Anda di halaman 1dari 23

1

PENDAHULUAN
Pada perkuliahan PEKAN-1 ini kita disuguhkan pada materi hukum asuransi yang sifatnya
masih dalam suatu pengantar. Materi yang dibahas, antara lain: (A) Pengertian Asuransi; (B)
Sifat Asuransi; (c) Tujuan Asuransi; (Fungsi Asuransi); (D) Fungsi Asuransi; dan (E) Manfaat
Asuransi.
Mengenai apa yang dibahas dalam pada masing-masing Sub tersebut dapat dilihat pada
pembahasan masing-masing.
Selamat membaca, semoga sukses.

Dosen Pengampu
SURAJIMAN

[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 1


A. Pengertian Asuransi
Asuransi berasal dari kata verzekering (Belanda) yang berarti pertanggungan.
Istilah pertanggungan umumnya dipakai dalam literatur hukum dan kurikulum
perguruan tinggi hukum di Indonesia. Sedangkan istilah asuransi berasal dari
istilah assurantie (Belanda) atau assurance (Inggris) lebih banyak dikenal dan
digunakan oleh kalangan pelaku usaha (bisnis). Di Inggris, selain istilah
assurance, juga terdapat istilah pendampingnya, yaitu insurance. Bila istilah
assurance cenderung digunakan untuk mengidentifikasi jenis asuransi jiwa,
maka istilah insurance digunakan untuk jenis asuransi kerugian (umum).

Asuransi dalam sudut pandang hukum dan ekonomi merupakan bentuk


manajemen risiko utama yang digunakan untuk menghindari kemungkinan
terjadinya kerugian yang tidak tentu. Asuransi didefinisikan sebagai transfer
yang wajar (adil) atas risiko kerugian, dari satu entitas ke entitas lain. Dengan
kata lain, asuransi adalah suatu sistem yang diciptakan untuk melindungi orang,
kelompok, atau aktivitas usaha terhadap risiko kerugian finansial dengan cara
membagi atau menyebarkan risiko melalui pembayaran sejumlah premi.

Asuransi merupakan suatu metode untuk memutuskan atau melimpahkan


kerugian-kerugian yang mungkin diderita pada umumnya, antara anggota-
anggota suatu kelompok. Hal ini dilakukan karena:

1. Adanya sejumlah risiko yang cukup besar dan terpisah, akan tetapi dapat
dikombinasi;
2. Suatu kejadian yang terjadi secara merata dan diperhitungkan secara
matematik, dengan suatu marge kesalahan yang relatif kecil. Hal ini
memungkinkan untuk memperkirakan kerugian-kerugian yang mungkin
timbul dan untuk mengkalkulasi biaya tahunannya.

Pada dasarnya, asuransi atau pertanggungan ialah suatu bentuk kontrak atau
persetujuan yang dinamakan polis (policy) dan menyatakan bahwa pihak satu,
disebut Penanggung (insurer) menyetujui, sebagai balas jasa, bagi suatu ganti
kerugian atau dikenal sebagai premi (premium), akan membayar sejumlah uang
yang telah disetujui, kepada pihak lain (yang dipertanggungkan; insured) 2
untuk mengganti suatu kerugian, kerusakan, atau Iuka, pada sesuatu yang
berharga yang di dalamnya itu. Orang yang dipertanggungkan mempunyai
insurable interest yang kadang-kadang disebut risiko (risk), sebagai akibat dari
suatu peristiwa dan disebut hazard atau peril. Premi itu dapat dibayar dalam satu
jumlah sekaligus atau angsuran; kontraknya dapat berlaku untuk satu periode
tertentu atau sampai terjadinya peristiwa; risikonya dapat merupakan harta
milik, harta benda, kekayaan, atau keuntungan, penghasilan, atau nyawa
manusia. 
[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 2


Menurut Kamus Ekonomi Modern The McGraw-Hill, bahwa yang dimaksud
dengan asuransi adalah: a system by which an individual or organization can
protect it self against the cost ofuncertain events through the pooling ofrisks
and the sharing of the cost of covering those risks. By pooling its risks with
others through an insurance agreement, each party to the agreement shifts a
large part ofits risks to the group as a whole. The principles of insurance are
based on the statistical theory of large numbers, whereby the probability of any
individual or organization in a given time period tends toward zero as the
number ofparticipants in the insurance program increases.

Sebagai perbandingan bisa juga diperhatikan rumusan asuransi yang dipaparkan


dengan lengkap dalam Black's Law Dictionary, yang mengemukakan asuransi
sebagai berikut:

1. A contract whereby, for a stipulated consideration, one party undertakes


to compensate the others for loss on a specified subject by specified
perils. Theparty agreeing to make the compensation is usually called the
"insurer" or "underwriter the other, the "insured" or "assured"; the agreed
consideration, the "premium"; the written contract, a "policy"; the events
insured against, "risk" or "perils"; and subject, right, or interest to be
protected, the "insurable interest".
2. A contract whereby one undertakes to indemnity another against loss,
damage, or liability arising from an unknown or contigent event and is
applicable only to some contingency or act to occur infuture.
3. A agreement by which one partyfor a consideration promises to pay
money or its equivalent or to do an act valuable to other party upon
destruction, loss, or injury ofsomething in which other party has an
interest.

Berdasarkan uraian dan istilah-istilah tersebut di atas lahirlah istilah Hukum


Pertanggungan atau Hukum Asuransi. Dalam bahasa Belanda disebut
Verzekering Recht dan dalam bahasa Inggris disebut Insurance Law.

Bagi yang memakai istilah verzekering, maka Perusahaan Asuransi sebagai


pihak Penanggung disebut verzekeraar, sedangkan orang yang ditanggung
disebut verzekerde. Dalam hukum asuransi di Inggris, Penanggung disebut the
insurer dan Tertanggung disebut the insured. Walaupun istilah asuransi dan
pertanggungan dipakai sebagai sinonim, istilah pengasuransi dan terasuransi
tidak pernah dipakai, yang dipakai adalah istilah Penanggung dan Tertanggung,
baik dalam undang-undang maupun kontrak.

[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 3


Ada sebagian sarjana seperti Wirjono Prodjodikoro, mantan Ketua Mahkamah
Agung Republik Indonesia. Guru Besar yang satu ini menggunakan istilah
asuransi sebagai serapan dari assurantie (Belanda), penjamin untuk Penanggung
dan terjamin untuk Tertanggung. Walaupun istilah yang dimaksud itu
mempunyai kesamaan pengertian, istilah penjamin dan terjamin lebih tepat
dipakai pada hukum perdata mengenai perjanjian penjaminan (garantie,
borgtocht). Oleh karena itu, perlu dibedakan antara istilah hukum yang dipakai
pada perjanjian khusus dalam lingkup hukum dagang dan istilah hukum yang
dipakai pada perjanjian khusus dalam lingkup hukum perdata.

Menurut Mehr dan Cammack, asuransi merupakan alat untuk mengurangi


risiko keuangan dengan cara menggabungkan sejumlah unit-unit yang berisiko
agar kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang dapat
diprediksi tersebut kemudian, dibagi dan didistribusikan secara proporsional di
antara semua unit-unit dalam gabungan tersebut.  
Mark R. Green mengatakan, asuransi sebagai lembaga ekonomi yang
bertujuan mengurangi risiko dengan jalan mengombinasikan dalam suatu
pengelolaan sejumlah objek yang cukup besar jumlahnya, sehingga kerugian
tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu. 

Adapun C. Arthur William Jr. dan Richard M. Heins, mengemukakan


definisi asuransi dalam 2 (dua) sudut pandang, yaitu:  

1. Asuransi adalah suatu pengamanan terhadap kerugian finansial yang


dilakukan oleh seorang Penanggung.
2. Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih
orang/badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian
finansial.

Definisi asuransi juga diatur dalam Pasal 264 KUHD. Pasal tersebut
menyatakan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian,
dimana seorang Penanggung mengikatkan diri kepada seorang Tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya
(Tertanggung) karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, dan mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang
tidak pasti.

Berdasarkan rumusan Pasal 246 KUHD mengenai definisi asuransi, dapat


ditarik beberapa unsur yang terdapat di dalam asuransi, yakni:

1. Adanya dua pihak yang terkait dalam asuransi, yaitu Penanggung dan
Tertanggung;
2. Adanya peralihan risiko dari Tertanggung kepada Penanggung;
[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 4


3. Adanya premi yang harus dibayar Tertanggung kepada Penanggung;
4. Adanya unsur peristiwa yang tidak pasti (evenemen; onzeker voorval) ;
dan
5. Adanya unsur ganti kerugian apabila terjadi suatu peristiwa yang tidak
pasti.

Apabila diperhatikan lebih mendalam, definisi asuransi tersebut di atas lebih


tepat atau lebih mengarah kepada definisi asuransi kerugian (schade
verzekering; loss insurance) yang objeknya adalah harta kekayaan. Sedangkan
asuransi sejumlah uang (sommen verzekering) seperti asuransi jiwa (life
insurance) tidak termasuk dalam rumusan Pasal 246 KUHD karena jiwa
manusia bukanlah harta yang bisa dinilai dengan uang.

Menurut hemat penulis, para perancang KUHD di masa itu tidak punya niat
untuk menghilangkan frasa yang berintikan asuransi sejumlah uang (seperti
asuransi jiwa) di dalam Pasal 246 KUHD. Karena pada masa itu, belum
dibedakan secara tegas antara asuransi kerugian dan asuransi sejumlah uang,
sehingga definisi asuransi Pasal 246 KUHD sesungguhnya mencakup kedua-
duanya. Hal itu bisa dibuktikan dengan adanya pengaturan khusus mengenai
asuransi jiwa di dalam Buku I, Bab X, Bagian Ketiga, mulai dari Pasal 302 -
308 KUHD.

Definisi asuransi yang lebih lengkap mencakup baik asuransi kerugian maupun
asuransi sejumlah uang dapat ditemukan dalam rumusan Pasal 1 butir 1
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, yang
menyatakan:

"Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada Tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada Tertanggung,
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
Tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan” 

Agar bisa memahami lebih jauh bahwa rumusan Pasal 1 butir 1 UU Nomor 2
Tahun 1992 lebih luas dan lengkap, maka berikut ini dibuat perbandingan
dengan rumusan Pasal 246 KUHD berikut ini:

1. Pihak-pihak dalam perjanjian asuransi atau pertanggungan menurut UU


Nomor 2 Tahun 1992 mencakup dua pihak atau lebih. Hal ini berarti
bahwa pihak-pihak tersebut kemungkinan bisa terjadi antara satu
[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 5


Penanggung dengan satu Tertanggung, atau satu Penanggung dengan dua
atau lebih Tertanggung. Demikian juga bisa terjadi antara dua
Penanggung dengan satu Tertanggung atau bahkan dua atau lebih
Penanggung dengan satu Tertanggung atau lebih. Tetapi menurut KUHD,
perjanjian itu asuransi atau pertanggungan hanya di antara dua pihak saja
yakni antara seorang Penanggung yang mengikatkan diri kepada seorang
Tertanggung.
2. Definisi UU Nomor 2 Tahun 1992 meliputi asuransi kerugian dan
asuransi jiwa. Asuransi kerugian dibuktikan oleh bagian kalimat
"penggantian karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan”. Asuransi jiwa dibuktikan oleh bagian kalimat
”memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. Bagian ini tidak dijumpai
dalam rumusan Pasai 246 KUHD.
3. Definisi dalam  UU Nomor 2 Tahun 1992 secara eksplisit meliputi juga
asuransi untuk kepentingan pihak ketiga. Hal ini terdapat dalam bagian
kalimat ”tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga”. Bagian ini tidak
terdapat dalam rumusan Pasai 246 KUHD.
4. Definisi dalam UU Tahun 1992 meliputi objek asuransi berupa benda,
kepentingan Yang melekat atas benda, sejumlah uang dan jiwa manusia.
Objek asuransi berupa jiwa manusia tidak terdapat dalam definisi Pasai
246 KUHD walaupun sesungguhnya pembuat KUHD tidak bermaksud
meniadakan objek asuransi berupa jiwa manusia.
5. Definisi dalam UU Nomor 2 Tahun 1992 meliputi evenemen berupa
peristiwa yang menimbulkan kerugian pada benda objek asuransi dan
peristiwa meninggalnya seseorang. Peristiwa meninggalnya seseorang
tidak terdapat dalam definisi Pasal 246 KUHD.

Pengertian asuransi yang lebih mutakhir tentu saja harus mengacu pada
ketentuan undang-undang terbaru, yakni Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 tentang Perasuransian, di mana pada Pasal 1 butir (1)
menyatakan bahwa:

‘’Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu Perusahaan Asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh Perusahaan
Asuransi sebagai imbalan untuk:

1. Memberikan penggantian kepada Tertanggung atau pemegang polis


karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
Tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau

[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 6


2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
Tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
Tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Pengertian asuransi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014


jelas lebih sempurna, di mana menjelaskan pihak-pihak yang terlibat dalam
perjanjian (Perusahaan Asuransi dan pemegang polis), menjelaskan bahwa
perjanjian asuransi menjadi dasar bagi penerimaan premi Oleh Perusahaan
Asuransi atau dasar bagi Tertanggung (pemegang polis) untuk berprestasi
membayar premi sebagai kewajiban baginya, dan dengan premi yang
dibayarkan tersebut kemudian akan mengikat Perusahaan Asuransi untuk
melakukan kontra prestasi sesuai dengan jenis asuransi yang diambilnya, di
antaranya berupa:

1. Pemberian penggantian (ganti) atas kerugian, kerusakan, biaya yang


timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga. Pemberian penggantian atau ”ganti kerugian” ini ditujukan
pada asuransi kerugian dan sejenisnya seperti asuransi tanggung jawab
hukum.
2. Pemberian pembayaran sejumlah uang yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya Tertanggung. Pembayaran ini tentunya berlaku bagi
kelompok asuransi sejumlah uang seperti asuransi jiwa dan sejenis,
termasuk di dalamnya asuransi unit-link sebagai turunannya.

Indonesia sebagai sebuah negara berkembang dengan perkembangan hukum


dan ekonomi yang termasuk pesat sudah memiliki banyak peraturan berkenaan
dengan asuransi. Hal ini bisa diperhatikan dan dilihat dalam empat kelompok
peraturan perundang-undangan, yaitu:

a. Kodifikasi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).


Ketentuan KUHPerdata yang banyak berkaitan dengan asuransi adalah Buku III
tentang Perikatan, Bab I (Perikatan pada Umumnya, misalnya Pasal 1253-Pasal
1262), Bab II (Perikatan yang Lahir dari Perjanjian atau Kontrak, misalnya
Pasal 1313, 1318, 1320, 1338, 1339, 1342 dan 1365), Bab III (Perikatan yang
Lahir karena Undang-Undang), Bab IV (Hapusnya Perikatan) dan Bab XV
(Perjanjian Untung-untungan).

b. Kodifikasi Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)


Ada dua cara pengaturan asuransi dalam KUHD, yaitu pengaturan yang bersifat
umum dan khusus. Pengaturan yang bersifat umum terdapat dalam Buku I Bab
9 Pasal 246-286 KUHD yang berlaku bagi semua jenis asuransi. Pengaturan
yang bersifat khusus terdapat dalam Buku 1 Bab 10 Pasai 287-308 KUHD dan
[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 7


Buku 11 Bab 9 serta Bab 10 Pasai 592-695 KUHD, dengan rincian sebagai
berikut:

1) Asuransi kebakaran Pasal 287-298 KUHD; 2) Asuransi hasil pertanian


Pasal 299-301 KUHD;
2) Asuransijiwa Pasai 302-308 KUHD
3) Asuransi pengangkutan laut dan perbudakan Pasai 592-685 KUHD ; dan
4) Asuransi pengangkutan darat, sungai, dan perairan pedalaman pasal 686-
695 KUHD.

c. Undang-Undang Asuransi, di antaranya Undang-Undang Nomor 2


Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 tentang peransuransian. pengaturan usaha perasuransian dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dipandang masih sederhana karena
hanya terdiri dari 13 (tiga belas) bab dan 28 (dua puluh delapan) pasal. Di
samping singkat dan sederhana, undang-undang ini juga masih memiliki banyak
kelemahan atau kekurangan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya undang-undang
ini segera diperbaharaui agar bisa selaras dengan laju perkembangan di industri
perasuransian saat ini. Adapun kelemahan atau kekurangan tersebut, antara Iain:

1) Ruang lingkup pengertian asuransi yang masih terbatas Pada jenis


asuransi konvensional, dan tidak sedikit pun menyinggung asuransi
syariah. Padahal, saat ini asuransi syariah berkembang cukup pesat.
Dengan kata Iain, Undang-Undang Nomor 2 Tahun | 992 tentang Usaha
Perasuransian, substansinya belum mengatur dengan jelas mengenai
asuransi syariah.
2) Penggolongan asuransi sebagai perjanjian untung-untungan menurut
Pasal 1774 KUHPerdata sangat bertentangan dengan prinsip asuransi
syariah yang melarang praktik maisir atau perjudian. Sehingga karenanya
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang
kelahirannya berlandaskan pada ketentuan KUHPerdata dan KUHD tidak
bisa dijadikan landasan hukum bagi praktik asuransi syariah.
3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian juga
belum mengatur jelas perihal asuransi jiwa unit-link. Mengingat asuransi
jiwa unit-link saat ini berkembang sangat pesat sebagai sarana proteksi,
sekaligus investasi bagi Tertanggung.
4) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi dan perkembangan industri
perasuransian saat ini di Indonesia khususnya dan dunia umumnya. Oleh
karenanya, harus segera diperbaharui berdasarkan perkembangan yang
ada saat ini.

[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 8


Sejak kelahirannya, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 telah melahirkan
beberapa peraturan pelaksana di antaranya:

1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 1992


tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian;
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 1999
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992
tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian;
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun
1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian;
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2008
tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun
1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian;
5) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
421/KMK.06/2003 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi
Direksi dan Komisaris Perusahaan Perasuransian;
6) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
422/KMK.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;
7) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
423/KMK.06/2003 tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian;
8) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/
KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi;
9) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
425/KMK.06/2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan
Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi;
10) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan;
11) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan ReasuransiPeraturan Menteri
Keuangan Nomor 11/PMK.OI Uslha 0/2011 tentang Kesehatan
Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan prinsip
syariah;
12) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/
pMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi;
13) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 152/
pMK.010/2012 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi
Perusahaan Perasuransian.

Berkat jasa pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang


Yudhoyono kelemahan dan kendala yang dihadapi oleh industri perasuransian
[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 9


selama ini bisa dijawab karena hadirnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2014 tentang Perasuransian yang disahkan dan diundangkan di Jakarta pada 17
Oktober 2014. Undangundang ini Iebih lengkap dibandingkan undang-undang
sebelumnya yang terdiri dari 18 bab dan/atau 92 pasal.

d. Undang-undang Asuransi Sosial


Ada enam jenis asuransi sosial yang dikenal selama ini di Indonesia dengan
regulasi masing-masing, yaitu:

1) Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang (Askep), dengan regulasi berupa


Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan
Wajib Kecelakaan Penumpang dan Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 1965.
2) Asuransi Sosial Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (Askel), dengan regulasi
berupa Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan
Lalu Lintas Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1977.
3) Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (ASPN) dalam wujud Tabungan
dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN), dengan regulasi Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 1963 tentang Pendirian Perusahaan
UmumDana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri; Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai
Negeri Sipil; dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981 tentang
Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Dana Tabungan dan
Asuransi Pegawai Negeri menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
4) Asuransi sosial Tenaga Kerja (Astek), dengan regulasi berupa Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan SosialTenaga Kerja
(Jamsostek); Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1990 tentang
Penyelenggaraan Asuransi Sosial Tenaga Kerja; Peraturan Pemerintah
Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga
Kerja; beserta perubahannya, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 1998; Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2000; Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2002; Peraturan Pemerintah Nomor 64
Tahun 2005; Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2007; Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2009; Peraturan Pemerintah Nomor 84
Tahun 2010; Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012; dan Peraturan
Pemerintah Nomor 84 Tahun 2013.
5) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI)
dengan regulasi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia; Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2004 tentang Tentara Republik Indonesia; Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 1971 tentang Pendirian Perusahaan Umum Asuransi
Sosial ABRI; Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1991 tentang
Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI); dan
[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 10


Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Umum (Perum) Asuransi Sosial ABRI menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero).
6) Asuransi Sosial Pemeliharaan Kesehatan (Askes)/Askes Sosial, dengan
regulasi berupa Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1984 tentang
Pendirian Perusahaan Umum Husada Bhakti; Peraturan Pernerintah
Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri
Sipil (PNS), Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta
Keluarganya;Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 tentang
Pengalihan Bentuk Perum Husada Bhakti menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero); dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang
Subsidi Iuran Pemerintah dalam penyelenggaraan asuransi kesehatan
pegawai negeri sipil dan penerima pensiun.

Saat ini, berkaitan dengan Asuransi Sosial, pemerintah sudah menerbitkan 2


(dua) produk hukum setingkat undang-undang, yaitu Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang sistemJaminan Sosial Nasional, yang
mulai berlaku dan diundangkan pada 19 Oktober 2004, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150. Kemudian beberapa tahun
berikutnya disusul dengan lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial, yang mulai
berlaku dan diundangkan pada 25 November 2011, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 116.

B. Sifat Asuransi
Ada tiga aliran pemikiran yang mencoba memberikan pandangan mengenai
sifat asuransi. Aliran pertama, memandang asuransi dalam hubungan
Tertanggung dan Penanggung, yaitu bahwa asuransi merupakan sarana
peralihan (pemindahan) risiko (risk transfer). Menurut aliran pertama ini,
asuransi adalah pemindahan risiko murni dari Tertanggung kepada Penanggung.
Tertanggung adalah orang atau perusahaan yang menghadapi risiko dan
Penanggung adalah orang atau perusahaan yang mengkhususkan diri memikul
risiko. Bisnis utama dari Penanggung adalah memikul risiko dengan
menerimafee. Penerimaanfee ini membedakannya dengan pemikul risiko lain.  

Pengertian risiko menurut Carl Olsson (2002) adalah "Risk is the uncertainty
offuture out come(s). This is a short and simple statement that suggest that risk
is something that happened in thefuture but cannot be predicted exactly today
because there is uncertainty." Sedangkan pengertian risiko menurut Emmet dan
Therese (1995) adalah "Risk is a condition in which there is a possibility of an
adverse deviation from a desire outcome that is expected or hoped for.  

[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 11


Berdasarkan pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa risiko memunyai
unsur ketidakpastian (uncertainty) dan tidak bisa diramalkan secara pasti pada
hari ini. Ketidakpastian tersebut menyebabkan kemungkinan adanya
ketidaksesuaian antara pencapaian hasil dengan tujuan yang diharapkan. Terkait
dengan hal tersebut, perusahaan harus selalu berusaha untuk mengatasinya
dengan berbagai cara. Pengelolaan berbagai cara penanggulangan risiko inilah
yang sering disebut manajemen risiko.

Gunanto menyatakan bahwa risiko merupakan inti dalam asuransi.32 Risiko


adalah ketidaktentuan (ketidakpastian) atau uncertainty yang mungkin
melahirkan kerugian (loss). Unsur ketidaktentuan ini bisa mendatangkan
kerugian dalam asuransi. Ketidaktentuan dapat dibagi atas:

1. Ketidaktentuan ekonomi (economic uncertainty), yaitu kejadian yang


timbul sebagai akibat dari perubahan sikap konsumen, umpama
perubahan selera/minat konsumen atau terjadinya perubahan pada harga,
teknologi, atau didapatnya penemuan baru, dan lain sebagainya;
2. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh alam (uncertainty ofnature) ,
misalnya banjir, badai, topan, kebakaran, gempa bumi, tsunami, dan lain-
lain.
3. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh perilaku manusia (human
uncertainty), seperti, pencurian, perampokan, pembunuhan, peperangan,
kecelakaan, dan lain-lain.

Banyak penulis yang mengatakan bahwa risiko timbul sebagai akibat adanya
ketidaktentuan (ketidakpastian) di masa mendatang. Tingkat ketidakpastian
tersebut biasanya berbeda untuk setiap peristiwa, demikian pula dengan akibat
yang ditimbulkannya, karena masing-masing memiliki karakteristik, kondisi,
lingkungan pelaksana, dan kemungkinan yang berbeda.

Risiko adalah ketidakpastian mengenai kerugian. Definisi ini memuat dua


konsep, yaitu ketidakpastian dan kerugian. Walaupun kedua konsepini penting
dalam asuransi, namun risiko itu merupakan ketidakpastian (ketidaktentuan)
dan bukan kerugian. Penyebab kerugian ataupun kemungkinan kerugian.  

Menurut Harsono, risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya peristiwa   Yang


dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian ataupun turunnya nilai suatu objek.
Risiko dapat pula diartikan sebagai ketidakpastian   atas kerugian di masa
mendatang, akibat ketidakmampuan meramalkan peristiwa tersebut dan
besarnya kerugian yang diakibatkan.35Sedangkan risiko menurut Gunanto
adalah kemungkinan terjadinya suatu kerugian atau batalnya seluruh/sebagian
dari suatu keuntungan yang semula diharapkan, karena suatu kejadian di luar
kuasa manusia, kesalahan sendiri, atau perbuatan manusia Iain. 
[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 12


Risiko jangan dicampuradukkan dengan chance of loss (kemungkinan
kerugian), yakni kemungkinan jumlah kerugian dari jumlah tertentu exposures
(kemungkinan terkena bencana). Jangan pula dikacaukan dengan peril
(bencana) yang didefinisikan sebagai penyebab kerugian, atau hazard (bahaya),
yaitu keadaan yang dapat meningkatkan chance ofloss. 

Ada beberapa klasifikasi risiko menurut Harsono dan Mehr, yaitu risiko murni
dan risiko spekulatif.   Sedangkan Gunanto membagi risiko berdasarkan
sifatnya, yaitu risiko langsung, risiko tidak langsung, risiko tanggung gugat, dan
risiko yang timbul dari tindakan Iain. Berikut pengertian dari setiap
jenis/klasifikasi risiko tersebut di atas:

Risiko murni adalah ketidakpastian akan terjadinya suatu peristiwa atas suatu
objek yang apabila terjadi, akan selalu menimbulkan kerugian atau kerusakan,
misalnya kerugian akibat gedung terbakar atau ketidakmampuan bekerja
seseorang akibat kecelakaan.

Risiko spekulatif adalah ketidakpastian akan terjadinya peristiwa atas suatu


objek Yang apabila terjadi, dapat kerugian, namun di Iain pihak dapat pula
menghasijkan keUntungan misalnya tindakan moneter pemerintah. Adanya
kebijaksanaan untuk melakukan devaluasi akan membuat orang yang memunyai
kredit dalam mata uang asing (misal dalam US$) akan mengalami keuntungan,
sementara bagi mereka Yang menanamkan uangnya dalam bentuk akan
mengalami kerugian.

Risiko langsung adalah risiko fisik berupa kerusakan atau hilangnya benda
Yang bersangkutan. Risiko tidak langsung adalah kerugian Yang terjadi
bersamaan dengan timbulnya kerugian Iain, akibat terjadinya suatu peristiwa.
Misalnya, bila terjadi kebakaran pada suatu pabrik, selain terdapat kerugian
langsung berupa kerusakan barang, dideritz pula kerugian Iain, seperti
terganggunya program pemasaran Yang telah direncanakan.

Risiko tanggung gugat, yaitu risiko tidak langsung yang harus ditanggung
perusahaan karena menimbulkan kerugian pada pihak Iain walaupun tanpa
suatu pelanggaran hukum. Misalnya suatu pabrik Oba: salah membuat obat dan
menimbulkan akibat buruk pada konsumennyæ maka pabrik obat tersebut
menjadi bertanggung gugat (bertanggung jawab) untuk akibat buruk hasil
produksinya, walaupun mungkin tidak terjadi suatu perbuatan melanggar
hukum.

Risiko yang timbul dari tindakan yang Iain, yaitu risiko atas suatu peristiwa
yang timbul karena terjadinya peristiwa Iain. Misalnya, seorang kontraktor
[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 13


meninggalkan proyek yang belum selesai atau debitur tidak membayar kembali
kreditnya.

Aliran kedua, mengabaikan aspek transfer dan memusatkan perhatian pada


aspek teknik. Prof. Mehr dan Cammack misalnya,mendefinisikan asuransi
sebagai alat sosial untuk mengurangi risiko dengan menggabungkan sejumlah
unit-unit yang terbuka dan memadai terhadap risiko sehingga kerugian-kerugian
individual mereka secara kolektif dapat diramalkan. Kemudian kerugian yang
dapat diramalkan itu dipikul merata oleh semua individu yang bergabung itu.

Aliran ketiga, menggabungkan kedua pandangan sebelumnya. Profesor Willett


mendefinisikan asuransi sebagai alat sosial untuk penumpukan dana dalam
mengatasi kerugian modal tak tentu yang dilaksanakan, dit melalui pemindahan
risiko dari banyak individu kepada seorang atau sekelompok orang.

Tampaklah bahwa apa yang dimaksud asuransi bergantung pada siapa yang
melihatnya. Profesor Kulp mengatakan bahwa asuransi dapat dianggap sebagai
bisnis, ilmu matematik-statistik terperinci atau alat/ teknik sosial yang luas. 

C. Tujuan Asuransi 
  Menurut Prof. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, asuransi itu mempunyai
tujuan utama mengalihkan risiko (Tertanggung) yang ditimbulkan Oleh
perisiwa-peristiwa (yang tidak diharapkan terjadi) kepada orang lain
(Penanggung) . 
Pada awal kelahirannya, asuransi bertujuan untuk mengelola, mengalihkan atau
membagi risiko. Tujuan asuransi berupa mengelola lya, risiko di atas selaras
dengan pernyataan dua ahli bernama William Jr dan Richard M. Heins, bahwa
asuransi merupakan sarana utama (kunci) untuk mengelola risiko (insurance is a
key tool ofrisk management). Tetapi dalam perkembangannya, tujuan itu
kemudian dipecah menjadi tujuan yang bersifat sosial dan ekonomis. Tujuan
yang bersifat sosial, meliputi kesejahteraan anggota dan keamanan sosial (social
security). Sedangkan tujuan yang bersifat ekonomis mencakup tujuan
pengalihan risiko itu sendiri, kebutuhan akan ganti kerugian (uang asuransi) dan
premi.

[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 14


1. Kesejahteraan Anggota
Apabila beberapa orang berhimpun dalam suatu perkumpulan dan membayar
kontribusi (iuran) kepada perkumpulan, maka perkumpulan itu berkedudukan
sebagai penanggung, sedangkan anggota perkumpulan sebagai Tertanggung.
Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan kerugian atau kematian bagi anggota
(Tertanggung), perkumpulan akan membayar sejumlah uang kepada yang
bersangkutan.

Tujuan asuransi dalam rangka kesejahteraan anggota, pada awal


perkembangannya cenderung berskala kecil dan beranggotakan terbatas.
Asuransi dengan tujuan seperti ini kemudian melahirkan jenis asuransi saling
menanggung atau tolong-menolong. Asuransi seperti ini mirip dengan
perkumpulan koperasi yang didasarkan pada prinsip saling menanggung.
Asuransi saling menanggung lebih tepat, jika dikelola oleh perkumpulan
koperasi atau usaha bersama (mutual insurance) yang bertujuan mewujudkan
kesejahteraan anggotanya.
Bila diperhatikan dengan cermat, pada hakikatnya cikal-bakal asuransi saling
menanggung sudah dikenal dan merupakan sebuah kelaziman dalam masyarakat
Indonesia, seperti Serikat Tolong-Menolong (STM). Hanya saja STM dimaksud
dijalankan tidak dalam konteks perusahaan berbadan hukum seperti dikenal saat
ini, melainkan hanya berbentuk perkumpulan/asosiasi orang atau lebih tepatnya
disebut persekutuan perdata yang semata-mata untuk kepentingan anggota dan
tidak dalam rangka mengejar keuntungan. Oleh karenanya, asuransi jenis ini
sebaiknya dijalankan dengan organisasi usaha berbentuk koperasi atau usaha
bersama. Namun, bukan tidak mungkin dikelola dengan perusahaan berbadan
hukum Perseroan Terbatas (PT), seperti Asuransi Syariah.

[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 15


2. Keamanan Sosial
Manfaat berupa keamanan sosial (social security) menjadi sasaran atau tujuan
dari asuransi sosial (social insurance) atau asuransi wajib (compulsory
insurance). Asuransi sosial diselenggarakan oleh pemerintah dengan perintah
undang-undang yang dalam praktiknya diselenggarakan oleh BUMN, dibuat
tidak dalam rangka mengejar keuntungan, tetapi lebih ditekankan kepada
kepantasan masyarakat. Asuransi sosial selalu berkaitan dengan perlindungan
dasar manusia, seperti hari tua, sakit, kecelakaan, cacat, meninggal dunia, dan
menganggur. Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang (Askep); Asuransi Sosial
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (Askel); Asuransi Sosial
Pegawai Negeri Sipil (ASPN) ; Asuransi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ASABRI) ; Asuransi Kesehatan (ASKES); dan Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan (Jamsostek) merupakan contoh-contoh asuransi sosial. Saat
ini, asuransi sosial di atas sudah dilebur ke dalam dua bagian besar, yaitu BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan sosial Nasional, dan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS).

3.Mengalihkan Risiko
Menurut teori pengalihan risiko (risk transfer theory), Tertanggung menyadari
bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta kekayaanmiliknya atau terhadap
jiwanya. Jika bahaya tersebut menimpa harta kekayaan atau jiwanya, dia akan
menderita kerugian atau korban jiwa/ cacat raganya. Secara ekonomi, kerugian
materiil/korban jiwa atau cacat raga akan memengaruhi perjalanan hidup
seseorang atau ahli warisnya. Tertanggung sebagai pihak yang terancam bahaya
merasa berat memikul beban risiko yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

Upaya mengurangi atau menghilangkan beban risiko tersebut, pihak


Tertanggung berupaya mencari jalan keluar dengan cara mengalihkan atau
membagi risiko melalui perjanjian asuransi. Bertalian dengan usaha tersebut,
seseorang yang menghadapi suatu risiko, mengadakan perjanjian asuransi
dengan Perusahaan Asuransi sebagai Penanggung, sehingga pihak terakhir ini
akan memberikan ganti kerugian atau sejumlah uang, apabila risiko dimaksud
menjadi kenyataan. Sebagai kontra prestasinya, pihak yang menanggung risiko
tersebut akan menerima premi dari pihak Tertanggung.

Dengan menerima risiko dari Tertanggung, Perusahaan Asuransi jelas akan


menanggung risiko sendiri. Berkaitan dengan keadaan tersebut, timbul
pertanyaan, mengapa Perusahaan Asuransi bersedia menerima hal tersebut? Hal
demikian, antara lain disebabkan pada dasarnya Perusahaan Asuransi itu
memiliki keahlian untuk menerapkan teknik-teknik mengurangi risiko nan tidak
terbuka bagi setiap pihak yang ditanggung. Karena itu, risiko yang dialihkan
kepadanya dapat memberikan keuntungan dari premi yang dikenakan.
[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 16


Adapun teknik-teknik mengurangi atau memperkecil risiko tersebut pada
dasarnya dapat dilakukan oleh Perusahaan Asuransi sebagai Penanggung adalah
sebagai berikut:
a. Keahlian, yaitu dengan menjadi seorang ahli dalam menanggung risiko,
maka Perusahaan Asuransi memunyai pengetahuan yang lebih banyak
tentang risiko daripada para Tertanggung.
b. Pengelompokan, yaitu menerapkan berlakunya bilangan besar (law of
large number) dan membuat risiko lebih mudah untuk diramalkan dengan
memakai data statistik yang dihimpunnya. Apabila kelompok risiko tidak
cukup besar untuk meningkatkan daya peramalannya, para Penanggung
akan mengatur kelompokkelompok antara perusahaan sehingga
penyebarannya cukup luas untuk mengurangi penyimpangan kerugian-
kerugian sebenarnya dari yang diperkirakan.
c. Pencegahan risiko, yakni apabila keadaan keuangan Perusahaan Asuransi
cukup kuat, mereka dapat memperkuat/menambah atau melengkapi
sarana-sarana untuk mengurangi risiko yang oleh Tertanggung tidak mau
atau tidak mampu untuk mereka lakukan sendiri.
d. Melakukan pengalihan risiko lebih lanjut, yaitu melalui lembaga
reasuransi yang dimungkinkan oleh Pasal 271 KUHD.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa asuransi memunyai tujuan


untuk mengalihkan atau membagi risiko. Berkaitan dengan hal tersebut,
William Jr. dan Heins mengatakan "Insurance is a key tool of risk
management".46 Kalimat tersebut menegaskan asuransi merupakan cara terbaik
(sarana utama) untuk mengelola risiko yang mungkin terjadi. Karena risiko
merupakan inti dari asuransi, maka dengan demikian asuransi tidak akan dapat
lepas kaitannya dengan risiko yang ditanggungnya.

4. Premi dan Uang Asuransi


Seiring dengan berkembang dan berubahnya orientasi hidup masyarakat yang
cenderung konsumtif serta profit oriented, maka motif menutup asuransi saat ini
tidak semata-mata untuk mengalihkan risiko, apalagi tujuan kesejahteraan
anggota dan sosial, melainkan bermotifekonomi, sehingga hal ini melahirkan
jenis asuransi komersial (commercial insurance) atau asuransi sukarela
(voluntary insurance). Dari Sisi Penanggung yang biasanya berbentuk
perusahaan berbadan hukum, bahwa motif mengumpulkan premi (sebagai
modal) merupakantujuan utama didirikannya asuransi. Sepanjang sejarah
asuransi, motif mengumpulkan premi ini menjadi daya tarik utama, sehingga
pihak Penanggung mau mendirikan perusahaan asuransi dan bahkan bersedia
mengambil alih risiko dari Penanggung. Dengan pengumpulan premi tersebut
perusahaan asuransi bisa menikmati keuntungan berlipat ganda, dengan cara
memanfaatkan kumpulan premi dimaksud untuk investasi di sektor usaha
Iainnya yang menguntungkan. Sedangkan dari sisi Tertanggung, motifmenutup
[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 17


asuransi adalah untuk mendapatkan uang asuransi baik berbentuk uang ganti
kerugian (asuransi kerugian), uang pengembalian/pembayaran sejumlah uang
(asuransi jiwa dan sejenisnya) atau uang santunan (asuransi sosial).

Bila ditinjau dari berbagai sudut pandang keilmuan, maka asuransi memiliki
beragam tujuan, yaitu:
a. Dari segi hukum, asuransi bertujuan mengalihkan sebagian atau seluruh
risiko yang dihadapi oleh pemilik objek atau pemilik kegiatan usaha
kepada Penanggung, sehingga kerugian yang diderita oleh Tertanggung
tidak signifikan;
b. Ekonomi, tujuan risiko atau ketidakpastian hasil usaha (keuntungan yang
diharapkan) yang dilakukan seseorang atau badan usaha dalam rangka
memenuhi kebutuhan atau tujuan perusahaannya;
c. Dari segi sosial, asuransi memunyai tujuan menggalang kerja samadi
antara para Tertanggung untuk mengurangi beban kerugian di antara
mereka secara gotong-royong;
d. Dari segi matematis, asuransi bertujuan meramalkan besarnya
kemungkinan terjadinya risiko dan hasil ramalan itu dipakai sebagai dasar
untuk menentukan premi yang menjadi kewajiban Tertanggung atau
sebagai dasar dalam rangka membagi risiko kepada semua peserta
program asuransi;
e. Dari segi psikologi, asuransi bertujuan mengurangi tekanan mental dari
Tertanggung dan keluarganya, manakala terjadi peristiwa tidak pasti yang
menimpa harta atau usaha milik Tertanggung, karena dengan adanya
asuransi, Tertanggung dankeluarganya merasa tidak khawatir (tenang)
dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

Secara pragmatis, sesungguhnya ada beberapa tujuan dari asuransi yang bisa
diidentifikasi secara umum, yaitu:
a. Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang
diderita satu pihak;
b. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang
memakan banyak tenaga, waktu, dan biaya;
c. Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian
yang timbul dan jumlahnya tidak tentu juga tidak pasti;
d. Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank
memerlukan jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh
peminjam uang;
e. Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi
akan dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku
untuk asuransi jiwa;
[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 18


f. Menutup loss ofearning power seseorang atau badan usaha pada saat ia
tidak dapat berfungsi (bekerja).

D. Fungsi Asuransi
Fungsi dasar asuransi dalam pandangan Sri Redjeki Hartono adalah suatu upaya
untuk menanggulangi ketidakpastian terhadap kerugian khusus untuk kerugian-
kerugian murni, dan bukan kerugian yang bersifat spekulatif.

Pada sudut pandang finansial, asuransi dipahami sebagai bentuk pengendalian


risiko. Namun dalam sudut pandang lain, asuransi memiliki fungsi yang
diklasifikasikan ke dalam beberapa fungsi scbagai berikut:
1. Fungsi Utama (Primer)

a. Pengalihan Risiko
Sebagai sarana atau mekanisme pengalihan kemungkinan risiko/ kerugian
(chance of loss) dari Tertanggung sebagai "original risk bearer" kepada
satu atau beberapa Penanggung (a risk transfer mechanism). Sehingga
ketidakpastian (uncertainty) yang berupa kemungkinan terjadinya
kerugian sebagai akibat suatu peristiwa tidak terduga, akan berubah
menjadi proteksi asuransi yang pasti (certainty) mengubah kerugian
menjadi ganti rugi atau santunan klaim dengan syarat pembayaran premi.

b. Penghimpun Dana
Sebagai penghimpun dana dari masyarakat (pemegang polis) akan
dibayarkan kepada mereka yang mengalami musibah, dana yang
dihimpun tersebut berupa premi atau biaya berasuransi yang dibayar oleh
Tertanggung kepada Penanggung, dikelola sedemikian rupa sehingga
dana tersebut berkembang, dan kelak akan dipergunakan untuk membayar
kerugian yang mungkin hendak diderita salah seorang Tertanggung.

c. Premi Seimbang.
Untuk mengatur sedemikian rupa sehingga pembayaran premi yang
dilakukan oleh masing-masing Tertanggung adalah seimbang dan wajar,
dibandingkan dengan risiko yang dialihkannya kepada Penanggung
(equitable premium). Dan besar kecilnya premi yang harus dibayarkan
Tertanggung dihitung berdasarkan suatu tarif premi (rate ofpremium)
dikalikan dengan nilai pertanggungan.

2. Fungsi Tambahan (Sekunder)

[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 19


a. Ekspor Terselubung (invisible export); sebagai penjualan terselubung
komoditas atau barang-barang tak nyata (intangible product) ke luar
negeri.
b. Perangsang Pertumbuhan Ekonomi;
Sebagai asuransi adalah untuk merangsang pertumbuhan usaha,
mencegah kerugian, pengendalian kerugian, memiliki manfaat sosial dan
sebagai tabungan.
c. Sarana Tabungan investasi dana dan invisible earnings;
d. Sarana Pencegah dan Pengendalian Kerugian. 

Di samping itu, berdasarkan penelitian serta pendapat para sarjana, antara lain
Emmy Pangaribuan Simanjuntak dan Wirjono Prodjodikoro, dapat disimpulkan
bahwa asuransi memunyai fungsi atau peranan yang besar dalam menunjang
kegiatan manusia ataupun perusahaan. Hal itu disebabkan asuransi memberikan
beberapa manfaat, antara lain: 
a. Ditutupnya perjanjian asuransi akan menciptakan rasa tentram kepada
yang bersangkutan;
b. Adanya keberanian untuk menggalang tujuan yang lebih besar, dapat
melahirkan rasa optimisme dalam meningkatkan usaha;
c. Asuransi merupakan dasar pertimbangan atau persyaratan dari pemberian
kredit;
d. Asuransi merupakan alat untuk membentuk modal dan  pendapatan demi
masa depan;
e. Dengan asuransi akan menaikkan efisiensi dan kegiatan perusahaan;
f. Sebagai sarana jaminan sosial, dan lain-lain.

E. Manfaat Asuransi 
Asuransi dapat memberikan manfaat, baik bagi masyarakat umum, maupun
dunia usaha secara khusus, yaitu:

1. Mendorong masyarakat untuk lebih memikirkan masa depannya.


Berbagai jenis asuransi yang ada sebenarnya dimaksudkan agar
masyarakat dapat berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak diinginkan di
masa datang;
2. Dana yang dikumpulkan oleh industri asuransi dapat digunakan untuk
investasi yang sangat diperlukan bagi pembangunan suatu bangsa;
3. Mendorong masyarakat untuk tidak tergantung pada pihak lain. Semakin
modern kehidupan masyarakat akan mengakibatkan semakin
berkurangnya rasa kebersamaan. Dengan polis asuransi, seseorang dapat
mengatasi sendiri musibah yang dideritanya karena menerima
pembayaran ganti kerugian atau uang santunan dari perusahaan asuransi;

[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 20


4. Ahli-ahli dari perusahaan asuransi dapat memberikan saran secara cuma-
cuma untuk mengelola risiko dan mengurangi kemungkinan kerugian
yang mungkin timbul; dan
5. Setiap perusahaan hanya perlu menyisihkan sebagian kecil dana untuk
premi tanpa perlu membuat cadangan dana yang besar untuk menghadapi
segala kemungkinan kerugian, sehingga modal perusahaan dapat
digunakan sebaik-baiknya. Pengusaha sendiri juga dapat lebih
memusatkan perhatiannya untuk kepentingan kemajuan perusahaan.
 
Menurut Riegel dan Miller, dalam "Insurance Principles and Practices",
mengemukakan beberapa faedah (manfaat) asuransi, yaitu sebagai:

a. Asuransi menyebabkan orang (masyarakat) dan pengusaha (perusahaan)


berada dalam keadaan aman (mengurangikekhwatiran). Karena dengan
membcli polis asuransi, orang-orang dan para pengusaha akan memiliki
rasa aman atau tenang jiwanya. Ketetrama.n hati yang diberikan olch
asuransi inilah salah satu jasa utama yang diterima Tertanggung bila ia
telah membayar premi asuransi. Bila seseorang telah membayar premi
asuransi, mcreka terbebas dari kekhawatiran kerugian besar dengan
memikul suatu kerugian kecil dalam hal ini berupa premi yang telah
dibayar.
b. Dengan asuransi, efisiensi perusahaan (business efficiency) dapat
dipertahankan. Guna menjaga kelancaran perusahaan (going concern)
dalam menjalankan aktivitasnya, maka dengan asuransi risiko dapat
dicegah atau dikurangi.  
c. Asuransi sebagai dasar bagi pemberian kredit (insurance serves as a basis
ofcredit). Kreditor lebih percaya pada perusahaan yang risiko kegiatan
usahanya diasuransikan. Pemberi kredit tidak hanya tertarik dengan
keadaan perusahaan serta kekayaannya yang ada saat ini, tetapi juga
sejauh mana perusahaan tersebut telah melindungi diri dari kejadian-
kejadian yang tidak terduga dimasa depan. Cara untuk memeroleh
perlindungan tersebut adalah dengan memiliki polis asuransi. Misalnya,
pinjaman hipotek (jangka panjang), si pemberi kredit (bank) biasanya
menghendaki syarat-syarat agar si debitur memunyai asuransi. Dengan
kata lain, rumah, kapal, pabrik, dan lain-lain yang dijadikan barang
jaminan untuk mendapatkan kredit bank, harus disertai dengan asuransi.
Bahkan, setelah uang pinjaman (kredit) didapatkan, sekian persen dari
pinjaman (kredit) yang diterima tersebut akan dipotong oleh bank sebagai
premi asuransi kredit.
d. Asuransi merupakan alat tabungan (saving). Bagi
kebanyakanTertanggung atau pemegang polis, dorongan berasuransi
didasarkan pada manfaat agar dimasa depan Tertanggung atau pemegang
polis bisa mendapatkan tabungan masa depan, baik untuk menikmati hari
[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 21


tua, untuk pendidikan anak, membeli properti, menyenangkan diri
(Iiburan) ataupun investasi. Manfaat ini sangat terasa pada jenis asuransi
sejumlah uang, seperti asuransi jiwa.
e. Asuransi dipandang sebagai sumber pendapatan (earning power). Bagi
sebagian orang, berasuransi menjadi sumber pendapatan tetap atau
bahkan seumur hidup. Motivasi seperti ini merupakan tujuan mulia agar
kehidupan Tertanggung atau pemegangpolis beserta tanggungannya
(anggota keluarga) tetap terjamin pendapatannya. Motivasi berasuransi
seperti ini sangat relevan bila dihubungkan dengan situasi/kondisi
ekonomi yang dari tabun ke tahun semakin sulit dan membutuhkan biaya
besan Di sisi lain, resesi ekonomi yang bisa mengancam setiap saat
berpengaruh pada ketidakmampuan perusahaan atau pemberi kerja dalam
membayar gaji atau upah karyawan/pckerja.

Selaras dengan pendapat sebelumnya, mengenai manfaat asuransi juga bisa


diperhatikan pendapat berikut ini:

1) Rasa aman dan perlindungan. Polis asuransi yang dimiliki Tertanggung


akan memberikan rasa aman dari risiko atau kerugian yang mungkin
timbul. Kalau risiko tersebut bernar-benar terjadi, pihak Tertanggung
(insured) berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan
berdasarkan perjanjian antara Tertanggung dan Penanggung;
2) Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Prinsip keadilan
diperhitungkan dengan matang untuk menentukan nilai pertanggungan
dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara periodik
dengan memerhatikan secara cermat faktor-faktor yang berpengaruh
beşar dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertanggungan,
pihak Penanggııng sudah membuat kalkuıasi yang tidak merugikan kedua
belah pihak. Semakin nilai pertanggungan, maka semakin besar pula
premi periodik yang harus dibayar oleh Tertanggung;
3) Polis asııransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memeroleh kredit.
Dalam pratik saat ini polis sering kali dijadikan sebagai jaminan untuk
mendapatkan kredit atacı pembiayaan, baik bersumber dari bank ataupun
lembaga keuangan non bank.
4) Merupakan tabungan dan sumberpendapatan. Premi yang dibayarkan
setiap periode memiliki substansi yang sama dengan tabungan. Pihak
Penanggungjuga memperhitungkan bunga atas Premi yang dibayarkan
dan juga bonus (sesuai perjanjian kedua belah pihak).
5) Asuransi merupakan alat penyebaran risiko. Risiko yang seharusnya
ditanggung Oleh Tertanggung, kemudian dibebankan kepada pihak Iain
yakni Penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang
didasarkan atas nilai pertanggungan; dan

[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 22


6) Membantu meningkatkan kegiatan usaha. Investasi yang dilakukan Oleh
para investor dibebani dengan risiko kerugian yang bisa diakibatkan Oleh
berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan Iain
sebagainya).

SELAMAT BEKERJA.....
SEMOGA SUKSES SELALU.

[Date]

SURAJIMAN - HUKUM ASURANSI: PENDAHULUAN. HANYA UNTUK KULIAH SAJA-NO-SHARE 23

Anda mungkin juga menyukai