Anda di halaman 1dari 23

MODUL PERKULIAHAN

Pelaporan
Keuangan
Syariah
Hawalah, Kafalah Dan Sharf

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

14
Ekonomi dan Bisnis S1 Akuntansi 01710012 Tim Dosen

Abstract Kompetensi
Materi pembukuan dan pencatatan Mahasiswa memiliki kemampuan
ini mencakup bahasan tentang menjelaskan konsep hawalah,
definisi, skema dan rukun hawalah, kafalah dan sharf.
kafalah dan sharf.
HAWALAH
Definisi Hawalah
Al-hawalah atau al-hiwalah merupakan pemindahan kewajiban membayar utang dari
orang yang berutang kepada orang yang berutang lainnya. Dalam pengertian yang lebih
umum, hiwalah dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk perjanjian yang dilakukan oleh tiga
pihak, di mana tanggung jawab pembayaran piutang pihak pertama kepada pihak kedua
ditanggung oleh pihak ketiga sesuai dengan kesepakatan. Hawalah adalah pengalihan utang
dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah
dalam perbankan biasanya diterapkan pada factoring (anjak piutang) dimana bank bertindak
sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.

Skema Hawalah
Berikut Skema Hawalah (Chung & Antonio, 2011):

PENGAMBIL
ALIH

6.
4.
5
3

MUHIL
1 MUHTAL
(PEMBELI)
(PENYUPLAI)
2
1. Pembeli dan penjual melakukan transaksi jual beli
2. Penjual menyerahkan barang dan berhak menerima uang/mengakui piutang
3. Penjual mengalihkan hak tagih kepada pihak pengambil alih
4. Pengambil alih membayar kepada penjual
5. Pengambil alih menagih kepada pembeli
6. Pembeli membayar kepada pengambil alih

Mekanisme Hawalah
1. Penjualan barang atau jasa mengadakan kontrak bisnis dengan pembeliannya yang
pembayarannya baru akan dilakukan/dilunasi setelah beberapa waktu kemudian,
2. Oleh karena memerlukan dana segera/mendesak misalnya untuk modal kerja, si penjual
mengajukan pembiayaan hawalah kepada suatu bank syariah untuk sebesar jumlah tagihan

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


2 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
dengan jaminan piutangnya kepada pembelinya. Sebagai realisasinya, bank membayar
pembiayaan dimaksud kepada debitur (penjual) sebesar tagihan, dan debitur akan
membayar biaya admininstrasi kepada bank,
3. Pada saat hutang debitur jatuh tempo, bank menagih pelunasan hutang debitur kepada
rekan dagang debitur-pembeli barang/jasa debitur (pihak ketiga).

Manfaat dan Keuntungan Hawalah


Akad hawalah dapat memberikan beberapa manfaat dan keuntungan, di antaranya:
1. Memungkinkan penyelesaian hutang piutang dengan cepat,
2. Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan,
3. Dapat menjadi salah satu fee-based income/sumber pendapatan nonpembiayaan bagi bank
syariah.

Dasar Hukum Hawalah


1. Al-Qur'an
"Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai
Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui."
2. Hadits
Hadits riwayat Abu Hurairah ra. “Sesungguhnya Rasulullah bersabda: penguluran
pembayaran utang yang dilakukan oleh seorang kaya merupakan sebuahh bentuk kezaliman.
Jika (pembayaran piutang) salah seorang diantara kalian dialihkan kepada orang lain yang
mudah membayar utang, hendaklah pengalihan tersebut diterima."
3. Landasan Hukum Positif
Hiwalah salah satu produk perbankan syariah dibidang jasa telah mendapatkan dasar
hukum dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. Dengan diundangkannya Undang-Undang
Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, hiwalah mendapatkan dasar hukum yang
lebih kokoh. Dalam pasal 19 Undang-Undang Perbankan Syariah disebutkan bahwa kegiatan
usaha bank umum syariah antara lain meliputi melakukan pengambilalihan utang berdasarkan
akad hiwalah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Produk jasa
perbankan syariah berdasarkan akad hiwalah secara teknis berdasarkan pada PBI No.
9/19/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


3 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syariah, sebagaimana yang telah diubah dengan
PBI no. 10/16/PBI/2008. Pasal PBI dimaksud menyebutkan pemenuhan prinsip syariah
sebagaimana dimaksud, antara lain dilakukan melalui kegiatan pelayanan jasa dengan
mempergunakan antar lain akad kafalah, hawalah dan sharf. DSN-MUI telah menerbitkan
fatwa No. 31/DSN-MUI/VI/2001 tentang pengalihan utang. Istilah lain untung pengalihan
utang dalam bahsa fiqih dikenal dengan istilah hawalah.

Rukun dan Syarat Hawalah


1. Rukun Hawalah
a. Orang yang memindahkan tanggungan utang (Muhil),
b. Orang yang memberikan utang yang dipindahkan pelunasannya dari orang yang
berutang padanya secara langsung (muhal),
c. Orang yang dipindahkan tanggungan utang padanya (muhal alaih),
d. Harta yang diutang yang dialihkan( muhal bih),
e. Shighat.
2. Syarat-syarat Hawalah
a. Persetujuan para pihak terkait,
b. Kedudukan dan kewajiban para pihak.
.
Jenis-Jenis Hawalah
1. Hawalah Muthlaqoh
Hiwalah Muthlaqoh terjadi jika orang yang berhutang (orang pertama) kepada orang
lain (orang kedua) mengalihkan hak penagihannya kepada pihak ketiga tanpa didasari pihak
ketiga ini berhutang kepada orang pertama. Jika A berhutang kepada B dan A mengalihkan
hak penagihan B kepada C, sementara C tidak punya hubungan hutang piutang kepada B,
maka hiwalah ini disebut Muthlaqoh. Ini hanya dalam madzhab Hanafi dan Syi'ah sedangkan
jumhur ulama mengklasifikasikan jenis hiwalah ini sebagai kafalah.
2. Hawalah Muqoyyadah
Hiwalah Muqoyyadah terjadi jika Muhil mengalihkan hak penagihan Muhal kepada
Muhal Alaih karena yang terakhir punya hutang kepada Muhal. Inilah hiwalah yang boleh
(jaiz) berdasarkan kesepakatan para ulama. Ketiga madzhab selain madzhab hanafi
berpendapat bahwa hanya membolehkan hiwalah muqayyadah dan mensyaratkan pada
hiwalah muqayyadah agar utang muhal kepada Muhil dan utang muhal alaih kepada Muhil

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


4 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
harus sama, baik sifat maupun jumlahnya. Jika sudah sama jenis dan jumlahnya, maka sahlah
hiwalahnya. Tetapi jika salah satunya berbeda, maka hiwalah tidak sah.

Pengakuan dan Pengukuran


Akuntansi Pihak yang Mengalihkan Utang
1. Pihak yang mengalihkan utang (muhil) kepada pihak yang menerima pengalihan utang
(muhal 'alaih) menghentikan pengakuan utang kepada pihak berpiutang sebelumnya
(muhal) dan mengakui utang baru kepada muhal 'alaih pada saat selesainya pengalihan
utang.
2. Pengalihan utang diselesaikan apabila muhal 'alaih telah menyelesaikan seluruh utang
muhil kepada muhal dan antara muhal dan muhil sudah tidak ada lagi hubungan utang
piutang.
3. Perlakuan akuntansi untuk transaksi antara muhal 'alaih dengan muhil setelah pengalihan
utang sesuai dengan akad yang digunakan yang diatur dalam PSAK yang relevan.
4. Ujrah (fee) yang dibayarkan kepada muhal 'alaih diakui sebagai beban pada saat terjadinya
pengambilalihan utang jika utang harus dilunasi dalam jangka pendek sejak pengalihan,
namun diakui secara garis lurus selama periode pelunasan untuk utang jangka panjang.
5. Biaya transaksi hawalah yang dikeluarkan diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
6. Biaya transaksi yang harus diselesaikan atau dibayarkan kepada muhal 'alaih, termasuk
tetapi tidak terbatas pada biaya legal dan biaya administrasi.
7. Utang kepada muhal 'alaih dihentikan pengakuannya pada saat diselesaikan Akuntansi
Pihak yang Menerima Pengalihan Utang .
8. Pihak yang menerima pengalihan utang (muhal 'alaih) mengakui piutang dari muhil pada
saat pembayaran kepada pihak muhal sebesar jumlah utang yang diambil alih.
9. Pengambilalihan diselesaikan apabila muhal 'alaih telah menyelesaikan seluruh utang
muhil kepada muhal dan antara muhal dan muhil sudah tidak ada lagi hubungan utang
piutang.
10. Perlakuan akuntansi untuk transaksi antara muhal 'alaih dengan muhil setelah pengalihan
utang sesuai dengan akad yang digunakan yang diatur dalam PSAK yang relevan.
11. Ujrah (fee) yang diterima diakui sebagai pendapatan pada saat terjadinya pengambilalihan
utang, jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka pendek sejak pengalihan,
namun diakui secara proporsional dengan jumlah piutang yang dapat ditagih untuk
piutang jangka panjang.

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


5 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
12. Penghasilan dalam bentuk ujrah dari pengalihan utang muhil kepada muhal diakui
sekaligus pada saat penyelesaian dan tidak diakui sesuai dengan jatuh tempo atau
penerimaan angsuran dari muhil, di mana penghasilan tersebut tidak terkait dengan
penyelesaian piutang dari muhil.
13. Jika terdapat bukti obyektif atas penyelesaian piutang dari muhil yang mengakibatkan
jumlah yang dapat tertagih lebih rendah dari jumlah tagihan maka harus dibuat penyisihan
piutang dari muhil sesuai dengan PSAK yang relevan.
14. Piutang kepada muhil dihentikan-pengakuannya pada saat diselesaikan.

Penyajian
1. Entitas keuangan syariah menyajikan piutang dari muhil terpisah dari piutang lainnya
dalam neraca sebesar jumlah yang belum dilunasi.
2. Piutang dari muhil disajikan secara terpisah dari piutang lainnya atau pos lainnya untuk
membedakan piutang yang timbul dari penyaluran secara internal dan piutang pihak lain
yang dialihkan.

Pengungkapan
1. Entitas keuangan syariah mengungkapkan terkait pengalihan utang, tetapi tidak terbatas,
pada:
a. Jumlah dan saldo utang yang dialihkan pada tanggal pelaporan;
b. Persentase utang yang dialihkan terhadap total piutang;
c. Kebijakan manajemen risiko atas utang yang dialihkan; dan
d. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk utang yang dialihkan.

Perlakuan Akuntansi Hawalah


Akuntansi Pihak yang Mengalihkan Utang Muhil
Ketika pengambil alihan utang di mana muhabbat membayar utang mahil pada mahal
Jurnal:
Dr. Utang-A (Muhal) xxx
Kr. Utang-B (Muhal alaih) xxx

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


6 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Jika utang yang dialihkan harus dilunasi dalam jangka pendek maka ujrah (fee) yang
dibayarkan diakui pada saat terjadinya
Jurnal:
Dr. Beban Hawalah xxx
Kr. Kas xxx
Jika utang yang dialihkan dilunasi dalam jangka panjang maka ujrah (fee) yang dibayarkan
diakui sebagai beban tangguhan
Jurnal:
Dr. Beban Tangguhan Hawalah xxx
Kr. Kas xxx
Kemudian beban diakui melalui amortisasi beban tangguhan secara garis lurus
Jurnal:
Dr. Beban Hawalah xxx
Kr. Beban Tangguhan Hawalah xxx
Biaya transaksi hawalah seperti biaya legal dan biaya administrasi diakui sebagai beban pada
saat terjadinya
Jurnal:
Dr. Beban Hawalah xxx
Kr. Kas xxx
Pelunasan utang oleh muhil pada muhai'alaih
Jurnal:
Dr. Utang - B (muhal'alaih) xxx
Kr. Kas xxx
Akuntansi Pihak yang Menerima Pengalihan Utang/Muhal'alaih
Pada saat pembayaran kepada pihak muhal sebesar jumlah utang yang diambil alih
Jurnal:
Dr. Piutang - C (Muhil) xxx
Kr. Kas xxx
Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka pendek
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Kr. Pendapatan Hawalah xxx

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


7 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka panjang, ketika muhal'alaih menerima
feel ujrah sekaligus
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Kr. Pendapatan diterima dimuka xxx
Pendapatan diakui melalui amortisasi pendapatan diterima dimuka secara proporsional
dengan jumlah piutang yang tertagih
Jurnal:
Dr. Pendapatan diterima dimuka xxx
Kr. Pendapatan Hawalah xxx
Ketika menerima pelunasan piutang
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Kr. Piutang C xxx
Jika terdapat bukti objektif atas penyelesaian piutang dari muhil yang mengakibatkan jumlah
yang dapat tertagih lebih rendah dari jumlah tagihan maka harus dibuat penyisihan piutang
dari muhil sesuai dengan PSAK yang relevan.

Berakhirnya Hawalah
Akad Hiwalah dapat berakhir oleh beberapa sebab, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Karena dibatalkan atau fasakh. Ini terjadi jika akad hiwalah belum dilaksanakan sampai
tahapan akhir lalu difasakh. Dalam keadaan ini hak penagihan dari muhal akan kembali
lagi kepada muhil.
2. Hilangnya hak muhal 'alaih karena meninggal dunia atau bangkrut atau ia mengingkari
adanya akad hiwalah sementara muhal tidak dapat menghadirkan bukti atau saksi.
3. Jika muhal 'alaih telah melaksanakan kewajibannya kepada muhal. Ini berarti akad
hiwalah benar-benar telah dipenuhi oleh semua pihak.
4. Meninggalnya muhal sementara Muhal 'alaih mewarisi harta hiwalah karena pewarisan
merupakan salah satu sebab kepemilikan. Jika akad ini hiwalah muqoyyadah, maka
berakhirlah sudah akad hiwalah itu menurut madzhab Hanafi.
5. Jika muhal menghibahkan atau menyedekahkan harta hiwalah kepada muhal 'alaih dan ia
menerima hibah tersebut.
6. Jika muhal menghapuskan kewajiban membayar hutang kepada muhal 'alaih

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


8 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Contoh Soal Hawalah
PT. ABC memesan bahan baku ke sebuah pabrik PT. PQR senilai Rp.75.000.000 yang baru
akan dibayar 3 bulan mendatang. Oleh sebab itu, PT. ABC memerlukan modal kerja yang
demikian mendesak, diajukan pembiayaan hawalah ke suatu kantor cabang bank syariah
dikotanya sebesar nilai tagihannya. Setelah melalui serangkaian proses penilaian, pembiayaan
tersebut disetujui bank syariah dan kepadanya (misalnya) dikenakan provisi hawalah sebesar
Rp.300.000,- dan biaya notaris sebesar Rp.250.000.

Pembukuannya:
1. Realisasi
Dr. Piutang Hawalah Rp. 75.000.000
Kr. Kas/Giro/Kliring Rp. 75.000.000
2. Pengenaan Biaya Bank
a. Provisi Bank
Dr. Kas/Giro PT. ABC Rp. 300.000
Kr. Pendapatan Provisi Hawalah Rp. 300.000
b. Biaya Notaris
Dr. Kas/Giro PT. ABC Rp. 250.000
Kr. Giro/Tab/Kliring Rp. 250.000
3. Saat Jatuh Tempo
a. PT. PQR dapat menyelesaikan kewajibannya dengan baik.
Dr. Kas/Giro-Rp/Kliring Rp. 75.000.000
Kr. Giro/Tab-Rp/Kliring Rp. 75.000.000
b. PT. PQR mengalami musibah kebakaran sehingga dia bangkrut.

Misal sebelum akad Hawalah ditandatangani, terdapat kesepakatan:


 PT. ABC bertanggung jawab penuh jika PT. PQR melakukan wanprestasi/tidak melunasi
hutangnya, dengan demikian piutang hawalah yang masih outstanding dialihkan menjadi
piutang Bank Syari'ah ke PT. ABC secara langsung. Maka dapat dibuat jurnal (pengalihan
piutang) sebagai berikut:
Dr. Piutang (ke PT. ABC) Rp. 75.000.000
Kr. Piutang Rp. 75.000.000

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


9 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
 PT. ABC tidak bertanggung jawab atas tidak tertagihnya piutang kepada PT. PQR
(Versi-II). Atas tidak tertagihnya piutang PT. ABC kepada PT. PQR tersebut
mengakibatkan kerugian bagi bank syariah. Berikut jurnalnya:
Dr. Kerugian Hawalah Rp. 75.000.000
Kr. Piutang Hawalah PT. ABC Rp. 75.000.000

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


10 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
KAFALAH
Definisi Kafalah
Kafalah secara etimologi memiliki tiga makna yaitu damanah (jaminan), hamalah
(beban), dan za'amah (tanggungan). Secara terminologi, kafalah adalah jaminan yang
diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak yang memberikan utang (makful lahu) untuk
memenuhi kewajiban pihak yang berutang atau yang ditanggung (makful 'anhu).
Menurut Syafi'i Antonio, kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Sedangkan menurut Bank Indonesia, kafalah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan
satu pihak kepada pihak lain dimana pemberi jaminan bertanggung jawab atas pembayaran
kembali suatu utang yang menjadi hak penerima jaminan.
Istilah kafalah dalam praktek perbankan, merupakan jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafil) kepada pihak ketiga dalam rangka memenuhi kewajiban yang ditanggung
(makful 'anhu) apabila pihak yang ditanggung cidera janji atau wanprestasi. Secara teknis
dapat dikatakan bahwa pihak bank dalam hal ini memberikan jaminan kepada nasabahnya
sehubungan dengan kontrak kerja/ perjanjian yang telah disepakati antara nasabah dengan
pihak ketiga. Pada hakikatnya pemberian kafalah ini akan memberikan kepastian dan
keamanan bagi pihak ketiga untuk melaksanakan isi perjanjian/ kontrak yang telah disepakati
tanpa khawatir apabila terjadi sesuatu dengan nasabah sehingga nasabah cidera janji untuk
memenuhi prestasinya.

Skema Kafalah

PENANGGUNG PIHAK KE-3

PIHAK YANG DI
TANGGUNG

1. Penanggung bersedia menerima tanggungan dan pihak yang ditanggung


2. Penanggung menyepakati akad kafalah dengan pihak ketiga

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


11 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Dasar Hukum Kafalah
1. Al Qur’an
Kafalah diperbolehkan berdasarkan legitimasi dari Al-Qur'an, Al-Sunnah dan ijma' ulama.
Legitimasi dari Al-Qur'an adalah firman Allah dalam surat Yusuf ayat 72, yang artinya:
"Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta dan aku
menjamin terhadapnya." Ibnu Abbas berkata bahwa yang dimaksud dengan za'im dalam ayat
ini adalah kafil (penjamin).
2. Hadits
Terdapat sebuah hadits sebagai legitimasi diperbolehkannya kafalah, yaitu: "Telah
dihadapkan kepada Rasulullah saw. (mayat seorang laki-laki untuk dishalatkan). Rasulullah
saw. bertanya "Apakah dia mempunyai warisan?" Para sahabat menjawab, "Tidak".
Rasulullah bertanya lagi,"Apakah dia mempunyai utang?" Sahabat menjawab "Ya, sejumlah
tiga dinar." Rasulullah pun menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya (tetapi beliau
sendiri tidak). Abu Qatadah lalu berkata, "Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah." Maka
Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut." (HR. Bukhari no. 2127, kitab al-Hawalah).
3. Landasan hukum positif
Kafalah sebagai salah satu produk perbankan syariah di bidang jasa telah mendapatkan
dasar hukum dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dengan diundangkannya Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, kafalah mendapatkan dasar
hukum yang lebih kokoh. Dalam pasal 19 Undang-Undang Perbankan Syariah antara lain
meliputi membeli, menjual, atau menjamin atas suatu risiko. Produk jasa perbankan syariah
berdasarkan akad kafalah secara teknis berdasarkan pada PBI No.9/19/PBI/2007 tentang
Pelaksana Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta
Pelayanan Jasa Bank Syariah, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI
No.10/16/PBI/2008 pasal 3 PBI dimaksud menyebutkan Pemenuhan Prinsip Syariah
sebagaimana dimaksud, antara lain dilakukan melalui kegiatan pelayanan jasa dengan
mempergunakan antara lain akad kafalah, hiwalah, dan sharf.

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


12 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Rukun dan Syarat Kafalah
Seperti halnya amalan yang lain dalam muamalah, dalam kafalah pun mempunyai
rukun dan syarat. Rukun kafalah adalah bagian-bagian yang harus ada dalam praktek kafalah,
sedangkan syarat kafalah adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh semua pihak dan
objek agar syah atau diterima oleh syariat praktek kafalah tersebut
.
Rukun Kafalah
1. Sighat Kafalah (ijab qabul), adalah kata atau ucapan yang harus diucapkan dalam praktek
kafalah.
2. Makful bih (obyek tanggungan), adalah barang atau uang yang statusnya tertanggung.
3. Kafil (penjamin/ penanggung), adalah pihak yang mempunyai kecakapan untuk
mentasharufkan hartanya.
4. Makful 'anhu (pihak yang dijamin), adalah pihak yang mempunyai tanggungan harta yang
harus dibayar, baik masih hidup maupun sudah mati.
5. Makful lahu (pihak yang berpiutang), adalah Pihak Orang yang berutang.

Syarat kafalah
1. Kafil, disyaratkan sudah baligh, berakal, merdeka dalam mengelola harta bendanya/ tidak
dicegah membelanjakan hartanya dan dilakukan dengan kehendaknya sendiri serta pihak
penjamin harus mengetahui objek yang dijaminnya. Selain itu, menurut kalangan
Hanafiyah, pihak penjamin harus ada di majelis akad agar mengetahui siapa dan apa yang
dijaminnya.
2. Mafkul lahu, syaratnya yang berpiutang diketahui oleh orang yang menjamin, harus cakap
hukum dan harus ada pada saat akad. Selain itu, pihak yang berpiutang harus berakal,
tidak harus baligh tetapi seandainya anak kecil, ia harus mumayyiz.
3. Makful 'anhu, disyaratkan mempunyai kemampuan untuk menyerahkan objek yang
dijamin dan pihak yang dijamin harus diketahui oleh pihak penjamin. Menurut kalangan
Syafi'iyah, pihak yang ditanggung tidak harus cakap hukum, bahkan menanggung orang
yang telah meninggalpun diperbolehkan.
4. Makful bihi, merupakan tanggungan peminjam baik berupa uang/ benda/ pekerjaan, dapat
dilaksanakan oleh penjamin, merupakan piutang yang mengikat, jelas nilai dan
spesifikasinya, serta tidak diharamkan.

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


13 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
5. Sighat atau lafadz, disyaratkan keadaan sighat mengandung makna menjamin, tidak
digantungkan kepada sesuatu dan tidak berarti sementara.

Macam-Macam Kafalah
Menurut Imam al-Sarakhsi, kafalah ada dua macam, yaitu kafalah bi alnafsi (asuransi
jiwa) dan kafalah bi al-mal (asuransi harta). Namun ternyata dalam prakteknya kafalah
memiliki lima macam, yaitu sebagai berikut:
a. Kafalah bil Mal yaitu jaminan pembayaran barang atau pelunasan utang.
b. Kafalah bil Nafs yaitu jaminan atas diri seseorang karena nama baik atau ketokohannya.
Dalam hal ini, bank dapat bertindak sebagai Juridical Personality yang dapat memberikan
jaminan untuk tujuan tertentu. Sebagai contoh, dalam praktik perbankan untuk bentuk
kafalah bil nafs adalah seorang nasabah yang mendapat pembiayaan dengan jaminan nama
baik dan ketokohan seseorang atau pemuka masyarakat.
c. Kafalah bit Taslim yaitu jaminan pengembalian atas barang yang disewa, ketika batas
sewa berakhir. Jenis pemberian jaminan ini dapat dilaksanakan oleh bank untuk keperluan
nasabahnya dalam bentuk kerjasama dengan perusahaan (leasing company). Jaminan
pembayaran bagi bank dapat berupa deposito/ tabungan dan pihak bank diperbolehkan
memungut uang jasa kepada nasabah.
d. Kafalah al-Munjazah yaitu jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh jangka waktu dan
untuk kepentingan/ tujuan tertentu. Dalam dunia perbankan, kafalah model ini dikenal
dengan bentuk performance bond (jaminan prestasi).
e. Kafalah al-Muallaqah bentuk jaminan ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al-
munjazah, di mana jaminan dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan tujuan tertentu pula.

Hikmah dan Manfaat Kafalah


Ada beberapa hikmah dan manfaat kafalah (Hambali, 2013), yaitu:
1. Sebagai salah satu akad dalam fiqh muamalah yang mengatur secara adil dan memiliki
maqashid untuk terciptanya kesejahteraan dan kenyamanan sesama manusia dalam
melakukan transaksi perdagangan (perbankan).
2. Dengan adanya kafalah, pihak yang dijamin atau disebut madhmun anhu dapat
menyelesaikan proyek atau usaha bisnisnya dengan ditanggung pengerjaanya dan dapat
selesai dengan tepat waktu atau efisien dengan jaminan pihak ketiga yang menjamin
pengerjaannya.

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


14 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
3. Adanya kafalah, pihak yang terjamin (fiqh mua’amalah) disebut sebagai madhmun lahu
menerima jaminan oleh penjamin (bank), bahwa proyek yang diselesaikan oleh nasabah
tadi dapat selesai dengan tepat waktunya dan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya.

Resiko Akad Kafalah


1. Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak perjanjian.
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja.
3. Nasabah tidak jujur, tidak bertanggung jawab atas kewajibannya atau kabur.

Perlakuan Akuntansi Al-Kafalah


Bagi Pihak Penjamin
1. Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka waktu)
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Kr. Pendapatan Kafalah xxx
2. Pada saat membayar beban
Jurnal:
Dr. Beban Kafalah xxx
Kr. Kas xxx
Bagi pihak yang meminta jaminan saat membayar beban
Jurnal:
Dr. Beban Kafalah xxx
Kr. Kas xxx

Contoh Kasus Kafalah


Siti Masitoh mengajukan pembiayaan kafalah (melakukan penebusan barang ke pegadaian)
sebesar Rp5.000.000,- dan disetujui ujroh di awal sebesar Rp500.000,-
Tgl 07 Februari 2019
Jurnal yang dilakukan oleh KJKS As- Sakinah pada saat menerima ujrah:
Dr. Kas Rp. 500.000,
Kr. Pendapatan kafalah (ujroh) Rp. 500.000,

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


15 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Data Angsuran
Nama : Siti Masitoh
Jenis : Kafalah/ pegadaian
Jumlah Pembiayaan : Rp. 5.000.000
Tabel
Kartu Angsuran
Koperasi Jasa Keuangan Syariah As- Sakinah Kamal Bangkalan

No Angsura Sisa Tanggal Ket


n (Rp)
(Rp)
01 500.000 5.000.000 07–02–2019 Ujroh
02 500.000 4.500.000 07–03–2019 Angs ke 1
03 500.000 4.000.000 07–04–2019 Angs ke 2
04 500.000 3.500.000 07–05–2019 Angs ke 3
05 500.000 3.000.000 07–06–2019 Angs ke 4
06 500.000 2.500.000 07–07–2019 Angs ke 5
07 500.000 2.000.000 07–08–2019 Angs ke 6
08 500.000 1.500.000 07–08–2019 Angs ke 7
09 500.000 1.000.000 07–09–2019 Angs ke 8
10 500.000 500.000 07–10–2019 Angs ke 9
11 500.000 0 07–11–2019 Angs ke 10

Sumber: KJKS As-Sakinah


Pada tabel di atas pembayaran cicilan di angsur selama 10x angsuran dengan jangka waktu
sampai dengan 07 November 2019 dan pada bulan pertama membayar ujroh sebesar
Rp500.000,-. Setelah itu bulan berikutnya sampai bulan ke 11 membayar cicilan atau
angsuran.

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


16 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
SHARF
Definisi Sharf
Pertukaran mata uang asing dalam istilah bahasa Inggris dikenal dengan money changer
atau foreign exchange (forex). Dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah disebutkan bahwa al-
sharf berarti menjual uang dengan uang lainnya. Secara bahasa, pertukaran mata uang asing
atau al-sharf mempunyai arti al-ziyadah (tambahan), penukaran, penghindaran, atau transaksi
jual beli. Al-sharf kadang-kadang juga dipahami berasal dari kata sharafa yang berarti
membayar dengan penambahan. Dalam kamus istilah fikih disebutkan bahwa ba'i sharf
adalah menjual mata uang dengan mata uang (emas dengan emas).
Sedangkan ulama fikih mendefinisikan sharf dengan memperjualbelikan uang dengan
uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Al-sharf secara bebas diartikan sebagai mata
uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Jual
beli mata uang merupakan transaksi jual beli dalam bentuk finansial yang mencakup
beberapa hal sebagai berikut: pembelian mata uang, pertukaran mata uang, pembelian barang
dengan uang tertentu.

Sumber Hukum
Dari Abu Said al-Khudri r.a, Rasulullah SAW bersabda: "Transaksi pertukaran emas
dengan emas harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya
adalah riba, perak dengan perak harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai),
kelebihannya adalah riba, gandum dengan gandum harus sama takaran, timbangan dan tangan
ke tangan (tunai) kelebihannya adalah riba, tepung dengan tepung harus sama takaran,
timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, kurma dengan kurma
harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, garam
dengan garam harus sama takaran timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya
adalah riba." (HR. Muslim)

"Juallah emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, syair dengan
syair, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dergan syarat harus) sama dan sejenis
serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai."
(HR. Muslim).

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


17 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
"Rasulullah SAW melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai)" (HR.
Muslim).

"Umar bin Khattab mendengar seseorang menukarkan emas sambil berkata ketika menerima
tukarannya: "Tunggulah penjagaku pulang dari hutan," lalu Umar berkata, "Demi Allah,
janganlah engkau berpisah dengannya sehingga terjadi proses pertukarannya. Aku mendengar
Rasulullah bersabda, tukur menukar emas dengan emas itu adalah riba, kecuali dilakukan
kontan dengan kontan. Gandum dengan gandum juga adalah riba, kecuali dilakukan dengan
kontan, kurma dengan kurma juga adalah riba, kecuali kontan dengan kontan" (HR. Bukhari).

Emas, perak, kurma, gandum, anggur kering dan garam adalah contoh barang-barang
ribawi atau barang yang secara kasat mata tidak dapat dibedakan. Berdasarkan hadis di atas,
dapat diartikan kalau terjadi pertukaran selama barang ribawi yang sejenis misalnya emas
dengan emas perak dengan perak dan seterusnya lurus sama jumlahnya dan harus dari tangan
ke tangan (tunai) karena kelebihannya adalah riba. Begitu juga pertukaran untuk barang
ribawi sejenis dengan kualitas yang berbeda misalnya kurma berkualitas rendah dengan
kurma yang berkualitas lebih tinggi tetap harus dalam jumlah yang sama (karena secara kasat
mata tidak dapat dibedakan) dan tunai. Cara lain dapat ditempuh untuk memperoleh barang
ribawi yang kualitasnya berbeda adalah dengan cara menjual kurma yang berkualitas lebih
rendah atau lebih tinggi terlebih dahulu, lalu uang yang didapatkan digunakan untuk membeli
kurma yang berkualitas berbeda.
Pada zaman Rasulullah, mata uang dinyatakan dalam satuan mata uang Dinar (yang terbuat
dari emas) dan Dirham (yang terbuat dari perak). Dari hadis di atas dapat kita analogikan
pertukaran mata uang yang sama harus sama jumlahnya dan tunai, misalnya uang Rp100.000
ditukar dengan uang Rp1.000 sebanyak 100 lembar tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih
dan tunai. Sementara pertukaran untuk mata uang yang berbeda (dalam hadis emas dan
perak) misalnya ringgit Malaysia dengan rupiah dibolehkan jumlahnya berbeda (contoh RM I
dengan Rp2.500) asalkan dilakukan secara tunai/tidak boleh utang.
Menurut ajaran Islam, uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan bukan merupakan
komoditas. Tanpa didayagunakan, uang tidak dapat menghasilkan pendapatan atau
keuntungan dengan dirinya sendiri. Apabila uang dapat "bertambah" tanpa didayagunakan,
maka tambahan itu adalah riba. Uang baru dapat menghasilkan keuntungan atau kelebihan
apabila didayagunakan atau dinvestasikan bersama dengan sumber daya lainnya.
4 (empat) jenis transaksi pertukaran valuta asing, adalah sebagai berikut :

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


18 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
1. Transaksi Spot yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas dan penyerahannya pada
saat itu atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu dua hari, transaksi ini
dibolehkan secara syariah, karena dianggap tunai. Fleksibilitas waktu 2 hari adalah proses
yang tidak bisa dihindari dan merupakan batas normal suatu transaksi internasional.
2. Transaksi Forward yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan
pada sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang. Jenis transaksi seperti ini
tidak diperbolehkan dalam syariah (ada unsur ketidakpastian/gharar), karena yang
digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan
dikemudian hari dan harga pada waktu penyerahan belum tentu sama dengan harga yang
disepakati.
3. Transaksi Swap yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot
yang dikombinasikan dengan pembelian atau penjualan valas yang sama dengan harga
forward, hukum haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.
4. Transaksi Option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call
option) atau hak untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit
valas pada harga dan jangka waktu atau tanggal tertentu, hukumnya haram karena ada
unsur spekulasi/judi maisir.
Dengan demikian, secara syariah transaksi pertukaran valuta asing dibolehkan
sepanjang dilakukan secara tunai dan tidak digunakan untuk tujuan spekulasi. Bila
penjualannya tunai tapi kalau tujuannya untuk spekulasi, tetap tidak dibolehkan karena
seperti yang sudah dijelaskan di atas uang bukanlah komoditas.
Kalau tujuannya untuk tabungan atau keperluan transaksi misalnya ingin pergi haji
atau anak kuliah di luar negeri, boleh saja ia menyimpan dalam bentuk valas. Sedangkan
transaksi pertukaran valas tidak tunai tidak diperbolehkan dengan alasan apa pun, sesuai
dengan hadis di atas.

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


19 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Skema Sharf

VALUTA

PENJUAL
PEMBELI
1

VALUTA

1. Pembeli dan penjual menyepakati akad sharf


2. Pembeli menyerahkan valuta kepada penjual
3. Penjual menyerahkan valuta lain kepada pembeli

Rukun Al- Sharf


Ada lima rukun al sharf, yaitu; 1) Penjual (al-Ba'i), 2) Pembeli (al-Musytari), 3) Mata
uang yang diperjualbelikan (Obyek), 4) Nilai Tukar (Si'rus Sharf), dan 5) Ijab Qobul (Sighat).

Ketentuan Syariah Sharf


1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek akad
a. Nilai tukar atau kurs mata uang telah diketahui oleh kedua belah pihak, misalnya $1=
Rp 9.000
b. Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun oleh penjual,
sebelum keduanya berpisah. Penguasaan bisa berbentuk material maupun hukum.
Penguasaan secara material misalnya pembeli langsung menerima dolar Amerika
Serikat yang dibeli dan penjual langsung menerima uang rupiah. Adapun penguasaan
secara hukum, misalnya pembayaran dengan menggunakan cek.

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


20 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Apabila keduanya berpisah sebelum menguasai masing-masing uang penukaran
berdasarkan nilai tukar yang diperjualbelikan, maka akadnya batal karena syarat
penguasaan terhadap objek transaksi sharf itu tidak terpenuhi.
c. Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka
jual beli mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama, sekalipun model
dari mata uang itu berbeda. Misalnya, antara mata uang rupiah lembaran Rp50.000
ditukar dengan mata uang rupiah lembaran Rp5.000 sebanyak 10 lembar.
d. Dalam akad sharf tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli. Hak yang dimaksud
khiyar syarat adalah hak pilih bagi pembeli untuk dapat melanjutkan atau tidak
melanjutkan jual beli mata uang tersebut setelah akadnya selesai dan syarat tersebut
diperjanjikan ketika transaksi jual beli berlangsung. Alasan tidak diperbolehkannya,
khiyar syarat adalah untuk menghindari adanya ketidakpastian/gharar.
e. Dalam akad sharf tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang
yang saling dipertukarkan, karena sharf dikatakan sah apabila penguasaan objek akad
dilakukan secara tunai atau dalam kurun waktu 2x24 jam (harus dilakukan seketika itu
juga dan tidak boleh diutang) dan perbuatan saling menyerahkan itu harus telah
berlangsung sebelum kedua belah pihak yang melakukan jual beli valuta itu berpisah.
3. Ijab kabul: pernyataan dan ekspresi saling ridha diantara pihak pihak pelalu akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.

Perlakuan Akuntansi Akad Sharf


Saat membeli valuta asing
Jurnal:
Dr. Kas (Dolar) xxx
Kr. Kas (Rp) xxx
Saat dijual
Jurnal:
Dr. Kas (Rp xxx
Kr. Kerugian* xxx
Keuntungan** xxx
Kas (Dolar) xxx

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


21 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
* jika harga beli valas lebih besar dari pada harga jual
**jika harga beli valas lebih kecil dari pada harga jual

Untuk tujuan laporan keuangan di akhir periode, aset moneter (piutang dan utang) dalam
satuan valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan menggunakan nilai kurs
tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan keuangan. Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai
berikut:
Jika nilai kurs tengah BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya:
Dr. Kerugian xxx
Kr. Piutang (valas) xxx
Dr. Utang (valas) xxx
Kr. Keuntungan xxx
Jika nilai kurs tengah BI lebih besar dari niat kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya:
Dr. Piutang (valas) xxx
Kr. Keuntungan xxx
Dr. Kerugian xxx
Kr. Utang (valas) xxx

Contoh Pelaksanaan Valuta Asing


1. Seorang dokter berkebangsaan Mesir bekerja di Saudi menabung sebagian uang dari
gajinya disalah satu Bank di Saudi. Saat dia akan pulang, dia berniat untuk menukar mata
uang Saudi ke pound Mesir. Di Mesir dia akan mendapat dua hal yaitu menukarkannya di
bank atau di money changer. Di Mesir nilai tukar satu dolar mencapai 80 qirsy mesir. Jika
dia menukarkannya kepada pedagang mata uang maka harga satu dolar bisa mencapai 120
qirasy mesir. Apakah hal tersebut haram?
Jawabannya adalah apabila dia menukarkan uang kepada pedagang valas dengan harga
120 qirsy dari jenis yang berlainan, maka hukumnya halal.
2. Ada beberapa orang al-Jazair yang pergi ke Perancis. Lalu mereka mengambil mata uang
Perancis dari para pekerja al-Jazair di sana, 1000 franc Perancis ditukar dengan 2000 dinar
aljazair dan terkadang bisa lebih. Ketika mereka kembali ke aljazair, mereka menyerahkan
uang tersebut kepada keluarga para pekerja dengan mata uang aljazair. Artinya penukaran
mata uang tersebut tidak berlangsung secara tunai. Dan perlu diketahui bahwa mata uang

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


22 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Aljazair lebih mahal daripada Perancis. Jika masalahnya seperti ini maka hukumnya tidak
diperbolehkan menjual sebagiannya dengan sebagian lainnya kecuali secara tunai.
3. Seseorang menerima gaji dengan riyal Saudi, lalu dia menukarnya dengan riyal Sudan.
Sedangkan satu riyal Saudi sama dengan 3 riyal Sudan. Maka hal ini dinilai boleh yaitu
menukar uang kertas suatu Negara ke uang kertas Negara lain meskipun objek penukaran
berbeda nilainya. Namun dengan syarat bahwa serah terima dilaksanakan di tempat
transaksi.

Referensi
Adiwarman Karim. 2006. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada, 2006
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2008. PSAK No. 110. Akuntansi Hawalah. Jakarta: IAI
Ikatan Akuntan Indonesia. 2020. Akad Tata Kelola dan Etika Syariah. Jakarta.
Muhammad Syafi'i Antonio. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani.
Nurhayati Sri. 2017. Akuntansi Syariah Di Indonesia Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

.
.

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


23 .Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai