UNIVERSITAS JAYABAYA
FAKULTAS HUKUM
JAKARTA
2022
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan bermasyarakat sehari - hari banyak orang yang tidak sadar bahwa
di setiap harinya selalu melakukan perikatan. Hal-hal kecil seperti membeli suatu barang,
sewa menyewa, pinjam meminjam, hal- hal ini adalah termasuk suatu perikatan. Perikatan di
Indonesia, diatur dalam buku III KUH Perdata (Burgerlijk Wetboek). Hukum perdata, banyak
sekali cakupannya, salah satunya adalah perikatan. Perikatan merupakan salah satu
hubungan hukum dalam harta kekayaan antara dua orang atau lebih, di mana pihak yang satu
berhak atas sesuatu barang dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu barang . Hubungan
hukum dalam harta kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu
perjanjian atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan atau perjanjian.
Di dalam hukum perikatan, semua orang dapat melakukan perikatan yang bersumber
dari perjanjian, perjanjian ini dalam bentuk apa pun atau bagaimanapun baik itu yang diatur
dalam undang-undang ataupun tidak, inilah yang biasa disebut kebebasan berkontrak. Suatu
perjanjian tidak hanya mengikat apa yang dengan tegas ditentukan di dalamnya melainkan
juga segala sesuatu yang menurut sifatnya persetujuan dituntut berdasarkan keadilan,
kebiasaan atau undang-undang. Syarat-syarat yang di perjanjikan menurut kebiasaan, harus
dianggap telah termasuk dalam suatu persetujuan, walaupun tidak dengan tegas diatur dalam
perjanjian tersebut. Adapun sumber perikatan yang tercantum dalam buku III KUH Perdata
atau BW dalam pasal 1234 adalah :
1.Perjanjian
2.Undang-Undang, dibagi lagi menjadi 2 yaitu :
a. Karena perbuatan manusia, dibagi menjadi 2 :
-Perbuatan menurut hukum
-Perbuatan melawan hukum
b. Undang-Undang saja
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang masalah dalam studi kasus “
Sodari Juliana Maharani berkeinginan membeli perusahan PT. Mitra Bukit Sentul milik Rakan
Mahardika. Keduanya kemudian menyepakati harga perusahaan tersebut sebesar 7,5 miliar
rupiah. Lalu, kedua belah pihak itu mendatangi notaris kemudian membuat akta jual beli
perusahaan. Di dalam akta tersebut, ada pernyataan kesepakatan jual beli, harga yang
disepakati serta cara pembayarannya. Untuk pembayaran, Juliana Maharani telah membayar
1 miliar rupiah dan sisanya sebesar 6,5 miliar rupiah dibayar dengan tiga lembar cek, masing-
masing dari cek tersebut senilai 1,5 miliar rupiah, 2,5 miliar rupiah dan 2,5 miliar rupiah. Akan
tetapi, ketiga cek yang diberikan Juliana tidak dapat dicairkan. Lalu, Rakan menanyakan dan
menagih sisa pembayaran perusahaannya. Akan tetapi, pembayaran tidak segera dilakukan
oleh Juliana”.
Dalam hukum perikatan-perikatan study kasus ini akan membahas secara khusus
mengenai wan prestasi , serta hal – hal yang terkait di dalamnya yang mungkin tidak dapat
dipisahkan dalam wan prestasi.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
PEMBAHASAN
A. Pengertian wan prestasi
1
Neng Yani Nurhayani, Hukum Perdata, Pustaka Setia, Bandung, 2015, hlm. 235.
2
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hlm. 239
3
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1991, hlm. 45.
4
Ibid, hlm.241
prestasi. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata yang dimaksud dengan prestasi adalah seseorang
yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu, dan tidak melakukan sesuatu, sebaliknya
dianggap wan prestasi apabila seseorang5 :
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukannya.
Terdapat beberapa pandangan menurut para ahli tentang pengertian wanprestasi,
diantaranya :
a. Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH
Wan prestasi adalah ketiadaan suatu prestasi didalam hukum perjanjian, berarti suatu
hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Barangkali dalam bahasa
Indonesia dapat dipakai istilah “pelaksanaan janji untuk prestasi dan ketiadaan
pelaksanaannya janji untuk wanprestasi” 6.
b. Prof. R. Subekti, SH
Wan prestasi itu adalah kelalaian atau kealpaan yang dapat berupa 4 macam yaitu:
1. Tidak melakukan apa yang telah disanggupi akan dilakukannya.
2. Melaksanakan apa yang telah di perjanjikannya, tetapi tidak sebagai mana
yang diperjanjikan.
3. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat,
4. Melakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak dapat dilakukan 7.
c. H. Mariam Darus Badrulzaman SH.
Mariam Darus Badrulzaman SH mengatakan bahwa apabila debitur “karena
kesalahannya” tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan, maka debitur itu wan
prestasi atau cidera janji. Kata karena salahnya sangat penting, oleh karena debitur
tidak melaksanakan prestasi yang diperjanjikan sama sekali bukan karena salahnya8.
d. M.Yahya Harahap.
Wanprestasi dapat dimaksudkan juga sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat
pada waktunya atau dilaksankan tidak selayaknya.
5
Rohmadi Jawi, Ketentuan-Ketentuan Umum dalam Hukum Kontrak,
melalui:https://rohmadijawi.wordpress.com/hukum-kontrak/.html, diunduh senin , 1 juni 2020 Pukul08:56
WIB
6
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, 1981, hlm. 17
7
Subekti, Op.Cit. hlm. 50
8
Ibid, hlm 59
sesuatu barang, misalnya, tidak ditetapkan kapan penjual harus menyerahkan barang yang
dijualnya kepada pembeli, dan kapan pembeli harus membayar harga barang yang dibelinya
kepada penjual9.
Lain hal dalam menetapkan kapan debitur wanprestasi pada perjanjian
yang prestasinya untuk tidak berbuat sesuatu, misalnya untuk tidak membangun
tembok yang tingginya lebih dari dua meter, sehingga begitu debitur membangun
tembok yang tingginya lebih dua meter, sejak itu debitur dalam keadaan wanprestasi 10.
Perjanjian yang prestasinya untuk memberi sesuatu atau untuk berbuatsesuatu, yang
tidak menetapkan kapan debitur harus memenuhi prestasi tersebut,
sehingga untuk memenuhi prestasi tersebut, debitur harus lebih dahulu diberi teguran
(somasi) agar debitur memenuhi kewajiban nya. Jika dalam prestasi tersebut dapat seketika
dipenuhi, misalnya penyerahan barang yang dijual dan barang yang akan diserahkan
sudah ada, prestasi tersebut dapat dituntut supaya dipenuhi seketika. Akan tetapi, jika
prestasi dalam perjanjian tersebut tidak dapat dipenuhi seketika, misalnya barang yang harus
diserahkan masih belum berada di tangan debitur, kepada debitur (penjual) diberi waktu yang
pantas untuk memenuhi prestasi tersebut 11.
Tentang bagaimana cara memberikan teguran (somasi) terhadap debitur agar jika
debitur tidak memenuhi teguran itu dapat dikatakan wanprestasi, diatur dalam Pasal 1238
BW yang menentukan, bahwa teguran itu harus dengan surat perintah atau dengan akta
sejenis12.
Somasi adalah pemberitahuan atau pernyataan dari kreditur kepada debitur yang
berisi ketentuan bahwa kreditur menghendaki pemenuhan prestasi seketika atau dalam
jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan itu dengan kata lain somasi
adalah peringatan agar debitur melaksanakan kewajibannya sesuai dengan teguran kelalaian
yang telah disampaikan kreditur kepadanya. Menurut pasal 1238 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa:“ Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan
sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan sendiri, ialah jika ini
menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang
ditentukan”13.
Dari ketentuan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa debitur dinyatakan wanprestasi
apabila sudah ada somasi (in gebreke stelling).
Adapun bentuk-bentuk somasi menurut pasal 1238 KUH Perdata adalah :
a. Surat perintah
Surat perintah tersebut berasal dari hakim yang biasanya berbentuk penetapan.
Dengan surat penetapan ini juru sita memberitahukan secara lisan kepada debitur
9
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2013, hlm.218
10
Ibid
11
Ibid. Hal.129
12
Ibid.
13
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1999,hlm.323
kapan selambat-lambatnya dia harus berprestasi. Hal ini biasa disebut “exploit juru
Sita”
b. Akta sejenis
Akta ini dapat berupa akta di bawah tangan maupun akta notaris.
c. Tersimpul dalam perikatan itu sendiri
Maksudnya sejak pembuatan perjanjian, kreditur sudah menentukan saat adanya
wanprestasi.
Dalam perkembangannya, suatu somasi atau teguran terhadap debitur yang
melalaikan kewajibannya dapat dilakukan secara lisan akan tetapi untuk mempermudah
pembuktian di hadapan hakim apabila masalah tersebut berlanjut ke pengadilan maka
sebaiknya diberikan peringatan secara tertulis.
Dalam keadaan tertentu, somasi tidak diperlukan untuk dinyatakan bahwa seorang
debitur melakukan wanprestasi yaitu dalam hal adanya batas waktu dalam perjanjian (fatal
termijn), prestasi dalam perjanjian berupa tidak berbuat sesuatu, debitur mengakui dirinya
wanprestasi.
Tidak dipenuhinya perikatan yang diakibatkan oleh kelalaian debitur atau wanprestasi
sebagai akibat situasi dan kondisi yang resikonya ada pada diri debitur menimbulkan
beberapa akibat. Akibat-akibat wanprestasi adalah14 :
1. Debitur harus membayar ganti rugi (Pasal 1279 BW).
2. Beban resiko bergeser ke arah kerugian debitur. Suatu halangan yang timbul ke
permukaan dapat dipertanggung jawabkan kepada kreditur setelah pihak debitur
melakukan wanprestasi, kecuali ada kesengajaan atau kelalaian besar (culpa lata)
pada pihak kreditur atau tidak dapat mengendalikan (overmacht).
3. jika perikatan timbul dari suatu persetujuan timbal balik , maka pihak kreditur dapat
membebaskan diri dari kewajiban melakukan kontra prestasi melalui cara Pasal 1302
BW atau melalui exceptio non adimpleti contractus menangkis tuntutan debitur untuk
memenuhi perikatan. Adapun akibat yang diberikan kepada pihak yang melakukan
wanprestasi diancam beberapa sanksi atau hukuman, yaitu15:
a. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan atau disebut ganti
rugi.
b. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian.
c. Peralihan risiko.
d. Membayar biaya perkara, jika sampai diperkarakan di depan hakim.
14
Gr. Van der Burght, Buku Tentang Perikatan, Mandar Maju, Bandung 1999, hlm. 131
15
Subekti, Op. Cit
Contoh kasus
“Sodari Juliana Maharani berkeinginan membeli perusahan PT. Mitra Bukit Sentul
rupiah dan sisanya sebesar 6,5 miliar rupiah dibayar dengan tiga lembar cek,
masing-masing dari cek tersebut senilai 1,5 miliar rupiah, 2,5 miliar rupiah dan 2,5
miliar rupiah. Akan tetapi, ketiga cek yang diberikan Juliana tidak dapat dicairkan.
Lalu, Rakan menanyakan dan menagih sisa pembayaran perusahaannya. Akan
tetapi, pembayaran tidak segera dilakukan oleh Juliana.”
ANALASIS :
Analisis saya terkait kasus Ini merupakan murni kesalahan dari sodari juliana telah
melakukan tindakan wan prestasi sesuai dengan uraian yang tertulis diatas, dimana ketika dia
melakukan perjanjian dengan kata sepakat untuk membeli perusahaan PT, dengan harga
sebesar 7,5 miliar rupiah dengan cara pembayaran uang 1 miliar rupiah telah dibayarkan dan
sisanya 6,5 miliar rupiah di bayarkan dengan menggunakan tiga lembar cek yang masing-
masing dari cek tersebut bernilai 1,5 milar rupiah, 2,5 miliar rupiah, dan 2,5 miliar rupiah akan
tetapi ketiga cek tersebut tidak dapat dicairkan. Setelah di tanyakan perilahal pembayaran
sisanya tetapi sodari juliana tidak segera melakukan pembayarnya. Karena sodari juliana telah
berkontrak di depan Notaris dan telah mendatangani akta jual beli perusahaan tersebut dan
di tandatangani oleh sodari juliana maka tanggung jawab penuh untuk memenuhi perjanjian
yang tertuang dalam kontrak tersebut.
Perikatan merupakan salah satu hubungan hukum dalam harta kekayaan antara dua
orang atau lebih, di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu barang dan pihak lain
berkewajiban atas sesuatu barang . Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini merupakan
suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain yang
menimbulkan perikatan atau perjanjian. Seringnya hal-hal yang menjadi persoalan dalam
hukum perjanjian adalah pengingkaran atau kelalaian seorang debitur kepada kreditur, atau
pemenuhan janji yang dilakukan oleh debitur. Dalam hukum perdata, keduanya disebut
dengan prestasi bagi yang memenuhi janji dan wanprestasi bagi yang tidak memenuhi janji.
Riduan Syahrani mendefinisikan bahwa prestasi adalah suatu yang wajib dan harus
dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang
berarti prestasi buruk. Wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati
dalam perikatan. Kasus Wanprestasi yang diangkat dalam makalah ini adalah sebuah contoh
dari berbagai macam kasus wanprestasi yang terjadi di indonesia. Ini menunjukan bahwa
masih banyak masyarakat indonesia yang meremehkan ketentuan – ketentuan dalam
perjanjian yang di sepakati oleh kedua belah pihak.
Pasal 1238 KUH Perdata menyatakan : “Si berhutang adalah lalai, apabila ia dengan
surat perintah atau dengan sebuah akte sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi
perikatannya sendiri ialah jika ia menetapkan bahwa si berutang akan harus dianggap dengan
lewatnya waktu yang telah ditentukan”.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku :
Abdul Rosyid Sulaiman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan ContohKasus. Prenada Media,
Jakarta, 2005.
Van der Burght, Buku Tentang Perikatan, Mandar Maju, Bandung 1999.
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung,2013, hlm. 218.
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1991Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1999.
Sumber Internet :