Anda di halaman 1dari 5

PERIKATAN

A. Deskripsi Singkat
Dalam bab ini membahas tentang deskripsi umum mengenai Hukum tentang sumber
perikatan, macam-macam perikatan, lahirnya perikatan dan hapusnya perikatan.

B. Manfaat dan Relevansi


Pada bagian ini mahasiswa akan mempelajari Hukum sebagai dasar pemahaman bagi
mahasiswa untuk mengetahui tentang pengertian perikatan dan mempraktekan dalam kehidupan
sehari-hari.

C. Penyajian

Istilah kata ”Perikatan” merupakan terjemahan dari kata ”Verbintenis”. Selain kata
”Perikatan”, ada pula yang menterjemahkan verbintenis dengan kata ”Perutangan” (Prof. Dr. Sri
Soedewi Masjchoen Sofwan,SH.). Namun istilah yang lazim dipergunakan adalah ”Perikatan”.
Perikatan didefinisikan sebagai ”hubungan hukum (dalam lapangan hukum harta
kekayaan) antara dua pihak yang menimbulkan hak dan kewajiban atas suatu prestasi.”
Perikatan diatur dalam Buku III KUHP Perdata. Buku III KUHP Perdata bersifat terbuka,
artinya ketentuan-ketentuan dapat disimpangi. Pihak yang berkepentingan dapat membuat
ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari Buku III KUHP Perdata. Dengan demikian
Buku III KUHP Perdata bersifat sebagai hukum pelengkap atau aanvullen recht.
Dari pengertian tersebut diatas, dapat diketahui unsur-unsur perikatan :
a. Adanya hubungan hukum
b. Adanya dua pihak : Kreditur dan Debitur.
c. Adanya prestasi : ini disebut sebagai pokok perikatan.
Syarat suatu prestasi :
- Tertentu atau dapat ditentukan.
- Diperkenankan
- Dimungkinkan : suatu prestasi yang tidak dimungkinkan disebut sebagai syarat potertatif
.
-
A. Sumber dan macam perikatan.
1. Sumber Perikatan.
- Diatur dalam KUHP Perdata : Perjanjian dan Undang-undang.
- Diluar KUHP Perdata : Putusan Pengadilan dan Moral.
2. Macam-macam Perikatan.
a. Perikatan Bersyarat.
Perikatan Bersyarat adalah perikatan yang digantungkan pada suatu peristiwa tertentu
yang belum terjadi dan belum tentu akan terjadi.
Suatu peristiwa yang merupakan syarat tersebut (conditions) :
1. Syarat Tangguh
Syarat Tangguh (conditions precedent) adalah suatu syarat yang menyebabkan
lahirnya perikatan. Disebut syarat tangguh karena berlakunya syarat tangguh tersebut
menangguhkan lahirnya perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu. Perikatan
lahir hanya apabila peristiwa yang dimaksud terjadi dan pada detik terjadinya
peristiwa itu
2. Syarat Batal
Syarat Batal (conditions subsquent) suatu syarat yang menyebabkan
batalnya/berakhirnya perikatan tersebut, ketika peristiwa yang disyaratkan itu terjadi.
Perikatan itu sudah ada dan terjadinya persyaratan tersebut justru menyebabkan
berakhirnya perikatan tersebut.
Restricted Conditions
Peristiwa-peristiwa yang tidak boleh menjadi suatu persyaratan :
1. Yang tidak mungkin terlaksana.
2. Yang dilarang oleh UU
3. Yang bertentangan dengan rasa kesusilaan.
4. Yang pelaksanaannya semata-mata tergantung oleh orang yang terikat.
b. Perikatan Dengan Ketetapan/Ketentuan Waktu.
Tujuannya untuk menentukan waktu PELAKSANAAN, atau jangka waktu berlakunya,
dari sebuah perjanjian/perikatan. Tidak menangguhkan lahirnya perjanjian/perikatan
(seperti halnya perikatan bersyarat), tetapi menangguhkan pelaksanaannya saja. Syarat
(waktu) nya bersifat pasti akan terjadi, hanya persoalan kapan(when)?.
c. Perikatan Alternatif (mana suka)
Disebut juga sebagai perikatan yang membolehkan memilih. Dimana terdapat dua atau
lebih prestasi, sedangkan kepada si berhutang diserahkan yang mana yang akan dia
lakukan. Kecuali ditentukan sebaliknya, hak memilih ada pada si berhutang.
d. Perikatan Soldier (tanggung-menanggung).
Beberapa orang bersama-sama (sebagai debitur) berhadapan dengan satu orang (sebagai
kreditur), atau berlaku sebaliknya. Masing-masing anggota dapat mempunyai kuasa
penuh atas hak seluruh anggota, dan dapat juga dituntut untuk bertanggung jawab penuh
atas prestasi/kewajiban dari keseluruhan kelompoknya.
e. Perikatan Yang Dapat Dibagi Dan Tidak Dapat Dibagi.
Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi adalah mengenai pemenuhan
prestasinya (kewajiban yang diperjanjikan). Tergantung dari SIFAT dan MAKSUD dari
perikatannya.
f. Perikatan Dengan Ancaman Hukuman.
Adalah perikatan dimana debitur diwajibkan melakukan sesuatu jika perikatannya tidak
dipenuhi.
Tujuannya : - Menjamin agar prestasi dipenuhi debitur.
Membebaskan kreditur dari pembuktian jumlah/besarnya kerugian jika terjadi
wanprestasi.

B. Perjanjian dan syarat sahnya perjanjian.


Ditinjau dari sudut Hukum Privat dan Hukum Publik.
A. Pengertian Perjanjian
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih (Pasal 1313 BW). Pengertian
perjanjian ini mengandung unsur :
a. Perbuatan
b. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih
c. Mengikatkan dirinya.
B. Syarat Sahnya Perjanjian.
Agar suatu perjanjian dapat menjadi sah dan mengikat para pihak, perjanjian harus
memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 BW yaitu :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
Kata ”sepakat” tidak boleh disebabkan adanya kekhilafan mengenai hakekat barang
yang menjadi pokok persetujuan atau kekhilafan mengenai diri pihak lawannya dalam
persetujuan yang dibuat terutama mengingat dirinya orang tersebut; adanya paksaan
dimana seseorang melakukan perbuatan karena takut ancaman (Pasal 1324 BW);
adanya penipuan yang tidak hanya mengenai kebohongan tetapi juga adanya tipu
muslihat (Pasal 1328 BW). Terhadap perjanjian yang dibuat atas dasar ”sepakat”
berdasarkan alasan-alasan tersebut, dapat diajukan pembatalan.
2. Cakap untuk membuat perikatan;
Pasal 1330 BW menentukan yang tidak cakap untuk membuat perikatan :
a. Orang-orang yang belum dewasa
b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan.
c. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan
pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang
membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Namun berdasarkan fatwa Mahkamah
Agung, melalui Surat Edaran Mahkamah Agung No.3/1963 tanggal 5 September
1963, orang-orang perempuan tidak lagi digolongkan sebagai yang tidak cakap.
Mereka berwenang melakukan perbuatan hukum tanpa bantuan atau izin
suaminya. Akibat dari perjanjian yang dibuat oleh pihak yang tidak cakap adalah
batal demi hukum (Pasal 1446 BW).
3. Suatu hal tertentu ;
Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan. Jika tidak, maka
perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1332 BW menentukan hanya barang-barang
yang dapat diperdagangkan yang dapat menjadi objek perjanjian, dan berdasarkan
Pasal 1334 BW barang-barang yang baru akan ada di kemudian hari dapat menjadi
objek perjanjian kecuali jika dilarang oleh undang-undang secara tegas.
4. Suatu sebab yang halal.
Sahnya suatu sebab dari suatu perjanjian ditentukan pada saat perjanjian dibuat.
Perjanjian tanpa sebab yang halal adalah demi hukum, kecuali ditentukan lain oleh
undang-undang.
Syarat pertama dan kedua menyangkut subyek, sedangkan syarat ketiga dan keempat
mengenai obyek. Terdapatnya cacat kehendak (keliru, paksaan, penipuan) atau tidak cakap untuk
membuat perikatan, mengenai subyek mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan. Sementara
apabila syarat ketiga dan keempat mengenai obyek tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi
hukum.

Anda mungkin juga menyukai