HUKUM ASURANSI
Pengertian asuransi Pasal 246
KUHD
Asuransi adalah suatu perjanjian, dengan
mana seorang penanggung mengikatkan
diri kepada seorang tertanggung dengan
menerima suatu premi untuk memberikan
penggantian kepadanya karena sesuatu
kerugian atau kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan mungkin
akan dideritanya karena sesuatu peristiwa
yang tak tertentu”.
Undang-Undang No.2 tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian :
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara
du pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk
memberikan penggantian kepada tertangggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan”
Tiga Unsur dalam Asuransi
Premi
Yaitu pembayaran yang harus dilakukan tertanggung sebagai imbalan
dari penggantian kerugian pembayaran. Besar kecilnya premi tergantung
dari besar keilnya resiko yang harus dipukul oleh penanggung. Adapun
premi bukan merupakan syarat mutlak untuk adanya perjanjian asuransi
dimungkinakan tanpa premi.
Ganti Rugi
Yaitu yang harus dilakukan oleh penanggung biar terjadi suatu peristiwa
yang tidak diharapkan. Ganti rugi diberikan terhadap kerugian,
kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan dan lain-lain.
Peristiwa yang belum tentu terjadi
Yaitu peristiwa yang belum tentu akan terjadi yang dapat menimbulkan
kerugian kepada tartanggung. Misalnya terjadi kebakaran dalam asuransi
kebakaran. Bila kebakaran terjadi terlebih dahulu harus diselidiki dahulu
penyebab kebakaran dari mana api berasal, dan lain-lain jadi tidak
diberikan begitu saja.
Prinsip-Prinsip Dalam
Asuransi
Prinsip Kepentingan (Insurable Interest
Principle)
Kepentingan merupakan unsur yang
sangat penting dalam perjanjian asuransi,
yaitu bahwa tetanggung (pemegang
premi) berkepentingan agar kejadian yang
tidak diharapkan itu tidak terjadi (tidak
menimpa) kepadanya (pasal 250 KUHD).
Ketentuan Yang Mengatur
Prinsip Kepentingan
Pasal 250 KUHD :
“apabila seseorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri
sendiri, atau apabila seorang yang untuknya telah diadakan suatu
pertanggungan itu tidak mempunyai suatu kepentingan terhadap barang
yang dipertanggungkan itu maka si penanggung tidaklah di wajibkan ganti
rugi.
Pasal 253 KUHD :
“suatu pertanggungan yang melebihi jumlah harga atau kepentingan yang
sesungguhnya hanyalah sah sampai jumlah tersebut.
Pasal 268 KUHD
“ Suatu pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat
dinilai dengan uang,dapat diadakan oleh suatu bahaya, dan tidak
dikembalikan oleh undang-undang. Adapun kepentingan yaitu bagian dari
kekayaan yang disebabkan oleh adanya peristiwa akan menimbulkan
kerugian.
... Lanjutan Prinsip-Prinsip
Asuransi
Prinsip Keseimbangan (Indemniteit Principle)
Suatu pertanggungan ganti rugi yang
diberikan oleh penanggung kepada
tertanggung tidak boleh melebihi atau harus
sesuai dengan kerugian yang diderita.
Tujuan untuk mencegah adanya spekulasi
dari tertanggung yang mengharapkan
keuntungan serupa selisih dari jumlah ganti
rugi setelah dikurangi dengan yang diderita.
... Lanjutan Prinsip-Prinsip Asuransi
Prinsip Utmost Good Faith, yaitu
penutupan asuransi baru sah, apabila
penutupannya didasari itikad baik (pasal
251 KUHD).
... Lanjutan Prinsip-Prinsip Asuransi
Prinsip Subrograsi, yaitu apabila tertanggung
telah mendapat penggantian atas dasar
indemnity, maka si tertanggung tidak berhak
lagi memperoleh penggantian dari pihak lain,
walaupun jelas ada pihak lain yang
bertanggung jawab pula atas kerugian yang
dideritanya. Penggantian dari pihak lain harus
diserahkan pada penanggung yang telah
memberikan ganti rugi dimaksud (pasal 284
KUHD).
POLIS
Pasal255 KUHD perjanjian asuransi
harus dibuat secara tertulis dalam bentuk
akta yang disebut POLIS
Fungsi POLIS sebagai alat bukti
perjanjian asuransi antara tertanggung
dan penanggung.
… LANJUTAN POLIS
Beberapa hal yang perlu diperhatikan (Pasal
19 ayat (1) Peraturan Pemerintah No.73 tahun
1992)
Tidak boleh mengandung kata-kata atau
kalimat yang menimbulkan penafsiran
yang berbeda mengenai resiko yang
ditutup asuransinya, kewajiban
penanggung dan kewajiban tertanggung,
atau mempersulit tertanggung mengurus
haknya
… LANJUTAN POLIS
Pasal 257 KUHD yang menyatakan :
“perjanjian pertanggungan berlaku setelah ia
ditutup hak-hak dan kewajiban-kewajiban
bertimbal balik dari sisi penganggung dan si
tertanggung mulai berlaku sejak saat itu bahkan
sebelum polisnya ditandatangani”.
Pasal 258 KUHD yang menyatakan :
“untuk membuktikan hal ditutupnya perjanjian
tersebut, diperlukan pembuktian dengan tulisan
namun demikian bolehlah isian-isian alat
pembuktian digunakan juga bila sudah ada
permulaan pembuktian dengan tulisan”.
… LANJUTAN POLIS
Pasal 256 KUHD
1. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi
2. Nama orang yang menutup pertangungan atau tanggungan
sediri atau atas tanggungan orang ketiga
3. Suatu uraian yang cukup jelas mengenai barang yang
dipertanggungkan
4. Jumlah uang untuk beberapa diadakan pertanggungan
5. Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh penanggung
6. Saat pada mana bahaya mulai berlaku untuk tanggungan
sipenanggung dan saat berakhirnya bahaya itu
7. Premi penanggungan tersebut, dan
8. Semua keadaan yang sekiranya penting bagi penanggung
untuk diketahui dan segala syarat yang diperjanjikan antar
para pihak. Polis tersebut harus ditandatangani oleh tiap-
tiap penanggung.
MACAM-MACAM ASURANSI
1. Asuransi Ganti Rugi
Contoh :
Asuransi kebakaran
Asuransi terhadap bahaya hasil pertanian
Asuransi pencurian
Asuransi Ganti Rugi