Asuransi (Insurance) berasal dari kata assurance yang berarti jaminan atau
perlindungan asuransi. Secara hukum dapat didefinisikan sebagai suatu perikatan antara dua
pihak yaitu penanggung (perusahaan asuransi) dan tertanggung (individu atau badan usaha).
Penanggung mengikatkan diri untuk memberikan ganti rugi kepada tertanggung bila terjadi
peristiwa atau musibah yang dijamin dalam polis. Tertanggung membayar sejumlah uang
kepada penanggung yang disebut premi, sebagai imbal jasa atas pengalihan risiko dari
tertanggung kepada penanggung.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata asuransi atau pertanggungan
diartikan sebagai perjanjian antara dua pihak, dimana pihak pertama berkewajiban
membayar iuran dan pihak kedua berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada
pihak pertama apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya,
sesuai dengan perjanjian yang dibuat. Pengertian Asuransi dapat ditinjau dari 3 segi, yaitu :
Dalam segi Hukum, telah diatur didalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang pada
(KUHD Pasal 246) menyebutkan :
Asuransi adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri
kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tak tertentu.
Ada 4 (empat) faktor yang terkandung dalam pengertian Asuransi diatas, sbb :
1. Adanya dua pihak yaitu Tertanggung dan Penanggung,
2. Adanya perikatan,
3. Adanya pengalihan risiko,
4. Risiko yang pasti namun belum tentu terjadi.
Pasal 246 KUHD tersebut diatas, jelas tidak mengatur mengenai Asuransi Jiwa, karena
dalam pasal tersebut hanya menyebutkan “Peristiwa yang tidak tentu/tidak pasti dan tidak
diketahui kapan waktu terjadinya.” Sedangkan kematian adalah suatu “Peristiwa yang pasti
terjadi dan tidak diketahui kapan waktu terjadinya.”
Oleh karena itu, maka pengertian Asuransi dilengkapi dalam Pasal 1 Ayat 1 Kitab
Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992 tentang Perasuransian, adalah
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian yang terjadi di antara dua pihak atau lebih,
di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung dengan cara
menerima sejumlah premi asuransi untuk memberikan layanan penggantian kepada
tertanggung akibat adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung akibat terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu
pembayaran yang dilakukan karena meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.”
Dengan adanya UU RI No. 2 tahun 1992, keberadaan Asuransi Jiwa jelas tercantum,
maka berdasarkan ketentuan ini telah ditegaskan bahwa Asuransi Jiwa termasuk juga dalam
ketentuan asuransi atau pertanggungan. Dalam rangka menyingkapi dan mengantisipasi
perkembangan Industri Perasuransian serta perkembangan perekonomian ditingkat nasional
maupun tingkat global, termasuk perkembangan asuransi dengan prinsip syariah, maka Pasal
1 ayat 1 UU No. 2/1992 diperbaharui dengan Pasal I ayat 1 UU No. 40/2014 tentang
Perasuransian, sebagai berikut:
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu Perusahaan Asuransi dan
Pemegang Polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi
sebagai imbalan untuk:
Pengertian Asuransi ditinjau dari segi Industri Asuransi adalah “Suatu sarana yang ada
di dalam masyarakat dalam memberikan ganti-rugi, yang didapat dari hasil premi yang
terkumpul (Collecting Premium), apabila risiko tersebut terjadi pada para anggota yang turut
serta dalam rencana termaksud.”
Dari definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Asuransi atau pertanggungan
adalah merupakan suatu bentuk perjanjian, sebagai suatu perjanjian Asuransi tunduk pada
asas-asas Hukum yang berlaku di Indonesia.