Anda di halaman 1dari 22

PERIKATAN YANG LAHIR BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG
Analisis Kasus Malpraktek yang Dialami
Oleh Pelajar SMP di Rumah Sakit Umum
Daerah Kefamenanu (NTT) Dalam
Perspektif Hukum Perdata

Kelompok 6

FAHRI FATIMAH
NURACHMAN
 AZZAHRAH

(2110112193)
 (2110112174)


PUTRI BALQIS
 PUTRI SELVIANI



(2110112185)
 (2110112178)

Latar belakang
Manusia untuk menjalankan kehidupannya pasti melakukan sebuah hubungan sosial, hubungan
yang dilakukan oleh satu manusia dengan manusia lainnya dapat menimbulkan sebuah
hubungan hukum. Di dalam Hukum perikatan terdapat pembagian jenis-jenis nya, yang mana
hubungan antara tenaga medis dan pasiennya termasuk ke dalam suatu jenis perikatan yang
lahir dari undang-undang. 


Hubungan hukum dokter pasien berada dalam jenis perikatan hukum sebab UU. Pelanggaran
hukum dokter atas kewajiban hukum dokter karena UU membawa suatu keadaan perbuatan
melawan hukum(onrechtmatige daad) dokter dimana kedua-duanya mengemban
pertanggungjawaban penggantian kerugian. 


Kasus sengketa medik atau malpraktik sendiri adalah kasus yang marak terjadi di
tengah-tengah masyarakat. Hal ini dapat disebabkan karena tindakan yang disengaja, kelalaian,
atau ketidak kompetenan sehingga menimbulkan pelanggaran dari ketentuan etik profesi,
disiplin profesi, hukum administratif, hukum perdata, maupun hukum pidana. 

Rumusan masalah

1. Bagaimana pengaturan hukum mengenai sengketa


medik (malpraktik) dalam perspektif hukum perdata
di Indonesia?

2. Bagaimana pertanggungjawaban hukum dan sanksi


perdata terhadap terjadi sengketa medik (malpraktik)
di Indonesia?
Istilah dan pengertian Perikatan

1. Istilah 

Perikatan berasal dari kata kerja “verbinden” yang artinya mengikat ikatan atau
hubungan. Verbintenis juga dapat disebut dengan istilah perikatan, perjanjian atau
perutangan. Perikatan sendiri bisa diartikan dengan kata setuju atau sepakat.


2. Pengertian Perikatan 


Menurut ilmu Pengetahuan Hukum Perdata, perikatan adalah suatu hubungan


hukum yang terjadi antara dua pihak atau lebih dalam lapangan harta kekayaan, di
mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu.

Pengertian Perikatan menurut para ahli:

Hofmann vollmar Prof.Subekti

Perikatan adalah suatu hubungan Ditinjau dari isinya, ternyata Perikatan adalah suatu
hukum antara sejumlah subjek- bahwa perikatan itu ada selama perhubungan hukum antara
subjek hukum sehubungan seseorang itu (debitur) harus dua orang atau dua pihak,
dengan itu seorang atau beberpaa melakukan suatu prestasi yang berdasarkan mana pihak yang
orang daripadanya mengikatkan mungkin dapat dipaksakan satu berhak menuntut suatu hal
dirinya untuk bersikap menurut terhadap (kreditur), kalau dari pihak yang lain, dan pihak
cara-cara tertentu terhadap pihak perlu dengan bantuan hakim;
 yang lain berkewajiban
lain yang berhak atas sikap yang memenuhi tuntutan itu;

demikian;

Unsur-Unsur Perikatan
a. Hubungan hukum (rechtsbetrekking); 

● Hubungan yang diatur oleh hukum;

● Hubungan yang di dalamnya terdapat hak di satu pihak dan kewajiban di lain pihak;

● Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban, dapat dituntut pemenuhannya


Hubungan hukum dapat terjadi karena : 1. Kehendak pihak-pihak (persetujuan/perjanjian)



2. Sebagai perintah peraturan perundang-undangan

b. Kekayaan; 


Harta kekayaan sebagai kriteria dari adanya sebuah perikatan. Tentang harta kekayaan sebagai
ukurannya (kriteria) ada 2 pandangan yaitu :

1. Pandangan klasik : Suatu hubungan dapat dikategorikan sebagai perikatan jika hubungan
tersebut dapat dinilai dengan sejumlah uang

2. Pandangan baru : Sekalipun suatu hubungan tidak dapat dinilai dengan sejumlah uang, tetapi
jika masyarakat atau rasa keadilan menghendaki hubungan itu diberi akibat hukum, maka
hukum akan meletakkan akibat hukum pada hubungan tersebut sebagai suatu perikatan



Unsur-Unsur Perikatan
c. Pihak-pihak : 

1. Debitur adalah pihak yang wajib melakukan suatu prestasi atau Pihak yang memiliki utang
(kewajiban)

2. Kreditur adalah Pihak yang berhak menuntut pemenuhan suatu prestasi atau pihak yang
memiliki piutang (hak)


Pihak-pihak (debitur kreditur) tidak harus “orang” tapi juga dapat berbentuk “badan”, sepanjang ia
cakap melakukan perbuatan hukum.


d. Objek hukum/prestasi(voorwerp) : 

Bentuk-bentuk prestasi (Pasal 1234 KUHPerdata) :


1. Memberikan sesuatu; seperti penyerahan hak milik dalam jual beli ataupun sewa menyewa.

2. Berbuat sesuatu; seperti melaksanakan pekerjaan tertentu. 

3. Tidak berbuat sesuatu,maksudnya tidak akan membangun suatu bangunan pada bidang tertentu.



Sumber sumber perikatan
Sumber-sumber Hukum Perikatan yang ada di Indonesia adalah perjanjian dan undang-undang. Dasar
Hukum Perikatan berdasarkan KUH Perdata terdapat tiga sumber adalah sebagai berikut:

1. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian)

2. Perikatan yang timbul dari undang-undang

3. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar hukum dan
perwakilan sukarela


Sumber perikatan berdasarkan undang-undang: 

1. Perikatan (Pasal 1233 KUH Perdata): Perikatan yang lahir karena suatu persetujuan atau karena
undang – undang . Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu , untuk berbuat sesuatu ,
atau untuk tidak berbuat sesuatu. 

2. Persetujuan (Pasal 1313 KUH Perdata): Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu
orang atau lebih mengikatkan diri terhadap orang lain atau lebih. 

3. Undang-undang (Pasal 1352 KUH Perdata): Perikatan yang lahir karena undang-undang timbul
dari undang-undang atau timbul dari undang-undang sebagai akibat dari perbuatan orang.

prestasi Wanprestasi
Wujud prestasi (Pasal 1234 KUHPerdata): 
 Wanprestasi disebabkan oleh beberapa hal: 

1. Memberikan sesuatu (1235): menyerahkan
kekuasaan nyata atas suatu benda dari 1. Karena kesalahan debitur, baik sengaja
debitur kepada kreditur, misal: jual beli. 
 maupun lalai 

2. Berbuat sesuatu: debitur wajib melakukan 2. Karena overmacht (debitur tidak bersalah). 

perbuatan tertentu yang telah ditentukan
dalam perikatan. 
 Bentuk-bentuk wanprestasi: 

3. Tidak berbuat sesuatu: debitur tidak
melakukan perbuatan yang telah ditetapkan 1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan
dalam perikatan. 
 dilakukannya;

Sifat prestasi: 

2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya,
1. Harus sudah ditentukan atau dapat
ditentukan. 
 tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan;

2. Harus mungkin, prestasi itu dapat dipenuhi 3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi
secara wajar oleh debitur dengan segala terlambat;

usahanya. 
 4. Melakukan sesuatu yang menurut
3. Harus diperbolehkan. 

4. Harus bermanfaat bagi kreditur. 
 perjanjian tidak boleh dilakukannya.

AKIBAT WANPRESTASI overmarcht
1. Debitur wajib membayar ganti kerugian Unsur-unsur Overmarcht:

yang diderita kreditur (Pasal 1243 1. Tidak dipenuhinya prestasi, karena terjadi
KUHPerdata) 
 peristiwa yang membinasakan/memutuskan
2. Apabila perikatan itu timbal balik, kreditur benda yang menjadi objek perikatan. 

dapat menuntut pemutusan perikatan 2. Tidak dipenuhinya prestasi karena terjadi
melalui hakim (Pasal 1266 KUHPerdata) 
 peristiwa yang menghalangi perbuatan
3. Dalam perikatan untuk memberikan debitur untuk melakukan prestasi. 

sesuatu, risiko beralih kepada debitur sejak 3. Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau
terjadi wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2) diduga akan terjadi pada waktu membuat
KUHPerdata) 
 perikatan.

4. Debitur diwajibkan memenuhi perikatan,
jika masih dapat dilakukan, atau pembatalan
disertai pembayaran ganti kerugian. 

5. Debitur wajib membayar biaya perkara jika
debitur dinyatakan bersalah di pengadilan.

Kewajiban Dokter
Kewajiban umum dokter 

1) Setiap dokter menjunjung tinggi menghayati, dan mengamalkan sumpah atau janji dokter (Pasal 1) 

2) Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara independen dan
mempertahankan prilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi (Pasal 2) 

3) Saat melakukan perkerjaan kedokteran, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi (Pasal 3) 

4) Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang berdifat memuji dir (Pasal 4) 

5) Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang memungkinkan melemahkan daya thana psikis maupun
fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien/ keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan
kebaikan pasien tersebut (Pasal 5) 

6) Dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan teknik
atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan
keresahan (Pasal 6) 

7) Dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya (Pasal 7)

Tinjauan Umum Tinjauan Umum
Tentang Kesehatan Tentang MALPRAKTIK
1. Pengertian Malpraktik 

1. Pengertian Kesehatan 

Malapraktik medis dapat terjadi ketika dokter gagal untuk
Definisi Kesehatan Menurut WHO definisi melaksanakan standar profesinya, atau karena kurang
kesehatan adalah Keadaan sempurna, baik berhati-hati dalam memberikan perawatan dan pengobatan
fisik, mental maupun sosial dan tidak hanya pada pasien dan menimbulkan kerugian yang diderita oleh
bebas dari penyakit dan cacat.
 pasien.

2. Tujuan Pemeriksaan 
 2. Unsur-Unsur Malpraktik 

Pemeriksaan kesehatan bertujuan untuk Dikemukakan adanya “three elements of liability” antara lain :
mendeteksi sedini mungkin setiap gangguan 1. Adanya kelalaian yang dipermasalahkan 

kesehatan yang mungkin terjadi dan 2. Adanya kerugian 

disebabkan oleh pajanan bahaya kesehatan, 3. Adanya hubungan kasual

mendeteksi perubahan status kesehatan yang Dokter dikatakan melakukan malapraktik jika: 

bermakna dapat menyebabkan gangguan 1) Dokter kurang menguasaai IPTEK kedokteran yang
kesehatan apabila melanjutkan suatu kegiatan. 
 umum berlaku di kalangan profesi kedokteran 

2) Memberikan pelayanan kedokteran dibawah standar
profesi 

3) Melakukan kelalaian yang berat atau memberikan
pelayanan yang tidak hati hati 

4) Melakukan tindak medis bertentangan dengan hukum 

Hak Dokter dan pasien
Hak - hak dokter:
 Hak-hak Pasien:

1) Memperoleh perlindungan Hukum sepanjang Hak-hak pasien diatur dalam Pasal 53
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004,
standar pelayanan profesi, dan standar prosedur meliputi: 

operasional. 
 1) Mendapatkan penjelasan secara lengkap
2) Memperoleh Informasi yang lengkap dan benar dari tentang tindakan medis 

penerima pelayanan kesehatan dan keluarganya 
 2) Meminta pendapat dokter 

3) Menerima imbalan jasa 
 3) Menolak tindakan medis 

4) Memperoleh perlindungan atas keselamatan dan 4) Mendapatkan isi rekam medis

kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan,
serta nilai-nilai agama 

5) Mendapatkan kesempatam untuk mengembangkan
profesinya 

6) Menolak keinginan penerima pelayanan kesehatan
atau pihak lain yang bertentangan dengan standar
profesi, Standar prosedur operasional, atau
ketentuan peraturan perundang-undangan 

Kasus malpraktek yang dialami oleh pelajar smp
di rumah sakit umum daerah kefamenanu (ntt)
Sengketa medik atau malapraktik adalah salah satu kasus yang sering terjadi
dimasyarakat. Biasanya kasus tersebut banyak berakhir dengan tanpa melalui proses
pengadilan, seperti yang dialami oleh Yokabus Kolo (14 tahun) dari kabupaten Timur
Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut Sumber Informasi yang beredar di
internet Yokabus selaku korban dibantu oleh salah satu anggota DPRD Nusa Tenggara
Timur (NTT), Yosafat Haekase beliau membantu Yokabus untuk meminta penjelasan
terkait transparansi operasi usus buntu yang dijalani Yokabus yang malah
mengakibatkan Yokabus mengalami kebutaan serta pembengkakan pada jantung dan
paru-paru nya. Kasus ini berakhir dengan bungkamnya pihak rumah sakit dengan tidak
memberikan klarifikasi kepada korban. 

Kasus sengketa medik (malpraktik) sendiri sudah diatur dalam hukum di
indonesia, baik itu dalam hukum pidana maupun hukum perdata. Dalam hukum
sengketa medik (Malapraktik) dapat kita bagi pembahasan nya pada dua point penting,
yaitu yang pertama ada tanggung jawab dokter yang dapat diminta pertanggungjawaban
nya jika melakukan malpraktik pada pasien nya. yang kedua adalah Perlindungan
Hukum Bagi Pasien Korban Malpraktek dalam Kajian Hukum Perdata di Indonesia.

Tanggung Jawab Dokter Pada Pasien
atas tindakan Malapraktik
Salah satu aturan konkret mengenai kesehatan dalam hal ini kasus malapraktik terdapat didalam hukum
pidana yaitu tertuang pada Pasal 360 KUHP menyebutkan : 

1) Barangsiapa karena kekhilafan menyebabkan orang luka berat, dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya satu tahun . 

2) Barang siapa karena kekhilafan menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu
menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatan atau pekerjaannya sementara,
dipidana dengan pidana penjara selamalamanya Sembilan bulan atau pidana dengan pidana
kurungan selamalamanya enam bulan atau pidana denda setinggi tingginya empat ribu lima ratus
rupiah.

Jika berdasarkan pasal-pasal tersebut diatas, jika diterapkan pada kasus. Malpraktek yang
dilakukan oleh dokter, ada 3 unsur yang menonjol yang dapat diminta pertanggungjawaban yaitu : 

1) Dokter telah melakukan kesalahan dalam melaksanakan profesinya 

2) Tindakan dokter tersebut dilakukan karena kealpaan atau kelalaian 

3) Kesalahan tersebut akibat dokter tidak mempergunakan ilmu pengetahuan dan tingkat
keterampilan yang seharusnya dilakukan berdasarkan standar profesi.

Perlindungan Hukum Bagi Pasien Korban Malpraktek
dalam Kajian Hukum Perdata di Indonesia

Perlindungan hukum yang dapat digugat oleh pasien korban malpraktek terhadap dokter itu,
adalah pertanggungjawaban atas kerugian yang disebabkan karena wanprestasi dalam perjanjian
terapeutik dan pertanggungjawaban atas kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melawan
hukum (onrechtmatige daad) oleh dokter, yaitu perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban
profesi. Korban malpraktek dapat menggugat dokter atas perbuatannya dalam pelaksanaan
perjanjian terapeutik berdasarkan:

1) Pasal 1366 KUH Perdata. Pasal 1336 KUHPerdata menjawab sebagai berikut: “Jika tidak
dinyatakan sesuatu sebab, tetapi ada suatu sebab yang sahih, ataupun jika ada suatu sebab
lain, daripada yang dinyatakan, perjanjiannya namun demikian adalah sah.” 

2) Pertanggungjawaban seorang dokter yang telah melakukan malpraktek dapat dilihat dalam
Pasal 1367 BW yang membawa akibat bahwa yang bersalah (yaitu yang menimbulkan
kerugian pada pihak lain) harus membayar ganti rugi (schadevergoeding). Dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tidak diatur
dengan jelas mengenai pasien atau korban malpraktek, tetapi pasien atau korban
malpraktek dalam hal ini juga merupakan seorang konsumen.

Pertanggungjawaban Hukum dan Sanksi Perdata
Terhadap Terjadinya Sengketa Medik Di Indonesia

Pertanggungjawaban secara hukum karena adanya kerugian bagi pasien, maka pasien memiliki hak
untuk melakukan tuntuan terhadap kerugian tersebut berdasarkan perbuatan melawan hukum yang
memberikan kerugian pasa orang lain dan orang yang melakukan kesalahan tersebut wajib mengganti
kerugian yang ditimbulkannya berdasarkan Pasal 1365 BW dan pasien dapat melakukan gugatan
dalam meminta pertanggungjawaban berdasarkan Pasal 58 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009. Dalam hal ini, maka pertanggung jawaban secara perdata berdasarkan Kitab Undang
Undang Hukum Perdata, Sebagai berikut: 

1) Tanggung jawab dengan unsur kesalahanan dari kesengajaan dan kelalaian terdapat dalam pasal
1365 KUHPerdata, yakni “tiap-tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut.” 

2) Tanggung jawab dengan unsur kesalahannnya khusus pada kelalaian terdapat dalam pasal 1366
KUHPerdata, yakni “setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya.” 

3) Tanggung jawab mutlak (tanpa kesalahanan) diatur dalam pasal 1367 KUHPerdata.

Dalam sengketa medik, pihak tenaga medis dapat dibawa ke hadapan pengadilan setelah
adanya kerugian yang ditimbulkannya terhadap pasien. Dimana kerugian tersebut timbul
karena adanya suatu pelanggaran kewajiban dimana sebelumnya telah dibuat suatu persetujuan
(wanprestasi). Dalam mengajukan gugatan wanprestasi/perbuatan melawan hukum harus
dibuktikan bahwa dokter atau tenaga medis tersebut benar telah melakukan suatu
wanprestasi/perbuatan melawan hukum dari adanya unsur kesalahanan. 

Oleh sebab itu dapat digugat menurut pasal 1371 ayat (1) KUHPerdata yang
mengatakan “penyebab luka atau cacatnya suatu anggota badan dengan sengaja atau kurang
hati-hati memberikan hak pada si korban selain penggantian biaya-biaya penyembuhan,
menuntut penggantian kerugian yang disebabkan oleh luka-luka dan cacat tersebut.”

Terhadap tenaga medis yang melakukan malapraktik diatur dalam Pasal 19 ayat (1)
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur tentang
sanksi atas hak-hak perlindungan konsumen yang dilanggar yang didalamnya termasuk dokter
dan rumah sakit yang melanggar hak – hak konsumen dan dalam Pasal 58 ayat (1) Undang –
Undang Kesehatan tentang ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan dan atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan dimana kemudian mengenai besaran ganti rugi akan disepakati oleh
masing-masing pihak karena di dalam pengaturan tidak disebutkan secara tersurat

KESIMPULAN
1. Pengaturan Hukum di indonesia mengenai sengketa medik (malapraktik) di indonesia
memang sangat dibutuhkan untuk membuat sebuah aturan yang konkret dalam bidang
kesehatan. hal ini juga sebagai jaminan dan perlindungan hak para pasien untuk
mendapat pelayanan kesehatan yang baik dan layak. sebagai mana yang sudah dijelaskan
bahwa kesehatan adalah termasuk hak asasi manusia seorang individu oleh sebab itu
kasus malapraktik dalam bidang medis juga dapat diartikan dapat melanggar ham
seseorang terlebih jika dilakukan secara sengaja oleh tenaga medis atau dokter yang
menangangi pasien tersebut.

Adapun Bentuk perlindungan hukum terhadap korban malpraktek kedokteran
yang diatur dalam Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu berupa
pemberian hak kepada korban malpraktek untuk menuntut pertanggungjawaban dokter
yang melakukan malpraktek kedokteran, memberikan ganti rugi atas kerugian yang
timbul karena kesalahan maupun kelalaian dokter, baik melalui gugatan ganti rugi secara
perdata maupun penggabungan penuntutan hukum pidana dan gugatan ganti rugi dalam
proses hukum pidana ke pengadilan. bentuk perlindungan hukum terhadap korban
malpraktek kedokteran yang diatur dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2009, yaitu
berupa pemberian hak kepada korban malpraktek. 

Untuk melakukan upaya hukum pengaduan kepada Ketua Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, yang dapat juga secara bersamaan
melakukan upaya hukum secara hukum pidana maupun hukum perdata ke
pengadilan serta pemberian wewenang kepada Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia (MKDKI) untuk mengeluarkan keputusan menjatuhkan
sanksi disiplin kepada dokter yang terbukti bersalah. 

2.
 Pertanggungjawaban perdata dokter terhadap pasien yang mengalami malpraktek
yaitu diatur dalam pasal 1365, 1366, 1371 Ayat (1) KUH Perdata dan pasal 58
Ayat (1) UndangUndang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dimana dari
keempat pasal dapat disimpulkan bahwa apabila seorang dokter melakukan
malpraktek dan pasien mengalami cedera, dapat menimbulkan
pertanggungjawaban perdata bagi seorang dokter, dengan dasar gugatan antara
lain: wanprestasi, perbuatan melanggar hukum dan kelalaian, yang sanksi lazimnya
berupa ganti rugi kepada pasien.

Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai