Anda di halaman 1dari 38

BAB II

PERIKATAN
DAN
PERJANJIAN
1. Pengertian Perikatan
Perjanjian yang Perjanjian yang
Melahirkan Perikatan Bukan Perikatan
Case : Case :
1.Hendrik, seorang pengusaha berusia 21 1.Selvi, janda berumur 45 tahun, pemilik
tahun, sepakat untuk menjual 1 unit mobil sebidang tanah seluas 1 Ha, terpaksa harus
truck miliknya kepada Akri, seorang menyerahkan tanahnya tersebut kepada
pengusaha kayu berusia 30 tahun. Yoseph, dengan ganti rugi yang tidak
Kesepakatan tersebut dikuatkan dengan semestinya untuk dibangun mall.. Hal
suatu notaris. tersebut dia lakukan karena setiap hari dia
2.Grace, penjual ikan di Pasar Pagi, diteror oleh para “tukang pukul” dari
berusia (20 tahun), mendapat pesanan pengusaha tersebut.
(order) ikan kakap merah sebanyak 50 kg 2.Ursula, gadis berumur 15 thn, dengan
dari Andro, (40 tahun), pengusaha restoran senang hati menerima tawaran dari Suripto,
di Pasar Pgi. Atas pesananny tersebut pacarnya, untuk berakhir pekan di pulau
Andro telah menyerahkan uang muka Kumala.
(down payment) kepada Grace dan sisanya
akan dilunasi setelah ikan pesanan tersebut
di terima di restorannya.
… Lanjutan Pengertian Perikatan
 Berdasarkan hukum, tidak semua “janji”
dapat dikategorikan sebagai “perikatan”.
 Janji-janji yang dapat dikategorikan sebagai
suatu “perikatan” adalah yang memenuhi
syarat-syarat sebagaimana yang
diisyaratkan oleh Undang-undang untuk
sahnya suatu perjanjian.
… Lanjutan Pengertian Perikatan
 Kata sepakat antara kedua belah pihak.
Tidak ada paksaan & penipuan
 Pasal 1338 KUH Perdata, selain adanya
kebohongan dari satu pihak juga termasuk
adanya tipu muslihat tertentu yang
dilakukan oleh pihak tersebut.
… Lanjutan Pengertian Perikatan
 Kecakapan Untuk Melakukan Tindakan Hukum,
yaitu cakap untuk melakukan tindakan hukum,
yaitu orang yang dewasa dan sehat akalnya.
 Kedewasaan menurut KUH Perdata adalah 21
tahun, kamudian telah dikesampingkan oleh
ketentuan UU No. I Thn. 1974, bahwa seseorang
dianggap telah dewasa apabila telah berumur 18
tahun.
… Lanjutan Pengertian Perikatan
 Hal Tertentu, yaitu obyek yang haruslah
merupakan sesuatu yang tertentu, dan
barang tersebut paling tidak harus
ditentukan jenisnya.
 Sebab atau kausa yang halal, yaitu obyek
perjanjian harus merupakan suatu hal
yang tidak bertentangan dengan undang-
undang dan kesusilaan.
… Lanjutan Pengertian Perikatan
 Syarat pertama dan kedua (kesepakatan dan
kecakapan) merupakan syarat subyektif, karena
berkenaan dengan subyek hukum (orang
perorangan atau badan hukum) yang melakukan
perjanjian.
 Bila kedua syarat tersebut tidak dipenuhi
(misalnya kalau perjanjian tersebut dilakukan
karena adanya paksaaan atau dilakukan oleh
orang yang dimasukan dalam golongan tidak
cakap menurut hukum), maka perjanjian tersebut
dapat dibatalkan.
… Lanjutan Pengertian Perikatan
 Sedangkan syarat ke tiga dan ke empat
merupakan syarat obyektif (karena
mengenai obyek dari perjanjian).
 Oleh sebab itu bila syarat tersebut tidak
dipenuhi, maka perjanjian tersebut batal
demi hukum.
… Lanjutan Pengertian Perikatan
 Setelah perjanjian / janji-janji tersebut memenuhi
syarat-syarat dimaksud maka dapat masuk dalam
kategori, apa yang disebut sebagai “perikatan. Hal
ini karena secara hukum, hanya perjanjian dengan
kategori seperti itu yang akan melahirkan suatu
“prestasi”.
 Prestasi, adalah “segala sesuatu” yang diatur
dalam perjanjian.
 Dengan adanya prestasi, memberikan hak bagi
satu pihak dan kewajiban bagi pihak lain atas apa
yang diperjanjikan dalam suatu
perjanjian/perikatan.
… Lanjutan Pengertian Perikatan
 Perikatan adalah “Hubungan hukum dalam
bidang harta kekayaan antara 2 pihak atau
lebih dasar mana satu pihak berhak
(kreditur) dan pihak lain berkewajiban
(debitur) atas suatu prestasi” (Subekti, 1982
Hukum Perikatan).
2. Sumber-Sumber Perikatan
1. Perikatan yang Lahir Karena Undang-Undang
 Perikatan yang lahir dari undang-undang karena
perbuatan seseorang yang melanggar hukum
diatur dalam pasal 1365 KUH Perdata.
 Pasal ini menyatakan bahwa tiap perbuatan yang
melanggar hukum (onrechtmatige daad)
mewajibkan orang yang melakukan perbuatan
itu, karena kesalahannya telah timbul kerugian,
untuk membayar kerugian itu.
2. Sumber-Sumber Perikatan
2. Perikatan yang Lahir Karena
Perjanjian/Persetujuan
Sedangkan apabila suatu
perjanjian/persetujuan tersebut tidak
memenuhi syarat sahnya suatu
perjanjian (Pasal1320 KUH Perdata)
maka berakibat, perjanjian tersebut
dapat dibatalkan atau batal demi
hukum.
Wanprestasi, Overmacht, Somasi,
Ganti Rugi, Resiko
1. Wanprestasi (Ingkar Janji)
Wanprestasi atau ingkar janji adalah bentuk
pengingkaran terhadap prestasi yang telah
disepakati para pihak dalam suatu perjanjian
dengan alasan apapun.
2. Adapun bentuk-bentuk wanprestasi adalah
sebagai berikut :
a. Tidak mau memenuhi prestasi sama sekali
b. Terlambat memenuhi prestasi
c. Memenuhi prestasi secara tidak baik.
Overmacht (Keadaan Memaksa)
 Menurut R. Setiawan, dlm bukunya Pokok-pokok
Hukum Perikatan. keadaan memaksa yaitu :
 “Suatu keadaan yang terjadi setelah dibuatnya
persetujuan yang menghalangi debitur untuk
memenuhi prestasinya akan tetapi debitur tidak
dapat dipersalahkan dan tidak harus menanggung
resiko karena ia tidak dapat menduganya pada
waktu persetujuan itu dibuat”.
Somasi
 Somasi dilakukan dua kali berturut-turut,
setiap kali selama 14 hari. Jika somasi
dikirim 2 kali berturut-turut, tetapi debitur
tetap tidak mau memenuhi prestasinya
barulah debitur dinyatakan lalai.
Ganti Rugi
1. Ganti rugi atas biaya
Yaitu untuk biaya berupa segala pengeluaran dan
ongkos-ongkos yang telah dikeluarkan oleh salah satu
pihak. Misalnya ongkos pengangkitan atau pengiriman
barang.
2. Ganti rugi atas keruskan
Yaitu untuk kerusakan barang-barang milik kreditur yang
disebabkan oleh kelalaian debitur. Misalnya buah-
buahan yang dikirim oleh debitur ternyata busuk
sehingga menyebabkan turut busuknya buah-buahan
milik kreditur.
3. Ganti rugi atas bunga
Yaitu keuntungan atau bunga yang tidak jadi didapat
oleh kreditur karena deitur melakukan ingkar janji.
Resiko
 Resiko yaitu kewajiban untuk memikul kerugian tidak
disebabkan oleh kesalahan salah satu pihak.
 Perjanjian sepihak yaitu perjanjian yang membebankan
kewajiban hanya kepada satu pihak. Misalnya C berjanji
untuk memberikan sepeda motor kepada D. Dalam hal ini
kewajiban hanya dibebankan kepada C sebagai pemberi.
 Sedangkan perjanjian timbal balik yaitu perjanjian yang
membebankan kewajiban pada kedua belah pihak.
Misalnya E menyewakan rumahnya kepada F, E
berkewajiban untuk menyerahkan kenikmatan atas rumah
tersebut dan F berkewajiban membayar sewanya.
Macam-macam Perikatan
1. Perikatan murni/bersahaja, artinya perikatan yang
masing-masing pihak terdiri dari satu orang
mempunyai satu kewajiban dan satu hak.
2. Perikatan Bersyarat
Perikatan ini terbagi kedalam dua jenis :
a. Perikatan dengan syarat tangguh
Yaitu perikatan yang terjadi atau tidaknya
ditangguhkan hingga terjadinya suatu peristiwa.
b. Perikatan dengan syarat batal
Yaitu perikatan yang pemenuhan prestasinya
dapat berakhir dengan terjadinya suatu peristiwa.
… Lanjutan macam-macam Perikatan
3. Perikatan dengan Ketepatan waktu
Perikatan ini menghendaki agar lamanya waktu ditentukan atau
pelaksanaannya ditangguhkan.
4. Perikatan Alternatif
Perikatan ini pemenuhan prestasinya dapat dipilih oleh debitur
dari berbagai alternatif yang telah ditentukan dalam perjanjian.
5. Perikatan Tanggung Menanggung
Dalam perikatan ini salah satu pihak terdiri dari beberapa orang
yang masing-masing dapat dituntut untuk memberikan suatu
prestasi secara penuh.
6. Perikatan yang Dapat Dibagi dan yang Tidak Dapat Dibagi
Perikatan yang dapat dibagi yaitu perikatan yang dapat dibagi
dengan tidak mengurangi hakekat prestasi tersebut.
… Lanjutan macam-macam Perikatan
7. Perikatan dengan Ancaman Hukum
Yaitu perikatan yang disertai dengan ancaman hukuman
yang merupakan jaminan bagi pelaksanaan perikatan
tersebut jika debitur tidak memenuhi prestasinya.
8. Perikatan-perikatan yang lahir dari undang-undang
Pasal 1365 KUH Perdata. Pasal ini menetapkan,
bahwa tiap perbuatan yang melanggar hukum
(onrectmatige daad”) mewajibkan orang yang
melakukan perbuatan tersebut, karena kesalahannya
telah timbul kerugian, untuk membayar kerugian
tersebut.
MACAM-MACAM PERJANJIAN
Macam- macam Perjanjian
 Perjanjian untuk memberikan sesuatu
 Perjanjian untuk berbuat atau mengerjakan
sesuatu
 Perjanjian untuk tidak berbuat atau
melakukan sesuatu
UNSUR-UNSUR PERJANJIAN
1. Esentialia
Bagian yang mutlak harus ada dalam suatu
perjanjian.
2. Naturalia
Yaitu bagian-bagian dari perjanjian yang
ditentukan oleh undang-undang sebagai
peraturan yang bersifat mengatur.
3. Accidentalia
Yaitu bagian-bagian dari perjanjian yang
ditambahkan oleh para pihak karena tidak ada
pengaturannya dalam undang-undang.
Akibat-Akibat Perjanjian :
1. Perjanjian Berlaku Sebagai Undang-
Undang Bagi Para Pihak (1338 KUH
Perdata) asas Pacta sunt servanda
2. Perjanjian Tidak Dapat Ditarik Kembali
Oleh Salah Satu Pihak.
3. Kreditur Bisa Mengajukan Actio Pauliana
Hapusnya Perjanjian :
1. Ditentukan dalam perjanjian oleh
kedua belah pihak.
2. Ditentukan oleh undang-undang.
3. Ditentukan oleh para pihak dan
undang-undang.
4. Pernyataan menghentikan perjanjian.
5. Ditentukan oleh putusan hakim.
6. Tujuan perjanjian telah tercapai.
7. Dengan persetujuan para pihak.
Pemberian Kuasa
 Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian antar
satu pihak yang memberikan kekuasaan
(wewenang) kepada orang lain, sedangkan orang
lain ini menerimanya untuk menyelenggarakan
suatu urusan untuk dan atas nama pemberi kuasa
tersebut.
 Kuasa tulisan (tertulis) dibuat dengan suatu akta
baik akta notaril maupun akta dibawah tangan.
PERJANJIAN-PERJANJIAN
KHUSUS
 Perjanjian yang mempunyai syarat-syarat
tertentu sebgai ciri khas dan memiliki
pengaturan secara khusus di mana syarat-
syarat khusus tersebut tidak terdapat dalam
perjanjian lain pada umumnya
Perjanjian Jual Beli
 Perjanjian yang terjadi bila salah satu pihak mengikatkan
diri kepada pihak lain untuk menyerahkan sesuatu dan
pihak lain berjanji untuk membayar harga yang sudah
disepakati.
 Pasal 1458 KUHPerdata menggariskan bahwa “suatu jual
beli dianggap sudah terjadi antar kedua belah pihak
seketika setelah mereka mencapai kesepakatan antara
barang dan harga, meskipun barang tersebut belum
diserahkan.
 Kewajiban penjual:
– Menyerahkan hak milik atas barang yang
diperjualbelikan
– Menanggung terhadap cacat – cacat serta
gangguan-gangguan atas pemilikan barang
tersebut.
 Kewajiban pembeli
– Membayar harga pembelian menurut waktu dan
tempat yang telah disepakati dalam perjanjian.
– Jika waktu dan tempat pembayaran tidak ditentukan
maka pembeli harus membayar di tempat dan pada
waktu ketiaka penyerahan akan dilakukan.
Sewa Menyewa
 Suatu perjanjian dalam hal salah satu pihak
mengikatkan diri untuk memberikan
kegunaan atau kenikmatan atas suatu
barang kepada pihak lain selama waktu
tertetntu.
 Kewajiban orang yang menyewakan :
– Menyerahkan barang yang disewakan keapada yang
menyewa dalam keadaan terpelihara
– Memelihara barang yang disewakan sehingga dapat
dipakai untuk keperluan dimaksud
– Memberikan kepada yang menyewa, kenikmatan atau
kegunaan dari barang yang disewakan selama
berlangsungnya sewa menyewa.
– Memberikan ganti rugi apabila karena cacatnya barang
yang disewakan telah menimbulkan kerugian kepada
penyewa
– Tidak merubah wujud atau tatanan dari barang yang
disewakan
 Kewajiban penyewa
Kewajiban utama penyewa ada 2 :
– Memakai barang yang disewakan sebagaimana mestinya
– Membayar uang sewa
Kewajiban yang lain :
– Melangkapi dengan prabot rumah secukupnya jika rumah yang disewa
adalah rumah tinggal
– Tidak boleh menyewakan kembali kepada orang lain tanpa ijin dari
pemiliknya
– Mengganti kerugian jika ada kerusakan atas barang yang dipergunakan
tidak sesuai dengan peruntukannya
– Melakukan pembetulan-pembetulan seperlunbya selama masa
penyewaan
– Mengganti kerugian ats kerusakan barang kecuali ia dapat membuktikan
bahwa kerusakan itu bukan karena perbuatannya
– Mengembalikan kerugian untuk kerusakan yang terjadi pada barang
yang disebabkan oleh atau pada orang yang menerima pengalihan
sewanya.
Sewa Beli
 Dalam perjanjian sewa beli, mengandung 2 unsur
perjanjian, yaitu sewa menyewa dan jual beli. Hal
tersebut dapat dibuktikan dalam klausul :
– Sewa menyewa : orang yang menguasai barang tersebut
selama belum melunasi semua cicilannya, belum
merupakan pemilik dari barang tersebut. Artinya ia dianggap
sebaga penyewa.
– Unsur jual beli : bahwa apabila penyewa (orang yang
menguasai barang ) telah memenuhi seluruh kewajibannya
maka ia menjadi pemilik dari barang tersebut.
Pinjam Meminjam
 Suatu perjanjian dlam bentuk salah satu
pihak memberikan pinjaman kepada pihak
lain suatu jumlah tertentu barang-barang
yang habis dipakai.
 Kewajiban peminjam yaitu :
– Mengembalikan barang yang di pinjam dalam jumlah
dan keadaan yang sama pada waktu yang ditentukan.
– Membayar harga barang yang dipinjam bila ia tidak
mampu mengembalikan barang dalam jumlah dan
keadaan yang sama.
 Kewajiban yang meminjamkan
– Tidak boleh meminta kembali barang yang telah
dipinjamkan sebelum lewatnya waktu yang ditentukan
dalam perjanjian.
– Atas perintah hakim harus memberikan kelonggaran
kepada peminjam jika tidak ditetapkan suatu jangka
waktu tertentu.
Pemberian Kuasa
 suatu perjanjian antar satu pihak yang
memberikan kekuasaan (wewenang)
kepada orang lain, sedangkan orang lain ini
menerimanya untuk menyelenggarakan
suatu urusan untuk dan atas nama pemberi
kuasa tersebut
Penanggungan Utang
 Suatu perjanjian dalam hal mana seorang pihak
ketiga mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan
siberhutang.
 Hak-hak Penanggung Utang
– menuntut pembayaran utang dari siberutang walaupun
penanggungan itu dilakukan tanpa sepengetahuan
siberutang.
– menuntut penggantian biaya rugi dan bunga jika ada
alasan-alasan untuk itu.
– menggantikan segala hak siberutang kepada siberutang
termasuk hipotik, fiducia dan lain-lain.
Perjanjian Kerja
 Adalah suatu perjanjian yang terjadi antara
pekerja/buruh dengan majikan. Buruh
menyataan kesanggupannya untuk bekerja
pada majikan dan majikan menyatakan
kesanggupannya untuk mempekerjakan
buruh dengan membayar upah.

Anda mungkin juga menyukai