ASURANSI
Disusun oleh :
2. Kumpulan Dana
Premi yang diterima kemudian dihimpun oleh perusahaan
asuransi sebagai dan untuk membayar resiko atau
pembayaran ganti kerugian yang terjadi
C. Tujuan asuransi
Ditinjau dari beberapa sudut, maka asuransi mempunyai
tujuan dan teknik pemecahan yang bermacam macam,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dari segi ekonomi, maka
Tujuannya adalah: mengurangi ketidakpastian dari hasil
usaha yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan dalam
rangka memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan.
D. Terjadinya asuransi
Hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada
saat ditutupnya asuransi walaupun polis belum diterbitkan,
artinya suatu perjanjian asuransi sudah terjadi sejak adanya
kesepakatan antara penanggung dan tertanggung. Polis
hanyalah sebagai alat bukti terjadinya perjanjian tertanggung.
Penutupan asuransi dalam praktiknya dibuktikan dengan
disetujuinya aplikasi atau ditandatangani kontrak sementara
(cover note), dan dibayarnya premi. Selanjutnya sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, penanggung atau
perusahaan asuransi wajib menerbitkan polis asuransi (pasal 255
KUHD)
E. Prinsip prinsip pokok asuransi
Ada beberapa prinsip pokok asuransi yang sangat penting
yang harus dipenuhi baik oleh tertanggung maupun penanggung
agar kontrak/perjanjian asuransi berlaku (tidak batal). Adapun
prinsip prinsip pokok asuransi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Utmost good faith bisa diberikan arti bahwa pihak memiliki
itikad untuk saling menguntungkan dan saling melindungi
secara jujur.
Utmost good faith adalah suatu tindakan untuk mengungkapkan
secara akurat dan lengkap, semua fakta yang material (material
fact) mengenai suatu yang akan diasuransikan baik diminta
maupun tidak. Artinya adalah: si penanggung harus dengan jujur
menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya
syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus
memberikan keterangan yang jelas dan benar atas objek atau
kepentingan yang dipertanggungkan.
F. Polis asuransi
1. Fungsi Polis
Menurut ketentuan pasal 225 KUHD perjanjian asuransi harus
dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis yang
memuat kesepakatan, syarat syarat khusus dan janji janji khusus
yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban para pihak
(penanggung dan tertanggung) dalam mencapai tujuan asuransi.
Dengan demikian, polis merupakan alat bukti tertulis tentang telah
terjadinya perjanjian asuransi antara tertanggung dan
penanggung.
Mengingat fungsinya sebagai alat bukti tertulis maka para
pihak (khususnya tertanggung) wajib memperhatikan kejelasan isi
polis dimana sebaiknya tidak mengandung kata kata atau kalimat
yang memungkinkan perbedaan interpretasi sehingga dapat
menimbulkan perselisihan (dispute)
2. Isi Polis
Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali
mengenai asuransi jiwa harus memuat syarat syarat khusus
berikut:
Asuransi kebakaran
Asuransi kehilangan dan kerusakan
Asuransi laut
Asuransi pengangkutan
Asuransi kredit
Asuransi kendaraan bermotor
Asuransi kerangka kapal
Contruction All Risk (CAR)
Property/Industrial Bond
Asuransi Custom Bond
Asuransi Surety Bond
Asuransi jiwa atau asuransi jumlah
2. Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa diatur dalam kitab undang undag hukum dagang,
(KUHDagang) hanya dijumpai tujuh (7) pasal yaitu pasal 302
sampai dengan pasal 308
Pasal 302 KUHDagang sebagai dasar asuransi jiwa, yang
menyatakan bahwa:
“jika seseorang dapat guna keperluan seseorang yang
berkepentingan, dipertanggungkan, baik untuk selama hidupnya
jiwa itu, baik untuk suatu waktu yang ditetapkan dalam perjanjian”
Pengertian asuransi jiwa yang terdapat pada ketentuan pasal 302
diatas lebih menekankan kepada suatu waktu yang ditentukan
dalam asuransi jiwa. Sedangkan untuk waktu selama hidupnya
tidak ditetapkan dalam perjanjian.
Selain dari defenisi atau pengertian asuransi jiwa secar formil
yang terdapat dalam undang undang hukum dagang tersebut,
ada juga para ahli hukum juga memberikan defenisi asuransi jia
dimaksudkan
Berikut pengertian asuransi jiwa menurut Djoko Prakoso dan I
Ketut Murtika yang dikutip dari pendapat Molengraff bahwa,
”asuransi jiwa dalam pengertian luas memuat semua perjanjian
mengenai pembayaran sejumlah modal atau bunga, yang
didasarkan atas kemungkinan hidup atau mati, dan daripada itu
pembayaran premi atau dua-duanya dengan cara digantungkan
pada masa hidupnya atau meninggalnya seseorang atau lebih”
Pada pasal 1a Bab I staatsblad 1941 -101, pengertian asuransi
jiwa sebagai berikut:
“Perjanjian asuransi jiwa adalah perjanjian tentang pembayaran
uang dengan nikmat dari premi dan yang berhubungan dengan
hidup atau matinya seseorang termasuk juga perjanjian asuransi
kembali/uang dengan pengertian/catatan bahwa perjanjian
dimaksud tidak termasuk perjanjian asuransi kecelakaan”.
Santoso Poejosoebroto memberikan pengertian asuransi itu
sebagai berikut:
“Asuransi pada umumnya adalah suatu perjanjian timbal balik
dalam mana pihak penanggung dengan menerima premi
mengikatkan diri untuk memberikan pembayaran kepada
pengambil asuransi atau orang yang ditunjuk, karena terjadinya
peristiwa yang balum pasti. Yang disebutkan di dalam perjanjian,
baik karena pengambil asuransi atau tertunjuk menderita
kerugian yang disebabkan oleh peristiwa lain, maupun karena
peristiwa tada mengenai hidup dan kesehatan”.
Dalam asuransi jiwa, penanggung menerima premi dari
tertanggung dan apabila tertanggung meninggal, maka santunan
(uang penanggungan) dibayarkan kepada ahli waris atau
seseorang yang ditunjuk dalam polis asuransi sebagai penerima
santunan.
Adapun jenis jenis pertanggungan jiwa/jumlah, sebagai berikut:
Asuransi kecelakaan
Asuransi kesehatan
Asuransi jiwa kredit
Produk asuransi jiwa dalam praktik dijumpai sebagai berikut:
1. Produk asuransi jiwa
Asuransi jiwa murni (whole life insurance)
Asuransi jiwa berjangka panjang
Asuransi jiwa jangka pendek (term insurance)
H. Batalnya Asuransi
Suatu pertanggungan hakikatnya adalah suatu perjanjian
maka ia dapat pula diancam dengan risiko batal atau dapat
dibatalkan apabila tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian
sebagaimana dalam pasal 1320 KUH Perdata
Selain KUHD mengatur tentang ancaman batal apabila dalam
perjanjian asuransi tersebut:
1. Memuat keterangan yang keliru atau tidak benar atau bila
tertanggung tidak memberitahukan hal hal yang
diketahuinya sehingga apabila hal itu disampaikan kepada
penanggung akan berakibat tidak ditutupnya perjanjian
tersebut (pasal 251 KUHD)
2. Memuat suatu kerugian yang suda ada sebelum perjanjian
asuransi ditandatangani (pasal 269 KUHD); memuat
ketentuan bahwa tertanggung dengan pemberitahuan
melalui pengadilan membebaskan si penanggung dari
segala kewajibannya yang akan datang (pasal 272 KUHD)
3. Terdapat suatu penipuan atau kecurangan si tertanggung
(pasal 282 KUHD)
4. Apabila objek pertanggungan menurut peraturan perundang-
undangan tidak boleh diperdagangkan dan atas sebuah
kapal baik kapal indonesia atau kapal asing yang digunakan
untuk mengangkut objek pertanggungan menurut peraturan
perundang-undangan tidak boleh diperdagangkan (pasal
599 KUHD)