Anda di halaman 1dari 8

HUKUM

ASURANSI

NAMA KELOMPOK 6

1. ANGGI RATIH

2. NUVI KHOIRINISA

3. SOFYAN ARIF

4. ELSEF FEBRIANTI

5. ABDUL LATIF

6. ANSHORULLAH

7. RAHMA AZIMAH

8. SENDI SOHE

9. AFIF AYASH

PENGERTIAN HUKUM ASURANSI

Cabang hukum yang mengatur kontrak asuransi, hubungan antara pemegang polis (individu atau
organisasi yang membeli polis) dan perusahaan asuransi (pihak yang memberikan perlindungan dan
mengeluarkan polis asuransi), serta aspek-aspek hukum yang terkait dengan asuransi. Tujuan utama
hukum asuransi adalah memberikan kerangka hukum yang jelas dan adil untuk melindungi hak dan
kewajiban semua pihak yang terlibat dalam kontrak asuransi.

HUKUM ASURANSI

ASURANSI

Sebuah perjanjian atau kontrak yang dilakukan antara dua pihak, yaitu pemegang polis (biasanya yang
membayar premi) dan perusahaan asuransi (penyedia asuransi). Dalam kontrak asuransi, perusahaan
asuransi setuju untuk memberikan kompensasi atau perlindungan finansial kepada pemegang polis jika
terjadi suatu kejadian yang dijamin dalam polis, seperti kerusakan harta benda, cedera, atau kematian.
Pada dasarnya, asuransi bertujuan untuk melindungi pemegang polis dari risiko finansial yang dapat
timbul akibat kejadian yang tidak diinginkan.

REGULASI ASURANSI

Regulasi asuransi merujuk pada serangkaian peraturan, undang-undang, dan pedoman yang dikeluarkan
oleh pemerintah atau otoritas pengawas keuangan untuk mengatur industri asuransi. Regulasi ini
bertujuan untuk melindungi kepentingan konsumen, memastikan kestabilan industri, dan memastikan
perusahaan asuransi beroperasi dengan integritas.

PRINSIP –PRINSIP ASURANSI

1. Insurable Interest(Kepentingan untuk Diasuransikan)

Yaitu seseorang yang mengasuransikan harus mempunyai kepentingan (interest) atas harta benda
(objek) yang dapat diasuransikan (insurable). Objek yang diasuransikan juga harus legal dan tidak
melanggar hukum serta masuk dalam kategori layak.

Apabil suatu saat terjadi musibah atau masalah yang mengakibatkan objek yang bersangkutan menjadi
rusak maka pihak yang mengasuransikan akan mendapatkan ganti rugi finansial

Contoh:

· Hubungan keluarga, seperti suami, istri, anak, ayah atau ibu.

· Hubungan bisnis, seperti kreditur dengan debitur, perusahaan dengan orang penting di perusahaan.

2. Utmost Good Faith (Itikad Baik)

Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta-fakta material (material
fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya, seorang
penanggung harus dengan jujur dan terbuka menerangkan secara jelas serta benar atas segala sesuatu
tentang objek yang diasuransikan.

Prinsip asuransi yang satu ini juga menjelaskan tentang risiko-risiko yang dijamin maupun yang
dikecualikan termasuk segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas dan teliti.

3. Proximate caus (Kausa Proximal)

Suatu penyebab utama aktif dan efisien yang menimbulkan suatu kerugian dalam sebuah rangkaian
kejadian. ketentuan klaim dalam prinsip asuransi ini adalah apabila objek yang diasuransikan mengalami
musibah atau kecelakaan, maka pertama yang kali harus dan akan dilakukan pihak perusahaan asuransi
adalah mencari penyebab utama aktif dan efisien yang dapat menggerakan suatu rangkaian perustiwa
tanpa terputus yang mana akhirnya menimbulkan kecelakaan tersebut. Dari pertimbangan tersebut baru
dapat ditentukan jumlah klaim yang diterima oleh pemegang polis.
4. Indemnity (Ganti Rugi)

Suatu mekanisme yang mengharuskan penanggung menyediakan kompensasi finansial (ganti rugi) dalam
upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya
kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278).

Meskipun demikian prinsip asuransi idemnity ini juga memiliki ketentuan yang menyatakan bahwa pihak
perusahaan asuransi tidak berhak memberikan ganti rugi lebih besar atau lebih tinggi dari kondisi
keuangan klien atas kerugian yang dideritanya. Contohnya, jika terjadi musibah sakit, maka perusahaan
asuransi akan membayarkan atau reimburse biaya rumah sakit sesuatu dengan tagihan yang telah
dibayarkan sebelumnya.

5. Subrogation (Pengalihan Hak atau Perwalian)

Yaitu pengalihan hak dari tertanggung kepada penanggung jika si penanggung telah membayar ganti rugi
terhadap si tertanggung.

6. Contribution (Kontribusi)

Yaitu bila pihak tertanggung mengasuransikan suatu objek ke beberapa perusahaan asuransi, maka akan
ada apa yang dinamakan kontribusi dalam pemberian proteksi dari masing-masing perusahaan tersebut.

Contohnya, jika sang tertanggung mengasuransikan satu unit beserta isi kendaraan dengan total nilai Rp
200 juta kepada 3 perusahaan asuransi, dengan nilai asuransi ke perusahaan A Rp 200 juta, perusahaan
B Rp 100 juta dan perusahaan C Rp 100 juta, maka jika terjadi kecelakaan atau hal lain yang dapat
membuat kendaraan tersebut rusak atau hancur, maka jumlah total ganti rugi yang akan didapatkan sang
tertanggung menurut prinsip asuransi ini adalah;

Perusahaan A : Rp200 juta / Rp400 juta x Rp 200 juta = Rp 100 juta

Perusahaan B : Rp100 juta / Rp 400 juta x Rp 200 juta = Rp 50 juta

Perusahaan C : Rp100 juta / Rp 400 juta x Rp 200 juta = Rp 50 juta

KONTRAK ASURANSI

Kontrak asuransi, sering kali disebut sebagai "polis asuransi," adalah dokumen hukum yang mengatur
hubungan antara pemegang polis (pemilik polis) dan perusahaan asuransi. Kontrak asuransi ini
mendefinisikan hak dan kewajiban masing-masing pihak serta ketentuan-ketentuan yang berkaitan
dengan perlindungan asuransi yang diberikan.

KOMPONEN UTAMA DALAM KONTRAK ASURANSI

1. Pihak – pihak yang terlibat


Ada 2 pihak yang terlibat dalam kontrak asuransi, yaitu pihak penanggung, yang sanggup menjamin serta
menanggung pihak lain yang akan mendapat suatu penggantian kerugian yang mungkin akan dideritanya
sebagai suatu akibat dari suatu peristiwa yang belum tentu terjadi dan pihak penanggung yang akan
menerima ganti kerugian. Sebagai kontra prestasi, pihak tertanggung diwajibkan membayar sejumlah
uang kepada pihak penangung.

2. deskripsi asuransi

3. premi

Sejumlah uang yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi dan disetujui oleh pemegang polis untuk
dibayarkan berdasarkan perjanjian asuransi atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh manfaat.

4. masa berlaku polis

Masa berlaku polis asuransi tergantung pada jenis asuransi yang diambil. Beberapa jenis asuransi jiwa
memberikan pilihan masa polis, seperti asuransi jiwa berjangka dan asuransi jiwa seumur hidup. Masa
aktif polis asuransi jiwa seumur hidup hingga nasabah usia 99 tahun.

5. kebaruan (indemnity)

Indemnity (ganti rugi) merupakan prinsip yang mengatur mengensi pemberian ganti rugi. Dalam hal ini
perusahaan asuransi memberikan ganti rugi finansial sesuai dengan kerugian yang benar-benar dialami,
tanpa ditambah atau dipengaruhi unsur mencari keuntungan.

6. pengecualian (exclusion)

Klausul pengecualian merupakan kondisi yang dikecualikan dari manfaat asuransi jiwa. Pada intinya,
klausul ini menyatakan bahwa jika tertanggung melakukan tindakan berikut, maka uang pertanggungan
(UP) yang terdapat dalam asuransi jiwa tidak akan dibayarkan.

7. kewajiban & hak pemegang polis

Kewajiban pemegang polis adalah membayar premi dan hak pemegang polis adalah menerima santunan
ganti rugi apabila terjadi klaim.

8. ketentuan pembayaran klaim

Perusahaan Asuransi harus telah membayar klaim paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak adanya
kesepakatan antara tertanggung dan penanggung atau kepastian mengenai jumlah klaim yang harus
dibayar.

-Klaim Asuransi: Proses klaim asuransi adalah bagian penting dari hukum asuransi. Pemegang polis yang
mengalami kerugian harus mengajukan klaim kepada perusahaan asuransi sesuai dengan ketentuan
polis. Perusahaan asuransi memiliki kewajiban untuk menilai klaim tersebut dan membayar manfaat
yang sesuai jika klaim tersebut sah

Jenis-Jenis Asuransi: Hukum asuransi mencakup berbagai jenis asuransi, seperti asuransi jiwa, asuransi
kesehatan, asuransi kendaraan bermotor, asuransi harta benda, dan banyak lagi. Setiap jenis asuransi
memiliki ketentuan khusus yang mengatur bagaimana polis dan klaimnya diolah.

-Ketentuan Wajib: Beberapa jenis asuransi, seperti asuransi kendaraan bermotor atau asuransi
kesehatan, mungkin wajib diatur oleh pemerintah. Pemegang polis diharuskan membeli polis ini untuk
mematuhi undang-undang.

Tujuan hukum asuransi

1. Perlindungan konsumen

Hukum asuransi bertujuan untuk melindungi konsumen atau pemegang polis dari praktik asuransi yang
tidak adil atau menipu. Ini melibatkan memastikan bahwa konsumen menerima informasi yang jelas dan
akurat tentang produk asuransi, hak-hak mereka dilindungi, dan memiliki akses ke proses klaim yang adil.

2. Regulasi industri

Hukum asuransi mengatur dan mengawasi operasi perusahaan asuransi. Tujuannya adalah untuk
memastikan perusahaan asuransi beroperasi dengan integritas dan kepatuhan terhadap standar
keuangan, etika, dan praktik yang ditetapkan. Ini melibatkan pengawasan terhadap izin usaha, kapasitas
keuangan, pengelolaan risiko, dan pemenuhan tanggung jawab hukum perusahaan asuransi.

3. Penyelesaian klaim yang adil

Hukum asuransi menetapkan aturan dan prosedur yang harus diikuti dalam penyelesaian klaim. Tujuan
ini adalah untuk memastikan bahwa klaim diajukan oleh pemegang polis diproses dengan adil dan tepat
waktu, dan bahwa pemegang polis menerima pembayaran yang sesuai dengan ketentuan polis.

4. Stabilitas pasar asuransi

Hukum asuransi bertujuan untuk menjaga stabilitas pasar asuransi. Ini melibatkan pengawasan terhadap
perusahaan asuransi untuk mencegah risiko kebangkrutan yang dapat mengganggu pasar dan
memastikan bahwa perusahaan memiliki kapasitas keuangan yang memadai untuk membayar klaim.

5. Mendorong pertanggungjawaban dan keadilan

Hukum asuransi mendorong pihak-pihak yang terlibat dalam asuransi untuk bertindak dengan
pertanggungjawaban dan keadilan. Ini melibatkan perlindungan hak dan kewajiban dari semua pihak,
termasuk perusahaan asuransi, pemegang polis, agen asuransi, dan pihak ketiga yang terlibat dalam
klaim asuransi.

Undang–undang yang memuat hukum asuransi

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian

Undang-undang ini merupakan undang-undang dasar yang mengatur asuransi di Indonesia. Undang-
undang ini menetapkan prinsip-prinsip, kewajiban, dan tanggung jawab perusahaan asuransi, pemegang
polis, serta peraturan terkait klaim, premi, dan pengawasan.

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-undang ini melindungi hak konsumen termasuk pemegang polis asuransi. Undang-undang ini
menetapkan hak dan kewajiban konsumen, serta prosedur penyelesaian sengketa yang melibatkan
konsumen.

3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator di sektor keuangan, termasuk asuransi, mengeluarkan
berbagai peraturan yang mengatur asuransi.

4. Undang-undang Lainya

Selain undang-undang dan peraturan di atas, terdapat juga berbagai peraturan pelaksanaan yang
dikeluarkan oleh OJK dan perusahaan asuransi untuk mengatur lebih rinci tentang kegiatan asuransi,
termasuk ketentuan produk asuransi, pembayaran klaim, dan perlindungan konsumen.

Unsur Hukum Asuransi

1. Kontrak Asuransi

Kontrak asuransi adalah perjanjian antara perusahaan asuransi dan tertanggung, yang menetapkan hak
dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak ini berisi ketentuan tentang cakupan asuransi, premi yang
harus dibayarkan, pembayaran klaim, dan persyaratan lainnya.

2. Polis Asuransi

Polis asuransi adalah dokumen tertulis yang memuat rincian kontrak asuransi. Polis ini berfungsi sebagai
bukti keberadaan perjanjian asuransi antara perusahaan asuransi dan pemegang polis. Polis asuransi
harus jelas, akurat, dan sesuai dengan persyaratan hukum yang berlaku.

3. Premi
Premi adalah pembayaran yang harus dibayarkan oleh pemegang polis kepada perusahaan asuransi
dalam pertukaran atas cakupan asuransi yang diberikan. Besar premi biasanya ditentukan berdasarkan
risiko yang diasuransikan, usia dan kondisi tertanggung, serta ketentuan dalam polis asuransi.

4. Klaim

Klaim asuransi adalah permintaan pemegang polis kepada perusahaan asuransi untuk pembayaran
sesuai dengan ketentuan dalam polis. Klaim harus diajukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dan
dapat melibatkan penyampaian dokumen, bukti kerugian, dan informasi lain yang diperlukan.

5. Tanggung Jawab Hukum

Hukum asuransi menetapkan tanggung jawab hukum yang harus dipatuhi oleh perusahaan asuransi,
pemegang polis, dan pihak terkait lainnya. Ini meliputi kewajiban perusahaan asuransi untuk membayar
klaim yang sah, kewajiban pemegang polis untuk membayar premi tepat waktu, serta tanggung jawab
lainnya yang berkaitan dengan kontrak asuransi.

6. Pengawasan dan Regulasi

Hukum asuransi juga melibatkan pengawasan dan regulasi terhadap perusahaan asuransi untuk
memastikan kepatuhan terhadap ketentuan hukum dan standar yang berlaku. Pengawasan ini dapat
dilakukan oleh badan pengawas atau otoritas yang berwenang dalam bidang asuransi.

KESIMPULAN

Di Indonesia, undang-undang utama yang mengatur sektor asuransi adalah "Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 tentang Perasuransian." Undang-undang ini mengatur berbagai aspek asuransi, termasuk
perusahaan asuransi, pialang asuransi, dan hubungan antara perusahaan asuransi, pemegang polis, dan
pihak ketiga.

Hukum asuransi adalah bagian penting dalam menjalankan operasi bisnis dan melindungi individu dan
organisasi dari risiko finansial yang tidak terduga. Untuk menjalankan kontrak asuransi dengan benar,
semua pihak harus memahami prinsip-prinsip dasar asuransi, ketentuan kontrak, dan peraturan yang
berlaku di negara mereka. Ini membantu memastikan bahwa perlindungan asuransi dapat berfungsi
dengan baik ketika diperlukan.

Peraturan Negara: Setiap negara memiliki aturan dan peraturan yang mengatur industri asuransi. Badan
pengawas asuransi biasanya ada untuk memastikan bahwa perusahaan asuransi mematuhi peraturan
tersebut dan menjalankan bisnisnya dengan benar. Peraturan dapat mencakup persyaratan keuangan,
praktek bisnis, dan perlindungan konsumen

Anda mungkin juga menyukai