Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUKUM JAMINAN

ASPEK HUKUM TENTANG GADAI

DOSEN PENGAMPUH :JAMIL SH.,MH

SI SUSUN OLEH :

KELAS A

NUR AMELIA (082001028)

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunianya kepada kita sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas

Makalah ini yang berjudul “ASPEK HUKUM TENTANG GADAI”.

Dalam proses penyusunan makalah ini,saya menemui beberapa hambatan

namun saya menemui dukungan materi dari berbagai sumber,akhirnya saya dapat

menyelesaikan tugas makalah ini.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh

karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak kami

harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. harapan saya semoga tugas ini

bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca lain pada umumnya.

BAUBAU,4 DESEMBER 2022

PENULIS
DAFTAR ISI

COVER/HALAMAN JUDUL...................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................
A. LATAR BELAKANG......................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................
C. TUJUAN...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Pengertian aspek hukum gadai .......................................................................

B. Bagaimana ketentuan hukum gadai.................................................................

BAB III PENUTUP...................................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................................

B. Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi,ada macam-macam
cara dalam kehidupan untuk mendapatkan uang yang salah satunya dengan
gadai.Para ulama berpendapat bahwa gadai boleh di lakukan dan tidak
termaksud riba apabila di lakukan dengan syarat dan rukun .akan tetapi banyak
sekali orang yang melalaikan hal tersebut.sehingga tidak sedikit dari mereka
yang melakukan gadai asal-asalan tanpa mengetahui hukum gadai tersebut.
Dalam kehidupan bisnis baik klasik atau modern,masalah gadai tidak
terlepas dari masalah perekonomian.keinginan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya cenderung membuat mereka saling bertransaksi meskipun
dengan berbagai kendala misalkan kurang modal.sehingga mereka
menggadaikan barang untuk bisa mencukupi kebutuhan
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang di maksud dengan gadai ?
b. Bagaimana dasar hukum gadai Indonesia ?
c. Bagaimana perjanjian gadai dan berakhirnya perjanjian gadai?
C. Tujuan
a. Agar mengetahui apa maksud gadai
b. Agar mengetahui dasar hukum gadai
c. Agar mengetahui perjanjian gadai dan penyebab berakhirnya gadai
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gadai
Istilah gadai berasal dari bahasa belanda yaitu pand atau “vuitspand”,di
inggris dan di amerika di kenal “pledge atau pawn”,di jerman di kenal “pfan
atau faustfand” dalam bahasa arab di kenal dengan rah”.dalam hukum adat di
kenal dengan cekelan.
Gadai adalah salah satu alternatif untuk mendapat dana cepat dengan
menjadikan barang bergerak sebagai jaminan atas suatu pinjaman agar dapat
dicairkan kepada perusahaan pembiayaan atau lembaga keuangan.Merujuk
pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pengertian gadai adalah
meminjam uang dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang
sebagai tanggungan. Apabila telah sampai pada waktunya barang tersebut tidak
ditebus, maka akan menjadi hak pemberi pinjaman.
Sedangkan apabila menurut OJK (Otoritas Jasa Keuangan), gadai adalah
hak tanggungan atas barang bergerak; barang jaminan harus lepas dari
kekuasaan debitur. Maksud dari barang bergerak adalah suatu benda atau
barang yang dapat dipindahkan, bukan barang tetap misalnya tanah atau
bangunan.
Singkatnya, sistem pengajuan gadai ini Anda memberikan jaminan
kepada lembaga terkait untuk mendapatkan sejumlah pinjaman dana dan harus
dikembalikan sesuai tenggat waktu yang disepakati. Jika berhasil melunasinya
tepat waktu, maka barang jaminan Anda akan kembali.
Karena gadai adalah salah satu kegiatan ekonomi yang sudah ada sejak
lama, di Indonesia pun gadai sudah diatur dalam pasal 1150 KUHP dengan
beberapa unsur, di antaranya:
 Hak yang didapatkan kreditur atas barang bergerak sebagai jaminan.
 Barang bergerak diserahkan kepada pihak kreditur dari debitur.
 Penyerahan barang bergerak digunakan sebagai jaminan utang.
 Pihak kreditur berhak melelang barang jaminan tersebut jika debitur gagal
bayar atau melunasi pinjaman.
 Pelunasan pinjaman harus didahulukan dari kreditur-kreditur lain.
 Biaya lelang dan pemeliharaan barang jaminan harus dilunasi terlebih dulu
dari hasil lelang sebelum pelunasan piutang.
B. Dasar Hukum Gadai Di Indonesia
1. Pasal 1150 s/d psal 1160 BW juncto buku III BW tentang perjanjian
2. Pp nomor 103tahun 2000 tentang perusahaan umum penggadaian
3. Pp nomor 51 tahun 2011 tentang perubahan bentuk badan hukum
perusahaan umum(perum)penggadaian menjadi perusahaan
perseroan(persero)
4. Uu no.7 tahun 1992 sebagaimana telah di ubah menjadi uu no.10 tahun
1998 tentang perbankan
5. Uu no.21 tahun 2008 tntang perbankan syariah
C. Perjanjian Gadai
1. Syarat dan Rukun Gadai
Dalam hubungan syarat syarat gadai,ada baiknya di jelaskan lebih dulu
tentang syarat syarat sahnya perjanjian secara umum yang terdapat dalam pasal
1320 KUHPerdata.dalam pasal tesebut di tegaskan untuk syarat sahnya
persetujuan di perlukan empat syarat:
a) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
b) Kecakapan untuk membuat suatu pendekatan
c) Suatu hal tertentu
d) Suatu sebab yang halal
syarat pertama dan kedua dari pasal tersebut merupakan syarat subjektif
di mana apabila syarat itu tidak terpenuhi,perjanjian batal demi hukum,artinya
sejak semula perjanjian itu batal.sedangkan syarat ketiga ketiga dank eempat
merupakan syarat objektif ,di mana jika syarat tersebut tidak di
penuhi ,perajanjian vernitigebaar (dapat di batalkan),artinya perjanjian baru
dapat di batalkan jika ada perubahan hukum dari pihak yang mengadakan
perjanjian untuk membatalkannya.
Dalam konteksnya dengan gadai,maka hak gadai itupun di adakan
dengan harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang berbeda beda menurut
jenis barangnya .kalau yang di gadaikan itu benda bergerak yang berwujud
maka syarat syaratnya :
a) Harus ada perjanjian untuk memberi hak gadai (pandoverenkomst)
perjanjian ini bentuknya dalam KUHPerdata tidak di isyaratkan apa-
apa,oleh karenanya bentuk perjanjian gadai itu dapat bebas tak terikat oleh
suatu bentuk yang tertentu.Artinya perjanjian bisa di adakan secara tertulis
ataupun secara lisan saja.dan yang secara tertulis itu bisa di adakan dengan
akte notaris(akteautentik),bisa juga di adakan dengan akte di bawah tangan
saja.
b) Barang yang di gadaikan itu harus di lepaskan /berada di luar kekuasaan
dari si pemberi gadai .bahkan ada ketentuan dari KUHPerdata bahwa gadai
itu tidak sah jika bendanya di biarkan tetap berada dalam kekuasaan si
pemberi gadai
Syarat yang kedua inilah yang dalam praktek sering menimbulkan
kesulitan untuk di tepati .Yaitu jika kebetulan barang yang di gadaikan itu
justru barang yang sangat di butuhkan oleh si pemberi gadai,misalnya untuk
mencari nafkah.
2. Hak Dan Kewajiban Gadai
Selama gadai itu berlangsung, pemegang gadai mempunyai beberapa
hak:
a. Pemegang gadai berhak untuk menjual benda yang digadaikan itu atas
kekuasaan sendiri jikapemberi gadai (debitur) melakukan wanprestasi, yaitu
tidak memenuhi kewajibannya, kemudian dari hasil penjualan itu diambil
sebagian untuk melunasi hutang debitur dan sisanya dikembalikan kepada
debitur. Penjualan barang itu harus dilakukan dimuka umum, menurut
kebiasaan-kebiasaan setempat dan berdasarkan atas syarat-syarat yang lazim
berlaku
b. Pemegang gadai berhak untuk mendapatkan pengembalian ongkosongkos
yang telah dikeluarkan untuk keselamatan barangnya
c. Pemegang gadai mempunyai hak untuk menahan barang gadai jika setelah
adanya perjanjian gadai kemudian timbul perjanjian hutang yang kedua
antara para pihak dan hutang yang kedua ini sudah dapat ditagih sebelum
pembayaran hutang yang pertama, maka dalam keadaan yang demikian itu
pemegang gadai berwenang untuk menahan benda itu sampai kedua macam
hutang itu dilunasi.
Sebaliknya seorang pemegang gadai memikul kewajiban-kewajiban
sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab untuk hilangnya atau merosotnya barang gadai, sekedar
itu telah terjadi karena kelaliannya (Pasal 1157 ayat 1 KUHPerdata).
b. Kewajiban untuk memberitahukan pemberi gadai, jika barang gadai dijual
(Pasal 1156 ayat 2 KUHPerdata). Kewajiban memberitahukan itu selambat-
lambatnya pada hari yang berikutnya apabila ada suatu perhubungan pos
harian ataupun suatu perhubungan telegrap, atau jika tidak demikian halnya,
dengan pos yang berangkat pertama (Pasal 1156 ayat 2 KUHPerdata)
c. Pemberitahuan dengan telegrap atau dengan surat tercatat, berlaku sebagai
pemberitahuan yang sah (Pasal 1156 ayat 3 KUHPerdata).
d. Bertanggungjawab terhadap hasil penjualan barang gadai (Pasal 1159 ayat 1
KUHPerdata).8
3. Barang Jaminan
Yang dapat digadaikan ialah semua benda bergerak:
a) Benda bergerak yang berwujud
b) Benda bergerak yang tak berwujud, yaitu yang berupa berbagai hak untuk
mendapatkan pembayaran uang seperti surat-surat piutang.
c) Gadai dalam KUH Perdata merupakan hak kebendaan yang bersifat sebagai
jaminan atas suatu hutang.dari uraian di atas dapat di tarik kesimpulan
bahwa objek gadai dalam KUHPer hanya meliputi benda bergerak
D. Berakhirnya Perjanjian Gadai
a. Jangka waktu gadai
Perjanjian gadai di buat untuk jangka waktu 15 hari dan maksimal 120
hari berdasarkan surat edaran no.SE 16/Op.1.00211/2011 tentang petunjuk
pelaksanaan SK direksi No.020/Op.1.00211/01 tentang perubahan tarif sewa
modal.jangka waktu yang di tentukan tersebut dapat di perpanjang selama
minimal 15 hari dan maksimal 120 hari.bunga gadai saat ini sebesar 1,15%
per 15 hari.
b. Hapusnya gadai dan pelelangan barang gadai.Hapusnya gadai di tentukan
dalam pasal 1152 BW dan surat bukti kredit.hapusnya gadai menurut pasal
1152 ada 2 cara sebagai berikut :
1. barang gadai itu di hapus dari kekuatan pemegang gadai
2. hilangnya barang gadai atau lepas dari kekuatan penerima gadai
c. Hapusnya gadai berdasarkan pasal 1381 KUHPer adalah :
1. Pembayaran
2. nov asi pembaruan utang
3. kompensasi
4. pencampuran utang
5. pembebasan utang
6. musnahnya barang yang terutang
7. kebatalan atau pembatalan
8. lewat waktu/kadaluarsa
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
gadai adalah memberikan jaminan kepada lembaga terkait untuk mendapatkan
sejumlah pinjaman dana dan harus dikembalikan sesuai tenggat waktu yang
disepakati. Jika berhasil melunasinya tepat waktu, maka barang jaminan Anda
akan kembali.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://repo.iain-tulungagung.ac.id
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/slamet-s-ag-s-h
m-h

Anda mungkin juga menyukai