Anda di halaman 1dari 10

TUGAS HUKUM PERIKATAN

STUDY KASUS TERKAIT WAN PRESTASI


( disusun untuk memenuhi mata kuliah hukum perikatan )

DOSEN : HENDRA DINATHA. SH,MH

DISUSUN OLEH : DERIS GUSNAWAN


NIM : 2021330050066

UNIVERSITAS JAYABAYA
FAKULTAS HUKUM
JAKARTA
2022
PENDAHULUAN

Dalam kehidupan bermasyarakat sehari - hari banyak orang yang tidak sadar bahwa
di setiap harinya selalu melakukan perikatan. Hal-hal kecil seperti membeli suatu barang,
sewa menyewa, pinjam meminjam, hal- hal ini adalah termasuk suatu perikatan. Perikatan di
Indonesia, diatur dalam buku III KUH Perdata (Burgerlijk Wetboek). Hukum perdata, banyak
sekali cakupannya, salah satunya adalah perikatan. Perikatan merupakan salah satu
hubungan hukum dalam harta kekayaan antara dua orang atau lebih, di mana pihak yang satu
berhak atas sesuatu barang dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu barang . Hubungan
hukum dalam harta kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu
perjanjian atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan atau perjanjian.
Di dalam hukum perikatan, semua orang dapat melakukan perikatan yang bersumber
dari perjanjian, perjanjian ini dalam bentuk apa pun atau bagaimanapun baik itu yang diatur
dalam undang-undang ataupun tidak, inilah yang biasa disebut kebebasan berkontrak. Suatu
perjanjian tidak hanya mengikat apa yang dengan tegas ditentukan di dalamnya melainkan
juga segala sesuatu yang menurut sifatnya persetujuan dituntut berdasarkan keadilan,
kebiasaan atau undang-undang. Syarat-syarat yang di perjanjikan menurut kebiasaan, harus
dianggap telah termasuk dalam suatu persetujuan, walaupun tidak dengan tegas diatur dalam
perjanjian tersebut. Adapun sumber perikatan yang tercantum dalam buku III KUH Perdata
atau BW dalam pasal 1234 adalah :

1.Perjanjian
2.Undang-Undang, dibagi lagi menjadi 2 yaitu :
a. Karena perbuatan manusia, dibagi menjadi 2 :
-Perbuatan menurut hukum
-Perbuatan melawan hukum

b. Undang-Undang saja
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang masalah dalam studi kasus “
Sodari Juliana Maharani berkeinginan membeli perusahan PT. Mitra Bukit Sentul milik Rakan
Mahardika. Keduanya kemudian menyepakati harga perusahaan tersebut sebesar 7,5 miliar
rupiah. Lalu, kedua belah pihak itu mendatangi notaris kemudian membuat akta jual beli
perusahaan. Di dalam akta tersebut, ada pernyataan kesepakatan jual beli, harga yang
disepakati serta cara pembayarannya. Untuk pembayaran, Juliana Maharani telah membayar
1 miliar rupiah dan sisanya sebesar 6,5 miliar rupiah dibayar dengan tiga lembar cek, masing-
masing dari cek tersebut senilai 1,5 miliar rupiah, 2,5 miliar rupiah dan 2,5 miliar rupiah. Akan
tetapi, ketiga cek yang diberikan Juliana tidak dapat dicairkan. Lalu, Rakan menanyakan dan
menagih sisa pembayaran perusahaannya. Akan tetapi, pembayaran tidak segera dilakukan
oleh Juliana”.
Dalam hukum perikatan-perikatan study kasus ini akan membahas secara khusus
mengenai wan prestasi , serta hal – hal yang terkait di dalamnya yang mungkin tidak dapat
dipisahkan dalam wan prestasi.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

a. Apa yang dimaksud wan prestasi ?


b. Kapan terjadinya wan prestasi ?
c. Apa akibat adanya wan prestasi ?

PEMBAHASAN
A. Pengertian wan prestasi

Seringnya hal-hal yang menjadi persoalan dalam hukum perjanjian adalah


pengingkaran atau kelalaian seorang debitur kepada kreditur, atau pemenuhan janji yang
dilakukan oleh debitur. Dalam hukum perdata, keduanya disebut dengan prestasi bagi yang
memenuhi janji dan wanprestasi bagi yang tidak memenuhi janji. Riduan Syahrani
mendefinisikan bahwa prestasi adalah suatu yang wajib dan harus dipenuhi oleh debitur
dalam setiap perikatan1.
Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan.
Prestasi adalah objek perikatan, sehingga dalam hukum perdata kewajiban memenuhi
prestasi selalu disertai jaminan harta kekayaan debitur. Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata
dinyatakan bahwa harta kekayaan debitur, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak,
baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan pemenuhan utangnya terhadap
kreditur. Namun, jaminan umum tersebut dapat dibatasi dengan jaminan khusus berupa
benda tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian antar pihak2.
Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang berarti prestasi buruk 3. Wanprestasi
artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perikatan 4. Tidak dipenuhinya
kewajiban oleh debitur karena dua kemungkinan alasan:
1. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun kelalaian.
2. Karena keadaan memaksa (force majeure) di luar kemampuan debitur, sehingga
debitur tidak bersalah.
Untuk menentukan apakah seorang debitur bersalah melakukan wan prestasi, perlu
ditentukan dalam keadaan bagaimana debitur dikatakan sengaja atau lalai tidak memenuhi

1
Neng Yani Nurhayani, Hukum Perdata, Pustaka Setia, Bandung, 2015, hlm. 235.
2
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hlm. 239
3
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1991, hlm. 45.
4
Ibid, hlm.241
prestasi. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata yang dimaksud dengan prestasi adalah seseorang
yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu, dan tidak melakukan sesuatu, sebaliknya
dianggap wan prestasi apabila seseorang5 :
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukannya.
Terdapat beberapa pandangan menurut para ahli tentang pengertian wanprestasi,
diantaranya :
a. Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH
Wan prestasi adalah ketiadaan suatu prestasi didalam hukum perjanjian, berarti suatu
hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Barangkali dalam bahasa
Indonesia dapat dipakai istilah “pelaksanaan janji untuk prestasi dan ketiadaan
pelaksanaannya janji untuk wanprestasi” 6.
b. Prof. R. Subekti, SH
Wan prestasi itu adalah kelalaian atau kealpaan yang dapat berupa 4 macam yaitu:
1. Tidak melakukan apa yang telah disanggupi akan dilakukannya.
2. Melaksanakan apa yang telah di perjanjikannya, tetapi tidak sebagai mana
yang diperjanjikan.
3. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat,
4. Melakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak dapat dilakukan 7.
c. H. Mariam Darus Badrulzaman SH.
Mariam Darus Badrulzaman SH mengatakan bahwa apabila debitur “karena
kesalahannya” tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan, maka debitur itu wan
prestasi atau cidera janji. Kata karena salahnya sangat penting, oleh karena debitur
tidak melaksanakan prestasi yang diperjanjikan sama sekali bukan karena salahnya8.
d. M.Yahya Harahap.
Wanprestasi dapat dimaksudkan juga sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat
pada waktunya atau dilaksankan tidak selayaknya.

B. Mulai terjadinya wan prestasi

Praktek hukum perikatan di dalam masyarakat, untuk menentukan sejak kapan


seorang debitur wanprestasi terkadang tidak selalu mudah, karena kapan debitur harus
memenuhi prestasi tidak, tidak selalu ditentukan dalam perjanjian. Dalam perjanjian jual beli,

5
Rohmadi Jawi, Ketentuan-Ketentuan Umum dalam Hukum Kontrak,
melalui:https://rohmadijawi.wordpress.com/hukum-kontrak/.html, diunduh senin , 1 juni 2020 Pukul08:56
WIB
6
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, 1981, hlm. 17
7
Subekti, Op.Cit. hlm. 50
8
Ibid, hlm 59
sesuatu barang, misalnya, tidak ditetapkan kapan penjual harus menyerahkan barang yang
dijualnya kepada pembeli, dan kapan pembeli harus membayar harga barang yang dibelinya
kepada penjual9.
Lain hal dalam menetapkan kapan debitur wanprestasi pada perjanjian
yang prestasinya untuk tidak berbuat sesuatu, misalnya untuk tidak membangun
tembok yang tingginya lebih dari dua meter, sehingga begitu debitur membangun
tembok yang tingginya lebih dua meter, sejak itu debitur dalam keadaan wanprestasi 10.
Perjanjian yang prestasinya untuk memberi sesuatu atau untuk berbuatsesuatu, yang
tidak menetapkan kapan debitur harus memenuhi prestasi tersebut,
sehingga untuk memenuhi prestasi tersebut, debitur harus lebih dahulu diberi teguran
(somasi) agar debitur memenuhi kewajiban nya. Jika dalam prestasi tersebut dapat seketika
dipenuhi, misalnya penyerahan barang yang dijual dan barang yang akan diserahkan
sudah ada, prestasi tersebut dapat dituntut supaya dipenuhi seketika. Akan tetapi, jika
prestasi dalam perjanjian tersebut tidak dapat dipenuhi seketika, misalnya barang yang harus
diserahkan masih belum berada di tangan debitur, kepada debitur (penjual) diberi waktu yang
pantas untuk memenuhi prestasi tersebut 11.
Tentang bagaimana cara memberikan teguran (somasi) terhadap debitur agar jika
debitur tidak memenuhi teguran itu dapat dikatakan wanprestasi, diatur dalam Pasal 1238
BW yang menentukan, bahwa teguran itu harus dengan surat perintah atau dengan akta
sejenis12.

Somasi adalah pemberitahuan atau pernyataan dari kreditur kepada debitur yang
berisi ketentuan bahwa kreditur menghendaki pemenuhan prestasi seketika atau dalam
jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan itu dengan kata lain somasi
adalah peringatan agar debitur melaksanakan kewajibannya sesuai dengan teguran kelalaian
yang telah disampaikan kreditur kepadanya. Menurut pasal 1238 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa:“ Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan
sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan sendiri, ialah jika ini
menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang
ditentukan”13.
Dari ketentuan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa debitur dinyatakan wanprestasi
apabila sudah ada somasi (in gebreke stelling).
Adapun bentuk-bentuk somasi menurut pasal 1238 KUH Perdata adalah :
a. Surat perintah
Surat perintah tersebut berasal dari hakim yang biasanya berbentuk penetapan.
Dengan surat penetapan ini juru sita memberitahukan secara lisan kepada debitur

9
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2013, hlm.218
10
Ibid
11
Ibid. Hal.129
12
Ibid.
13
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1999,hlm.323
kapan selambat-lambatnya dia harus berprestasi. Hal ini biasa disebut “exploit juru
Sita”
b. Akta sejenis
Akta ini dapat berupa akta di bawah tangan maupun akta notaris.
c. Tersimpul dalam perikatan itu sendiri
Maksudnya sejak pembuatan perjanjian, kreditur sudah menentukan saat adanya
wanprestasi.
Dalam perkembangannya, suatu somasi atau teguran terhadap debitur yang
melalaikan kewajibannya dapat dilakukan secara lisan akan tetapi untuk mempermudah
pembuktian di hadapan hakim apabila masalah tersebut berlanjut ke pengadilan maka
sebaiknya diberikan peringatan secara tertulis.
Dalam keadaan tertentu, somasi tidak diperlukan untuk dinyatakan bahwa seorang
debitur melakukan wanprestasi yaitu dalam hal adanya batas waktu dalam perjanjian (fatal
termijn), prestasi dalam perjanjian berupa tidak berbuat sesuatu, debitur mengakui dirinya
wanprestasi.

C. Akibat adanya wan prestasi

Tidak dipenuhinya perikatan yang diakibatkan oleh kelalaian debitur atau wanprestasi
sebagai akibat situasi dan kondisi yang resikonya ada pada diri debitur menimbulkan
beberapa akibat. Akibat-akibat wanprestasi adalah14 :
1. Debitur harus membayar ganti rugi (Pasal 1279 BW).
2. Beban resiko bergeser ke arah kerugian debitur. Suatu halangan yang timbul ke
permukaan dapat dipertanggung jawabkan kepada kreditur setelah pihak debitur
melakukan wanprestasi, kecuali ada kesengajaan atau kelalaian besar (culpa lata)
pada pihak kreditur atau tidak dapat mengendalikan (overmacht).
3. jika perikatan timbul dari suatu persetujuan timbal balik , maka pihak kreditur dapat
membebaskan diri dari kewajiban melakukan kontra prestasi melalui cara Pasal 1302
BW atau melalui exceptio non adimpleti contractus menangkis tuntutan debitur untuk
memenuhi perikatan. Adapun akibat yang diberikan kepada pihak yang melakukan
wanprestasi diancam beberapa sanksi atau hukuman, yaitu15:
a. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan atau disebut ganti
rugi.
b. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian.
c. Peralihan risiko.
d. Membayar biaya perkara, jika sampai diperkarakan di depan hakim.

14
Gr. Van der Burght, Buku Tentang Perikatan, Mandar Maju, Bandung 1999, hlm. 131
15
Subekti, Op. Cit
Contoh kasus

“Sodari Juliana Maharani berkeinginan membeli perusahan PT. Mitra Bukit Sentul

milik Rakan Mahardika. Keduanya kemudian menyepakati harga perusahaan


tersebut sebesar 7,5 miliar rupiah. Lalu, kedua belah pihak itu mendatangi notaris
kemudian membuat akta jual beli perusahaan. Di dalam akta tersebut, ada
pernyataan kesepakatan jual beli, harga yang disepakati serta cara
pembayarannya. Untuk pembayaran, Juliana Maharani telah membayar 1 miliar

rupiah dan sisanya sebesar 6,5 miliar rupiah dibayar dengan tiga lembar cek,
masing-masing dari cek tersebut senilai 1,5 miliar rupiah, 2,5 miliar rupiah dan 2,5
miliar rupiah. Akan tetapi, ketiga cek yang diberikan Juliana tidak dapat dicairkan.
Lalu, Rakan menanyakan dan menagih sisa pembayaran perusahaannya. Akan
tetapi, pembayaran tidak segera dilakukan oleh Juliana.”

ANALASIS :

Analisis saya terkait kasus Ini merupakan murni kesalahan dari sodari juliana telah
melakukan tindakan wan prestasi sesuai dengan uraian yang tertulis diatas, dimana ketika dia
melakukan perjanjian dengan kata sepakat untuk membeli perusahaan PT, dengan harga
sebesar 7,5 miliar rupiah dengan cara pembayaran uang 1 miliar rupiah telah dibayarkan dan
sisanya 6,5 miliar rupiah di bayarkan dengan menggunakan tiga lembar cek yang masing-
masing dari cek tersebut bernilai 1,5 milar rupiah, 2,5 miliar rupiah, dan 2,5 miliar rupiah akan
tetapi ketiga cek tersebut tidak dapat dicairkan. Setelah di tanyakan perilahal pembayaran
sisanya tetapi sodari juliana tidak segera melakukan pembayarnya. Karena sodari juliana telah
berkontrak di depan Notaris dan telah mendatangani akta jual beli perusahaan tersebut dan
di tandatangani oleh sodari juliana maka tanggung jawab penuh untuk memenuhi perjanjian
yang tertuang dalam kontrak tersebut.

Menurut saya Adapun tindakan-tindakan atau upaya-upaya hukum yang dapat


dilakukan oleh pihak yang dirugikan akibat wanprestasi dari salah satu pihak sesuai yang di
atur dalam KUHPerdata adalah sebagai berikut :
a. Upaya hukum di luar pengadilan
Upaya hukum di luar pengadilan sebagai akibat dari wanprestasi tersebut di atas
adalah dengan melakukan perdamaian antara para pihak untuk menyelesaikan
sengketa tersebut secara kekeluargaan dengan melibatkan pihak ketiga yang dinilai
oleh para pihak adil dan dapat menyelesaikan sengketa tersebut. Pihak ketiga ini
dapat saja merupakan orang perorangan atau lembaga non justisia yang dilakukan
dengan cara negosiasi, mediasi dan lain-lain. Kemudian mengenai objek sengketa
dapat dikuasai oleh pihak ketiga yang menjadi penengah yang menyelesaikan
sengketa tersebut namun bisa juga berada pada salah satu pihak yang bersengketa
asal saja mendapat persetujuan dari para pihak dan objek tersebut tetap di bawah
pengawasan pihak ketiga tersebut.
b. Upaya hukum dengan beracara di pengadilan.
Jika upaya perdamaian oleh pihak yang dirugikan akibat wanprestasi dari salah satu
pihak tidak dapat menyelesaikan persoalan, maka tidak ada jalan lain kecuali
menyelesaikan persoalan tersebut melalui Pengadilan Negeri yang berwenang. Untuk
memperbaiki atau memulihkan hak-hak pihak yang dirugikan akibat wanprestasi dari
salah satu pihak yang telah menyebabkan kerugian baginya, maka ia dapat menuntut
kepada pengadilan agar :
1) Memberikan gugatan kepada pihak yang telah melakukan wanprestasi.
2) Menghukum supaya pihak yang melakukan wanprestasi memenuhi prestasi.
3) Menyatakan sebagai hukum bahwa pihak yang melakukan wanprestasi benar
telah melakukan wanprestasi (cidera janji).
4) Menghukum pihak yang melakukan wanprestasi untuk membayar ganti rugi atas
akibat yang timbul karena terjadinya wanprestasi yang terdiri dari :
a. Beban biaya pokok yang langsung timbul akibat wanprestasi tersebut serta
tunggakan-tunggakan utang lainnya.
b. Denda (bunga) dan tunggakan denda (bunga).
c. Biaya lain-lain, termasuk biaya perkara dan honor pengacara.
5) Menghukum pihak yang melakukan wanprestasi uang paksa (dwangsom) lalai
melaksanakan keputusan hakim yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.
6) Mengalihkan segala resiko yang timbul akibat terjadinya wanprestasi.
7) Membatalkan perjanjian dan melakukan sita revindikatoir (revindicatoir beslag)
dan mengambil kembali barang-barang yang menjadi objek dari perjanjian komisi
yang berada dalam kekuasaan orang pihak yang melakukan wanprestasi tersebut.
Dengan mengikutsertakan hakim, yaitu dengan beracara di Pengadilan dalam
menyelesaikan persoalan tersebut, akan diharapkan hakim sebagai penegak
hukum dapat memberikan penyelesaian yang seadil-adilnya, sehingga
kepentingan masing-masing pihak dapat terlindungi.
Menurut saya juga bagi sodari juliana bila melalui langkah mediasi yang dilakukan oleh
sodara rakan mahardika harus bisa di maksimalkan dengan baik karena dengan
mediasi bisa meringankan ataupun menemukan jalan yang terbaik untuk sodari
juliana. jika pun sodari juliana diputuskan bersalah bila mediasi tidak mencapai
kesepakatan maka sodari juliana harus mengganti kerugian yang diakibatkan oleh
kelalaian dari pihak tergugat sodara rakan mahardika.
KESIMPULAN

Perikatan merupakan salah satu hubungan hukum dalam harta kekayaan antara dua
orang atau lebih, di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu barang dan pihak lain
berkewajiban atas sesuatu barang . Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini merupakan
suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain yang
menimbulkan perikatan atau perjanjian. Seringnya hal-hal yang menjadi persoalan dalam
hukum perjanjian adalah pengingkaran atau kelalaian seorang debitur kepada kreditur, atau
pemenuhan janji yang dilakukan oleh debitur. Dalam hukum perdata, keduanya disebut
dengan prestasi bagi yang memenuhi janji dan wanprestasi bagi yang tidak memenuhi janji.

Riduan Syahrani mendefinisikan bahwa prestasi adalah suatu yang wajib dan harus
dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang
berarti prestasi buruk. Wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati
dalam perikatan. Kasus Wanprestasi yang diangkat dalam makalah ini adalah sebuah contoh
dari berbagai macam kasus wanprestasi yang terjadi di indonesia. Ini menunjukan bahwa
masih banyak masyarakat indonesia yang meremehkan ketentuan – ketentuan dalam
perjanjian yang di sepakati oleh kedua belah pihak.
Pasal 1238 KUH Perdata menyatakan : “Si berhutang adalah lalai, apabila ia dengan
surat perintah atau dengan sebuah akte sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi
perikatannya sendiri ialah jika ia menetapkan bahwa si berutang akan harus dianggap dengan
lewatnya waktu yang telah ditentukan”.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku :
Abdul Rosyid Sulaiman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan ContohKasus. Prenada Media,
Jakarta, 2005.

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,2014.Gr.

Van der Burght, Buku Tentang Perikatan, Mandar Maju, Bandung 1999.

Neng Yani Nurhayani, Hukum Perdata, Pustaka Setia, Bandung, 2015.

Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung,2013, hlm. 218.

Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1991Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1999.

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, 1981.

Sumber Internet :

melalui:https://rohmadijawi.wordpress.com/hukum-kontrak/.htmlWanprestasi Sanksi Ganti


Kerugian dan Keadaan,melalui:http://yogiikhwan.wordpress.com/2008/03/20/wanprestasi-sanksi-
ganti-kerugian-dan-keadaan-memaksa/.html. .

Anda mungkin juga menyukai