Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
RahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Hawalah, Akad pengalihan hutang”. Dengan tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Akuntansi Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Hawalah bagi pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen mata kuliah
Akuntansi Syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan seusai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 26 Februari 2020

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di antara bentuk muamalah yang diatur dalam ajaran Islam adalah
masalah (pengalihan utang), atau dalam istilah syariah dinamakan dengan al-
hawalah. Pengalihan utang ini telah dibenarkan oleh syariat dan telah
dipraktikan sejak zaman nabi Muhammad SAW sampai sekarang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang, masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan hawalah?
2. Bagaimana landasan hukum akad hawalah?
3. Bagaimana skema atau diagram akad hawalah?
4. Bagaimana kasus contoh soal akad hawalah?
5. Bagaimana pencacatan akuntansi sederhana menggunakan akad hawalah?

1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan pengertian dari akad hawalah.
2. Mendeskripsikan landasan hukum akad hawalah.
3. Mendeskripsikan skema atau diagram akad hawalah.
4. Mendeskripsikan kasus contoh soal akad hawalah.
5. Mendeskripsikan pencatatan akuntansi sederhana menggunakan akad
hawalah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hawalah


Hawalah secara bahasa artinya al-Intiqal (pindah), sedangkan secara
istilah definisi hawalahmenurut ulama Hanafiyyah adalah memindah (al-
Naqlu) penuntutan atau penagihan dari tanggungan pihak yang berutang (al-
Madin) kepada tanggungan pihak al-Multazim (yang harus membayar utang,
dalam hal ini adalah Muhal ‘alaihi).

Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang


kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Hawalah juga dapat
diistilahkan juga sebagai pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang
berhutang) menjadi tanggungan Muhal ‘alaihi (orang yang berkewajiban
bayar hutang).

2.2 Landasan Hukum.


1. Hadits, Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah pernah bersabda,
“Menunda pembayaran bagi orang yang sudah mampu adalah suatu
kezaliman. Dan jika salah seorang dari kamu diikutkan (di-hawalah-kan)
kepada orang yang mampu/kaya, terimalah hawalah itu.”

Pada hadits tersebut, Rasulullah memberitahukan kepada orang yang


mengutangkan, jika orang yang berutang menghawalahkan kepada orang
yang kaya atau mampu, hendaklah ia menerima hawalah tersebut dan
hendaklah iamenagih pada orang yang dihawalahkan (muhal ‘alaih). Dengan
demikian, haknya dapat terpenuhi.

2. Ijma, Ulama sepakat membolehkan hawalah. Hawalah di bolehkan pada


utang yang tidak berbentuk barang/benda karena hawalah adalah perpindahan
utang. Oleh sebab itu, harus pada uang atau kewajiban finansial.
2.3 Skema Hawalah.

Madzhab Hanafi membagi hawalah dalam beberapa bagian. Ditinjau


dari segi objek akad, maka hawalahdapat dibagi dua, apabila yang dipindahkan
itu merupakan hak menuntut utang, maka pemindahan itu disebuthawalah
alhaqq ( pemindahan hak). Sedangkan jika yang dipindahkan itu berkewajiban
untuk membayar utang, maka pemindahan itu disebut hawalah ad-dain
(pemindahan utang).

Ditinjau dari sisi lain, hawalah terbagi dua pula, yaitu :

1. Hawalah Al-Muqayyadah (pemindahan bersyarat) yaitu, pemindahan


sebagai ganti dari pembayaran utang pihak pertama kepada pihak kedua.
Contoh : Jika A berpiutang kepada B sebesar satu juta rupiah. Sedangkan B
berpiutang kepada C juga sebesar satu juta rupiah. B kemudian
memindahkan atau mengalihkan haknya untuk menuntut piutangnya yang
terdapat pada C kepada A, sebagai ganti pembayaran utang B kepada A.
Dengan demikian, hawalah al-muqayyadah, pada satu sisi merupakan
hawalah al-haqq, karena B mengalihkan hak menuntut piutangnya dari C
kepada A. Sedangkan pada posisi lain, sekaligus merupakan hawalah
addain, karena B mengalihkan kewajibannya membayar utang kepada A
menjadi kewajiban C kepada A.
2. Hawalah Al-Mutlaqah (pemindahan mutlak), yaitu pemindahan utang yang
tidak ditegaskan sebagai ganti dari pembayaran utang pihak pertama kepada
pihak kedua. Contoh : Jika A berutang kepada B sebesar satu juta rupiah. C
berutang kepada A juga sebesar satu juta rupiah. A mengalihkan utangnya
kepada C, sehingga C berkewajiban membayar utang A kepada B, tanpa
menyebutkan bahwa pemindahan utang tersebut sebagai ganti dari
pembayaran utang C kepada A. Dengan demikian hawalah al-mutlaqah
hanya mengandung hawalah ad-dain, karena yang dipindahkan hanya utang
A terhadap B menjadi utang C terhadap B
Skema hawalah di atas dapat di jelaskan bahwa A (muhal) sebagai
pihak pertama yang memberi utang kepada B (muhil), sedangkan pihak kedua
B (Muhil) yang berhutang kepada A (muhal) dan yang mengajukan
pengalihan utang, kemudian pihak ketiga yaitu C (muhal‟alaih) yang
menerima pengalihan utang. Dan utang itu sendiri disebut al-Muhal bih.

2.4 Contoh soal akad hawalah.

PT. ABC memasok bahan baku kesebuah pabrik PT. PQR senilai Rp.
75.000.000 yang baru akan dibayar 3 bulan mendatang. Oleh sebab itu, PT.
ABC memerlukan modal kerja yang demikian mendesak, diajukan pembiayan
hawalah ke suatu kantor cabanf bank syariah dikotanya sebesar nilai
tagihanya. Setelah melalui serangkaian proses penilaian, pembiayaan tersebut
disetujui bank syariah dan kepadanya (misalnya) dikenakan provisi hawalah
sebesar Rp. 300.000,- dan biaya notaris sebesar Rp.250.000,-

Pembukuannya :
(1) Realisasi

Rekening Debet Kredit


Piutang Hawalah Rp 75.000.000
Kas/Giro/Kliring Rp 75.000.000

(2) Pengenaan Biaya Bank


a. Provisi Bank
Rekening Debet Kredit
Kas/Giro-PT. ABC Rp 300.000
Pendapatan Provisi Hawalah Rp 300.000

b. Biaya Notaris

Rekening Debet Kredit


Kas/giro-PT. ABC Rp 250.000
Giro/Tab./Kliring Rp 250.000

(3) Saat Jatuh Tempo


a. PT. PQR dapat menyelesaikan kewajibannya dengan baik.

Rekening Debet Kredit


Kas/Giro-Rp/Kliring Rp 75.000.000
Giro/Tab-Rp/Kliring Rp 75.000.000

b. PT. PQR mengalami musibah kebakaran sehingga dia bangkrut.


Misal sebelum akad Hawalah ditandatangani, terdapat kesepakatan :
a) PT. ABC bertanggung jawab penuh jika PT. PQR melakukan
wanprestasi/tidak melunasi hutangnya, dengan demikian piutang
Hawalah yang masih outstanding dialihkan menjadi piutang Bank
Syari’ah ke PT. ABC secara langsung. Maka dapat dibuat jurnal
(pengalihan piutang) sebagai berikut :

Rekening Debet Kredit


Piutang (ke PT. Rp 75.000.000
ABC)
Piutang Rp 75.000.000

b) PT. ABC tidak bertanggungjawab atas tidak tertagihnya piutang


kepada PT. PQR (Versi-II). Atas tidak tertagihnya piutang PT.
ABC kepada PT. PQR tersebut mengakibatkan kerugian bagi bank
syariah. Berikut jurnalnya:

Rekening Debet Kredit


Kerugian Hawalah Rp 75.000.000
Piutang Hawalah Rp 75.000.000
PT. ABC
2.5 Perlakuan Akuntansi.

Kontrak hiwalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada hal-hal berikut:

a. Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki


piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank,
bank lalu membayar piutang tersebut dan bank menagihnya dari pihak
ketiga itu.
b. Post-dated check,di mana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa
membayarkan dulu piutang tersebut.
c. Bill discounting, secara prinsip, bill discounting serupa dengan
hiwalah. Hanya saja, dalam bill discounting, nasabah harus membayar
fee, sedangkan fee tidak didapati dalam kontrak hiwalah.
Salah satu contoh dari aplikasi modern hiwalah atau take over
(pengalihan utang) dalam perbankan yaitu adanya sistem Anjungan Tunai
Mandiri yang biasa kita kenal dengan sebutan ATM dan sistem yang
lainnya.

1.Akutansi Pihak yang Mengalihkan Utang / Muhil12

Ketika pengambil alihan utang dimana muhal’alaih membayar utang muhil pada
muhal, jurnal :

Dr. Utang –A (muhal) xxx


Kr. Utang –B (muhal’alaih) xxx

Jika utang yang dialihkan harus dilunasi dalam jangka pendek


maka ujrah (fee)yang dibayarkan diakui pada saat terjadinya, Jurnal :

Dr. Beban hawalah xxx


Kr. Kas xxx

Jika utang yang dialihkan harus dilunasi dalam jangka panjang


maka ujrah (fee)yang dibayarkan diakui sebagai beban tangguhan, Jurnal :

Dr. Beban Tangguhan hawalah xxx


Kr. Kas xxx
Kemudian beban diakui melalui amortisasi beban tangguhan
secara garis lurus,jurnal :

Dr. Beban hawalah xxx


Kr. Beban Tangguhan Hawalah xxx

Biaya transaksi hawalah seperti biaya legal dan biaya administrasi


diakui sebagaibeban pada saat terjadinya,jurnal :

Dr. Beban hawalah xxx


Kr. Kas xxx

Pelunasan utang oleh muhil pada muhal’aliah, jurnal :

Dr. Utang-B (muhal’alaih) xxx


Kr. Kas xxx

2.Akutansi Pihak yang Menerima Pengalihan Utang/Muhal’alaihPada saat


pembayaran kepada pihak muhal sebesar jumlah utang yang diambil alih, jurnal :

Dr. Piutang – C (muhil) xxx


Kr. Kas xxx
Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka pendek, jurnal :
Dr. Kas xxx
Kr. Pendapatan Hawalah xxx
Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka panjang,
ketika muhal’alaihmenerima feel ujrah sekaligus, jurnal :
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan diterima dimuka xxx
Pendapatan diakui melalui amortisasi pendapatan
d i t e r i m a d i m u k a s e c a r a proposional dengan jumlah piutang yang tertagih,
jurnal :
Dr. Pendapatan diterima dimuka xxx
Cr. Pendapatan hawalah xxx
Ketika menerima pelunasan piutang, jurnal :
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang C xxx
Pengungkapan entitas keuangan syariah mengungkapkan terkait
pengalihan utang,tetapi tidak terbatas pada :
a.Jumlah dan saldo utang yang dialihkan pada tanggal pelaporan
b.Persentase utang yang dialihkan terhadap total piutang
c.Kebijakan manajemen resiko atas utang yang dialihkan, dan
d.Kebijakan akutansi yang digunakan untuk utang yang dialihkan.

Anda mungkin juga menyukai