Anda di halaman 1dari 3

1.

Macam-macam Perikatan
Bentuk perikatan yang paling sederhana, ialah suatu perikatan yang masing-
masing pihak hanya mendapat satu prestasi yang seketika dapat ditagih
pembayarannya.
a. Perikatan Bersyarat (voorwaardelijk), suatu perikatan yang
digantungkan pada suatu kejadian di kemudian hari, yang masih belum
tentu akan atau tidak terjadi.
Pertama, untuk memperjanjikan bahwa perikatan itu barulah akan lahir,
apabila kejadian yang belum tentu itu timbul dengan menggantungkan adanya
suatu perikatan pada suatu syarat yang menunda atau menangguhkan
(opschortende voorwaarde). Missal : membeli mobil jika lulus kuliah. Kedua,
mungkin untuk diperjanjikan, bahwa suatu perikatan yang sudah berlaku akan
dibatalkan apabila kejadian yang belum tentu timbul atau digantungkan pada
suatu syarat pembatalan (ontbindende voorwaarde). Missal : mengizinkan
orang mendiami rumah, tetapi menghentikan jika rumah tersebut mau
ditempati kembali.

b. Perikatan yang digantungkan pada suatu ketetapan waktu


(tijdsbepaling)
Pertama, suatu kejadian yang belum tentu atau tidak akan terlaksana.
Kedua, suatu hal yang pasti akan datang meskipun mungkin belum dapat
ditentukan kapan datangnya. Contohnya suatu perjanjian perburuhan,
suatu hutang wesel yang dapat ditagih suatu waktu setelah
dipertunjukan.
c. Perikatan yang memperbolehkan memilikh (alternatief)
Ini dimana suatu perikatan yang terdiri atas dua atau lebih prestasi ,
sedangkan si berhutang di serahkan yang mana ia akan lakukan. Contoh :
seseorang akan memberikan rumah, kuda atau uang kepada orang lain.
d. Perikatan tanggung-menanggung (hoofdelijk/solidair)
Ini dimana suatu perikatan dimana beberapa orang bersama-sama sebagai
pihak yang berhutang berhadapan dengan satu orang yang menghutangkan
atau sebaliknya. Beberapa orang sama sama berhak menagih suatu piutang
dari satu orang. Beberapa orang bersama-sama menghendaki satu orang
berpiutang atau penagih hutang. Masing-masing dapat dituntut untuk
membayar hutang itu seluruhnya. Tetapi, jika salah satu membayar, maka
pembayaran ini membebaskan semua teman-teman berhutang,itulah yang
disebut sebagai tanggung-menanggung.
e. Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
Tergantung pada kemungkinan tidaknya membagi prestasi, tergantung
pula pada kehendak atau maksud kedua belah pihak yang memberikan
perjanjian. Suatu perikatan dapat dibagi jika salah satu pihak dalam
perjanjian digantikan oleh pihak lain. Hal ini terjadi karena meninggalnya
salah satu pihak yang menyebabkan ia digantikan oleh ahli warisnya.
f. Perikatan dengan menetapkan hukuman (strafbeding)
Dilakukan untuk mencegah si berhutang dengan mudah melalaikan
kewajibannya, dalam praktek banyak di pakai perjanjian dimana si
berhutang dikenakan suatu hukuman apabila ia tidak menepati
kewajibannya biasanya dalam suatu jumlah uang tertentu yang sebenarnya
merupakan pembayaran kerugian yang semula sudah di tetapkan oleh
kedua belah pihak. Hakim mempunyai kekuasaan untuk meringankan
hukuman apabila sebagian telah terpenuhi.

2. Perikatan yang lahir karena undang-undang


Perikatan yang lahir di undang-undang ialah perikatan yang timbul akibat
hukum kekeluargaan. Seperti kewajiban seorang anak yang mampu untuk
memberikan nafkah kepada orang tuanya yang kemiskinan. Ada 2 perikatan
berdasar undang-undang, yaitu :
a. Yang lahir dari undang-undang
b. Yang lahir dari undang-undang karena perbutaan seseorang dapat berupa
perbuatan yang diperbolehkan ataupun melanggar hukuman.

Pembayaran yang tidak di wajibkan (Pasal 1359 ayat 1) yaitu, perikatan yang
lahir dari undang-undang karena suatu perbuatan yang diperbolehkan.
Diantaranya memberikan hak kepada orang yang telah membayar untuk
menuntut kembali apa yang telah dibayarkan dan meletakan kewajiban dari
pihak lain untuk membayarkan pembayaran itu.
Suatu perjanjian yang lahir dari undang-undang yang diperbolehkan
“zaakwaarneming“ Pasal 1354 ini terjadi jika seseorang dengan sukarela dan
dengan tidak diminta mengurus kepentingan orang lain. Misalnya orang yang
melakukan pengurusan kepentingan orang lain dapat bertindak atas nama
sendiri atau atas nama orang itu maka muncul kewajiban melakukan
pengurusan untuk meneruskan pengurusan sampai orang yang berkepentingan
sudah kembali ke tempatnya.
Suatu perjanjian yang lahir dari undang-undang karena pelanggaran
hukum “onrechtmatige daad“ (Pasal 1365) mewajibkan orang yang
melakukan perbuatan itu, jika karena kesalahannya telah timbul kerugian,
untuk membayar kerugian itu. “onrechtmatige daad“ tidak hanya dianggap
melanggar hukum dan hak seseorang, tetapi dianggap sebagai perbuatan yang
berlawanan dengan kepatuhan yang harus diindahkan dalam kehidupan
bermasyarakat terhadap pribadi atau benda orang lain.
Contoh : seseorang yang membujuk seorang bunuh diri dari suatu perusahaan saingannya
untuk memberikan keterangan perihal cara kerja yang bersifat rahasia dalam perusahaan
tersebut. Dan jika menimbulkan kerugian, maka pelaku dihukum wajib membayar
kerugian tersebut.

Pasal Limitatief yaitu, seseorang dalam dipertanggungjawabkan perbuatan


oranglain hanya dalam hubungan atau perbuatan sebagai berikut :
a. Orang tua/wali yang belum dewasa dan tinggal bersama mereka atas
kekuasaannya.
b. Majikan untuk buruhnya, dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan.
c. Guru sekolah dan kepala tukang untuk murid yang berada dibawah
pengawasan mereka.

3. Perikatan yang lahir dari perjanjian


Suatu perjanjian yang sah, ada 4 syarat yang harus di penuhi yaitu :
a. Perizinan yang bebas dari orang-orang yang mengikatkan diri tanpa ada
paksaan (dwang) atau penipuan (bedrog).
Misal : seorang penumpang dengan supir bus yang mengikatkan diri untuk melakukan
kewajiban masing-masing untuk mengangkut penumpang dan membayar uang
perjalanan.
Paksaan, terjadi jika seseorang memberikan persetujuan karena takut akan
sebuah ancaman. Kekhilafan, mengenai orang atau mengenai barang yang
menjadi tujuan pihak yang mengadakan perjanjian. Penipuan, apabila satu
pihak dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar disertai
kelicikan sehingga pihak lain terbujuk untuk memberikan perizinan.
b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
Jika salah satu pihak tidak cakap maka perjanjian itu dapat di batalkan oleh hakim
c. Suatu hal tertentu yang diperjanjikan
d. Sebab “oorzaak” / tujuan yang tidak terlarang.
Yaitu apa yang dikehendaki oleh kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian itu/ isi
perjanjian itu sendiri. Asal tidak bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan
umum. Jika melanggar maka dibatalkan secara mutlak.

Pasal 1338, segala perjanjian yang dibuat secara sah “berlaku sebagai
undang-undang” untuk mereka yang membuatnya. Hal ini dimaksudkan
bahwa suatu perjanjian dibuat secara sah, artinya tidak bertentangan dengan
undang-undang dan mengikat kedua belah pihak.
Pasal 1338, menetapkan bahwa semua perjanjian harus dilaksanakan dengan
itikad baik. Tidak boleh bertentangan dengan kepatutan dan keadilan.

4. Perihal resiko, wanprestasi dan keadaan memaksa


Resiko, kewajiban untuk memikul kerugian jikalau ada suatu kejadian diluar
kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang dimaksudkan dalam
perjanjian. Pasal 1237 menetapkan, dalam suatu perjanjian mengenai
pemberian suatu barang tertentu sejak lahirnya perjanjian itu barang tersebut
menjadi tanggungan orang yang berhak menagih penyerahan.

Anda mungkin juga menyukai