NIM : 11000118130263
Di dalam asuransi juga terdapat dua pihak yaitu penanggung dan tertanggung.
Penanggung merupakan pihak yang wajib untuk memikul resiko yang dialihkan
kepadanya dan berhak untuk memperoleh pembayaran premi. Hak dari
penanggung adalah sebagai berikut:
Meskipun dalam KUHD hanya dicantum lima jenis asuransi, namun tidak
menutup kemungkinan adanya jenis asuransi lainnya yang diciptakan menurut
perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam Pasal 257 KUHD,
perjanjian pertanggungan atau asuransi terjadi apabila ada persetujuan kehendak
dari para pihak. Jadi perjanjian pertanggungan atau asuransi ini bersifat
konsensual, yang berarti perjanjian itu terjadi bila sudah ada kesepakatan atau
consensus. Pertanggungan haruslah dibuat secara tertulis dalam sebuah akta yang
dinamakan polis (Pasal 255 KUHD). Polis ini memuat kesepakatan dan perjanjian
khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban pihak penanggung dan
pihak tertanggung dalam mewujudkan tujuan dari asuransi. Hak dan kewajiban
penanggung dan tertanggung timbul pada saat ditutupnya asuransi walaupun polis
belum diterbitkan.
a. Apabila terdapat keterangan yang keliru atau tidak benar atau bila
tertanggung tidak memberitahukan hal-hal yang diketahuinya sehingga
apabila hal itu disampaikan kepada penanggung akan berakibat tidak
ditutupnya perjanjian asuransi tersebut (Pasal 251 KUHD)
b. Apabila suatu kerugian yang sudah ada sebelum perjanjian asuransi
ditandatangani (Pasal 269 KUHD)
c. Memuat ketentuan bahwa tertanggung dengan pemberitahuan melalui
pengadilan membebaskan si penanggung dari segala kewajibannya yang
akan datang (Pasal 272 KUHD)
d. Apabila terdapat suatu akalan cerdik, penipuan, atau kecurangan pada si
tertanggung (Pasal 282 KUHD)
e. Apabila obyek pertanggungan menurut peraturan perundang-undangan
tidak boleh diperdagangkan dan atas sebuah kapal baik kapal Indonesia
atau kapal asing yang digunakan untuk mengangkut obyek pertanggungan
menurut peraturan perundang-undangan tidak boleh diperdagangkan
(Pasal 599 KUHD).