Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASURANSI

Disusun oleh :

AIDIL RAMADHAN ANAS 16622001


DEVIS ANGGADA 16622123
OKTA WAHYU SAPUTRA 16622142
ZULINDA 16622156

STIE PEMBANGUNAN TANJUNGPINAG


T.A 2019
ASURANSI
A. Pengertian asuransi
Menurut ketentuan pasal 246 KUHD, asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
untuk memberikan pergantian kepadanya karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang
mungkin di deritanya akibat suatu evenemen (peristiwa yang tidak
pasti)
Berdasarkan pengertian diatas, maka dalam asuransi
terkandung empat unsur yaitu,
Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk
membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus
atau secara berangsur-angsur (asuransi kerugian)
Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar
sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung,
sekaligus atau secara berangsur angsur apabila terjadi
sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu (asuransi
sejumlah uang)
Suatu peristiwa (accident) yang tak tentu (tidak diketahui
sebelumnya)
Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami
kerugian karena peristiwa yang tak tentu
B. Manfaat asuransi
1. Transfer Resiko
Sebagaimana diketahui kehidupan manusia selalu
dihadapkan dengan suatu resiko akibat adanya pristiwa
yang tidak diharapkan terjadi, berupa bencana alam,
kecelakaan dan akibat lainnya. Oleh sebab itu, manusia
berusaha untuk mengalihkan resiko itu dengan membuat
perjanjian pertanggungan
Tertanggung (manusia) kemudian mengadakan asuransi
dengan tujuan mengalihkan resiko yang mengancam harta
kekayaan atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi
kepada perusahaan asuransi (penanggung), sejak itu pula
resiko beralih kepada penanggung.
Dengan membayar premi yang relatif kecil, seorang atau
perusahaan dapat memindahkan ketidakpastian atas hidup
dan harta bendanya (risiko) ke perusahaan asuransi.

2. Kumpulan Dana
Premi yang diterima kemudian dihimpun oleh perusahaan
asuransi sebagai dan untuk membayar resiko atau
pembayaran ganti kerugian yang terjadi

3. Pembayaran ganti kerugian


Jika suatu ketika sungguh sungguh terjadi peristiwa yang
menimbulkan kerugian (resiko berubah menjadi kerugian),
maka kepada tertanggung akan dibayarkan ganti kerugian
yang besarnya seimbang dengan jumlah asuransinya.
Dalam praktiknya kerugian yang timbul itu dapat bersifat
sebagian (partial loss), tidak semuanya berupa kerugian
total (total loss). Dengan demikian, tertanggung
mengadakan asuransi bertujuan untuk memperoleh
pembayaran ganti kerugian yang sungguh sungguh diderita

C. Tujuan asuransi
Ditinjau dari beberapa sudut, maka asuransi mempunyai
tujuan dan teknik pemecahan yang bermacam macam,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dari segi ekonomi, maka
Tujuannya adalah: mengurangi ketidakpastian dari hasil
usaha yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan dalam
rangka memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan.

2. Dari segi hukum


Tujuannya adalah: memindahkan resiko yang dihadapi oleh
suatu objek atau suatu kerugian bisnis kepada pihak lain

3. Dari segi tata niaga, maka


Tujuannya adalah: membagi resiko yang dihadapi kepada
semua peserta program asuransi

4. Dari segi kemasyarakatan, maka


Tujuannya adalah: menganggung kerugian secara bersama
sama antar semua peserta asuransi
5. Dari segi matematis, maka
Tujuannya adalah: meramalkan besarnya kemungkinan
terjadinya resiko dan hasil ramalan itu dipakai dasar untuk
membagi resiko kepada semua peserta (sekelompok peserta)
program asuransi.

D. Terjadinya asuransi
Hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada
saat ditutupnya asuransi walaupun polis belum diterbitkan,
artinya suatu perjanjian asuransi sudah terjadi sejak adanya
kesepakatan antara penanggung dan tertanggung. Polis
hanyalah sebagai alat bukti terjadinya perjanjian tertanggung.
Penutupan asuransi dalam praktiknya dibuktikan dengan
disetujuinya aplikasi atau ditandatangani kontrak sementara
(cover note), dan dibayarnya premi. Selanjutnya sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, penanggung atau
perusahaan asuransi wajib menerbitkan polis asuransi (pasal 255
KUHD)
E. Prinsip prinsip pokok asuransi
Ada beberapa prinsip pokok asuransi yang sangat penting
yang harus dipenuhi baik oleh tertanggung maupun penanggung
agar kontrak/perjanjian asuransi berlaku (tidak batal). Adapun
prinsip prinsip pokok asuransi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Utmost good faith bisa diberikan arti bahwa pihak memiliki
itikad untuk saling menguntungkan dan saling melindungi
secara jujur.
Utmost good faith adalah suatu tindakan untuk mengungkapkan
secara akurat dan lengkap, semua fakta yang material (material
fact) mengenai suatu yang akan diasuransikan baik diminta
maupun tidak. Artinya adalah: si penanggung harus dengan jujur
menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya
syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus
memberikan keterangan yang jelas dan benar atas objek atau
kepentingan yang dipertanggungkan.

2. Insurable interest, yaitu para pihak memiliki kepentingan,


baik kepentingannya sendiri maupun kepentingan
keluarganya atau kepentingan lain. Insurable interest Hak
untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan
keuangan, antara tertanggung dengan yang diasuransikan
dan diakui secara hukum.
3. Indemnity adalah suatu mekanisme di mana penanggung
menyediakan konpensasi finansial dalam upayanya
menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia
miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD) Pasal,
252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278
4. Subrogation adalah sautu pengalihan hak tuntut dari
tertanggung kepada penanggung setelah klaim dibayar.
5. Contribution, adalah hak penanggung untuk mengajak
penanggung lainnya yang sama sama menanggung, tetapi
tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung, untuk
ikut memberikan indemnity
6. Proximate cause adalah suatu penyebab aktif, efisien yang
menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan suatu
akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara
aktif dari sumber yang baru dan independen.

F. Polis asuransi
1. Fungsi Polis
Menurut ketentuan pasal 225 KUHD perjanjian asuransi harus
dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis yang
memuat kesepakatan, syarat syarat khusus dan janji janji khusus
yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban para pihak
(penanggung dan tertanggung) dalam mencapai tujuan asuransi.
Dengan demikian, polis merupakan alat bukti tertulis tentang telah
terjadinya perjanjian asuransi antara tertanggung dan
penanggung.
Mengingat fungsinya sebagai alat bukti tertulis maka para
pihak (khususnya tertanggung) wajib memperhatikan kejelasan isi
polis dimana sebaiknya tidak mengandung kata kata atau kalimat
yang memungkinkan perbedaan interpretasi sehingga dapat
menimbulkan perselisihan (dispute)
2. Isi Polis
Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali
mengenai asuransi jiwa harus memuat syarat syarat khusus
berikut:

 Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi


 Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga
 Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan
 Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan)
 Bahaya – bahaya /evenemen yang ditanggung oleh
penanggung
 Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi
tanggungan penanggung
 Premi asuransi
 Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh
pananggung dan segala janji janji khusus yang diadakan
antara para pihak, antara lain mencantumkan BANKER’S
CLAUSE, jika terjadi peristiwa (evenemen) yang
menimbulkan kerugian penanggung dapat berhadapan
dengan siapa pemilik atau pemegang hak
Untuk jenis asuransi tertentu, misalnya asuransi kebakaran pasal
287 KUHD menentukan bahwa di dalam polisnya harus pula
menyebutkan:

 Letak barang serta batas batasnya


 Pemakaiannya
 Sifat dan pemakaian gedung gedung yang berbatasan,
sepanjang berpengaruh terhadap objek pertanggungan
 Letak dan pembatasan gedung gedung dan tempat tempat
di mana barang barang bergerak yang dipertanggungkan itu
berada
 Harga barang yang dipertanggungkan
Untuk mengetahui perlindungan yang diberikan oleh suatu polis
asuransi, perlu diperhatikan tujuh aspek penutupannya, yaitu:

 Bencana yang ditutup


 Yang ditutup
 Kerugian yang ditutup
 Orang orang yang ditutup
 Lokasi lokasi yang ditutup
 Jangka waktu yang ditutup
 Bahaya bahaya yang ditutup

G.Jenis jenis asuransi


Dalam undang – undang Nomor 2 tahun 1992 pasal 1 ayat (1)
digariskan ada dua jenis asuransi, yaitu:
1. Asuransi kerugian (loss insurance), dapat diketahui dan
rumusan:
Untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita oleh tertanggung

2. Asuransi jumlah (sum insurance), yang meliputi asuransi


jiwa dan asuransi sosial, dapat diketahui dari rumusan:
“untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”
Rumusan dalam undang undang di atas searah dengan
praktik Asuransi pada umumnya yang dibagi menajdi dua bagian
besar, yaitu Asuransi kerugian dan Asuransi Jiwa yang lebih jauh
akan dijelaskan dibawah ini:
1. Asuransi kerugian
Asuransi kerugian adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh
tertanggung dan penanggung (perusahaan asuransi), dimana
tertanggung bersedia membayar sejumlah uang (premi asuransi)
kepada penanggung untuk jangka waktu tertentu, dan
penanggung bersedia memberikan ganti kerugian kepada
tertanggung manakala barang atau objek yang dipertanggungkan
mengalami kerusakan akibat peristiwa yang tidak di duga duga
Inti asuransi kerugian adalah menutup asuransi untuk suatu
peristiwa karena kerusakan atau kemusnahan harta benda yang
dipertanggungkan karena sebab sebab atau kejadian yang
dipertangungkan (sebab – sebab atau bahaya – bahaya yang
disebut dalam kontrak atau polis asuransi). Dalam asuransi
kerugian, penanggung menerima premi dari tertanggung dan
apabila terjadi kerusakan atau kemusnahan atas harta benda
yang dipertanggungkan, maka ganti kerugian akan dibayarkan
kepada tertanggung.
Adapun jenis asuransi kerugian adalah :

 Asuransi kebakaran
 Asuransi kehilangan dan kerusakan
 Asuransi laut
 Asuransi pengangkutan
 Asuransi kredit
 Asuransi kendaraan bermotor
 Asuransi kerangka kapal
 Contruction All Risk (CAR)
 Property/Industrial Bond
 Asuransi Custom Bond
 Asuransi Surety Bond
 Asuransi jiwa atau asuransi jumlah
2. Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa diatur dalam kitab undang undag hukum dagang,
(KUHDagang) hanya dijumpai tujuh (7) pasal yaitu pasal 302
sampai dengan pasal 308
Pasal 302 KUHDagang sebagai dasar asuransi jiwa, yang
menyatakan bahwa:
“jika seseorang dapat guna keperluan seseorang yang
berkepentingan, dipertanggungkan, baik untuk selama hidupnya
jiwa itu, baik untuk suatu waktu yang ditetapkan dalam perjanjian”
Pengertian asuransi jiwa yang terdapat pada ketentuan pasal 302
diatas lebih menekankan kepada suatu waktu yang ditentukan
dalam asuransi jiwa. Sedangkan untuk waktu selama hidupnya
tidak ditetapkan dalam perjanjian.
Selain dari defenisi atau pengertian asuransi jiwa secar formil
yang terdapat dalam undang undang hukum dagang tersebut,
ada juga para ahli hukum juga memberikan defenisi asuransi jia
dimaksudkan
Berikut pengertian asuransi jiwa menurut Djoko Prakoso dan I
Ketut Murtika yang dikutip dari pendapat Molengraff bahwa,
”asuransi jiwa dalam pengertian luas memuat semua perjanjian
mengenai pembayaran sejumlah modal atau bunga, yang
didasarkan atas kemungkinan hidup atau mati, dan daripada itu
pembayaran premi atau dua-duanya dengan cara digantungkan
pada masa hidupnya atau meninggalnya seseorang atau lebih”
Pada pasal 1a Bab I staatsblad 1941 -101, pengertian asuransi
jiwa sebagai berikut:
“Perjanjian asuransi jiwa adalah perjanjian tentang pembayaran
uang dengan nikmat dari premi dan yang berhubungan dengan
hidup atau matinya seseorang termasuk juga perjanjian asuransi
kembali/uang dengan pengertian/catatan bahwa perjanjian
dimaksud tidak termasuk perjanjian asuransi kecelakaan”.
Santoso Poejosoebroto memberikan pengertian asuransi itu
sebagai berikut:
“Asuransi pada umumnya adalah suatu perjanjian timbal balik
dalam mana pihak penanggung dengan menerima premi
mengikatkan diri untuk memberikan pembayaran kepada
pengambil asuransi atau orang yang ditunjuk, karena terjadinya
peristiwa yang balum pasti. Yang disebutkan di dalam perjanjian,
baik karena pengambil asuransi atau tertunjuk menderita
kerugian yang disebabkan oleh peristiwa lain, maupun karena
peristiwa tada mengenai hidup dan kesehatan”.
Dalam asuransi jiwa, penanggung menerima premi dari
tertanggung dan apabila tertanggung meninggal, maka santunan
(uang penanggungan) dibayarkan kepada ahli waris atau
seseorang yang ditunjuk dalam polis asuransi sebagai penerima
santunan.
Adapun jenis jenis pertanggungan jiwa/jumlah, sebagai berikut:

 Asuransi kecelakaan
 Asuransi kesehatan
 Asuransi jiwa kredit
Produk asuransi jiwa dalam praktik dijumpai sebagai berikut:
1. Produk asuransi jiwa
 Asuransi jiwa murni (whole life insurance)
 Asuransi jiwa berjangka panjang
 Asuransi jiwa jangka pendek (term insurance)

2. Produk asuransi jiwa dalam program asuransi social


 Program dana pensiun dan tabungan hari tua bagi
pegawai negeri dan ABRI yang diselenggarakan oleh
PT TASPEN dan PT ASABRI
 Asuransi wajib sosial yang diatur dalam UU No. 33
Tahun 1964/PP NO. 17 tahun 1965 tentang Dana
Pertanggungan Wajib kecelakaan Penumpang dan UU
No. 34 tahun 1964/PP No. 18 1965 Dana Kecelakaan
Lalu-lintas
 Asuransi Kesehatan dan Tabungan Hari Tua yang
dikeluarkan ileh PT JAMSOSTEK

H. Batalnya Asuransi
Suatu pertanggungan hakikatnya adalah suatu perjanjian
maka ia dapat pula diancam dengan risiko batal atau dapat
dibatalkan apabila tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian
sebagaimana dalam pasal 1320 KUH Perdata
Selain KUHD mengatur tentang ancaman batal apabila dalam
perjanjian asuransi tersebut:
1. Memuat keterangan yang keliru atau tidak benar atau bila
tertanggung tidak memberitahukan hal hal yang
diketahuinya sehingga apabila hal itu disampaikan kepada
penanggung akan berakibat tidak ditutupnya perjanjian
tersebut (pasal 251 KUHD)
2. Memuat suatu kerugian yang suda ada sebelum perjanjian
asuransi ditandatangani (pasal 269 KUHD); memuat
ketentuan bahwa tertanggung dengan pemberitahuan
melalui pengadilan membebaskan si penanggung dari
segala kewajibannya yang akan datang (pasal 272 KUHD)
3. Terdapat suatu penipuan atau kecurangan si tertanggung
(pasal 282 KUHD)
4. Apabila objek pertanggungan menurut peraturan perundang-
undangan tidak boleh diperdagangkan dan atas sebuah
kapal baik kapal indonesia atau kapal asing yang digunakan
untuk mengangkut objek pertanggungan menurut peraturan
perundang-undangan tidak boleh diperdagangkan (pasal
599 KUHD)

Anda mungkin juga menyukai