Anda di halaman 1dari 18

KONSEP HARGA JUAL BETAWIAN DALAM BINGKAI SI PITUNG

Tri Handayani Amaliah


Sugianto

Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jenderal Sudirman No.6, Dulalowo Tim, Kota Tengah 96128
surel: tri.handayani.amaliah@gmail.com

http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9002

Abstrak: Konsep Harga Jual Betawian dalam Bingkai Si Pitung. Stu-


di ini bertujuan mengungkap konsep harga jual berbasis nilai-nilai Si
Pitung yang diimplementasikan oleh masyarakat Betawi. Metode yang
digunakan adalah fenomenologi berbasis nilai-nilai Si Pitung. Studi ini
menemukan bahwa harga jual yang ditetapkan masyarakat Betawi tidak
hanya terbentuk oleh nilai materi, namun juga terkandung nilai religi
dalam bentuk sedekah dan nilai sosial. Harga jual tersebut juga mere-
fleksikan profit ubuddiyah dan profit religius. Nilai-nilai Si Pitung mam-
pu membawa pencapaian going concern dari aktivitas ekonomi.

Abstract: The Concept of Betawian Selling Price based on Si Pitung’s


Value. This study aims to reveal the concept of selling price based on the
Jurnal Akuntansi Multiparadigma
JAMAL
values of Si Pitung implemented by Betawi society. The method used is
Volume 9 phenomenology based on the values of Si Pitung. This study finds that the
Nomor 1 selling price set by Betawi society is not only formed by the value of the
Halaman 20-37 material, but also contained religious values in the form of alms and social
Malang, April 2018
ISSN 2086-7603
values. The selling price also reflects the profit of ubuddiyah and religious
e-ISSN 2089-5879 profit. The values of Si Pitung are able to bring the achievement of going
concern of the economy activity.
Tanggal Masuk:
02 Juli 2017 Kata kunci: harga jual, si pitung, betawi
Tanggal Revisi:
16 April 2018
Tanggal Diterima:
30 April 2018

Berbicara tentang harga jual meru­ jual. Padahal, bila kita ingin melihat secara
pakan topik yang menarik untuk dika- lebih jauh, sebenarnya definisi harga jual
ji mengingat bahwa kehidupan manusia melampaui dari hanya sekadar biaya dan
selalu bersentuhan dengan harga. Harga pencapaian laba yang bersifat materi. Secara
menyentuh baik pada praktik bisnis perusa- lebih sederhana dapat dikatakan bahwa se-
haan, aktivitas entitas sektor publik, mau- lain unsur-unsur materi, harga jual juga
pun dalam kehidupan bermasyarakat secara dibentuk oleh nilai-nilai non-materi. Harga
individual atau kelompok. Realitas yang ter- jual tidak hanya dibentuk oleh unsur-unsur
jadi adalah pemahaman konsep harga yang biaya dan laba sebagaimana yang terdapat
selama ini marak diimplementasikan beran- dalam akuntansi modern, tetapi harga jual
jak dari motivasi perolehan keuntungan ma- juga bersentuhan dengan unsur-unsur bu-
teri semata. Satu-satunya tujuan dilakukan- daya (Amaliah, 2016;Stanley, 2017). Me-
nya penetapan harga adalah hanya semata mang, harga jual bukanlah hanya harga
berorientasi tunggal, yaitu uang. Pemikiran jual itu sendiri yang dibentuk oleh nilai-nilai
tersebut tentunya didasari oleh suatu pe- kuantitatif namun nilai-nilai kualitatif juga
mahaman bahwa hanya angka-angka yang berperan dalam pembentukannya. Walau-
terdapat pada biaya dan laba sajalah yang pun tidak dapat dipungkiri bahwa selama
merupakan ukuran yang rasional yang ini konsep tentang harga jual cenderung
dapat digunakan dalam membentuk harga hanya berfokus pada angka-angka laba se-

20
Amaliah, Sugianto, Konsep Harga Jual Betawian dalam Bingkai Si Pitung 21
bagai tujuan akhirnya. Tujuan akhir penen- konsep harga jual yang menyejukkan dan ti-
tuan harga jual yang hanya bersandar pada dak membenarkan adanya keserakahan da-
pencapaian laba hanya dalam wujud materi lam penetapannya.
disadari ataupun tidak dapat mengarahkan Studi ini bertujuan untuk mengungkap
pelakunya pada peri­laku yang tidak etis. Re- tentang konsep harga jual berbasis nilai-
alitas menjamur­nya kasus kecurangan yang nilai Si Pitung yang diimplementasikan oleh
dilakukan oleh para “pedagang nakal” saat masyarakat Betawi. Akuntansi merupakan
ini sebenarnya disadari ataupun tidak mer- ilmu yang sarat dengan nilai, bukan praktik
upakan produk akhir dari konsep penetapan yang bebas nilai. Beranjak dari keyakinan
harga jual yang tunduk hanya pada kuasa peneliti bahwa akuntansi dapat ditrans-
nilai materi sebagai tujuan tunggalnya. Demi formasi sehingga dapat menjadi instrumen
mera­ up keuntungan (uang) yang sebesar- yang mencerahkan bagi para penggunanya
besar­nya, tak jarang terdapat beberapa ped- sebagaimana yang dikemukakan oleh (Tri-
agang mencampurkan buah yang rasanya yuwono, 2012), maka studi ini dimaksudkan
asam pada buah yang memiliki kualitas rasa untuk memberikan sepucuk kontribusi pe-
yang manis untuk dijual kepada konsumen- mikiran untuk menggali kesadaran bahwa
nya. Tidak hanya itu, tindakan penggunaan akuntansi tidak semestinya terbelenggu oleh
formalin, boraks, hingga realitas ikan kaleng nilai-nilai kapitalistik yang selama ini mem-
yang mengandung cacing yang ditemukan bentuk dirinya. Harga jual yang merupakan
baru-baru ini menjadi suatu realitas mena- bagian dari praktik akuntansi merupakan
kutkan yang “menghantui” masyarakat de- ilmu yang value laden yang di dalamnya ter-
wasa ini. kandung nilai-nilai budaya (Amaliah, 2016).
Melihat fenomena seperti yang diung- Studi ini bertujuan untuk mengungkap kon-
kapkan sebelumnya memberikan pemaham­ sep harga jual berbasis nilai-nilai Si Pitung.
an bahwa penetapan harga jual yang ha­nya Meskipun saat ini telah banyak kajian yang
berorientasi pada angka laba sebetulnya mengungkapkan tentang konsep harga jual,
mampu membentuk pola pikir para penggu- berbeda dari penelitian ini yang menggu-
nanya ke arah perilaku-perilaku yang ateis. nakan pendekatan nilai kearifan lokal Be­
Tidak dapat dipungkiri, penetapan harga tawi yang terdapat dalam nilai Si Pitung.
jual yang terdapat di berbagai literatur saat Terkait dengan tujuan yang hendak dicapai,
ini hanya semata berlandaskan pada ori- studi ini menggunakan nilai-nilai diri yang
entasi laba (Pal, Sana & Chaudhuri 2012; terdapat pada Si Pitung.
Plassmann & Tideman, 2011; Rahayu, Yudi, Seperti dalam legenda masyarakat Be­
& Sari, 2016; Reusen & Stouthuysen, 2017; tawi, sosok Si Pitung merupakan sosok yang
Spencer, 2016; Umney, 2017). Harga jual ter- fenomenal. Ketika kita mendengar, me­
bentuk hanya melalui angka-angka yang ter- nyaksikan kisah, atau menyebut nama Si
dapat pada berbagai biaya yang dikeluarkan Pitung tentu saja yang terlintas dalam benak
plus laba yang diharapkan. Tujuan sema- kita adalah sosok pahlawan bagi masyarakat
ta hanya pada angka laba tentu saja dapat Betawi. Dapat dikatakan kisah Si Pitung begi-
mengarahkan manusia pada perilaku egois- tu melekat dalam masyarakat Betawi. Begitu
tik dan materialistik. Tidak heran jika hing- lekatnya kisah tersebut sehingga bukanlah
ga saat ini terdapat banyak kasus perilaku suatu keniscayaan jika nilai-nilai kebaikan
tidak etis yang dilakukan oleh beberapa pe­ yang dimiliki oleh Si Pitung juga terpateri dan
dagang dalam menjual barang dagangannya terbawa dalam konsep hidup masyarakat
sebagaimana yang telah diuraikan sebelum- Betawi, termasuk dalam menetapkan harga
nya. Upaya untuk mendapatkan angka laba jual. Harga jual sebagai bagian dari praktik
yang maksimal mengarahkan mereka untuk akuntansi dengan menggunakan realitas
melakukan minimalisasi biaya dengan cara- nilai-nilai Si Pitung merupakan konsep har-
cara yang tidak etis serta keluar dari nilai- ga jual yang humanis, konstruksi wujud ke-
nilai agama dan kemanusiaan. Jika akun- sadaran bahwa akuntansi tidak semestinya
tansi dilahirkan dari nilai-nilai kapitalistik, terbelenggu oleh nilai-nilai kapitalistik yang
informasi yang disajikan mengandung nilai- membentuk dirinya sejak ia dilahirkan, teta-
nilai kapitalistik pula. Menyimak dampak pi akuntansi merupakan ilmu yang dapat
dari realitas yang ditimbulkan oleh penetap­ mencerahkan, sehingga ketika dipelajari dan
an harga jual konvensional sebagai bagian dipraktikkan ilmu akuntansi dapat mengan-
dari praktik akuntansi, maka perlu untuk tarkan penggunanya untuk lebih dekat ke-
dilakukan berbagai upaya mengha­ dirkan pada Sang Pencipta. Studi yang dilakukan
22 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 20-37

oleh Triyuwono (2016), Sitorus, Triyuwono, dental yang dicetuskan oleh Husserl (Anwar,
& Kamayanti (2017), dan Kusdewanti, Se- 2012; Kamayanti, 2016). Penekanan fenome-
tiawan, Kamayanti, & Mulawarman (2014) nologi mengarah pada pengalaman subjektif
menghasilkan sebuah konsep bahwa untuk dari berbagai karakter subjek yang ditemui
memproduksi informasi akuntansi, secara dan realitas dunia karena manusia memiliki
ideal akuntansi menggunakan konsep kesa­ kesadaran tentang realitas itu, menjadikan
tuan usaha tri hita karana sehingga orienta- fenomenologi memiliki kemampuan untuk
si bisnis hanya semata-mata untuk memper- memahami keberadaan dunia yang muncul
oleh kebahagiaan dengan cara melakukan kepada orang lain. Dengan demikian, hal
transaksi yang seimbang, terpadu, dan har- tersebut sejalan dengan tujuan penelitian
monis antara manajemen perusahaan de­ ini yaitu berupaya untuk mendapatkan pe-
ngan Tuhan, dengan sesama manusia, dan mahaman atas nilai-nilai yang membentuk
dengan alam dalam bingkai tri kaya parisu­ konsep harga jual yang memiliki kekhasan
dha dan rwa bhineda. Penelitian ini bermak- tersendiri sesuai dengan konteks sosial dan
sud untuk mengkaji tentang konsep harga budaya yang berlaku dalam diri para pe­
jual dalam sudut pandang ma­syarakat Be­ dagang masyarakat Betawi, dalam hal ini
tawi, dengan budaya yang berbeda tentunya difokuskan pada nilai-nilai yang terdapat
penelitian ini akan menemukan konsep har- dalam nilai-nilai Si Pitung. Nilai-nilai yang
ga jual yang berbeda pula. dimaksud merupakan pemahaman kesadar­
Pengembangan wacana hubungan bu- an dalam penetapan harga jual yang diim-
daya dan akuntansi juga telah ditunjukkan plementasikan oleh para pedagang yang
melalui penelitian-penelitian sebelumnya merupakan masyarakat Betawi yang me-
(Brown & Jones, 2015; Niswatin, Noholo, netap di Gorontalo, maka dapat dikatakan
Tuli, & Wuryandini, 2017; Paranoan, 2015; bahwa studi tentang penetapan harga jual
Tumirin & Abdurahim, 2015). Sejalan de­ dalam penelitian ini adalah tepat bila meng-
ngan hasil penelitian tersebut, Rahayu & gunakan fenomenologi.
Yudi (2015) mengungkapkan bahwa akun- Di sisi yang lain, alasan penggunaan
tansi hadir sebagai bentukan dari budaya fenomenologi dalam penelitian ini sebagai
lokal tempat akuntansi tersebut tumbuh. upaya pencarian konsep harga jual yai-
Dengan pergeseran jaman yang semakin tu tertuju pada penemuan hakikat di balik
bergulir dewasa ini realitas menunjukkan sikap dan tindakan oleh informan dalam me-
bahwa akuntansi bukanlah akuntansi itu netapkan harga. Sebagaimana yang diung-
sendiri. Akuntansi idealnya berintegrasi kapkan oleh Lutfillah, Mangoting, Wijaya, &
dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya agar Djuharni (2016), Kuswarno (2009), dan Ka-
mengalami perkembangan dan menebarkan mayanti (2016) bahwa salah satu fokus stu-
manfaat bagi seluruh alam semesta secara di fenomenologi berpijak pada penampakan
berkelanjutan. visi melalui penjelajahan dengan melihat,
mendengar, dan merasakan tentang realitas
METODE yang terkait dengan harga jual yang ditetap-
Penelitian ini berada dalam ranah kan oleh informan. Penampakan tersebut
penelitian kualitatif. Sehubungan dengan ditemui melalui prosedur fenomenologi Hus-
tujuan yang hendak dicapai, yaitu untuk serl, yaitu noema, epoche, noesis, intentional
mengungkap konsep harga jual berbasis analysis, dan eidetic reduction (Kamayanti,
nilai-nilai Si Pitung yang diimplementasikan 2016; Mulia, 2012). Hal tersebut menga­
oleh masyarakat Betawi, maka penelitian rahkan peneliti untuk menggali secara lebih
ini menggunakan paradigma interpretif de­ dalam tentang kesadaran yang dimiliki in-
ngan metode fenomenologi yang “dikawin­ forman dalam menetapkan harga jual yang
kan” dengan nilai-nilai yang terdapat dalam dipraktikkan oleh para informan sebagai ba-
diri Si Pitung sebagai pendekatannya. Para­ gian dari masyarakat Betawi yang berada di
digma interpretif memfokuskan perhatian Gorontalo.
dalam pencarian makna atas pengalaman- Selanjutnya, sesuai dengan tujuan pe-
pe­ngalaman subjektif yang dialami oleh in- nelitian ini yang bermaksud mengkaji ten-
dividu atau masyarakat di kehidupan se- tang bagaimanakah konsep harga jual yang
hari-hari mereka. Fenomenologi dianggap diterapkan oleh masyarakat Betawi, maka
tepat digunakan dalam penelitian ini. Pe- penelitian berada dalam rumpun penelitian
nelaahan kesadaran individu merupakan kualitatif. Dalam konteks penelitian ini, pe-
fokus analisis dalam fenomenologi transe­ neliti sendirilah yang menjadi instrumennya
Amaliah, Sugianto, Konsep Harga Jual Betawian dalam Bingkai Si Pitung 23

Tabel 3 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda


Nama (Samaran) Profesi
Tuti Pe dagang se mbako dan pe milik warte g
Ani Pe dagang se mbako dan pe milik warte g
Ratih Pe dagang se mbako dan pe milik warte g
Amir Pe milik Café Hobbie s
Ramlah Pe dagang se mbako dan pe milik warte g
Jamilah Pe milik warte g
Ima Ibu rumah tangga
Irsan Akade misi bidang sastra dan budaya

dengan melakukan penjaringan data melalui tahap­an noema, epoche, noesis, intention-
pengamatan dan wawancara mendalam. al analysis, dan eidetic reduction. Tahapan
Wawancara dilakukan secara nonformil tahapan tersebut merupakan konsep-kon-
dalam kondisi atau situasi yang memung­ sep kunci fenomenologi. Analisis fenome-
kinkan peneliti melakukan wawancara. Hal nologi diawali oleh tahapan mengidentifika-
tersebut peneliti lakukan bertujuan agar si noema (analisis tekstural). Berdasarkan
proses penjaringan data berlangsung se- pada identifikasi noema, peneliti melakukan
cara alamiah dan tidak mengganggu akti- bracketing pada penemuan yang ditangkap
vitas para informan dalam melakukan ruti- dalam tekstur lain di bawah tekstur (ana­
nitasnya sehari-harinya. Proses wawancara lisis struktural) untuk mendapatkan noe-
yang berlangsung secara alamiah memung­ sis atau pemaknaan yang lebih mendalam
kinkan data yang terjaring mengalir secara (Kamayanti, 2016). Tradisi fenomenologi
apa adanya. Pertanyaan yang diajukan da- berupaya melukiskan fenomena keseharian
lam wawancara mengarah pada pertanyaan yang dialami oleh suatu komunitas tentang
terkait dengan penetapan harga jual yang konsep diri informan menurut pandangan
dilakukan oleh para pedagang Betawi. Per- mereka sendiri (Kuswarno, 2009). Pada prin-
tanyaan yang peneliti ajukan tersebut me­ sipnya fenomenologi Husserl menekankan
ngalir secara alamiah. Selanjutnya, sebagai untuk berpijak pada sumber asli dari diri
upaya untuk menjawab tujuan penelitian subjek dan kesadaran yang dimiliki untuk
ini, peneliti menetapkan beberapa orang menggali dunia yang subjektif tentang mak-
informan sebagai informan inti dan seo- na pengalaman hidup sejumlah orang.
rang informan tambahan. Adapun informa-
si me­ngenai profil informan peneliti sajikan HASIL DAN PEMBAHASAN
melalui Tabel 1. Menggali nilai-nilai dalam cerita diri Si
Dari tabel 1 di atas tampak bahwa in- Pitung. Sebenarnya tidak sulit untuk mene­
forman-informan dalam penelitian ini memi- mukan identitas Betawi karena ada banyak
liki latar belakang profesi sebagai seorang budaya Betawi yang sering kita dengar dan
pedagang dan nonpedagang. Walaupun saksikan kerap kali ditayangkan oleh ber­
memiliki profesi yang berbeda, informan-in- bagai media di tanah air. Budaya Betawi
forman tersebut merupakan orang Betawi bahkan tidak hanya terkenal di Indonesia
asli kecuali untuk akademisi atau ahli sas- tetapi juga telah tersohor ke seluruh pen-
tra dan budaya merupakan satu-satunya juru dunia. Menikmati indahnya warna bu-
informan yang bukan berasal dari Betawi. daya Betawi merupakan salah satu sasaran
Peneliti berkeyakinan bahwa informan yang para wisatawan mancanegara untuk men-
telah ditetapkan dapat memberikan infor- jatuhkan pilihannya berkunjung ke Indone-
masi yang komprehensif tentang aktivitas sia. Tidak hanya wisatawan mancanegara,
yang dilakukan oleh para pedagang Beta- wisatawan lokal juga kerap berkunjung ke
wi, khususnya dalam penetapan harga jual Jakarta untuk menikmati beranekaragam
dan sosok Si Pitung yang dianggap sebagai keindahan budayanya.
pahlawan masyarakat Betawi dalam legenda Jakarta memang memiliki aneka warna
yang dikisahkan secara turun-temurun. simbol unsur budaya dan perpaduan unsur
Terkait dengan penggunaan fenom- budaya yang merupakan ciri kebudayaan
enologi sebagai metode dalam penelitian kota metropolitan (Knorr, 2014;Windarsih,
ini, tahapan analisis yang dilakukan yaitu 2013). Sebagaimana kita ketahui bersama
24 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 20-37

dalam budaya Betawi kita mengenal adanya Pitung terpanggil untuk membela kaum­
berbagai jenis tarian yang tentunya memi- nya. Realitas ketimpangan sosial yang hadir
liki makna tersendiri yang tersampaikan di depan mata membuat Si Pitung merasa
melalui gerak-­ gerik para penarinya. Selain prihatin dan terpanggil untuk membela dan
itu, Betawi juga terkenal dengan ondel-on- membebaskan kaumnya dari penjara kemis­
delnya, roti buaya, dan tentu saja beraneka kinan dan kelaparan.
ragam simbol budaya lainnya yang mencer- Cerita tentang Si Pitung juga mengi-
minkan jati diri Betawi atau yang kita sebut sahkan tentang cara-cara yang dilakukan
sebagai Jakarta yang merupakan kota met- oleh Si Pitung dalam membantu masyarakat
ropolitan. Tidak hanya itu, identitas Betawi Indonesia sebagai masyarakat yang terja-
bukan hanya dicerminkan melalui berbagai jah dan tak berdaya. Upaya yang dilaku-
jenis tarian yang menjadi kebanggaan mas- kan oleh seorang Pitung yang anti kolonial
yarakatnya, bukan juga hanya dengan on- dalam menjalankan misi kemanusiaannya
del-ondelnya atau roti buayanya. Identitas tersebut berbekal kepandaian dan kesaktian
Betawi juga dicirikan melalui kisah legenda yang dimilikinya. Kelebihan yang dimiliki
pahlawan Betawi yang dikenal dengan sebu- tersebut yang menjadi penyebab kaum pen-
tan “Si Pitung”. jajah Belanda menjadikan Si Pitung sebagai
Mendengar atau menyebutkan kata “target buronan” karena dianggap sebagai
Betawi tentu saja kita langsung teringat pemberontak. Namun, Si Pitung sebagai
dengan sosok Si Pitung sebagai sang pah­ musuh besar Sang Kompeni pada akhirnya
lawan dalam legenda Betawi. Cerita rakyat harus berakhir dalam suatu perlawanan­nya
dari budaya Betawi ini atau biasa juga dise- de­ngan kompeni Belanda. Sepeninggal Si
but “Sang Jagoan Betawi” sebagaimana kita Pitung sebagai pahlawan masyarakat Beta-
ketahui telah dilukiskan dalam berbagai wi yang tertindas kala itu merasa kehilang­
media. Peneliti sendiri mengenal sosok Si an seorang sosok Sang Penolong yang me­
Pitung melalui layar kaca kala diperankan nebarkan aroma kebaikan untuk membantu
oleh Dicky Zulkarnaen. Masih teringat da- kaum pribumi.
lam ingatan peneliti, Si Pitung begitu sering Kisah Si Pitung menyisakan kenangan
menggunakan kopiah dan pakaian yang ber- Pitung sebagai sosok masyarakat Betawi
warna serba hitam (layaknya pakaian yang yang dikenal sebagai pembela rakyat kecil.
sering digunakan pada bela diri pencak si- Hasil rampokan milik keluarga kaya raya
lat) dengan dilengkapi sabuknya yang begitu yang kikir dan para antek-antek Belanda
khas. dimaksudkan bukan untuk kepentingan
Selain di layar kaca cerita tentang Si dirinya, melainkan hanya untuk dipersem-
Pitung juga dikisahkan dalam berbagai me- bahkan kepada rakyat jelata yang sedang
dia cetak. Dalam bukunya, Knorr (2014), kelaparan dan didera kesusahan. Si Pitung
Reza (2013), Sambangsari (2013), dan Ali yang dikenal sebagai sosok yang memiliki
(1993) mengisahkan bahwa sosok Si Pitung jiwa pemberani dalam melakukan perlawan­
dikenal sebagai pribadi yang memiliki ke- an-perlawanan terhadap penjajah kala itu,
mampuan bela diri yang tak tertandingi. Si yaitu kompeni Belanda juga dipertegas oleh
Pitung adalah seorang pahlawan yang gagah salah seorang informan berikut ini.
dan memiliki ilmu bela diri silat yang tinggi
sekaligus taat beragama. Sosok Pitung diki- “Si Pitung itu merupakan cerita
sahkan dalam suatu zaman di saat Belanda milik masyarakat Betawi. Dalam
atau disebut sebagai kaum kompeni tengah cerita legenda masyarakat Beta­
melakukan penjajahan dan penindasan di wi itu dikenal bahwa Si Pitung
Indonesia. Kala itu sangat tampak penderita- merampok para kaki tangan Be-
an yang melanda masyarakat pribumi akibat landa yang pelit. Hasil rampokan-
penindasan kaum kompeni. Namun, di sisi nya untuk warga miskin. Pitung
yang berbeda sepanjang sejarah kekuasaan itu menentang keserakahan dan
Belanda kaum kompeni dan antek-anteknya kesewenang-wenangan kompeni
hidup dalam gelimang harta dan kemewah- dan antek-anteknya yang hidup
an. Keserakahan dan penindasan merajale- bergelimang harta sementara war-
la, sehingga sangat tampak jurang pemisah ga kita hidup menderita kelapar­
antara si kaya dan si miskin pada saat itu. an” (Ima).
Gambaran kisah ketidakberdayaan rakyat
Indonesia kala itu membuat hati nurani Si
Amaliah, Sugianto, Konsep Harga Jual Betawian dalam Bingkai Si Pitung 25

Kisah tentang Si Pitung yang dikenal oleh sosok Si Pitung seperti dalam penutur-
sebagai sosok pahlawan bagi masyarakat Be­ an beliau berikut ini.
tawi dikisahkan kembali oleh Ibu Ima dalam
wawancara di warung milik beliau. Secara “Si Pitung itu...(seolah berpikir se-
bersahaja untaian kisah Si Pitung yang di- jenak)…jawara kampung sampe
ungkapkan oleh Ibu Ima memberikan petun- difilmkan (sambil melemparkan
juk bahwa hal menarik yang dapat dipetik senyum tipis). Kisah tersebut itu
dalam diri Si Pitung yaitu menentang kese­ memang beneran ada (dengan
rakahan. Senada yang diungkapkan oleh Bu nada yang sedikit keras). Jadi Si
Ima, cerita tentang Si Pitung juga dituturkan Pitung itu kan dia dianggap jawara
oleh Ibu Ramlah. Ibu Ramlah adalah salah yang berani, vokal sampe berani
satu informan yang tergabung dalam komu- lawan penjajah. Dalam ceri­ ta Si
nitas masyarakat asli Betawi yang telah lama Pitung dikisahkan dia bisa beru-
menetap di Gorontalo. Berikut ini penuturan bah, pokoknya saktilah begitu,
pemahaman beliau tentang Si Pitung. juga taat beragama” (Amir).

“Kalo yang saya tau tentang Si Bagi masyarakat Betawi Si Pitung me­
Pitung itu keturunan Betawi, rupakan simbol seorang pahlawan sekaligus
pendekar lah ya… pembela kaum simbol budaya. Hal ini dikarenakan dalam
yang lemah. (Setelah terdiam se- sosok Si Pitung terdapat unsur-unsur intrin-
jenak informan melanjutkan pe- sik yang dijadikan sebagai prinsip hidupnya.
nuturannya)...Dia mencuri bukan Penuturan para informan (Ima, Ramlah, dan
untuk dirinya tetapi dibagi-bagi Amir) menunjukkan cara pandang Si Pitung
untuk kaum yang nggak mampu dalam menentang ketidakadilan dan pe­
(dengan nada yang sedikit tegas). nindasan yang dilakukan oleh kaum kompe-
Tapi banyak yang disalaharti- ni Belanda terhadap bangsa Indonesia. Si
kan ama kaum penjajah (sam- Pitung terkenal dengan ketakwaan dan jiwa
bil tersenyum)…..ini kan mere- kemanusiaannya. Nilai diri Si Pitung selain
ka nggak suka karena kebaikan bertakwa kepada Allah SWT, juga merupa-
dia gitu…..mencurinya dari har- kan sosok manusia yang peduli terhadap
ta-harta kaum kompeni untuk sesama. Secara sederhana dapat dikatakan
dibagikan ke orang-orang nggak bahwa sosok Si Pitung senantiasa menebar-
punya. Jadi Si Pitung itu merupa- kan kemaslahatan bagi masyarakat yang
kan pedoman untuk jadi orang membutuhkan. Merujuk dari penuturan in-
baik…untuk jadi orang yang be- forman seperti yang telah dikemukakan se-
nar bahwa kita hidup ini harus belumnya, maka nilai diri yang dimiliki Si
saling membantu harus saling to- Pitung adalah antara lain tolong-menolong,
long-menolong kepada orang yang menentang keserakahan, dan taat beraga­
membutuhkan” (Ramlah). ma.
Nilai-nilai kearifan lokal yang tertoreh
Hasil wawancara dengan ibu Ima dan dalam kisah legenda Si Pitung mengisahkan
Ibu Ramlah sebetulnya memberikan pema- tentang rumusan nilai-nilai kebaikan yang
haman betapa melekatnya nama Si Pitung sakral dan sangat berharga untuk dijadi­
dalam setiap sanubari masyarakat Betawi. kan sebagai kompas dalam berkehidupan.
Hal tersebut sekaligus juga memberikan Hal ini menunjukkan bahwa manusia dan
pemahaman akan keberadaan dan pem- budaya merupakan satu kesatuan yang tak
benaran perilaku Si Pitung yang memang terpisahkan. Tidak ada manusia yang hidup
telah dikisahkan baik dalam cerita di me- tanpa budaya dan tidak ada budaya tanpa
dia elektronik maupun di beberapa media manusia sebagai penyempurnanya. Wujud
cetak. Nilai-nilai yang terdapat dalam diri konkrit budaya seperti yang dijelaskan da-
Si Pitung sebagaimana dikisahkan oleh Ibu lam Gambar 1.
Ramlah pada hasil wawancara sebetulnya Koentjaraningrat (2011) mengungkap-
menunjukkan bahwa dalam mengarungi kan bahwa salah satu wujud konkret budaya
kehidupannya, nilai tolong-menolong selalu adalah nilai-nilai budaya. Nilai-nilai budaya
hadir pada diri Si Pitung. Sementara itu, Ba- inilah yang kemudian memiliki peran di da-
pak Amir mencoba untuk memberikan gam- lam membentuk cara berpikir dan bersikap
baran tentang nilai-nilai diri yang dimiliki manusia. Sementara itu, Attas (2017) meng­
26 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 20-37

Kebudayaan Bahasa
Fisik
Sistem
sss
Sosial

Sistem Budaya
Religi Kesenian
Nilai
Budaya

Sistem Sistem
Teknologi Pengetahuan

Sistem ekonomi Organisasi


sosial

Gambar 1. Rerangka Kebudayaan


Sumber : Koentjaraningrat (2011:92)

ungkapkan bahwa nilai merupakan sesu­ akhirnya peneliti dapat bertemu langsung
atu yang berharga dan bermutu yang akan dengan salah seorang informan yang me­
meng­arahkan pada kualitas kehidupan ma- rupakan masyarakat Betawi asli yang ber-
nusia yang sangat bermanfaat dalam menja­ peran sebagai Ketua Paguyuban Betawi
lani kehidupan. Definisi nilai yang dimaksud di Gorontalo saat ini. Di suatu siang pada
mengarah pada sesuatu yang berharga dan tanggal 08 Juni 2017 pukul 14.16 WITA
menunjukkan kebaikan yang bermanfaat bertempat di kediaman beliau yang asri Pak
bagi manusia untuk menjalani hidup. Nilai- Amir menuturkan tentang keberadaan per-
nilai inilah sebetulnya yang akan menuntun himpunan masyarakat Betawi yang ada di
manusia dalam berperilaku atau bersikap. Gorontalo. Dengan penuh keramahan Pak
Oleh karena itulah dalam rerangka kebu- Amir bercerita seperti pada kutipan berikut
dayaan, nilai-nilai disebutkan inilah yang ini.
merupakan wujud konkret dari budaya yang
diposisikan sebagai pusat atau inti kebu- “Warga Betawi kalo ketemu di
dayaan. Sejalan dengan hal tersebut, Yunus wilayah lain walaupun tidak kelu-
(2013) mengungkapkan bahwa implementa- arga langsung, kayak di Gorontalo
si nilai-nilai budaya merupakan bukti legi­ ini…biasanya kayak kakak adik,
timasi masyarakat tertentu pada suatu wu- kayak bapak anak walaupun bu-
jud kebudayaan. Budaya merupakan simbol kan orang tua langsung. Budaya
yang berhubungan erat satu dengan yang Betawi itu kalo melihat dari pa-
lainnya baik dalam bentuk ungkapan baha- tokan umur, kalo sama yang leb-
sa, benda, musik, maupun dalam berbagai ih tua kita panggil Encang kalo
ragam kegiatan masyarakat yang mengan­ laki-laki, kalo yang lebih tua En-
dung makna kebersamaan. gkong, Encing kalo yang perem-
Dari kisah kerak telor hingga penelu- puan. Di Gorontalo ini memang
suran konsep harga jual betawian. Menemu- telah kita bentuk kerukunan war-
kan komunitas masyarakat Betawi yang ada ga Betawi yang kita kasih nama
di Gorontalo pada awalnya memang bukan- Kerukunan Kerak Telor. Kena-
lah perkara yang mudah. Masyarakat Betawi pa kita pilih ke­rak telor? Karena
yang hidup dan menetap di Gorontalo jum- ini kan makanan khas Betawi.
lahnya memang tidak begitu banyak. Namun Jadi kita maknai kerak telor. Ke­
Amaliah, Sugianto, Konsep Harga Jual Betawian dalam Bingkai Si Pitung 27

rak telor itu singkatan dari Ke­ diberinya nama “Warung Kopi Hobbies”.
rukunan Masyarakat Jakarta Lo Meskipun terkadang beliau enggan untuk
Gorontalo…ini sebutan untuk mengatakan bahwa kehadiran kafe tersebut
orang-orang Jakarta yang ada di bukanlah semata-mata dimaksudkan un-
Gorontalo lah” (Amir). tuk tujuan berbisnis, tetapi tidak lebih dari
sekadar hobi.
Apa yang diungkapkan oleh Pak Amir Nilai religi sebagai elemen penentu
di atas menunjukkan tentang eksistensi ke- dalam konsep harga jual betawian. Melan-
beradaan masyarakat Betawi perantau yang jutkan kisah tentang usaha bisnis yang te­
ada di Gorontalo. Sebagai bagian dari ma­ ngah digeluti oleh Bapak Amir dengan kafe
syarakat Betawi tempat mereka berasal ten- Hobbies miliknya sebagaimana yang telah
tu saja menyisakan nilai-nilai budaya keber- diuraikan sebelumnya peneliti menemukan
samaan, sikap saling menghormati dimana salah satu nilai Si Pitung yang terkandung
pun mereka berada. Komitmen untuk selalu dalam konsep harga jual. Tidak hanya itu,
mempererat tali silaturrahim di antara me­ nilai-nilai Si Pitung lainnya yang diimple-
reka teraktualisasikan melalui suatu wadah mentasikan oleh masyarakat Betawi juga
dalam bentuk kerukunan masyarakat Beta- terungkap dalam penelitian ini. Peneliti me-
wi perantau yang ada di Gorontalo dengan nemukan nilai religi yang tercermin melalui
sebutan Kerak Telor. Selanjutnya Bapak nilai sedekah. Hal ini seperti dalam penutur-
Amir menuturkan lebih lanjut penjelasan an Bapak Amir berikut ini.
terkait tentang keberadaan Kerak Telor, se-
bagai berikut. “Di kafe ini selain jual kopi de­
ngan berbagai jenis kopi, di sini
“Kerukunan ini baru terbentuk juga kami menjual pisang goroho
dua tahun (sambil terdiam se- (musa acuminafe,sp) atau bebera-
jenak) mau jalan dua tahunlah. pa cemilan dan nasi goreng. Kalo
Di bawah pendataan langsung ada yang mau utang yang kayak
keanggotaan kita ada sekitar dela- gitu cincai ajalah paling besok kan
pan puluh orang yang itu arus balik ulang (sambil tersenyum).
ketemuannya sering. Kalo ada Bila ada teman-teman yang dari
waktu lowong kita ketemu di café Papua datang misalnya, mau
ini….kita juga ada buka grup ka­ makan nasi goreng kita kasih
yak di WA. Jadi dari situ juga ada makan aja nggak usah bayar kan
komunikasi. Bentuk sosialisasi sekali-sekali juga datangnya, pa-
kita itu selain dari mulut ke mulut dahal ada di antara teman-teman
atau dari anggota satu sama lain. yang datang itu juga baru saya ke-
Kita juga sering adakan sosialisasi nal…nggak papa. Karena budaya
lewat radio kayak di RRI. Jadi kalo kita ini di saat kita datang ke tem-
ketemu cerita bercandaan lo gue lo pat mereka, mereka yang layani
guenya keluar” (Amir). kita seperti itu juga. Kita kan mus-
lim ya jadi saling sedekah-lah. Al-
Walaupun kerukunan masyarakat Be­ hamdulillah kafe ini bisa berjalan
tawi yang bernama “Kerak Telor” baru ber­ terus sampe sekarang” (Amir).
usia dua tahun, bagi masyarakat Betawi
pe­rantau perhimpunan ini sangat berarti Dari kutipan hasil wawancara dengan
untuk membumikan semangat silaturrahim Bapak Amir di atas, tampak bahwa harga
dan kebersamaan para anggotanya. Melalui jual bukan hanya terlahir dari orientasi laba
wadah “Kerak Telor” yang diambil dari nama yang bersifat materi semata. Elemen keun-
panganan khas milik masyarakat Betawi tungan juga dapat menjelma dalam wujud-
dijadikan wadah ajang silaturrahim di an- nya yang abstrak yang sebenarnya melam-
tara mereka. Tidak itu saja, keberartian ha­ paui wujud keuntungan dalam nilai rupiah.
dirnya Kerak Telor juga mampu mengaktu- Makna keuntungan dapat tercermin melalui
alisasikan hobi Bapak Amir selaku ketua rasa bahagia ketika Bapak Amir dapat mem-
paguyuban Betawi untuk berbisnis. Bapak bantu sesama dengan jalan memberikan
Amir yang merupakan penggemar kopi atau utang kepada pelanggannya. Mursy & Rosidi
dapat dikatakan salah seorang penikmat (2013) menjelaskan bahwa pada dasarnya
kopi akhirnya mendirikan kafe Hobbies yang seorang anak manusia selalu mencari rasa
28 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 20-37

bahagia, tenteram, aman, dan damai dalam Nilai religi yang terdapat dalam aktivi-
kehidupannya. Kebahagiaan yang dirasakan tas keseharian para informan sebagaimana
tersebut akan bertambah ketika ia mene- yang telah diungkapkan oleh Bapak Irsan
barkan kebahagiaan untuk masyarakat dan dan Ibu Tuti juga tercemin dalam penuturan
lingkungan sekitarnya. Bila dilihat lebih Ibu Jamilah dalam praktik penetapan harga
jauh, ekspresi senyuman yang ditunjukkan jual yang dilakukan. Kehadiran perasaan ba-
oleh Bapak Amir pada saat menuturkan ha- hagia dapat membantu sesama merupakan
sil wawancara di atas sesungguhnya mem- sifat khas kerangka sosial yang me­nyaratkan
berikan isyarat terhadap bentuk keikhlasan penentuan harga jual yang berlaku dalam
beliau memberikan utang kepada pelang- komunitas ini. Hal tersebut tercermin dalam
gannya. Al-Sowayan (2012:43) mengacu ko- hasil wawancara berikut ini.
mentar Al-Hafizh Ibn Rajab bersumber dari
Jaami’ al Ulum wa al-Hikam menyatakan “Kalo misalnya harga bahan di
bahwa Hadits Anas menunjukkan bahwa pasar naik, saya naikin juga har-
seorang mukmin merasa bahagia dengan ke- ga jualan saya tapi nggak ba­nyak-
bahagiaan saudaranya sesama mukmin. Ia banyak naikinnya karena saya
menginginkan untuk saudaranya kebaikan harus sesuaikan dengan kemam-
yang ia inginkan untuk dirinya. Hal ini hanya puan anak kost yang biasa beli di
akan terwujud dari hati yang bebas dari sifat sini. Kasian mereka anak-anak
dengki, benci, dan hasad. Karena sifat hasad kost biasa cuma mau beli tahu
selalu menyeret orang untuk benci kepada dua ribu, sayur dua ribu kasian
orang yang menyaingi atau menyerupainya dorang kan. Saya juga ini orang
dalam kebaikan. Karena orang hasad se­nang susah juga. Bahkan kadang kalo
berbeda dengan orang lain dan memonopo- dorang mau utang saya kasih.
li kebaikan sedang keimanan bertentangan Tapi saya catat utangnya dorang.
dengan hal itu. Keimanan menuntut agar Biar jo Alhamdulillah saya ikhlas”
semua orang mukmin bersekutu dalam ke- (Tuti).
baikan yang diberikan Allah tanpa mengu-
rangi hak mereka sedikit pun. Kata ikhlas dan alhamdulillah yang ha­
Perasaan bahagia yang diungkapkan dir dalam penuturan informan Ibu Tuti dan
oleh Bapak Amir ketika beliau mampu mem- Ibu Jamilah di atas mengarah pada pema-
berikan utang kepada pelanggannya juga haman bahwa dalam penetapan harga jual
dituturkan oleh salah seorang informan da- dilakukan untuk melaksanakan perintah Al-
lam penelitian ini (Ibu Tuti). Nilai religi yang lah ‘azza wa jalla untuk mencari keridhaan
terkandung dalam aktivitas berjualan yang Allah semata. Kata “Alhamdulillah” yang
dilakukan oleh Ibu Tuti dalam keseharian­ dituturkan oleh Ibu Tuti dan Ibu Jamilah,
nya, tampak dalam hasil wawancara berikut menunjukkan hadirnya kebahagiaan terha-
ini. dap apa yang telah dilakukan terhadap para
pelanggannya. Sementara itu, makna pada
“Di sini bisa utang kebanyakan kata “ikhlas” yang diucapkan oleh Ibu Jami-
kalau sudah gajian bayar...udah lah dapat diartikan sebagai wujud penyera-
langganan lama. Saya ngerti kalo han diri seorang hamba kepada Sang Maha
karyawan dan anak kost gajian Pencipta yang merupakan salah satu ben-
bulanan, saya gak takut kalau tuk ibadah yang menunjukkan ketundukan
ada yang kabur...saya percaya penuh seorang hamba yang tidak dicampuri
sama yang di atas (Allah SWT) La- oleh ketundukan pada apapun selain kepa-
gian, jarang-jarang juga sih yang da Allah SWT. Shallehuddin (2016) menya-
kabur...pernah ada yang kabur. takan bahwa ikhlas adalah mendedikasikan
Saya nggak apa-apain itung-itung dan mengorientasikan seluruh perbuatan
sedekah saya anggap mungkin semata-mata untuk meraih keridaan Allah
orang itu lupa atau gimana. (Be- SWT. Jika dikaitkan dengan level motivasi
liau terdiam sejenak lalu melan- spiritual yaitu ikhlas adalah level motivasi
jutkan penjelasannya)…Alhamdu- paling kuat dan tertinggi dari seorang anak
lillah hasil dari keuntungan bisa manusia. Ikhlas berarti menjadikan Allah
saya nabung per minggu sehari­ sebagai tujuan tertinggi, menjalankan misi
nya lima ribu” (Tuti). kehidupan untuk beribadah kepada-Nya
dan menjadi khalifah fil ardh (Kusdewanti,
Amaliah, Sugianto, Konsep Harga Jual Betawian dalam Bingkai Si Pitung 29

Triyuwono, & Djamhuri, 2016; Sadr, 2015). umum. Jadi lebih dinikmati sih”
Allah SWT berfirman dalam Q.s. Al-Baqar- (Amir).
ah:112, yang artinya:
Harga jual merupakan elemen penting
“(Tidak demikian) bahkan barang yang dapat dikatakan sangat menentukan
siapa yang menyerahkan diri ke- pengembangan dan keberlanjutan suatu
pada Allah, sedang ia berbuat usa­ha. Oleh karena itu, dalam konsep har-
kebajikan, maka baginya pahala ga jual konvensional penetapan harga lebih
di sisi Tuhannya dan tidak ada menekankan pada aspek-aspek yang ber-
kekhawatiran terhadap mereka nilai kuantitatif karena dianggap lebih ra-
dan tidak (pula) mereka bersedih sional untuk dijadikan barometer dalam
hati.” meraih pendapatan yang besar. Hal inilah
yang kemudian mendasari hadirnya be-
Ayat di atas mengungkapkan tentang ragam metode penentuan harga jual di era
janji Allah terhadap hamba-Nya yang ber- modern saat ini. Untuk menetapkan harga
buat kebajikan di muka bumi ini dengan niat jual yang tepat, berbagai faktor dijadikan
yang tulus karena Allah semata. Bila seorang titik penentu, di antaranya dengan menga-
hamba berbuat kebajikan dengan niat yang cu pada penetapan harga pokok produk dan
tulus untuk mencari keridhaan-Nya, maka mark up yang tepat (Ammar, 2017; Stanley,
Allah akan memberikan kepadanya pahala 2017; Warwick & Robert, 2014).
dan keberkahan hidup. Selain nilai religi da- Berbeda dengan penentuan harga jual
lam balutan nilai sedekah, peneliti juga me- yang diterapkan Pak Amir. Dalam hasil wa­
nemukan nilai sosial pada konsep harga jual wancara, beliau mengungkapkan bahwa
yang diterapkan oleh masyarakat Betawi. harga segelas kopi selama ini hanya sebesar
Nilai sosial dalam harga jual betawian. Rp.8.000,00 walaupun kopi di pasaran se-
Setelah penemuan nilai religi yang terdapat dang mengalami peningkatan harga. Hal ini
dalam konsep harga jual yang ditetapkan tidak disebabkan oleh harga kopi yang di-
oleh masyarakat Betawi, selanjutnya peneliti peroleh dari pemasok lebih murah. Namun,
menemukan nilai lainnya, yaitu nilai sosial. prinsip harga yang ditetapkan oleh Bapak
Nilai sosial yang terdapat pada konsep harga Amir tidak hanya berpusat pada pencapaian
jual masyarakat Betawi tercermin dalam pe- materi. Sederhananya, keuntungan yang Ba-
nuturan Bapak Amir berikut ini. pak Amir harapkan dalam harga jual bukan
terpusat pada orientasi angka-angka dalam
“Di kafe ini harga segelas kopi laba melainkan keuntungan yang melam-
kita patok delapan ribu kalo bu- paui nilai materi. Meskipun bisa saja Bapak
kan permintaan khusus. Tapi Amir menetapkan harga didasarkan dengan
kalo permintaan khusus kita jual harga kopi di pasaran. Dengan begitu Bapak
dengan harga dua belas ribu saja. Amir dapat memperoleh keuntungan yang
Harga ini tetap segini aja walau- berlipat ganda karena harga kopi yang di-
pun harga kopi lagi naik. Karena perolehnya dari pemasok lebih murah. Na-
saya pikir kan kita nggak ambil mun, hal ini tidak dilakukannya. Satu hal
untung dari situ kan awalnya. yang terpenting terkandung dalam elemen
Kadang ini barang saya pesan satu harga jual yang dilakukan adalah penca-
kilo karena saking dekat dengan paian unsur kebahagiaan. Kebahagiaan itu
teman-teman yang pemasoknya hadir tentu saja karena dalam harga jual
eee…yang dikirim dua kilo udah yang ditetapkannya tidak didasari oleh un-
aaa…Jadi harganya yang kita sur keserakahan atau ketidakadilan.
kasih n­gg­ak terlalu ngotot harus Metode penetapan harga yang di-
segini. Saya pikir karena awalnya ungkapkan oleh Bapak Amir dalam hal ini
pembuatan kafe ini ya untuk bisa memberikan petunjuk terhadap pentingnya
ngum­pul-ngumpul dari hobi saya menghadirkan nilai sosial dalam menjalani
juga penikmat kopi, di sini kita kehidupan. Derasnya pengaruh nilai-nilai
bisa cerita-cerita juga. Nah saya kapitalisme dalam konsep berkehidupan
pikir itu malah lebih dari keun- saat ini seolah “melucuti” nilai-nilai luhur
tungan buat saya dibanding saya dan nilai-nilai kebaikan lainnya. Nilai-nilai
harus cari yang betul-betul harga kebaikan yang terdapat dalam kearifan lo-
30 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 20-37

kal budaya bangsa dianggap tidak ada rele­ Potret kasih sayang dalam cerminan
vansinya dalam konsep kehidupan di era sikap tolong-menolong dan menentang kese­
modern saat ini. Terkait dengan harga yang rakahan atau ketidakadilan sebagaimana
ditetapkan oleh Bapak Amir, sebagai anggo- yang tampak pada elemen penentu harga
ta komunitas masyarakat Betawi perantau jual yang diimplementasikan oleh para in-
Ibu Ani mengemukakan pendapatnya. forman dalam penelitian ini memberikan
gambaran tentang indahnya potret konsep
“Kalo harga bahan-bahan di pa­ harga jual yang ditetapkan. Harga jual yang
sar naik harga jualan saya naikin. ditetapkan tidak hanya bertujuan untuk
Misalnya kalau hati ampela di pa­ mendapatkan keuntungan yang melampaui
sarnya harga dua ribu dua ratus nilai materi karena nilai kasih sayang dapat
per pasang saya jual jadi dua ribu memperkokoh tali ukhuwah dan hubungan
lima ratus satunya. Saya naikin sosial antarsesama anak manusia. Adapun
cuma gak banyak. Yang penting seruan untuk saling menyayangi hendaknya­
lancar. Kalo ada yang nawar sih lah dijadikan skala prioritas umat manusia
saya kasih …bisa turun kalo mi­ dalam mengarungi kehidupan di dunia ini
salnya harga dua belas ribu minta sebagaimana dalam firman Allah SWT ter-
diturunin sepuluh ribu bisa kalo dapat dalam QS.at-Taubah ayat 71 sebagai
udah langganan. Karena udah berikut.
lama beli di sini jadi kayak kelu-
arga sendiri sih. Kadang juga kalo “Dan orang-orang yang beriman,
ada yang mau utang kalo langgan­ lelaki dan perempuan, sebahagian
an saya kasih dah gak papa. Ka- mereka (adalah) menjadi penolong
lau langganan bolehlah. Saya gak bagi sebahagian yang lain.”
takut karena sudah percaya biasa
sering utang kalo gak dikasih ka- Kehadiran nilai kasih sayang dalam kon-
sian kan saya ngerti nanti gajian sep harga jual yang diimplementasikan oleh
baru bayar. Saya ada catat buk- masyarakat Betawi perantauan di Gorontalo
tinya” (Ani). seolah sangat kontras dengan fenomena di
era modern saat ini. Sebagian manusia seak-
Penuturan beberapa informan dalam an berkompetisi bahkan melakukan berb-
penelitian ini memberikan pemahaman bah- agai cara tanpa mengindahkan nilai kasih
wa pada dasarnya nilai diri Si Pitung secara sayang untuk meraih kekayaan individu.
realitasnya juga tergambar jelas dalam cara- Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Al-So-
cara penetapan harga jual sebagaimana wayan (2012) bahwa fenomena yang perlu
yang dilakukan oleh masyarakat Betawi. Se- diamati dan dikaji adalah saat ini sebagian
lain nilai sosial, dalam wujud nilai keadilan, masyarakat dunia Islam telah mengalami
nilai sosial lainnya yang tercermin dalam ha- gegar budaya (cultural shock) dalam sistem
sil wawancara dengan Ibu Ani adalah nilai nilai dan moral yang mengatur hubungan so-
tolong-menolong. Attas (2017) menyatakan sial antarberbagai lapisan ma­syarakat yang
bahwa sikap tolong-menolong terlahir dari seakan berlari mengikuti hawa nafsunya un-
fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang tuk kepentingan pribadinya. Peradaban kon-
dipicu oleh perasaan simpati dan empati temporer dengan segala sisi materialis dan
sesama manusia. Nilai tolong-menolong be- kebobrokannya telah mengubah manusia
ranjak dari nilai kasih sayang. Kasih sa­yang menjadi sekadar alat yang buta. Ia bergerak
merupakan sebuah perasaan tulus yang secara terpisah dari manusia lainnya. Aki-
hadir dari lubuk hati terdalam dan menga­ batnya, banyak hubung­an sosial yang putus
rahkan manusia untuk memberi, mengasihi, dan perilaku egoisme yang semakin meraja-
menyayangi, dan membahagiakan. Perasaan lela. Ibu Ramlah juga mengungkapkan cara
kasih sayang hadir dalam lubuk hati manu- pe­netapan harga jualnya yang tidak berbe-
sia secara alami ketika terdapat perasaan da.
iba atau simpatik terhadap seseorang yang
dikasihi. Dengan begitu dapat dikatakan “Kalo kita beli barang seribu, wa-
bahwa sikap tolong-menolong dan menen- laupun saat ini harga barang di
tang keserakahan atau ketidakadilan me­ pasar udah naik tapi kita nggak
rupakan manifestasi dari nilai kasih sayang langsung naikin harganya. Jadi
yang terdapat dalam diri komunitas ini. kita habisin dulu stock lama.
Amaliah, Sugianto, Konsep Harga Jual Betawian dalam Bingkai Si Pitung 31

Setelah itu kita naikin misalnya pengamatan peneliti, para informan tidak
jadi seribu seratus, nggak ban- melakukan pencatatan akuntansi terkait
yak naikinnya. (terdiam sejenak, tentang seberapa pendapatan dan biaya-bi-
lalu melanjutkan penjelasannya) aya yang telah dikeluarkan setiap hari­
Begitu juga kalo ada yang nawar nya. Pencatatan yang dilakukan hanyalah
dari harga seribu seratus, trus catatan-catatan kecil berupa daftar jumlah
mau nawar seribu lima puluh utang berikut nama-nama orang berutang.
saya kasih yang penting lancar. Merujuk pada kisah Si Pitung tentu
Kalo masalah pemberian utang sih saja mengisahkan untaian nilai-nilai yang
saya nggak pernah ngasih utang” bisa dipetik untuk dijadikan referensi hi­
(Ramlah). dup di dunia menuju kehidupan yang abadi.
Nilai-nilai tersebut yaitu nilai religi dan nilai
Ibu Ratih mengamini cara penetapan sosial. Nilai religi tercermin pada keyakinan
harga jual yang senada dengan harga jual terhadap keesaan Allah SWT dan taat beri­
yang ditetapkan oleh Bapak Amir, Ibu Ani, badah. Nilai religi yang dimaksud melekat
dan Ibu Ramlah. Berikut ini hasil wawan- dalam konsep harga jual masyarakat Betawi
cara yang dikemukakan oleh Ibu Ratih. diwujudkan dalam sedekah. Kemudian nilai
sosial yang dimaksudkan adalah terletak
“Pertama buka warung jajanan pada sikap tolong-menolong dan menentang
cuma keuntungannya yang dapat keserakahan atau ketidakadilan yang me­
kurang, kadang sehari cuma rupakan terjemahan dari nilai kasih sayang.
dapat seratus ribu makanya saya Sehubungan dengan nilai-nilai seperti yang
nambah untuk warung makan telah diuraikan sebelumnya penjelasan ten-
sehari dapat empat ratus ribu. tang nilai-nilai yang dimiliki Si Pitung “Sang
Kalau harga bahan-bahan di pa­ Jagoan Betawi” dapat digambarkan berikut
sar naik, harga jualan saya saya ini.
naikin juga...seribu…seribu lima Upaya pencapaian profit ubuddiyah dan
ratus sampai dua ribu. Kalau religius. Nilai-nilai Si Pitung yang termani-
ada pelanggan saya yang nawar, festasikan pada aktivitas penetapan harga
kalau untuk jajanan saya nggak jual pada masyarakat Betawi sebenarnya ti-
kasih tapi untuk nasi bisa kare- dak hanya dapat didefinisikan melalui bing-
na kan keuntungan saya sudah kai nilai religi dan nilai sosial saja. Di balik
dapat dari hasil jualan jajanan penetapan harga jual masyarakat Betawi
warung kan yang nawar pelang- sebenarnya juga memberikan makna pada
gan yaaa kasianlah orang mereka pencapaian profit ubuddiyah dan profit re-
mau makan. Di sini nggak bisa ligius. Hal ini terungkap dalam penuturan
ngutang, semuanya harus cash” informan-informan berikut ini.
(Ratih).
“Jangan dianggap bahwa kebu-
Di sisi yang sedikit berbeda, melalui dayaan lokal itu tidak ada profit,
salah seorang informan (Ibu Ramlah) terung- ada, justru profit yang ada di ke-
kap bahwa penetapan harga jual didasarkan budayaan itu ada tiga. Yang per-
pada harga pokok persediaan yang mengi- tama yang disebut profit matrialis,
kut­i kaidah metode persediaan First In First orang berdagang di pasar tidak
Out (FIFO). Implikasinya, meskipun harga mungkin dia menjual di bawah
kebutuhan pokok di pasar sudah mengalami harga yang dia beli tetapi dia ti-
peningkatan harga, informan masih meng- dak boleh mengambil keuntung­
gunakan harga yang lama sebelum perse- an yang berlebihan, misalnya
diaan barang yang lama habis terjual. Hal dua kali lipat, tidak boleh. Yang
ini menunjukkan salah satu bentuk kearifan kedua, adalah biasa disebut pro­
sang penjual yang tidak meletakkan kecin- fit ubuddiyah. Profit yang ada kai-
taan pada keuntungan yang berlebihan (se­ tannya dengan moral manusia,
rakah). seperti yang saya katakan tadi itu
Selain itu, meskipun dalam kebijakan kan yang dia beli misalnya sera-
pemberian utang terdapat perbedaan antara tus ribu lalu dia akan menjual
beberapa informan. Cara berakuntansi lain- dua ratus ribu tidak ubuddiyah.
nya juga memiliki kemiripan. Melalui hasil Tapi kalo dia mau menjual misal-
32 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 20-37

Harga
Jual

Nilai-
Nilai Si
Nilai Pitung Nilai
Religi Sosial

Kasih sayang
Sedekah (tolong-
menolong
dan menentang
keserakahan)

Gambar 2. Nilai Si Pitung dalam Konsep Harga Jual Komunitas Betawi

nya dia perhitungkan bahwa saya ga jual masyarakat Betawi sebenarnya juga

ngin menjual dengan rate ke- dibentuk oleh profit religi dan profit materi-
mampuan misalnya seratus sepu- alis. Sementara itu, dalam harga jual yang
luh atau seratus lima yang pokok- dibentuk oleh nilai-nilai sosial pada dasar­
nya seratus itu sudah ubudiyah. nya juga terkandung upaya pencapaian
Yang ketiga disebut dengan pro­ profit ubuddiyah dan profit materialis.
fit religius, ketuhanan. Kan Ra- Apa yang diungkapkan oleh Bapak Ir-
sulullah itu memberikan con- san sebenarnya memberikan penjelasan
toh bagaimana beliau berdagang bahwa dalam penetapan harga jual yang
membawa dagangannya sebelum berpijak dari nilai-nilai budaya juga memili-
istrinya Siti Khadijah, dia bawa ke ki elemen profit yang menyatu dalam harga
sana kemari dia tetapkan harga­ jual yang terbentuk. Meskipun begitu, profit
nya sekian dia terserah orang mau (dalam nilai materi) di sini bukan merupakan
beli berapa, sehingga banyak yang satu-satunya elemen penentu terbentuk­nya
laku. Ja­ ngan terlalu mengambil harga karena terdapat nilai-nilai lainnya
keuntung­ an yang sebanyak-ba­ yang menyatu dalam profit tersebut sebagai
nyaknya. Itu yang namanya rakus, pembentuk harga. Tentunya hal ini sangat
serakah dalam agama tidak boleh berbeda dengan konsep harga sebagaima-
serakah. Yang seratus ribu dijual na yang dijelaskan pada konsep harga jual
dua ratus ribu bahkan kadang- konvensional yang penetapannya berang-
kadang tiga ratus ribu itu sera­ kat dari orientasi materi saja. Shallehuddin,
kah. Rasulullah berdagang tidak (2016:124) menjelaskan bahwa menurut
menjual di bawah harga pokok­nya Muhammad Husain Abdullah mendapatkan
namun di dalam penjualan itu su- penghasilan dan keuntungan merupakan
dah ada sedekah. Ada keuntung­ qimah madiyah (nilai materi) yang termasuk
an materi, ada keuntungan orang salah satu dari qimah (nilai) yang diupaya-
merasa senang” (Irsan). kan manusia agar terwujud dalam melaku-
kan suatu perbuatan.
Penjelasan Bapak Irsan di atas sebe- Seperti yang terungkap dalam penu-
narnya tidak terlepas dari cara-cara pene­ turan Bapak Irsan bahwa terdapat tiga ben-
tapan harga jual yang diterapkan oleh tuk profit pada harga jual berbasis budaya.
masyarakat Betawi. Bila kita menyimak pe- Profit tersebut adalah profit materialis, profit
nuturan para informan sebelumnya terung- ubuddiyah dan profit religius. Profit materia-
kap bahwa di balik nilai religi, konsep har- lis memaknai harga jual sebagai sarana un-
Amaliah, Sugianto, Konsep Harga Jual Betawian dalam Bingkai Si Pitung 33

tuk mendapatkan keuntungan akan tetapi Kalo di Gorontalo ini saya datang
keuntungan (dalam koridor nilai-nilai Islam) sejak tahun sembilan sembilan
Profit ubudiyah, didefinisikan sebagai kon- jualan dari tahun dua ribu sebe-
sep harga jual yang mengandung nilai-nilai las. Saya juga jualan kebetulan
moral di dalamnya. Beberapa peneliti (Aldu- ada tempat di pinggir jalan punya
laimi, 2016; Almoharby, 2011; Boyce, 2014) mertua saya jualan di sini. Jual-
mendefinisikan moral sebagai suatu pranata an untuk makanan anak kost.
yang berfungsi untuk memberikan orientasi Saya setiap hari jualan nasi dan
kepada manusia bagaimana dan ke mana ha- macam-macam sayur, ikan, ma-
rus melangkah dalam hidup ini. Sementara cam-macam, tapi kalo pagi saya
itu, profit religius yang terdapat dalam harga jual nasi kuning. Anak-anak kost
jual berbasis budaya menga­ rahkan pema- banyak yang beli di sini” (Jami-
haman bahwa penetapan suatu harga jual lah).
merupakan manifestasi ibadah melalui se-
dekah. Sedekah dapat diartikan tidak hanya Penuturan Ibu Jamilah memberikan
memberikan harta di jalan Allah SWT, tetapi gambaran bagaimana proses hidup yang
juga mencakup segala amal dan perbuat­ dijalani sehingga pencapaiannya saat ini.
an baik (Al-Krenawi, 2016; Campoy-Muñoz, Lebih lanjut beliau mengungkapkan tentang
Cardenete, & Delgado, 2016). pandangannya terhadap harga jual yang
Tujuan penetapan harga jual dalam ditetapkannya.
perspektif masyarakat betawian. Akuntan-
si merupakan ilmu yang sarat dengan nilai. “Biar keuntungannya sedikit-se-
Realitas akuntansi kekinian sebenarnya dikit yang penting lancar. Dalam
terlahir dan tak terpisahkan dari dinamika Islam yang kita cari kan keber­
lingkungan tempat ia berada. Didasarkan kahan. Biar sedikit-sedikit Alham-
pada hal tersebut dapat dikatakan bahwa dulillah keperluan anak-anak bisa
tujuan penetapan harga jual dalam aktivi- tercukupi, anak-anak saya se-
tas berjualan yang dilakoni oleh masyarakat lamat, bisa sekolah. Alhamdulillah
Betawi pada dasarnya diperuntukkan pada anak saya yang paling tua seka-
pencapaian keberkahan dari Sang Maha rang sudah bahonor di kantor gu-
Pencipta, Allah SWT. bernur. Padahal dulu waktu saya
Hal tersebut sebagaimana yang diung- masih masak untuk anak-anak
kapkan oleh salah seorang informan (Ibu prajabatan kalo mereka upacara
Jamilah) yang mulai hijrah ke Gorontalo se- kadang saya kepikiran Ya Allah
jak tahun 1999. Beliau hengkang dari Jakar- kapan anak saya bisa seperti me­
ta karena mengikuti suami yang berasal dan reka. Eh Alhamdulillah sekarang
menetap di Gorontalo. Di Gorontalolah kese- bisa kesampean walaupun masih
harian aktivitas berjualan mulai dirintisnya bahonor” (Jamilah).
sejak tahun 2011. Karena tidak ada pilihan
lain, untuk membantu kehidupan perekono- Dari hasil wawancara terungkap bahwa
mian keluarganya maka setiap harinya Ibu harga jual yang ditetapkan pada dasarnya
Jamilah berjualan makanan yang sebagian hanyalah untuk meraih keberkahan hidup.
besar anak kost yang menjadi pelanggan­ Apa yang dilakukan oleh Ibu Jamilah terse-
nya. Bila pada pagi harinya beliau berjualan but semata karena Allah. Bila dilihat secara
nasi kuning, siang harinya beliau berjualan lebih jauh sebenarnya penentuan harga di-
beberapa macam panganan, seperti yang di- maksudkan untuk meraih keuntungan yang
ungkapkan berikut ini. melampaui nilai materi. Untuk meraih keun-
tungan tidak saja dibutuhkan modal materi,
“Saya ini taunya cuma masak tetapi juga modal spiritual (spiritual capital).
saya tidak punya kebisaan yang Shallehuddin (2016) mengungkapkan mod-
lain. Waktu dengan orang tua, di al spiritual (spiritual capital) dalam Islam
Jakarta kita kan tinggal di ping- bermakna kekuatan dan pengaruh yang di-
gir jalan jadi anak-anaknya itu hasilkan oleh hubungan seseorang dengan
dikasih warung masing-masing Allah SWT. Artinya, kuat tidaknya hubungan
buat jualan makanan. Kita jual seseorang dengan Allah akan memberikan
sayur asem, semur, semur jeng- kekuatan dan pengaruh kehidupan. Mo­ dal
kol, o­seng-oseng, macam-macam. spiritual (spiritual capital) merupakan sum-
34 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 20-37

ber kebajikan yang dalam pandangan Is­lam kan nilai materi untuk kepentingan individu
tujuannya hanyalah untuk meraih ridho A­l- semata. Penuturan beberapa informan da-
la­h SWT melalui ketundukan dan kecintaan lam penelitian ini tentang konsep harga jual
kepada Allah (Abdul-Baki & Uthman, 2017; dalam lingkup nilai-nilai Si Pitung seperti
Khairi, 2013). Di sisi yang lain, Ibu Ramlah yang telah diuraikan sebelumnya mencer-
menuturkan tentang alokasi hasil penjual­an minkan tentang hadirnya nilai-nilai Islam
yang diperolehnya. yang membentuk harga. Hal ini di antaranya
sebagaimana yang terdapat dalam Al Qur’an
“Kalo masih di Jakarta hasil jual­ surah Al Baqarah ayat 215 dan ayat 245.
an kita sisihkan di bumbung.
Jadi, kita punya bumbung, kayak Mereka bertanya tentang apa
tabungan celengan dari bambu. yang mereka nafkahkan. Jawab-
Jadi, tiap hari diisi beras segeng- lah: “Apa saja harta yang kamu
gam. Bumbung itu digantung di nafkahkan hendaklah diberikan
depan rumah dan diambil ama kepada ibu-bapak, kaum kerabat,
orang masjid seminggu sekali seti- anak-anak yatim, orang-orang
ap selesai shalat Jumat. Ada yang mis­kin dan orang-orang yang se-
beras ada juga uang, terserah. Itu dang dalam perjalanan”. Dan apa
harus ada di setiap rumah. Nan- saja kebaikan yang kamu buat,
ti buat kaum duafa dan misalnya maka sesungguhnya Allah Maha
kalo ada kedukaan, buat keper- Mengetahuinya (Surah Al Baqarah
luan si mayat, ada untuk biaya ayat 215)
kuburan, biaya buat yang man-
diin mayat. Kalo orang warung Siapakah yang mau memberi pin-
sih ya lebih banyak ngasihnya. jaman kepada Allah, pinjaman
Tapi kalo di Gorontalo mah bukan yang baik (menafkahkan hartanya
bumbung namanya tapi waktu di jalan Allah), maka Allah akan
saya di Heledulaa kita dimintain melipatgandakan pembayaran ke-
sumbangan tiap bulan pake kar- padanya dengan lipat ganda yang
tu” (Ramlah). banyak. Dan Allah menyempitkan
dan melapangkan (rezeki) dan ke-
Apa yang diungkapkan oleh informan pada-Nya-lah kamu dikembalikan
Ibu Jamilah dan Ibu Ramlah di atas sebe- (Surah Al Baqarah ayat 245)
narnya menunjukkan bahwa penetapan har-
ga jual yang dilakukan pada akhirnya akan Surah Al Baqarah ayat 215 dan ayat
bermuara tidak hanya untuk kepenting­ an 245 menjelaskan tentang kewajiban umat
individu saja, tetapi juga untuk kepenting­ manusia untuk menunjukkan kecinta-
an sesama manusia. Profit yang diperoleh an dan ketundukannya kepada Allah SWT
dari hasil penjualan bukan semata-mata un- melalui sedekah dan keutamaan yang dibe­
tuk kepentingan hidup di dunia akan tetapi rikan oleh Allah SWT bagi hamba-Nya yang
juga diperuntukkan pada investasi bagi ke- taat. Bagi manusia yang tunduk dan patuh
hidupan akhirat. Penuturan para informan kepada perintah Rabbnya, maka ganjaran­
sebagaimana yang dipaparkan di atas se­ nya adalah keberkahan hidup di dunia teta-
betulnya juga menggambarkan bahwa pro­ pi juga di akhirat. Melalui beberapa hasil
fit yang dihasilkan dalam harga sebetulnya wawancara tercermin bahwa kewajiban ma-
tidak hanya untuk keberlangsungan hidup nusia untuk selalu mengutamakan sedekah
di dunia saja. Akan tetapi, yang terpenting dalam realitas kehidupannya juga dapat
adalah profit yang dihasilkan dari harga teraktualisasi pada harga jual yang ditetap-
jual dapat menapakkan jejaknya bagi keber- kan. Hal ini jelas terlihat dalam gambaran
langsungan hidup di akhirat kelak. Konsep konsep harga jual yang ditetapkan oleh para
harga jual seperti apa yang digambarkan informan masyarakat Betawi dalam realitas
oleh beberapa informan sebagaimana yang kehidupannya, seperti yang telah dikemuka-
telah diungkapkan sebelumnya tentu saja kan sebelumnya. Tanpa disadari, sebenar­
memiliki unsur-unsur yang berbeda bila nya nilai-nilai religi yang mendasari terben-
disandingkan dengan unsur-unsur yang tuknya harga yang ditetapkan memberikan
membangun harga jual dalam perspektif dampak yang signifikan bagi terciptanya fon-
harga jual konvensional yang mengedepan­ dasi yang kuat terhadap keberlangsungan
Amaliah, Sugianto, Konsep Harga Jual Betawian dalam Bingkai Si Pitung 35

Harga Jual
Berbasis
Budaya (Nilai
Si P itung)

Nilai Religi Nilai Sosial

Profit Religi Profit Profit


Materialis Ubuddiyah

Berkah

Kebahagiaan

Gambar 3. Konsep Harga Jual Betawian dalam Nilai-Nilai Si Pitung

usaha yang dijalankan dari waktu ke waktu. nilai-nilai Islam). Demikian juga halnya pada
Mengedepankan nilai-nilai agama dalam ke- nilai sosial yang merefleksikan profit ubuddi-
giatan perdagangan, khususnya dalam pe- yah dan profit materialis sebagai tujuan dari
nentuan harga, tentu saja akan membawa penetapan harga jual yang dilakukan.
keberkahan, kebahagiaan, dan rezeki yang Hasil penelitian ini sekaligus juga
lapang bagi para pelakunya. Berdasarkan menunjukkan bahwa dalam perspektif bu-
uraian sebelumnya melalui gambar 3 dapat daya, harga jual pada dasarnya mengan­
digambarkan konsep harga jual yang diim- dung unsur profit di dalamnya, tetapi orien-
plementasikan oleh komunitas Betawi dalam tasi profit yang dimaksud berbeda dengan
realitas nilai-nilai Si Pitung. orientasi profit sebagaimana yang terdapat
dalam elemen-elemen harga jual konven-
SIMPULAN sional. Penetapan harga jual yang diimple-
Cerita Si Pitung merupakan salah mentasikan dalam budaya masyarakat Be­
satu dari beragam simbol budaya milik ma­ tawi ditujukan bukan hanya untuk meraih
syarakat Betawi. Si Pitung “sang jagoan Be­ kepentingan duniawi, melainkan dijadikan
tawi” dapat dikatakan juga sebagai simbol sebagai ladang berinvestasi dalam meraih ke-
identitas Betawi. Bagi masyarakat Betawi suksesan hidup di akhirat. Proses penetap­
Si Pitung dalam kisahnya merupakan so- an harga jual dalam perspektif budaya Be­
sok pahlawan bagi rakyat kecil. Tak dapat tawi bila ditinjau dari kaca mata nilai-nilai
dipungkiri kisah Si Pitung menyisakan nilai- Si Pitung tentunya tidak hanya memberi­
nilai kebaikan yang bisa dipetik untuk dija- kan warna yang berbeda dari konsep har-
dikan teladan dalam menjalani kehidupan. ga jual konvensional. Namun, secara tidak
Nilai-nilai yang terdapat dalam diri Si Pitung langsung menunjukkan bahwa elemen yang
tak terkecuali juga memberikan kontribusi berperan dalam proses terbentuknya harga
dalam penetapan harga jual yang diimple- yaitu elemen nilai religi dan nilai sosial. Nilai
mentasikan oleh masyarakat Betawi. religi dan nilai sosial dalam harga jual inilah
Berdasarkan hasil analisis data studi sekaligus merupakan perisai yang memba-
ini menemukan nilai religi dan nilai sosial wa harga yang ditetapkan tersebut menja-
tercermin dalam penetapan harga jual yang di berkah bagi kelangsungan keberlanjutan
diterapkan oleh masyarakat Betawi yang hij­ usaha yang dijalankan. Dalam harga yang
rah ke Gorontalo. Tidak hanya itu, nilai reli- ditetapkan menebarkan kesejukan dan ke-
gi juga menggambarkan profit religius serta bahagiaan baik bagi para pedagang maupun
profit materialis (keuntungan dalam koridor kepada pelanggannya.
36 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 1, April 2018, Hlm 20-37

DAFTAR RUJUKAN porary Financial Accounting Research.


Abdul-Baki, Z., & Uthman, A. B. (2017). Ex- The British Accounting Review, 47(3),
ploring the “Social Failures” of Islamic 237-261.https://doi.org/10.1016/j.
Banks: A Historical Dialectics Analysis. bar.2014.08.006
Journal of Islamic Accounting and Busi- Campoy-Muñoz, P., Cardenete, M. A., & Del-
ness Research, 8(3), 250-271. https:// gado, M. C. (2016). Assessing the Eco-
doi.org/10.1108/JIABR-06-2014-0021 nomic Impact of a Cultural Heritage Site
Al-Sowayan, A. I. A. R. (2012). Rahasia Kasih Using Social Accounting Matrices: The
Sayang dalam Islam (Min Ma’aalim Case of the Mosque-Cathedral of Cordo-
al-Rahmah). Jakarta: Yayasan Kema- ba. Tourism Economics, 23(4), 874-881.
nusiaan Syaikh Tsani Ibn Abdullah. https://doi.org/10.5367/te.2016.0554
Aldulaimi, S, H. (2016). Fundamental Isla- Kamayanti, A. (2016). Metodologi Penelitian
mic Perspective of Work Ethics. Jour- Kualitatif Akuntansi: Pengantar Religi-
nal of Islamic Accounting and Business ositas Keilmuan. Jakarta: Yayasan Ru-
Research, 7(1), 59-76. https://doi. mah Peneleh.
org/10.1108/JIABR-02-2014-0006 Khairi, M. S. (2013). Memahami Spiritual
Al-Krenawi, A. (2016). The Role of the Mosque Capital Organisasi Bisnis Melalui Per­
and Its Relevance to Social Work. Inter- spektif Islam. Jurnal Akuntansi Multi-
national Social Work, 59(3), 359-367. paradigma, 4(2), 286-307. http://dx.
https://doi.org/10.1177/0020872815- doi.org/10.18202/jamal.2013.08.7198
5626997 Knorr, J. 2014. Creole Identity in Postcolo
Almoharby, D. (2011). The Current World nial Indonesia. New York: Berghahn.
Business Meltdown: Islamic Religion Koentjaraningrat. 2011. Pengantar Antropo-
as a Regulator. Humanomics, 27(2), 97- logi I. Jakarta: Rineka Cipta.
108. https://doi.org/10.1108/082886- Kusdewanti, A. I., Setiawan, A., Kamayanti,
61111135108 A., & Mulawarman, A. (2014). Akuntan-
Amaliah, T. H. (2016). Nilai Budaya Tri Hita si Bantengan: Perlawanan Akuntansi
Karana dalam Penetapan Harga Jual. Indonesia melalui Metafora Bantengan
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 7(2), dan Topeng Malang. Jurnal Akuntansi
156-323. http://dx.doi.org/10.18202/ Multiparadigma, 5(1), 149-169. http://
jamal.2016.08.7016 dx.doi.org/10.18202/jamal.2014.04.
Ammar, S. (2017). Enterprise Systems, Busi- 5013
ness Process Management and UK- Kusdewanti, A. I., Triyuwono, I., & Djamhuri,
management Accounting Practices: A. (2016). Teori Ketundukan: Guga-
Cross-sectional Case Studies. Quali- tan terhadap Agency Theory. Jakarta:
tative Research in Accounting & Mana­ Yayasan Rumah Peneleh.
gement, 14(3), 230-281. http://doi. Lutfillah, N., Mangoting, Y., Wijaya, R., &
org/10.1108/QRAM-05-2016-0044 Djuharni, D. (2016). Konstruksi Tang-
Anwar, C. (2012). Methodological Perspective gung Jawab Auditor Perspektif Mama-
in Constructing Spirituality and Digni- yu Hayuning Bawana. Jurnal Akuntansi
ty-based Accounting. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 7(1), 36-50. http://dx.
Multiparadigma, 3(2), 257-273. http:// doi.org/10.18202/jamal.2016.04.7003
dx.doi.org/10.18202/jamal.2012.08. Mulia, A. (2014). Mengungkap Pemahaman
7160 tentang Akuntansi dari Kecerdasan
Attas, S. G. (2017). Seni Pertunjukan Cerita Emosional, Spiritual dan Sosial Ma-
Si Pitung: Pertarungan Identitas dan hasiswa. Jurnal Akuntansi Multipara-
Representasi Budaya Betawi. Arkhais: digma, 3(3), 441-456. http://dx.doi.
Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Indo- org/10.18202/jamal.2012.12.7173
nesia, 8(1), 68-79. https://doi.org/10. Mursy, A. L., & Rosidi. (2013). Sentuhan Ra-
21009/ARKHAIS.081.08 sa di Balik Makna Laba. Jurnal Akun-
Boyce, G. (2014). Accounting, Ethics and Hu- tansi Multiparadigma, 4(2), 165–176.
man Existence: Lightly Unbearable, http://dx.doi.org/10.18202/ja-
Heavily Kitsch. Critical Perspectives on mal.2013.08.7190
Accounting, 25(3), 197-209. https:// Niswatin, N., Noholo, S., Tuli, H., & Wuryan-
doi.org/10.1016/j.cpa.2013.10.001 dini, A. (2017). Perilaku Pengusaha
Brown, J., & Jones, M. (2015). Mapping and Mikro Betawi Perantauan terhadap
Exploring the Topography of Contem- Cost Reduction. Jurnal Akuntansi Mul-
Amaliah, Sugianto, Konsep Harga Jual Betawian dalam Bingkai Si Pitung 37

tiparadigma, 8(3), 427-443. http://dx. vis Homo Pancasilaus: A Fight against


doi.org/10.18202/jamal.2017.12.7064 Positive Accounting Theory. Pertanika
Pal, B., Sana, S.S., & Chaudhuri, K. (2012). Journal of Social Science and Human-
Multi-item EOQ Model While Demand ities, 25(S), 311-320.
is Sales Price and Price Break Sensi- Spencer, D. (2016). Work in and Beyond the
tive. Economic Modelling, 29(6), 2283– Second Machine Age: The Politics of
2288. https://doi.org/10.1016/j.econ- Production and Digital Technologies.
mod.2012.06.039 Work, Employment and Society, 31(1),
Paranoan, S. (2015). Akuntabilitas dalam 142-152. https://doi.org/10.1177/09-
Upacara Adat Pemakaman. Jurnal Akun- 50017016645716
tansi Multiparadigma. 6(2), 214-223. Stanley, C. (2017). Strategic Cost Manage-
http://dx.doi.org/10.18202/jamal. ment and Performance: The Case of
2015.08.6017 Environmental Costs. Social and Envi-
Plassmann, F., & Tideman, T. N. (2011). ronmental Accountability Journal, 37(2),
Marginal Cost Pricing and Eminent Do- 150-151. https://doi.org/10.1080/096
main. Foundations and Trends in Micro- 9160X.2017.1345812
economics, 7(1), 1-110. http://dx.doi. Triyuwono, I. (2012). Akuntansi Syariah:
org/10.1561/0700000050 Perspektif, Metodologi, dan Teori. Jakar-
Rahayu, S., & Yudi. (2015). Uang Nai’: An- ta: Raja Grafindo Press.
tara Cinta dan Gengsi. Jurnal Akuntansi Triyuwono, I. (2016). Tri Hita Karana, Tri-
Multiparadigma, 6(2), 224-236. http:// Kaya Parisudha, dan Rwa Bhineda:
dx.doi.org/10.18202/jamal.2015. Memantik Kesadaran Aham Brahmas-
08.6016 mi pada Informasi akuntansi. In Temu
Rahayu, S., Yudi, & Sari, D.P. (2016). Makna Masyarakat Akuntansi Multiparadigma
Biaya Pada Ritual Ngaturang Ca­nang Indonesia. Denpasar.
Masyarakat Bali. Jurnal Akuntansi Mul- Tumirin & Abdurahim, A. (2015). Makna
tiparadigma, 7(3), 382-398. http://dx. Biaya Dalam Upacara Rambu Solo.
doi.org/10.18202/jamal.2016.12.7028 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 6(2),
Reusen, E., & Stouthuysen, K. (2017). Misa- 175–184. http://dx.doi.org/10.18202/
ligned Control: The Role of Manage- jamal.2015.08.6014
ment Control System Imitation in Sup- Umney, C. (2017). Moral Economy, Interme-
ply Chains. Accounting, Organizations diaries, and Intensified Competition in
and Society, 61, 22-35. https://doi. the Labour Market for Function Mu-
org/10.1016/j.aos.2017.08.001 sicians. Work, Employment and So-
Reza, M.A. (2013). 108 Cerita Rakyat Terbaik ciety, 31(5), 834-850. https://doi.
Asli Nusantara (Cerita Kepahlawanan, org/10.1177/0950017017692510
Mitos, Legenda, Dongeng & Fabel dari Warwick, F., & Robert, W. (2014). The Reli-
33 Provinsi). Jakarta: Transmedia Pus- gious Imperative of Cost Accounting
taka. in the Early Industrial Revolution. Ac-
Sadr, S. K. (2015). The Role of Human Capi- counting, Auditing & Accountability
tal in Economic Development of the Journal, 27(2), 357-381. https://doi.
Earliest Islamic Period. International org/10.1108/AAAJ-03-2013-1269
Journal of Islamic and Middle Eastern Fi- Windarsih, A. (2013). Memahami “Betawi”
nance and Management, 8(4), 398-417. dalam Konteks Cagar Budaya Condet
https://doi.org/10.1108/IMEFM-12- dan Setu Babakan. Jurnal Masyarakat
2014-0122 dan Budaya, 15(1), 178-200. http://dx-
Shallehuddin, B. (2016). Spritual Capital: .doi.org/10.14203/jmb.v15i1.146
Rahasia Sukses Raih Rezeki Berkah Yunus, R. (2013). Transformasi Nilai-Nilai
Melimpah. Jakarta: PT Gramedia Pus- Budaya Lokal sebagai Upaya Pemba­
taka Utama. ngunan Karakter Bangsa (Studi Kasus
Sitorus, J. H. E., Triyuwono, I., & Kamayan- Budaya Huyula di Kota Gorontalo. Jur-
ti, A. (2017). Homo Economicus vis a nal Penelitian Pendidikan, 14(1), 65-77.

Anda mungkin juga menyukai