Anda di halaman 1dari 5

Lanjutan materi :

E. Pengertian Hukum Perdata

Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan antara
individu-individu dalam masyarakat. Dalam tradisi hukum di daratan Eropa dikenal pembagian
hukum menjadi dua yakni hukum publik dan hukum privat atau hukum perdata.
Hukum perdata itu ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis. Hukum Perdata yang
tertulis ialah hukum perdata sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-undang
hukum Perdata. Hukum Perdata yang tidak tertulis itu ialah Hukum Adat.
Hukum Perdata merupakan ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan antara
individu-individu dalam masyarakat. Dalam tradisi hukum di daratan Eropa (civil law) dikenal
pembagian hukum menjadi dua yakni hukum publik dan hukum privat atau hukum perdata.
Yang dimaksud dengan Hukum perdata Indonesia adalah hukum perdata yang berlaku
bagi seluruh Wilayah di Indonesia. Hukum perdata yang berlaku di Indonesia adalah hukum
perdata barat [Belanda] yang pada awalnya berinduk pada Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang aslinya berbahasa Belanda atau dikenal dengan Burgerlijk
Wetboek dan biasa disingkat dengan B.W. Sebagian materi B.W. sudah dicabut berlakunya &
sudah diganti dengan Undang-Undang RI misalnya mengenai UU Perkawinan, UU Hak
Tanggungan, UU Kepailitan.
Setelah Indonesia Merdeka berdasarkan aturan Pasal 2 aturan peralihan UUD 1945,
KUHPdt. Hindia Belanda tetap dinyatakan berlaku sebelum digantikan dengan undang-undang
baru berdasarkan Undang – Undang Dasar ini. BW Hindia Belanda disebut juga Kitab Undang –
Undang Hukun Perdata Indonesia sebagai induk hukum perdata Indonesia.
Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum tersebut
juga mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon (yaitu sistem
hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran atau negara-
negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika Serikat), sistem hukum Eropa
kontinental, sistem hukum komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya.
Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum
perdata Belanda pada masa penjajahan.
Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di
Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal
dengan BW)yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah
jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama
Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari
hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa penyesuaian.

E. Hukum-Hukum Perdata
Hukum Perdata juga didefinisikan sebagai hukum yang mengatur kepentingan antara
warganegara perseorangan yang satu dengan warga negara perseorangan yang lain.
Menurut ilmu Pengetahuan, hukum Perdata itu dapat dibagi atas empat bagian yaitu :
1. Hukum Perorangan/hukum Badan pribadi (Personen recht)
2. Hukum Keluarga (Familierecht)
3. Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht)
4. Hukum Waris (Erfrecht)
Pembagian Hukum Perdata yang demikian itu tidak sesuai dengan pembagian Kitab
Undang-undang Hukum Perdata, atau dengan perkataan lain perkataan pembagian dari
KUHPerdata itu menyimpang dari pembagian Hukum Perdata menurut ilmu pengetahuan.
Pembagian berdasarkan kitabnya (KUHPerdata) terdiri atas :

1. Hukum Peorangan/Hukum pribadi


Mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu hukum yang mengatur
status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain ketentuan
mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan, perkawinan,
keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan,
sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya
UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
2. Hukum Benda
mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang
dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak kebendaan,
waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud yang
tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan
dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda berwujud yang bergerak, yaitu benda
berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak bergerak;
dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian
tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai
penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU
tentang hak tanggungan.
3. Hukum Perikatan
mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga perjanjian (walaupun istilah
ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda)), yaitu hukum yang mengatur tentang
hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain tentang jenis-
jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-undang
dan perikatan yang timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan
suatu perjanjian. Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum
dagang (KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer,
khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.
4. Hukum Bukti dan Daluwarsa.
mengatur hak dan kewajiban subyek hukum (khususnya batas atau tenggat waktu) dalam
mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan hal-hal yang berkaitan dengan
pembuktian.

F. Hubungan KUHperdata dengan KUHD


Menurut Sistematika yang ada dalam KUH Perdata dibagi menjadi 4 (empat) buku, yaitu
Buku I : mengatur perihal Orang
Buku II : mengatur perihal Benda
Buku III : mengatur perihal Perikatan
Buku IV :mengatur perihal Pembuktian dan Lewat Waktu (Daluwarsa).
Sedangkan tentang Sistematika Hukum Dagang didalam KUHD terdiri dari 2 (dua) buku, yaitu :
Buku I : mengatur tentang dagang pada umumnya. Yang terdiri dari 10 bab yaitu mulai pasal 5 - 308
(pasal 1-4 telah dihapus). Buku II : mengatur tentang hak dan kewajiban yang timbul dari pelayaran.
Terdiri dari 13 bab, mulai pasal 309 - 754 dan bab VIII telah dihapus. Kedua aturan hukum tersebut yakni
KUH Perdata dan KUH Dagang sama-sama berlaku sebagai dasar hukum dalam menjalankan hubungan
keperdataan.
Penerapan kedua hukum tersebut mempergunakan suatu asas yang dapat berkaitan dengan
hubungan antara KUH Perdata dengan KUH Dagang adalah dengan berlakunya asas "Lex Spesialis
Derogat Lex Generalis" artinya jika terdapat ketentuan-ketentuan yang bersifat lebih khusus mengatur
sesuatu hal maka ketentuan-ketentuan yang bersifat umum digeser berlakunya oleh ketentuan khusus
tersebut. Dalam hal ini KUH Perdata merupakan ketentuan yang umum (general law), sedangkan KUH
Dagang adalah ketentuan yang khusus (special law). Jadi sepanjang dalam KUH Dagang telah diatur
secara khusus maka ketentuan KUH Perdata yang umum itu digeser berlakunya. Sebagai contoh
mengenai berlakunya asas lex specialist derogat lex generalis yaitu: kekuatan pembuktian yang berupa
surat berdasarkan asastersebut maka pasal 7 KUH Dagang merupakan ketetuan yang khususmenggeser
berlakunya pasal 1881 KUHPerdata ini merupakan ketentuanumum, ketentuan tentang hubungan intern
para perseroan dalam Firmaberlaku ketentuan umum KUH Perdata pasal 1624-1641,mengenai
kompensasi hutang (pasal 1425 KUH Perdata) tidak berlaku terhadap semua hukumnya pasal 116 KUH
Dagang, 199 KUH Dagang.

G. Subyek Hukum
Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban atau pendukung hak dan kewajiban dan ini
disebut sebagai subyek hukum. Jadi setiap manusia dalam suatu masyarakat adalah merupakan subyek
hukum (naturlijk person). Apabila dikatakan bahwa setiap manusia merupakan orang, maka ini berarti
bahwa tidak dikenal perbedaan berdasarkan agama, dan tidak membedakan jenis kelamin, status ekonomi
juga tidak membedakan jenis warga negara, semuanya adalah sebagai orang. Subyek Hukum terdiri dari :
1. Manusia (Naturlijk Person).
Manusia merupakan orang karena terbawa oleh keadaan bahwa ia manusia, oleh karena itu orang
yang berbentuk manusia itu disebut orang asli atau Naturlijke Person. Manusia sebagai pendukung
hak dan kewajiban atau subyek hukum adalah mulai saat ia dilahirkan (dan hidup) dan akan berakhir
ketika ajal menjemputnya atau meninggal dunia . Namun bila kepentingan hukum menghendaki
(misal dalam hal mewaris), maka
anak dalam kandunganpun (janin) dapat sebagai subyek hukum, sebagaimana diatur dalam pasal 2
ayat 1 KUH Perdata yang berbunyi: "Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan dianggap
sebagai telah dilahirkan apabila kepentingan si anak menghendaki". Tetapi apabila ketika dilahirkan
mati, maka bayi tersebut dianggap tidak pernah ada, sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat 2 KUH
Perdata, bahwa mati sewaktu dilahirkannya, dianggap tak pernah telah ada.dan 2. Badan Hukum
(Recht Person).
2. Badan Hukum atau Recht Persoon, yang berarti orang yang diciptakan oleh hukum,misalnya: Peseroan
Terbatas (PT), Firma Komanditer (CV), Yayasan, Koperasi, dan lain sebagainya. Badan Hukum
sebagai subyek hukum dapat bertindak dalam lalu lintas hukum, oleh karena itu dapat melakukan
perbuatanperbuatan hukum seperti manusia. Misalnya: dapat memiliki kekayaan sendiri, menjalankan
kegiatan usaha, jual beli, bahkan dapat digugat dan menggugat di depan pengadilan, layaknya seperti
orang sebagai subyek hukum.

Anda mungkin juga menyukai