Anda di halaman 1dari 15

Pengampu : Anna Kania Widiatami,

S.E., M. AK., Akt


1. Okky Septiani Liana P
7101420073
2. Elvira Diah Ariani
7101420220
3. Anisa Lailatul M 7101420233
4. Resta Dwi Anggraeni
7101420257 Kelompok 6
• Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu
perjanjian dengan mana seorang Penanggung mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya
karena antara penanggung dan tertanggung yang mengikatkan diri untuk mengganti
kerugian yang disepakati pada waktu penutupan perjanjian bila terjadi kerugian ,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan , yang mungkin akan diseritanya
karena suatu peristiwa tidak tentu”.

•  Menurut UU No. 40 Tahun 2014, Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu
perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi
oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

• memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian,


kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada

ASURANSI
pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya
suatu peristiwa yang tidak pasti; atau memberikan pembayaran yang didasarkan pada
meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung
dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.
Asuransi yang berkembang di dalam praktik usaha perasuransian terbagi menjadi asuransi
sejumlah uang (asuransi jiwa), asuransi kerugian dan asuransi sosial. Penggolongan asuransi
tergantung dari dasar peninjauannya. Sebagai lembaga penjamin kepentingan orang dalam

JENIS
keutuhan benda, harta ataupun wal’afiat manusia, di negara kita asuransi digolongkan menjadi
tiga, yaitu asuransi kerugian, asuransi jiwa dan asuransi sosial.

ASURA Menurut H.M.N Purwosutjipto dalam bukunya Pengertian Pokok Hukum Dagang bagian Hukum
Pertanggungan mengemukakan tiga jenis asuransi:

NSI  Pembedaan menurut Pasal 247 KUHD

 Asuransi terhadap bahaya kebakaran

 Asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum dipanen

 Asuransi Jiwa

 Asuransi terhadap bahaya laut

 Asuransi terhadap bahaya yang mengancam pengaangkutan di darat, laut dan sungai.
3 3
Asuransi kerugian (Schade Verzekering) dan Asuransi Jumlah
(Sommen verzekering)

Pembagian jenis asuransi kerugian dan asuransi jumlah adalah


pembagian asuransi berdasarkan ilmu pengetahuan, yang tidak
sejalan dengan pembagian asuransi seperti disebut dalam Pasal
247 KUHD huruf a, b, d, dan e termasuk asuransi kerugian,
sedangkan pada huruf c termasuk ke dalam asuransi jumlah.
ASURANSI
KERUGIAN
Terjadi apabila Penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian yang
diderita oleh tertanggung, dimana penggantian kerugian adalah seimbang dengan
kerugian yang sungguh diderita (Indemnitas).

tujuan asuransi kerugian ini adalah mengganti kerugian yang mungkin timbul
pada harta kekayaan Tertanggung. Dalam hal ini Tertanggung mengamankan
kepentingan harta kekayaannya.

• pada asuransi kerugian pihak tertanggung ataupun pihak keiga untuk siapa
diadakannya asuransi itu harus mempunyai kepeningan atas peristiwa tak tentu.
Apabila tidak ada kepentingan maka tidak ada penggantian kerugian. Kemudian
pada pembayaran ganti rugi oleh Penanggung tidak boleh menjurus pada
penggantian kerugian yang lebih besar dari kerugian yang diderita. Hal ini sesuai
degan apa yang terdapat Pada asuransi kerugian dimana tujuannya adalah untuk
mencegah seseorang memperkaya diri secara melawan hukum.

• Apabila asuransi ini tidak ada atau bukan merupakan unsur yang esensial pada
asuransi kerugian, maka dapatlah dibayangkan adanya
kemungkinankemungkinan Tertanggung mempunyai niat jahat, misalnya dengan
membantu terjadinya kebakaran, kehilangan sehingga dia memperoleh
keuntungan. Jadi, dengan adanya asas indemnitas ini dapat dihindarkan adanya
kemungkinan orang mengambil keuntungan orang dari suatu perjanjian asuransi
atau ada unsur kesengajaan guna mendapatkan keuntungan dirinya sendiri.
ASURANSI
JUMLAH
• Di sini para pihak mengikatkan diri untuk melakukan prestasi
memberikan sejumlah uang yang telah ditentukan. Pada asuransi
jumlah ini, asas indemnitas tidak perlu karena penggantian kerugian
yang diberikan penanggung kepada pihak tertanggung tidak dapat
dikatakan sebagai ganti rugi yang benarbenar sesuai dengan kerugian
yang dideritanya.

• Tujuan dari asuransi jumlah ini adalah membayar sejumlah uang


tertentu, tidak tergantung pada persoalan apakah evenement
menimbulkan kerugian atau tidak. Penentuan jumlah uang yang
dibayarkan kepada tertanggung sebenarnya adalah atas kesepakatan
kedua belah pihak. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 305 KUHDagang
yang menyatakan : “perkiraan tentang jumlah uang dimana diadakan
pertanggungan tersebut dan penentuan syarat-syarat pertanggungan
diserahkan pada persetujuan kedua belah pihak “

• Yang termasuk dalam asuransi jumlah ini adalah asuransi jiwa.


Menurut ketentuan pasal 225 Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD) perjanjian asuransi harus
dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut
“polis” yang memuat kesepakatan, syarat-syarat
khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar
pemenuhan hak dan kewajiban para pihak
(penanggung dan tertanggung) dalam mencapai
tujuan asuransi. Dengan demikian, polis merupakan
alat bukti tertulis tentang telah terjadinya perjanjian
asuransi antara tertanggung dan penanggung.

Perjanjian asuransi yang menjadi dasar bagi


penanggung pada satu pihak berjanji akan melakukan
sesuatu yang bernilai bagi tertanggung sebagai pihak
yang lain atas terjadinya kejadian tertentu. Perjanjian
yang menjadi dasar bagi satu pihak mengambil alih
suatu risiko yang dihadapi oleh pihak yang lain atas
imbalan pembayaran sejumlah premi.
Template
Premi adalah salah satu unsur yang penting dalam pertanggungan
karena merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh tertanggung
kepada penanggung. Pertanggungan sebagai suatu perjanijian
timbal balik, bersifat konsensuil artinya sejak terjadinya kesepakatan
timbullah hak dan kewajiban para pihak, tetapi baru berjalan apabila
hak dan kewajiban itu dilaksanakan. Ini berarti sejak dibayarna
premi oleh tertanggung, perjanjian pertanggungan itu berjalan.

Karena itu premi perlu dilunasi pada saat pertanggungan itu diadakan atau
pada saat bahaya mulai berjalan. dapatlah disimpulkan bahwa asuransi
adalah perjanjian timbal balik antara penanggung yang mengikatkan diri
kepada tertanggung untuk membayar ganti kerugian atau sejumlah uang
yang telah ditetapkan apabila terjadi suatu peristiwa yang tidak tentu
dengan imbalan pembayaran premi oleh tertanggung.
Hak dan Kewajiban bersifaat
timbal balik antara penanggung
dan tertanggung yang
perinciannya sebagai berikut:

Kewajiban membayar uang premi


dibebankan pada tertanggung (Pasal
246-264 KUHD) Pemberitaan yang
lengkap dan jelas dibebankan kepada
tertanggung (Pasal 251)
Kesalahan-kesalahan tertanggung tidak dapat dilimpahkan pada
orang yang berkepentingan (Pasal 276b-246 KUHD)
Tertanggung bukan orang yang berkepentingan dalam
pertanggungan, tidak dibebani kewajiban sebagaimana
disebutka dalam 283 KUHD yaitu kewajiban mengusahakan
segala sesuatu untuk mencegah dan mengurangi kerugian
yang mungkin terjadi.
Tertanggung mempunyai hak untuk menuntut penyerahan
polis (Pasal 257 ayat 2 KUHD), sedangkan orang yang
berkepentingan berhak menuntut ganti kerugian kepaada
penanggung. 
Kronologi Kasus Asuransi
Jiwa Kresna Life Hingga
Dihukum OJK
CNN Indonesia Jumat,
14/08/2020 17:14

Sebelum dihukum OJK, Kresna


Life pernah menunda
pembayaran polis nasabah dan
mengakui mengalami masalah
dengan likuiditas mereka.
Sebelum dihukum OJK, Asuransi Jiwa Kresna pernah menunda pembayaran polis nasabah dan
mengalami masalah likuiditas. Ilustrasi. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono).

Jakarta, CNN Indonesia -- Ototitas Jasa Keuangan (OJK) memberikan sanksi pembatasan kegiatan
usaha (PKU) kepada PT Asuransi Jiwa Kresna (Kresna Life Insurance). Sanksi tertuang dalam surat
OJK nomor S-342/NB.2/2020 tanggal 3 Agustus 2020.

"Jiwa Kresna dilarang melakukan kegiatan penutupan pertanggungan baru untuk seluruh lini
usaha bagi perusahaan asuransi tersebut sejak tanggal 3 Agustus 2020 sampai dengan
dipenuhinya rekomendasi hasil pemeriksaan OJK," ucap Deputi Komisioner Humas dan Logistik
OJK Anto Prabowo, Jumat (14/8).
Sanksi terkait penundaan pembayaran polis nasabah yang dilakukan perusahaan tersebut.
Kasus bermula pada 20 Februari 2020 saat perseroan mengirimkan surat kepada seluruh
nasabah untuk menunda pembayaran polis.

Lewat surat tersebut, perusahaan menyatakan Produk Asuransi Yang Dikaitkan dengan
Investasi (PAYDI) Kresna Life tidak terkait dengan surat berharga yang tengah diselidiki oleh
Kejaksaan Agung (Kejagung) terkait kasus gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya (Persero).

Selain itu, perseroan menegaskan rekening mereka tidak terkait dengan kasus Jiwasraya.
Namun, dengan dalih menghindari potensi penarikan dana secara massal (rush), maka Kresna
Life memperpanjang jangka waktu (roll over) investasi polis.

Direktur Utama Asuransi Jiwa Kresna Kurniadi Sastrawinata menyatakan langkah menunda
pembayaran polis diambil untuk melindungi dan menyelamatkan dana nasabah dengan
menambah jangka waktu investasi polis minimal selama 6 bulan yang jatuh tempo mulai 11
Februari 2020 - 10 Agustus 2020.

"Transaksi penebusan polis diundur selama 6 bulan," tulisnya dalam surat tersebut.

Kali ini isinya mereka mengaku mengalami masalah likuiditas pada portofolio investasi
sehingga perseroan memutuskan untuk menunda pembayaran polis jatuh tempo sejak 11
Februari 2020 hingga 10 Februari 2021, atau kurang lebih satu tahun.

Tak hanya itu, Kresna Life juga menghentikan pembayaran manfaat terhitung sejak
14 Mei 2020 hingga 10 Februari 2021.

•  
Lalu, pada 18 Mei 2020, atau selang empat hari perseroan kembali mengirim surat kepada nasabah. Intinya,
mereka menyatakan tengah menyusun skema penyelesaian kewajiban perusahaan dan akan disampaikan kepada
pemegang polis selambat-lambatnya 30 hari sejak surat terbit. 

Namun, skema yang dijanjikan tak disampaikan hingga pada 18 Juni 2020 atau ketika perusahaan lagi-lagi
menerbitkan surat ke nasabah. Perseroan menuturkan tahap pertama pembayaran hanya diberikan kepada
pemegang polis K-LITA dan PIK senilai Rp50 juta. Sementara itu mekanismenya akan disampaikan dalam jangka
waktu tujuh hari kerja sejak surat terbit.

Hampir sebulan kemudian atau pada 17 Juli 2020, Kresna Life justru memberitahukan jika penyelesaian tahap
berikutnya, yakni untuk polis dengan nilai di atas Rp50 juta diundur menjadi 3 Agustus 2020.

Perusahaan berdalih, gedung tempat mereka berkantor terpaksa dikosongkan karena ada karyawan yang terindikasi
positif covid-19.

Gerah, akhirnya para nasabah pun melaporkan Kresna Life kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mereka
mendatangi langsung kantor OJK di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan selama tiga hari berturut-turut pada 22-24
Juli 2020.

Lalu, pada 14 Agustus OJK menerbitkan surat OJK nomor S-342/NB.2/2020 yang isinya membekukan kegiatan usaha
Kresna Life. OJK mengambil tindak pengawasan untuk memastikan perusahaan membayarkan kewajibannya kepada
nasabah
THANKS FOR YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai