A. UMUM
1.RUMUSAN PERIKATAN:
Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi diantara dua orang atau lebih, yang
terletak didalam lapangan harta kekayaan , dimana pihak yang satu berhak atas suatu
Pasal 1233 KUHPdt. “ Tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, maupun
karena undang-undang”
Hubungan Hukum, dari hubungan ini timbul hak dan kewajiban terhadap para pihak.
Kekayaan; maksudnya ukuran-ukuran yang dipakai bisa dinilai dengan uang maupun
tidak, namun bila terjadi wanprestasi dan agar rasa keadilan tetap terjaga, akibat
Para pihak sebagai subjek hukum yaitu pihak kreditur ( berhak menuntut prestasi) dan
Pasal 1234 KUHPdt “Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk
Atas dasar pasal pasal 1234 KUHPdt tersebut diatas prestasi dapat dibedakan:
Memberikan sesuatu
Berbuat sesuatu
3.SUMBER PERIKATAN:
Pasal 1352 KUHPdt menyatakan” Perikatan-perikatan yang dilahirkan dari undang-
undang timbul dari undang-undang saja, atau dari undang-undang sebagai akibat
perbuatan orang”
sebagai akibat perbuatan orang, terbit dari perbuatan halal atau dari perbuatan melawan
Kematian, hak dan kewajiban yang meninggal beralih kepada akhli waris
setelah orang tua uzur anak wajib mengurusnya (alimentasi,) Pasal 1321 KUHPdt
menyatakan “ Tiap-tiap anak wajib memberi nafkah kepada orang tuanya dan pada
keluarga sedarahnya dalam garis keatas, apabila mereka dalam keadaan miskin”
untuk itu, mengurus urusan orang lain, maka ia berkewajiban untuk meneruskan
Perbuatan melawan hukum. Seseorang melakukan sesuatu tanpa sengaja yang mengakibatkan
kerugian pihak lain maka yang bersangkutan diwajibkan mengganti kerugian karena
perbuatan tersebut, perikatan tersebut lahir diluar kemauan kedua orang tersebut (diatur
Catatan: Schuld adalah kewajiban seorang debitur membayar utang-utangnya, Haftung adalah
kewajiban seorang debitur membiarkan kreditur mengambil harta kekayaannya sebesar kewajiban
pelunasan hutangnya.
B. JENIS-JENIS PERIKATAN.
1. PENGELOMPOKAN PERIKATAN
perikatan bersyarat).
perikatan bersyarat
-Memberikan sesuatu
-Berbuat sesuatu
-Manasuka (alternative)
Berdasar prestasinya
-Fakultatif
-Tanggung-
menanggung
Berdasar Subjeknya -Pokok
IKATAN:
-Bersyarat
Berbuat bsesuatu.
-Bersyarat
-Tanggung-menanggung
berdasar pasal 1235 KUHPdt bahwa memberikan sesuatu adalah perikatan untuk
menyerahkan (leveren) dan merawat benda (prestasi) sampai pada saat penyerahan
dilakukan.
Perikatan dikatakan bersyarat apabila ia digantungkan pada suatu peristiwa yang masih
akan datang dan masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan lahirnya
b. Perikatan dengan suatu syarat batal, jenis perikatan ini sebenarnya telah timbul,
justru jika syarat yang ditentukan terjadi maka perjanjian berakhir selsai atau
batal. Contoh:B boleh terus tinggal dan menyewa rumah A, sepanjang A belum
suatu perjanjian atau perikatan. Contoh A menyewakan rumah kepada B selama 2 ( dua)
tahun, setelah dua tahun B harus pindah atau memperpanjang sewa kontraknya.
Perikatan ini memberikan kebebasan kepada debitur (orang berhutang) untuk memilih
salah satu cara melunasi kewajibannya kepada kreditur (orang ber-piutang) hak memilih
ada pada debitur (siberhutang) tetapi tidak boleh dipaksakan. Contoh A punya utang
kepada B, dan A boleh melunasinya dengan sejumlah uang atau barang tertentu yang
sama nilainya.
Perikatan ini terdiri dari pihak kreditur di satu pihak dan terdapat beberapa orang debitur
jika hutang telah dilunasi seseorang, membebaskan kewajiban debitur lainnya.(satu untuk
Yang dimaksud dapat dan tidaknya dibagi, adalah prestasinya. Jika sesorang
berkewajiban menyerahkan seekor kuda, tentu kuda tak dapat dipecah, lain halnya jika
yang harus diserahkan satu ton beras, tentu bisa diserahkan sebagian dulu, sisanya bisa
jalan merupakan satu paket perjanjian yang tidak dipecah-pecah, namun penyelsaian
penyelsaian proyek oleh pelaksana pemborongan, dikenakan denda 1 (satu) permil dari
Hukum perjanjian menganut sistem terbuka artinya setiap orang boleh membuat
perjanjian atau kesepakatan perihal apa saja sepanjang tidak dilarang dan melanggar
ketentuan Undang-undang.Kesepakan yang dibuat oleh dua pihak bersifat “ Facta Sunt
Untuk syahnya perjanjian menurut pasal 1320 KUHPdt diperlukan empat syarat:
Dua syarat pertama disebut syarat subjektif, karena mengenai subjek / pelaku, sedangkan
dua syarat terakhir disebut syarat objektif, kerena mengenai objek yang disepakati.
Cakap dalam hal ini dimaksudkan orang yang secara hukum mampu melakukan
perjanjian. Pasal 1330 KUHPdt menyatakan orang yang tidak cakap melakukan
perjanjian adalah:
Mengenai Hal tertentu, maksudnya dalam membuat suatu perjanjian harus mengenai
Causa yang halal dimaksudkan objek yang telah ditentukan tersebut harus halal secara
hukum tidak mengenai sesuatu yang dilarang baik oleh hukum tertulis maupun kebiasaan.
Tidak terpenuhinya dua syarat pertama (syarat subjektif) perjanjian bisa dibatalkan,
artinya perjanjian tersebut tidak dengan sendirinya batal, tetapi bila ada pihak-pihak yang
Tidak terpenuhinya dua syarat terakhir (syarat objektif) perjanjian batal demi hukum,
tersebut harus ditetapkan dahulu, jika disangkal oleh debitur harus dibuktikan didepan
perjanjian tidak jelas baik yang menyangkut waktu maupun prestasinya.Namun bila
Pembatalan perjanjian
Ganti rugi bisa diperinci dalam tiga unsur berupa: biaya, rugi dan bunga.
Biaya yaitu segala sesuatu pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata telah
Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang milik kreditur yang diakibatkan
kelalaian debitur.
Bunga adalah kerugian yang diakibatkan oleh kehilangan keuntungan yang sudah
dikalkulasikan sebelumnya.
Pembatalan perjanjian bisa sangat merugikan bagi debitur, misal kontrak pesanan
seragam untuk satu batalion prajurit, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh
Risiko adalah kerugian yang terjadi suatu peristiwa diluar kesalahan para pihak, namun
jika ternyata peristiwa tersebut terkait dengan kelalaian salah satu pihak, maka pihak
Pasal 1267 KUHPdt. menyatakan bahwa sorang kreditur dapat menuntut pemenuhan
Pemenuhan perjanjian
Pembatalan perjanjian
Seorang debitur yang dituduh lalai bisa membela diri dengan mengemukakan alasan
untuk membebaskan dirinya dari tuduhan lalai. Pembelaan tersebut ada tiga macam yaitu:
mengirim barang.
Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi,
diterimanya.
Pembayaran
Pembaharuan hutang
Perjumpaan utang atau konpensasi
Percampuran utang
Pembebasan utang
Pembatalan perjanjian
Lewat waktu.(daluwarsa).
hal kasus jual beli misalnya yang dimaksud pembayaran adalah pemenuhan
disepakati.
berupa uang atau barang, jika si kreditur tetap menolak, yang bersangkutan
diminta menanda tangan berita acara (proses verbal) kemudiaN notaris atau
juru sita datang ke pengadilan untuk menitipkaN uang atau barang sebagai
pembayaran kepada kreditur tersebut, setelah resmi barang atau uang diterima
percampuran harta antar kreditur dan debitur atau seorang kreditur meninggal
dan secara hukum bisa dikatakan lunas apabila si debitur sendiri menerima
Objek barang terhutang musnah, dengan syarat hilang atau musnahnya barang
Batal / pembatalan, jika suatu perikatan batal karena dibatalkan atau batal demi
hukum maka tidak ada lagi perikatan hukum yang dilahirkan karena
pembatalan tersebut..
Berlakunya syarat batal. Dalam hal perikatan bersyarat, maka jika terpenuhi
Lewat waktu ( daluwarsa), pasal 1946 KUHPdt menyatakan, lewat waktu atau
dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu, dan atas syarat-
Menurut hukum perdata, perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi diantara dua
orang atau lebih yang terletak didalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang satu
berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu, sedangkan menurut
Vollmar bahwa ditinjau dari isinya, perikatan itu ada selama seseorang itu (debitur) harus
melakukan suatu prestasi yang mungkin dapat dipaksakan terhadap kreditur kalau perlu
dengan bantuan hakim. Pengertian prestasi adalah apabila dua orang mengadakan
dan d) prestasi (obyek hukum). Hubungan hukum adalah hubungan yang terhadapnya
hukum melekatkan hak pada satu pihak dan melekatkan kewajiban pada pihak lainnya.
Apabila satu pihak tidak mengindahkan ataupun melanggar hubungan tadi, lalu hukum
menilai suatu hubungan hukum perikatan atau bukan, maka hukum mempunyai kriteria
tertentu yaitu ukuran-ukuran yang digunakan terhadap sesuatu hubungan hukum sehingga
Didalam perkembangan sejarah, apa yang dipakai sebagai kriteria itu tidak tetap, dahulu
yang menjadi kriteria ialah hubungan hukum itu dapat dinilai dengan uang atau tidak.
Apabila hubungan hukum itu dapat dinilai dengan uang, maka hubungan hukum tersebut
merupakan suatu perikatan. Sekalipun suatu hubungan hukum itu tidak dapat dinilai
dengan uang, tetapi kalau masyarakat atau rasa keadilan menghendaki agar suatu
hubungan itu diberi akibat hukum, maka hukum pun akan melekatkan akibat hukum pada
Apabila hubungan hukum tadi dijajaki lebih jauh lagi maka hubungan hukum itu harus
terjadi antara dua orang atau lebih, yaitu pihak yang aktif adalah kreditur atau yang
berpiutang dan pihak yang pasif adalah debitur atau yang berutang. Mereka ini yang
disebut subyek perikatan. Seorang debitur harus selamanya diketahui, karena seseorang
tentu tidak dapat menagih dari seseorang yang tidak dikenal, lain halnya dengan kreditur
boleh merupakan seseorang yang tidak diketahui, artinya penggantian kreditur dapat
terjadi secara sepihak tanpa bantuan debitur, bahkan dalam lalu lintas perdagangan yang
tertentu penggantian itu telah disetujui terjadi sejak semula. Apabila dalam suatu
perikatan kreditur itu ditentukan atau dikenal, maka kreditur yang seperti ini disebut
kreditur yang memiliki gugatan atas nama (vordering op naam). Dengan demikian maka
penggantian kedudukan debitur hanya dapat terjadi apabila kreditur telah memberikan
harus diketahui atau persetujuan kreditur, sedangkan penggantian kreditur dapat terjadi
secara sepihak, bahkan untuk hal-hal tertentu pada saat suatu perikatan lahir antara pihak-
pihak, secara apriori disetujui hakikat penggantian kreditur. Pada setiap perikatan
debitur, namun tidak menutup kemungkinan dalam satu perikatan itu tedapat beberapa
Seorang kreditur dapat mengalihkan haknya atas prestasi kepada kreditur baru, hak mana
prestasi dari debitur dinamakan kewajiban kualitatif Penggantian kreditur dapat pula
terjadi dengan subrogasi. Menurut Asser"s (Handeling tot de beofening van het Ned
Burgerlijkrecht, 1967) bahwa sejak saat suatu perikatan dilakukan, pihak kreditur dapat
perjanjian jual beli dapat dijanjikan seseorang itu membeli untuk dirinya sendiri dan
untuk pembeli-pembeli yang berikutnya. Apabila didalam jual beli ini debitur (pembeli)
belum melunaskan seluruh harga beli, maka dalam hal benda itu dialihkan kepada
pembeli baru, maka kewajiban untuk membayar tersebut dengan sendirinya beralih
kepada pembali itu. Kedudukan debitur dapat berganti dapat atau beralih dengan
subrogasi.
memberikan sesuatu termasuk pemberian sejumlah uang, memberi benda untuk dipakai
(menuewa), penyerahan hak milik atas benda tetap dan bergerak, perikatan untuk
dilahirkan dari undang-undang saja (uit de wet alleen) atau dari undang-undang sebagai
akibat perbuatan orang (uit de wet ten gevolge van's mensen toedoen), sedangkan pasal
undang sebagai akibat perbuatan orang, terbit dari perbuatan halal atau dari perbuatan
Perikatan yang bersunber dari undang-undang semata-mata adalah perikatan yang dengan
pernah mengikat orang tersebut beralih kepada ahli warisnya, demikian pula kelahiran
anak timbul perikatan antara ayah dan ank, dimana si ayah wajib memelihara anak
tersebut. Menurut pasal 1321 KUHPerdata, bahwa tiap-tiap anak wajib memberi nafkah
kepada orang tuanya dan para keluarga sedarahnya dalam garis keatas apabila mereka
Perkatan yang bersumber dari undang-undang sebagai akibat perbuatan orang maksudnya
ialah bahwa dengan dilakukannya serangkaian tingkah laku oleh seseorang, maka
yang melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata bahwa undang-undang
menetapkan kewajiban orang itu untuk memberi ganti rugi. Dengan meletakan kewajiban
memberi ganti rugi antara orang yang melakukan perbuatan yang melawan hukum
kepada orang yang menderita kerugian karena perbuatan itu, lahirlah suatu perikatan
diluar kemauan kedua orang tersebut, sedangkan perikatan akibat perbuatan mengurus
kepentingan orang lain secara suka rela (zaakwaarneming) diatur dalam pasal 1354
KUHPerdata yang menyatakan jika seseorang dengan sukarela, tanpa mendapat perintah
untuk itu, mengurus urusan orang lain, maka Ia berkewajiban untuk meneruskan
memenuhi perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh si wakil itu atas namanya, dan