Anda di halaman 1dari 9

VIII HUKUM PERJANJIAN

1.Perihal perikatan dan sumber-sumbernya


Buku III b.w.berjudul perihal perikatan. Perkataan perikatan (verbintenis) mempunyai arti yang lebih luas dr perhubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan atau perjanjian ,yang perihal perikatan yang timbul dari perbuatan yang melanggar hukum (onrechtmatige daad dan perihal perikatan yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan (zaakwaarneming). Pihak yang berhak menuntut di namakan pihak berpiutang atau kreditursedangkan pihak yang wajib memenuhi tuttutan di namakan pihak berhutang atau dibituradpun barang suatau yang dapatdituntutundang-undanhdapatberupa: 1.menyerahkan suatu barang . 2.melakukan suatau perbuatan . 3. tidak melakukan suatu perbuatan. Dalam B.W. ada tersebut suatu macam perikatn yang di namakan

natuurlijkeverbintenis.secara tegas tidak di berikan suatu uraian tentang apa yang di maksudkan dengan perikatan semacam itu. 2. Sistem buku III B.w. Buku III B.w.terdiri atas suatu bagian umum dan suatu bagian khusus .itu menganut asa kebebasan dalam hal membuat perjanjian (beginsel der contractsvrijheid).asa ini dapat di simpulkan dari pasal 1338.tetapi dari peraturan ini dapat di tarik kesimpulan bahwa orang leluasa untuk membuat perjanjian apa saja,asal tidak melanggar ke tertiban umum atau kesusilaan. Pada umumnya juga di bolehkan menyampingkan peraturan-peraturan yang

terbuat dalam buku III itu.dengan kata lain peraturan-peraturan yang di tetapkan dalam buku III B.W. Sistem yang di anut oleh buku III itu juga lazim dinamakan sistem terbuka yang merupakan sebaliknya dari yang di anut oleh buku II perihal hukum perbendaan .di situ orang tidak di perkenankan untuk membuat atau memperjanjikan hak-hak kebendaan lain, selain yang di atur dalam B.W sendiri di situ dianut suatu sistem tertutup. 3. macam-macam perikatan a. perikatan bersyarat (voorwaardelijk) perikatan bersyarat adalah suatu perikatan yang di gantungkan pada suatu kejadian di kemudian hari , yang masih belum tentu akan atau tidak terjadi .pertama untruk memperjanjikan ,bahwa perikatan itu barulah akan lahir ,apabila kejadian yang belum tentu itu timbul .oleh undang-undang ditetapkan ,bahwa suatu perjanjian sejak semula sudah batal (nieting),jika ia mengandung suatu ikatan ikatan yang digantungkan pada suatu syarat yang mengharuskan suatu pihak untuk melakukan suatu perbuatan yang sama sekali tidak mungkin dilaksanakan atau yang bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan. B .perikatan yang digantungakan pada suatu ketetapan waktu (tijdsbepaling). Perbedaan antara suatu syarat dengan suatu ketetapan waktu ialah yang pertama berupa suatu kejadian atau peristiwa yang belum tentu atau tidak akan terlaksana,sedangkan yang kedua adalah suatu hal yang pasti akan datang,meskipun mungkin belum dapat di tentukan kapan datangnya,misalnya ,meninggalnya perikatan yang memlehkan seseorang. b. memilih ( alternatief). Ini adalah suatu perikatan , dimana terdapat dua atau lebih macam prestasi,sedangkan kepada siberutang diserahkan yang mana ia akan lakukan .misalny ia boleh memilih apakah ia boleh memberikan kuda atau mobilnya atau uang satu juta rupiah.

c.

perikatan tanggung-menaggung hoofdelijk atau solidair). Suatu perikatan di mana beberapa orang bersama-sama sebagai pihak yang berhutang

berhadapan dengan satu orang yang menghutangkan.atau sebaliknya.memang dari sudut yang berpiutang,perikatan semacam ini telah diciptakan untuk menjamin piutangnya,karena jika satu orang tidak suka atau tidak mampu membayar hutangnya ,ia selalu dapat meminta pembayaran dari yang lain. E. perikatan yang dapat di bagi dan yang tidak dapat di bagi. Perikatan dapat di bagi atau tidak ,tergantung pada kemungkinan tidaknya membagi prestasi pada hakekatnya tergantung pula dari kehendak atau maksud dari ke dua belah pihak ,yang membuat suatu perjanjian . f.perikatan dengan penetapan hukuman (stafbeding). Untuk mencegah jangan sampai siberutang dengan mudah sja melalaikan

kewajibannya,dalam praktek banyak di pakai perjanjian dimana si berutang di kenakan suatu hukuman ,apabila ia tidak menepati kewajibanya. 4. perikatan-perikatan yanng lahir dari undang-undang. Suatu perikatan dapat lahir dari undang-undang atau dari persetujuan.perikatanperikatan yang lahir dari undang-undang dapat di bagi lagi atas : 1. yang lahir dari unadang-undang saja. 2.yang lahir dari undang-undang karena pebuatan seorang,sedangkan pebuatan orang ini dapat berupa perbuatan yang di perbolehkan,atau yang melanggar hukuman (onrectmatig). Perikatan yang lahir dari undang-undang karena dari suatu perbuatan yang di perbolehkan adalah pertama timbul jika seorang melakukan suatu pembayaran yang tidak diwajibkan (pasal 1359 yang 1).

Perbuatan yang demikian ini menerbitkan suatu perikatan yairu memberi hak kepada orang yang telah membayar itu untuk menuttut kembali apa yang telah di bayar dan meletakkan kewajiban di pihak lain untuk mengembalikan pembayaran itu. 5. perikatan-perikatan yang lahir dari pperjanjian . Perjanjian yang sah harus terpenuhi empat syarat yaiitu: 1.perijinan yang bebas dari orang-orang yang mengikatkan diri . 2. kecakapan untuk membuat suatu perjanjian . 3.suatu hal tertentu yang di perjanjiakan . 4.suatu sebab,(oorzaak) yang halal artina tidak terlarang (pasal 1320). 6. perihal risiko ,wanprestasi dan keadaan memaksa. Berarti kewajiban untuk memikul kerugian jika lau ada suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang di maksudkan dalam perjanjian. Apakah yang dapat di tuntut dari seorang debitur yang lalai? Yang pertama; ia dapat meminta pelaksanaan perjanjian,meskipun pelaksanaaan ini sudah terlambat. Kedua; ia dapat meminta penggantian kerugian saja,yaitu kerugian yang dideritanya ,karena perjanjian tidak akan terlambat di laksanakan tetapi tidak sebagai mana mestinya. Ketiga; ia dapat menutut pelaksanaan perjanjian di sertai dengan penggantian kerugian yang di derita olehnya sebagai akibat trlambatnya pelaksanaan perjanjian. Untuk dapat dikatan suatu keadaan memaksa (over mach atau force majeur)selain keadaan itu , diluar kekuasaannya siberhutang dan memaksa keadaan yang telah timbul itu juga harus berupa suatu keadaan yang tidak bisa diketahui pada waktu perjajian itu di buat ,setidak-tidaknya tidak di pikul resikonya oleh berhutang.jika barang yang

dimasukkan dalam perjanjian sudah musnah di luar kesalahan siberhutangteranglah pelaksanaan perjajian sudah tak dapt di tuntut .

7. perihal hapusnya perikatan-perikatan. Undang-undang menyebutkan sepuluh macam cara hapusnya perikatan: 1. Karena pembayaran 2. Penawaran pembayaran tunai di ikuti dengan penyimpanan barang yang hendak di

bayarkan itu di suatu tempat 3. Pembaharuan. 4. Konpensasi atauperhitungan hutang timbal balik, 5. Percampuran huatng, 6. Pembebasan hutang, 7. Hapusnya barang yang dimaksudkan dalam perjanjian , 8. Pembatalan pejanjian, 9. Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan 10.lewat wakktu. 1. Pembayaran. Oleh undang-undang dengan perkataan pembayaran ialah pelaksanaan atau pemenuhan tiap perjanjian secara suka rela artinya tidak dengan paksaan atau eksekusi jadi perkataan pembayaran itu oleh undang-undang tidak melulu di tujukan pada penyerahan uang saja ,tetapi penyerahan tiap barang menurut perjanjian dinamaka pembayaran.

2. Penawaran pembayaran tunai di ikuti oleh penyimpangan .

Pembayaran untuk menolong siberhutang dalam hal si berpiutang tidak suka menerima pembayaran ,barang yang hendak di bayarkan itu di antarkan kepada si berpiutang atau ia di peringatakan untuk mengambil barang itu dari suatu tempat.

3.pembaharuan hutang. Suatu pembuatan perjanjian baru yang menghapuskan suatu perikatan lama, sambil meletakkan suatu perikatan baru. 4.kompensasi atau perhitungan hutang tibal balik. Pada umumny undang-ungang tidak menghiraukan sebab yang menimbulkan satu piutang .hanya dalam pasal 1429, disebutkan 3 kekecualian piutang yang tidak boleh di perhitungkan satu sma lain: 1. Jika stau pihak menuntut di kembalikan nya barang miliknya dengan secara melawan hak telah di ambil oleh lawan lainnya. 2. Jika satu pihak menuntut di kembalikan suatu barang yang di titpkan apada pihak lawan itu. 3. Jikalau satu pihak menuntut diberikanya suatu tunjangan nafkah yang telah menjadi haknya.

5. percampuran hutang. Jika si berhutang kawin dalam percampuran kekayaan dengan si berpiutang atau jika siberpiutang menggantikan hak-hak si berpiutang karena menjadi warisnya ataupun sebaliknya. 6. pembebasan hutang. Suatu perjanjian baru dimana si berpiutang dengan suka rela membebaskan si berhutang dari segala kewajibannya .suatu pembebasan ,tidak menimbulkan suaatu perikatan .dengan suatu pembebasan tidak dpat di pindahkan hak milik .sebaliknya suatu pemberian meletakkan suatu perikatan antara piahak yang memberikan dengan tujuan memindahkan hak milik itu atas sesuatu barang dari pihak yang satu kepada yang lainya.

7. hapusnya barang yang dimaksudkan dalam perjanjian. Ia lalai menyerahkan barang itu, ia pun akan bebas dari perikatan apabila ia dapatmembuktikan bahwa hapusnya barang itu di sebabkan oleh suatu kejadian di luar kekuasaannyabarang tersebut akan menemui nasib yang sama seandainya barang iru sudah berada di tangannya si berpiutang.

8. beberapa perjanjiankhusus yang penting A. perjanjian jual beli Suatu perjanjian dimana piahak yang satu menyanggupi akan menyerahkan hak milik atas suatu barangsedang pihak lainnya menyanggupi akan membeyar sejumlah uang sebagai harganya. B. perjanjian sewa-menyewa; Suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi akan menyerah suatu benda untuk di pakai suatu jangka waktu tertentu pihak menyewa memikul dua kewajibaan pokok,yaitu:

1. Membayar uang sewa pada waktunya. 2. Memelihara barang yang di sewaitu sebaik-baiknya,seolah-olah barang miliknya sendiri.

C.pemberian atau hibah (schenking). Agar dapat di katakan tentang suatu pemberian pembuatan itu harus bertujuan memberikan suatu hadiah (liberaliteit)jadi tidak boleh ada suatu keharusan atau perikatan meskipun hanya berupa natuurjijke verbintenis saja.

D. persekutuan (maatschap). Suatu perjanjian dimana beberapa orang bermupakat untuk bekerja sama dalam lapangan ekonomi dengan tujuan membagi keuntungan yang akan di peroleh .

E. penyuruhan (lastgeving). Penyuruhan dapat terjadi tidak memakai upah,sedangkan perjanjian perubaha selalu di maksudkan untuk mendapat upah atau gaji dan selalu membawa suatu hubungan perkara antara seorang majikan dan seorang buruh.

F. perjanjian pinjaman. Undang-undang di perbedakan antara : 1. Perjanjian pinjaman barang yang tidak dapat di ganti. 2. Perjanjian pinjaman barang yang dapat di ganti. G. penanggungan hutang (borgtocht). Suatu perjanjian dimana satu pihak (borg) menyanggupi pada pihak lainnya .(seoarng berpiutang).

H. perjanjian perdamaian 9 dading atau kompromis). Suatu perjanjian dimana dua pihak membuat suatu perdamaian untuk menyingkiri atau mengakhiri suatu perkara.. I. Perjanjian kerja (perburuhan).

Perjanjian kerja dalam arti kata yang luas dapat di bagi dalam; a. Pejanjian perburuhan yang sejati (arbeids-overen-komst) b. Pemborongan pekerjaan (aaneming van werk). c. Perjanjian untuk melakukan suatu jasa atau pekerjaan terlepas (overeenkomst tot het verrichten van enkele diensten).

Anda mungkin juga menyukai