Pelaporan
Keuangan
Syariah
Hawalah, Kafalah Dan Sharf
14
Ekonomi dan Bisnis S1 Akuntansi 01710012 Tim Dosen
Abstract Kompetensi
Materi pembukuan dan pencatatan Mahasiswa memiliki kemampuan
ini mencakup bahasan tentang menjelaskan konsep hawalah,
definisi, skema dan rukun hawalah, kafalah dan sharf.
kafalah dan sharf.
HAWALAH
Definisi Hawalah
Al-hawalah atau al-hiwalah merupakan pemindahan kewajiban membayar utang dari
orang yang berutang kepada orang yang berutang lainnya. Dalam pengertian yang lebih
umum, hiwalah dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk perjanjian yang dilakukan oleh tiga
pihak, di mana tanggung jawab pembayaran piutang pihak pertama kepada pihak kedua
ditanggung oleh pihak ketiga sesuai dengan kesepakatan. Hawalah adalah pengalihan utang
dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah
dalam perbankan biasanya diterapkan pada factoring (anjak piutang) dimana bank bertindak
sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.
Skema Hawalah
Berikut Skema Hawalah (Chung & Antonio, 2011):
PENGAMBIL
ALIH
6.
4.
5
3
MUHIL
1 MUHTAL
(PEMBELI)
(PENYUPLAI)
2
1. Pembeli dan penjual melakukan transaksi jual beli
2. Penjual menyerahkan barang dan berhak menerima uang/mengakui piutang
3. Penjual mengalihkan hak tagih kepada pihak pengambil alih
4. Pengambil alih membayar kepada penjual
5. Pengambil alih menagih kepada pembeli
6. Pembeli membayar kepada pengambil alih
Mekanisme Hawalah
1. Penjualan barang atau jasa mengadakan kontrak bisnis dengan pembeliannya yang
pembayarannya baru akan dilakukan/dilunasi setelah beberapa waktu kemudian,
2. Oleh karena memerlukan dana segera/mendesak misalnya untuk modal kerja, si penjual
mengajukan pembiayaan hawalah kepada suatu bank syariah untuk sebesar jumlah tagihan
Penyajian
1. Entitas keuangan syariah menyajikan piutang dari muhil terpisah dari piutang lainnya
dalam neraca sebesar jumlah yang belum dilunasi.
2. Piutang dari muhil disajikan secara terpisah dari piutang lainnya atau pos lainnya untuk
membedakan piutang yang timbul dari penyaluran secara internal dan piutang pihak lain
yang dialihkan.
Pengungkapan
1. Entitas keuangan syariah mengungkapkan terkait pengalihan utang, tetapi tidak terbatas,
pada:
a. Jumlah dan saldo utang yang dialihkan pada tanggal pelaporan;
b. Persentase utang yang dialihkan terhadap total piutang;
c. Kebijakan manajemen risiko atas utang yang dialihkan; dan
d. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk utang yang dialihkan.
Berakhirnya Hawalah
Akad Hiwalah dapat berakhir oleh beberapa sebab, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Karena dibatalkan atau fasakh. Ini terjadi jika akad hiwalah belum dilaksanakan sampai
tahapan akhir lalu difasakh. Dalam keadaan ini hak penagihan dari muhal akan kembali
lagi kepada muhil.
2. Hilangnya hak muhal 'alaih karena meninggal dunia atau bangkrut atau ia mengingkari
adanya akad hiwalah sementara muhal tidak dapat menghadirkan bukti atau saksi.
3. Jika muhal 'alaih telah melaksanakan kewajibannya kepada muhal. Ini berarti akad
hiwalah benar-benar telah dipenuhi oleh semua pihak.
4. Meninggalnya muhal sementara Muhal 'alaih mewarisi harta hiwalah karena pewarisan
merupakan salah satu sebab kepemilikan. Jika akad ini hiwalah muqoyyadah, maka
berakhirlah sudah akad hiwalah itu menurut madzhab Hanafi.
5. Jika muhal menghibahkan atau menyedekahkan harta hiwalah kepada muhal 'alaih dan ia
menerima hibah tersebut.
6. Jika muhal menghapuskan kewajiban membayar hutang kepada muhal 'alaih
Pembukuannya:
1. Realisasi
Dr. Piutang Hawalah Rp. 75.000.000
Kr. Kas/Giro/Kliring Rp. 75.000.000
2. Pengenaan Biaya Bank
a. Provisi Bank
Dr. Kas/Giro PT. ABC Rp. 300.000
Kr. Pendapatan Provisi Hawalah Rp. 300.000
b. Biaya Notaris
Dr. Kas/Giro PT. ABC Rp. 250.000
Kr. Giro/Tab/Kliring Rp. 250.000
3. Saat Jatuh Tempo
a. PT. PQR dapat menyelesaikan kewajibannya dengan baik.
Dr. Kas/Giro-Rp/Kliring Rp. 75.000.000
Kr. Giro/Tab-Rp/Kliring Rp. 75.000.000
b. PT. PQR mengalami musibah kebakaran sehingga dia bangkrut.
Skema Kafalah
PIHAK YANG DI
TANGGUNG
Syarat kafalah
1. Kafil, disyaratkan sudah baligh, berakal, merdeka dalam mengelola harta bendanya/ tidak
dicegah membelanjakan hartanya dan dilakukan dengan kehendaknya sendiri serta pihak
penjamin harus mengetahui objek yang dijaminnya. Selain itu, menurut kalangan
Hanafiyah, pihak penjamin harus ada di majelis akad agar mengetahui siapa dan apa yang
dijaminnya.
2. Mafkul lahu, syaratnya yang berpiutang diketahui oleh orang yang menjamin, harus cakap
hukum dan harus ada pada saat akad. Selain itu, pihak yang berpiutang harus berakal,
tidak harus baligh tetapi seandainya anak kecil, ia harus mumayyiz.
3. Makful 'anhu, disyaratkan mempunyai kemampuan untuk menyerahkan objek yang
dijamin dan pihak yang dijamin harus diketahui oleh pihak penjamin. Menurut kalangan
Syafi'iyah, pihak yang ditanggung tidak harus cakap hukum, bahkan menanggung orang
yang telah meninggalpun diperbolehkan.
4. Makful bihi, merupakan tanggungan peminjam baik berupa uang/ benda/ pekerjaan, dapat
dilaksanakan oleh penjamin, merupakan piutang yang mengikat, jelas nilai dan
spesifikasinya, serta tidak diharamkan.
Macam-Macam Kafalah
Menurut Imam al-Sarakhsi, kafalah ada dua macam, yaitu kafalah bi alnafsi (asuransi
jiwa) dan kafalah bi al-mal (asuransi harta). Namun ternyata dalam prakteknya kafalah
memiliki lima macam, yaitu sebagai berikut:
a. Kafalah bil Mal yaitu jaminan pembayaran barang atau pelunasan utang.
b. Kafalah bil Nafs yaitu jaminan atas diri seseorang karena nama baik atau ketokohannya.
Dalam hal ini, bank dapat bertindak sebagai Juridical Personality yang dapat memberikan
jaminan untuk tujuan tertentu. Sebagai contoh, dalam praktik perbankan untuk bentuk
kafalah bil nafs adalah seorang nasabah yang mendapat pembiayaan dengan jaminan nama
baik dan ketokohan seseorang atau pemuka masyarakat.
c. Kafalah bit Taslim yaitu jaminan pengembalian atas barang yang disewa, ketika batas
sewa berakhir. Jenis pemberian jaminan ini dapat dilaksanakan oleh bank untuk keperluan
nasabahnya dalam bentuk kerjasama dengan perusahaan (leasing company). Jaminan
pembayaran bagi bank dapat berupa deposito/ tabungan dan pihak bank diperbolehkan
memungut uang jasa kepada nasabah.
d. Kafalah al-Munjazah yaitu jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh jangka waktu dan
untuk kepentingan/ tujuan tertentu. Dalam dunia perbankan, kafalah model ini dikenal
dengan bentuk performance bond (jaminan prestasi).
e. Kafalah al-Muallaqah bentuk jaminan ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al-
munjazah, di mana jaminan dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan tujuan tertentu pula.
Sumber Hukum
Dari Abu Said al-Khudri r.a, Rasulullah SAW bersabda: "Transaksi pertukaran emas
dengan emas harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya
adalah riba, perak dengan perak harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai),
kelebihannya adalah riba, gandum dengan gandum harus sama takaran, timbangan dan tangan
ke tangan (tunai) kelebihannya adalah riba, tepung dengan tepung harus sama takaran,
timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, kurma dengan kurma
harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, garam
dengan garam harus sama takaran timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya
adalah riba." (HR. Muslim)
"Juallah emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, syair dengan
syair, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dergan syarat harus) sama dan sejenis
serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai."
(HR. Muslim).
"Umar bin Khattab mendengar seseorang menukarkan emas sambil berkata ketika menerima
tukarannya: "Tunggulah penjagaku pulang dari hutan," lalu Umar berkata, "Demi Allah,
janganlah engkau berpisah dengannya sehingga terjadi proses pertukarannya. Aku mendengar
Rasulullah bersabda, tukur menukar emas dengan emas itu adalah riba, kecuali dilakukan
kontan dengan kontan. Gandum dengan gandum juga adalah riba, kecuali dilakukan dengan
kontan, kurma dengan kurma juga adalah riba, kecuali kontan dengan kontan" (HR. Bukhari).
Emas, perak, kurma, gandum, anggur kering dan garam adalah contoh barang-barang
ribawi atau barang yang secara kasat mata tidak dapat dibedakan. Berdasarkan hadis di atas,
dapat diartikan kalau terjadi pertukaran selama barang ribawi yang sejenis misalnya emas
dengan emas perak dengan perak dan seterusnya lurus sama jumlahnya dan harus dari tangan
ke tangan (tunai) karena kelebihannya adalah riba. Begitu juga pertukaran untuk barang
ribawi sejenis dengan kualitas yang berbeda misalnya kurma berkualitas rendah dengan
kurma yang berkualitas lebih tinggi tetap harus dalam jumlah yang sama (karena secara kasat
mata tidak dapat dibedakan) dan tunai. Cara lain dapat ditempuh untuk memperoleh barang
ribawi yang kualitasnya berbeda adalah dengan cara menjual kurma yang berkualitas lebih
rendah atau lebih tinggi terlebih dahulu, lalu uang yang didapatkan digunakan untuk membeli
kurma yang berkualitas berbeda.
Pada zaman Rasulullah, mata uang dinyatakan dalam satuan mata uang Dinar (yang terbuat
dari emas) dan Dirham (yang terbuat dari perak). Dari hadis di atas dapat kita analogikan
pertukaran mata uang yang sama harus sama jumlahnya dan tunai, misalnya uang Rp100.000
ditukar dengan uang Rp1.000 sebanyak 100 lembar tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih
dan tunai. Sementara pertukaran untuk mata uang yang berbeda (dalam hadis emas dan
perak) misalnya ringgit Malaysia dengan rupiah dibolehkan jumlahnya berbeda (contoh RM I
dengan Rp2.500) asalkan dilakukan secara tunai/tidak boleh utang.
Menurut ajaran Islam, uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan bukan merupakan
komoditas. Tanpa didayagunakan, uang tidak dapat menghasilkan pendapatan atau
keuntungan dengan dirinya sendiri. Apabila uang dapat "bertambah" tanpa didayagunakan,
maka tambahan itu adalah riba. Uang baru dapat menghasilkan keuntungan atau kelebihan
apabila didayagunakan atau dinvestasikan bersama dengan sumber daya lainnya.
4 (empat) jenis transaksi pertukaran valuta asing, adalah sebagai berikut :
VALUTA
PENJUAL
PEMBELI
1
VALUTA
Untuk tujuan laporan keuangan di akhir periode, aset moneter (piutang dan utang) dalam
satuan valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan menggunakan nilai kurs
tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan keuangan. Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai
berikut:
Jika nilai kurs tengah BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya:
Dr. Kerugian xxx
Kr. Piutang (valas) xxx
Dr. Utang (valas) xxx
Kr. Keuntungan xxx
Jika nilai kurs tengah BI lebih besar dari niat kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya:
Dr. Piutang (valas) xxx
Kr. Keuntungan xxx
Dr. Kerugian xxx
Kr. Utang (valas) xxx
Referensi
Adiwarman Karim. 2006. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada, 2006
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2008. PSAK No. 110. Akuntansi Hawalah. Jakarta: IAI
Ikatan Akuntan Indonesia. 2020. Akad Tata Kelola dan Etika Syariah. Jakarta.
Muhammad Syafi'i Antonio. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani.
Nurhayati Sri. 2017. Akuntansi Syariah Di Indonesia Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
.
.