengaruh signifikan dengan peran koperasi susu dan
peran koperasi susu berpengaruh signifikan terhadap variabel pembangunan masyarakat lokal
dengan indikator ekonomi hijau. Bailey dan Caprotti (2014) menyatakan bahwa keberadaan
ekonomi hijau adalah mengintegrasikan masalah ekonomi, lingkungan, dan sosial.10

9
A. Ratna Pudyaningsih, Bambang Sutikno, dan Sri Hastari, “Pengaruh Potensi Ekonomi Terhadap
Pembangunan Ekonomi Hijau Melalui Kearifan Lokal Dan Peran Koperasi Susu Di Kabupaten Pasuruan”,
dalam https://jurnalekonomi.unisla.ac.id, diakses pada 29 September 2021
10
Ibid.

13
Dalam hal ini peternak sapi perah termasuk dalam contoh usaha kearifan lokal,
sehingga dalam membangun ekonomi hijau harus mengembangkan usaha tersebut. Untuk
mengembangkan usaha tersebut, diperlukan koperasi yang berperan sebagai lembaga untuk
memasarkan usaha kearifan lokal terhadap pembangunan ekonomi hijau sehingga usaha
tersebut dapat mengentaskan masalah ekonomi, lingkungan dan sosial pada masyarakat
melalui ekonomi hijau.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemandirian ekonomi adalah suatu sikap dimana orang dapat mengatur, memenuhi,
dan tidak tergantung pada kehendak orang lain dalam kegiatan yang ditujukan untuk
mendapatkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhannya. Prinsip dari kemandirian ekonomi
yaitu ada tiga. Pertama, Membangun ekonomi nasional secara mandiri yang bebas dari
ketergantungan pada ekonomi negara lain, tetapi didasarkan pada kekuatan sumber daya
domestik. Kedua, Membangun ekonomi yang berorientasi pada kemakmuran rakyat. Ketiga,
Menentang dominasi ekonomi asing dan penjajahan, tetapi tidak mengesampingkan kerja
sama ekonomi internasional.
Dalam konteks masa lalu kemandirian ekonomi adalah upaya dalam mengatasi
persoalan krisis ekonomi masyarakat akan tetapi dalam konteks ini adalah upaya alternatif
untuk mengatasi krisis lingkungan akibat lingkungan akibat globalisasi. Kemandirian
ekonomi dianggap sebagai upaya dalam proses mengejar ekonomi dan pembangunan sosial
untuk mengimbangi globalisasi. Dalam hal ini kemandirian ekonomi menjanjikan adanya
keseimbangan dan kesiapan untuk menghadapi perubahan yang cepat dan ekstensif
sehubungan dengan material, masyarakat, lingkungan, dan budaya
Pada poin ketujuh nawacita yaitu “Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik” lebih memfokuskan kemandirian
ekonomi masyarakat untuk mencapai kesejahteraan ekonomi. Kemandirian adalah suatu
konsep yang sering dihubungkan dengan pembangunan. Konsep kemandirian menjadi faktor
sangat penting dalam pembangunan. Konsep ini tidak hanya mencakup pengertian
kecukupan diri (self-sufficiency) di bidang ekonomi, tetapi juga meliputi faktor manusia
secara pribadi, yang di dalamnya mengandung unsur penemuan diri (self-discovery)
berdasarkan kepercayaan diri (self-confidence).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka disarankan masyarakat untuk membangun usaha
ekonomi hijau melalui kearifan lokal masyarakat setempat. Dan kepada pembaca diharapkan
dapat memahami pembahasan materi pada makalah ini, sehingga dapat menambah wawasan
para pembaca. Apabila terdapat kekurangan atau ketidaktepatan pada pembahasan materi
pada makalah ini, kami mohon saran dan kritikan para pembaca untuk membantu
melengkapinya.

15
DAFTAR PUSTAKA

A. Ratna Pudyaningsih, Bambang Sutikno, dan Sri Hastari, “Pengaruh Potensi Ekonomi
Terhadap Pembangunan Ekonomi Hijau Melalui Kearifan Lokal Dan Peran Koperasi
Susu Di Kabupaten Pasuruan”, Jurnal Penelitian Ilmu Manajemen (JPIM), (Onine), 6
(1): 19–34, (https://jurnalekonomi.unisla.ac.id), diakses pada 29 September 2021
Digilib. Uinsby, “Membangun Kemandirian Ekonomi”, dalam
http://digilib.uinsby.ac.id/113/5/Bab%202.pdf, diakses pada 1 Oktober 2021.
Husnul Chotimah, “Upaya Peningkatan Kemandirian Ekonomi Umat Melalui NU-Prenur”,
Journal Econmics Studies (1) 2: 61 (Online), dalam
https://media.neliti.com/media/publications/325551-upaya-peningkatan-kemandirian-
ekonomi-um-3b7429ed.pdf, diakses pada 25 September 2021.
Santoso, Sugeng. 2009. Pemberdayaan Masyarakat untuk Kemandirian Ekonomi Melalui
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Skripsi tidak Diterbitkan. Surakarta:
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Shomedran, “Pemberdayaan Partisipatif dalam Membangun Kemandirian Ekonomi dan
Perilaku Warga Mayarakat”, dalam
https://ejournal.upi.edu/index.php/pls/article/download/3086/2107, diakses pada 1
Oktober 2021
Sutikno, Bambang, Jati Batoro, “Analisis Kearifan Lokal Terhadap Pembangunan Ekonomi
Hijau Di Kabupaten Pasuruan”, Jurnal Ekonomi Islam, (Online), 8 (2): 243–256,
(http://jurnal.yudharta.ac.id), diakses pada 29 September 2021
Twin, Meilisa. 2020. “Peran Kelompok Usaha Bersama dalam Meningkatkan Kesejahteraan
dan Kemandirian Ekonomi. Skripsi tidak Diterbitkan. Ponorogo: IAIN Ponorogo
Yuliantri, Roma Dwi Aria. “Menelusuri Wacana Kemandirian Ekonomi di Indonesia (1920-
1965)”, Jurnal Pendidikan dan Sejarah (7) 1: 69-70 (Online), dalam
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Candrasangkala/article/view/11383, diakses pada
1 Oktober 2021.

16

Anda mungkin juga menyukai