Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini asuransi menjadi hal yang penting bagi masyarakat karena banyak

masyarakat yang merasa lebih aman dengan adanya proteksi dari perusahaan

asuransi atas risiko yang mungkin di masa yang akan datang. Agustiyanti (2019)

menyatakan bahwa industri asuransi khususnya asuransi jiwa telah mencatatkan

kenaikan hasil investasi di tahun 2019 dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya. Selain kondisi pasar yang baik, kepercayaan masyarakat terhadap

produk asuransi semakin meningkat. Otoritas Jasa Keuangan selaku lembaga yang

mengawasi industri keuangan di Indonesia tetap memperkirakan industry asuransi

akan tetap tumbuh, walaupun di akhir tahun 2019 terdapat adanya kasus gagal bayar

yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwasraya (Fikri & Cahyani, 2020).

Aktivitas operasional industri asuransi di Indonesia diatur Undang-Undang

Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Dalam aturan tersebut, industi

asuransi merupakan salah satu industri jasa keuangan yang memiliki kewenangan

utk menghimpun dana masyarakat dalam bentuk premi asuransi. Tujuan dari

aktivitas tersebut adalah memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat

yang menggunakan jasa asuransi apabila di kemudian hari terjadinya suatu

peristiwa yang tidak pasti atau terkait dengan hidup seseorang. Terkait dengan hal

tersebut, industri asuransi memerlukan pelaporan keuangan dalam menggambarkan

aktivitas-aktivitasnya yang dapat berguna bagi pemangku kepentingan. Oleh karena

itu, standar akuntansi keuangan yang mengatur pelaporan keuangan perusahaan

1
asuransi memiliki fungsi yang sangat fundamental bagi industri asuransi di

Indonesia.

Saat ini, badan penyusun standar akuntansi keuangan di Indonesia yaitu

Ikatan akuntansi Indonesia (IAI) telah menetapkan standar akuntansi asuransi

PSAK 62 (IAI, 2015) tentang kontrak asuransi dan PSAK 28 (IAI, 2012) tentang

Akuntansi Asuransi Kerugian dan PSAK 36 (IAI, 2012) tentang Akuntansi Asuransi

Jiwa bagi industri asuransi di Indonesia. Penetapan PSAK 62 (IAI, 2015) tidak

mengakibatkan perubahan dalam pengaturan dan praktik akuntansi asuransi selama

ini secara signifikan oleh perusahaan asuransi yang memberikan pertanggungan

atau yang lebih sering disebut dengan asuradur (IAI, 2012). Adanya standar

akuntansi tersebut dapat memberikan panduan yang dapat diikuti oleh perusahaan

asuransi terkait pengakuan dan pengukuran pendapatan, beban, liabilitas yang

timbul dari kontrak asuransi dan penilaian terhadap aset reasuransi. Penerapan

PSAK 62 (IAI, 2015) memberikan beberapa perubahan standar akuntansi

dibandingkan dengan standar akuntansi sebelumnya yang meliputi antara lain

penggolongan kontrak asuransi dengan kontrak investasi, pemisahan komponen

asuransi dengan komponen deposit dalam suatu kontak asuransi yang menyebabkan

berkurangnya porsi pendapatan yang mungkin diterima pihak perusahaan asuransi

karena komponen deposit tidak dapat dinyatakan sebagai pendapatan. Perubahan

standar akuntansi keuangan tersebut mengakibatkan adanya beberapa penyesuaian

yang perlu dilakukan oleh perusahaan yang mungkin tidak selalu menguntungkan

bagi perusahaan asuransi.

Selama beberapa tahun belakangan ini, perkembangan asuransi di

Indonesia menunjukkan angka kemajuan yang cukup baik. Perusahaan asuransi

2
menunjukkan geliat pertumbuhan didalam usaha yang mereka jalankan, yang mana

semakin hari semakin banyak nasabah yang mengunakan layanan asuransi di dalam

kehidupan mereka. Kesadaran masyarakat akan pentingnya sebuah perlindungan

atas berbagai macam risiko yang bisa terjadi dan menimpa diri mereka sewaktu-

waktu adalah salah satu penyebab tingginya jumlah pengguna asuransi belakangan

ini. Hal ini tentu saja menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi perusahaan

asuransi yang menyediakan layanan asuransi, dimana akan semakin luas pasar yang

bisa diolah dan dijadikan sebagai sasaran penjualan produk yang mereka miliki.

Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, Asuransi atau Pertanggungan adalah

Perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian,

kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya

akibat dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti). Asuransi atau pertanggungan

adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung

mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung

karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita

tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk

memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya

seseorang yang dipertanggungkan, menurut Ketentuan Undang–undang No.2 tahun

1992 tertanggal 11 Februari 1992 tentang Usaha Perasuransian (“UU Asuransi”)

yang sudah dicabut oleh Undang–undang No. 40 tahun 2014

3
tertanggal 17 Oktober 2014 tentang Perasuransian yang memuat pengertian

asuransi sebagai berikut : Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu

perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan

premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena

kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita

tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang

tidak pasti; atau

b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung

atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan

manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil

pengelolaan dana.

Berdasarkan definisi tersebut di atas maka asuransi merupakan suatu bentuk

perjanjian dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320 KUH

Perdata, namun dengan karakteristik bahwa asuransi adalah persetujuan yang

bersifat untung-untungan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1774 KUH Perdata.

Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, “Suatu persetujuan untung–untungan (kans-

overeenkomst) adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya,

baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu

kejadian yang belum tentu”.

4
BAB II

PEMBAHASAN

Asuransi (Insurance) berasal dari kata assurance yang berarti jaminan atau

perlindungan. Asuransi secara hukum dapat didefinisikan sebagai suatu perikatan

antara dua pihak yaitu: Penanggung (perusahaan asuransi) dan Tertanggung

(individu atau badan usaha). Penanggung mengikatkan diri untuk memberikan ganti

rugi kepada Tertanggung, bila terjadi peristiwa atau musibah yang dijamin dalam

polis. Tertanggung membayar sejumlah uang kepada Penanggung yang disebut

premi, sebagai imbal jasa atas pengalihan risiko dari Tertanggung kepada

Penanggung.

Asuransi harus memiliki beberapa unsur sebagai berikut:

1. Pengalihan risiko dari Tertanggung kepada Penanggung,

2. Tertanggung membayar premi,

3. Penanggung berkewajiban membayar ganti rugi sesuai persyaratan dan ketentuan

yang diatur polis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata asuransi atau

pertanggungan diartikan sebagai perjanjian antara dua pihak, pihak pertama

berkewajiban membayar iuran dan pihak kedua berkewajiban memberikan jaminan

sepenuhnya kepada pihak pertama apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak

pertama atau barang miliknya, sesuai dengan perjanjian yang dibuat. Menurut UU

No. 40 Tahun 2014 tentang perasuransian, asuransi merupakan perjanjian diantara

dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dengan pemegang polis, yang menjadi dasar

atau acuan bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi dengan imbalan untuk:

5
1. Memberikan penggantian kepada Tertanggung atau pemegang polis karena

kerugian yang dideritanya, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan

keuntungan maupun tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang

mungkin diderita Tertanggung/ pemegang polis karena terjadinya suatu

peristiwa yang tidak pasti tersebut; atau

2. Memberikan pembayaran dengan acuan pada mening- galnya Tertanggung

atau pembayaran yang didasarkan pada hidup si Tertanggung dengan

manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan atau didasarkan pada hasil

pengelo- laan dana.

Secara umum pengertian asuransi adalah salah satu mekan- isme dari bentuk

pengalihan risiko dari Tertanggung kepada pihak Penanggung dengan membayar

sejumlah premi, di mana jika terjadi suatu kerugian akibat dari ketidakpastian

(risiko) maka pihak Penanggung akan memberikan ganti rugi kepada Tertanggung.

A. BAGIAN-BAGIAN POLIS ASURANSI

Polis asuransi pada umumnya terdiri dari 4 bagian, yaitu deklarasi,

klausul pertanggungan, pengecualian-pengecualian, kondisi-kondisi,

adapun penjelasan dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut

(Kasidi, 2014 : 115-121).

1. DEKLARASI

Deklarasi adalah pernyataan yang dibuat oleh tertanggung yang

menerangkan mengenai dirinya, memberkan informasi tentang resiko serta

memberikan dasar pengeluaran polis dan penentuan premi.Informasi ini

mungkin diperoleh secara lisan atau dalam bentuk formulir aplikasi yang

6
ditanda tangani.

2. KLAUSULA PERTANGGUNGAN

Bagian utama lainnya dari polis adalah klausal pertanggungan. Polis dapat

dibuat untuk all risks (segala risiko) atau untuk bencana tertentu saja. Polis

untuk bencana tertentu memberikan proteksi terhadap kerugian yang

disebabkan oleh bencana yang disebutkan dalam polis. Polis segala risiko

memberikan perlindungan terhadap segala kerugian tak disengaja selain

dari bencana yang dikecualikan.

3. PENGECUALIAN-PENGECUALIAN

Baik polis segala risiko maupun polis bencana tertentu tidak dapat

ditentukan penutupannya tanpa memeriksa pasal-pasal pengecualian.

Tidaklah mungkin tertanggung mengetahui apa-apa yang ditutupnya. Polis

dapat mengecualikan bencana-bencana tertentu, harta-harta tertentu, atau

kerugian-kerugian tertentu.

4. KONDISI-KONDISI

Bagian keempat dari polis adalah kondisi yang memerinci tugas masing-

masing pihak-pihak dan kadang-kadang memberikan definisi dari istilah-

istilah yang digunakan. Karena kontrak asuransi adalah kontrak bersyarat

(conditionl contract), maka bagi tertanggung adalah esensinya untuk

memahami kondisi ini. Ia tidak dapat menghadapkan penanggung akan

memenuhi kewajibanya menurut kontrak jika ia tidak memenuhi kondisi

yang diharuskan. Jika tertanggung gagal memenuhi kondisi, maka ia

mungkin mendapatkan penanggung terbebas dari kewajibanya. Banyak

7
kondisi dalam kontrak asuransi yang umum diketahui semua orang, ada pula

yang khas pada jenis kontrak asuransi tertentu saja.

B. STRUKTUR POLIS

Struktur polis, struktur fisik dari berbagai polis asuransi itu sangat

berbeda- beda, tetapi juga banyak persamaanya. Umumnya, polis terdiri

atas: polis dasar, formulir, dan endorsement.

1. Polis Dasar

Polis dasar ini digunakan sebagai dasar untuk seluruh kontrak dengan

menambahkan formulir-formulir dan endorsement. Polis standar

kebakaran adalah sebagai contoh polis dasar. Polis ini terbagi menjadi

dua, halaman pertama disebut muka polis yang memuat deklarasi dan

perjanjian pertanggungan dasar yang menyebutkan nama dan alamat

perusahaan asuransi, bencana yang diasuransikan, jumlah penutupan

dan preminya. Di dalam halaman ini juga tercantum masa polis, nama

serta alamat tertanggung, diuraikan pula harta yang diasuransikan serta

lokasinya.

2. Formulir-formulir

Polis dasar kebakaran dilengkapi dan diubah dengan menambahkan

suatu formulir dan endorsement atau rider. Formulir ini (yang

ditambahkan pada polis dasar hartanya tertentu) akan menyempurnakan

kontrak tersebut. Misalnya formulir tempat tinggal dan isinya, bila

ditambahkan pada polis standar kebakaran akan menyempurnakan

8
kontrak. Tanpa penambahan formulir ini, polis standar kebakaran itu

bukanlah sebuah kontrak.

3. Endorsement

Rider dan Endorsement adalah dua istilah yang artinya sama. Rider

mengubah kontrak yang dilampirinya. Ia dapat menambah atau

mengurangi penutupan, mengubah premi, membuat pembetulan, atau

membuat perubahan-perubahan lain.

4. Membaca polis Asuransi

Banyak orang yang belum memahami istilah-istilah dalam membaca

polis asuransi. Walaupun dapat dibantu dengan kamus, namun cara ini

juga masih sangat menyulitkan. Polis asuransi seperti sebuah kamus,

dalam arti apa yang ingin diketahui seseorang sudah ada disitu, tetapi ia

harus memusatkan apa ini sebelum mulai mencarinya.

C. MACAM-MACAM POLIS

Anda mungkin juga menyukai