Anda di halaman 1dari 4

KULIAH SEMESTER GANJIL

HUKUM ASURANSI
PERTEMUAN 1 – PENGERTIAN ASURANSI

I. MODUL
A. Pengertian Asuransi Menurut KUHD
Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda ”Verzekering atau Assurantie”. Oleh R
Sukardono diterjemahkan dengan pertanggungan, dalam bahasa Inggris disebut ”Insurance”.
Istilah asuransi dan pertanggungan mempunyai persamaan pengertian, istilah pertanggungan
ini umum dipakai dalam literatur hukum dan kurikulum perguruan tinggi hukum di
Indonesia, sedangkan istilah asuransi banyak dipakai dalam praktik dunia usaha.
Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam perundang-
undangan dan perusahaan perasuransian. Istilah perasuransian berasal dari kata “asuransi”
diberi imbuhan per-an, maka muncullah istilah hukum “perasuransian” yang berarti segala
usaha yang berkenaan dengan asuransi. Usaha yang berkenaan dengan asuransi ada 2 (dua)
jenis, yaitu:
1. Asuransi dibidang kegiatan asuransi disebut usaha asuransi (insurance business).
Perusahaan yang menjalankan usaha asuransi disebut Perusahaan Asuransi (insurance
company).
2. Usaha dibidang kegiatan penunjang usaha asuransi disebut usaha penunjang usaha
asuransi. Perusahaan yang menjalankan usaha penunjang usahaasuransi disebut
Perusahaan Penunjang Asuransi.
Menurut ketentuan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
pertanggungan atau asuransi adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan suatu penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak
tertentu.
KUHD mengatur asuransi dalam Buku I, Bab 9 dan 10 tentang asuransi pada umumnya
(ketentuan Umum). Pasal 248 Terhadap semua pertanggungan, baik yang dibicarakan dalam
buku ini maupun dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang Buku Kedua ini, berlakulah
ketentuan-ketentuan yang termuat dalam pasal-pasal berikut. Pasal ini memberikan dasar
berlakunya ketentuan asuransi dalam KUHD bagi asuransi di dalam dan di luar KUHD

1
B. Pengertian Asuransi Di Luar KUHD
1. Asuransi dalam KUHPerdata
Berdasarkan Pasal 1774 KUH Perdata “Suatu persetujuan untung-untungan ialah
suatu perbuatan yang hasilnya, yaitu mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak
maupun bagi sementara pihak, tergantung pada suatu kejadian yang belum pasti.
Demikian adalah: persetujuan pertanggungan; bunga cagak hidup; perjudian dan
pertaruhan. Persetujuan yang pertama diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum
Dagang.
Berdasarkan pasal ini, asuransi digolongkan ke dalam perjanjian untung-untungan
(kansovereen komst). Menurut Pitlo, perjanjian untung-untungan ialah perjanjian
dimana salah satu dari kedua prestasi pasti ada sedangkan kontra-prestasi tidak
menentu, atau kedua prestasi tidak menentu, sedangkan para pihak justru sehubungan
dengan tidak kepastian itu menutup perjanjian. 22 Pada umumnya, para ahli
berpendapat bahwa penggolongan asuransi ke dalam perjanjian untung- untungan
kurang tepat karena karakteristik perjanjian untung-untungan adalah berdasarkan
kemungkinan yang sangat bersifat spekulatif dengan tujuan utama hanya kepentingan
keuangan, sedangkan asuransi pada dasarnya mempunyai tujuan yang lebih pasti yaitu
memperalihkan risiko yang sudah ada yang berkaitan pada kemanfaatan ekonomi
tertentu sehingga tetap berada dalam posisi yang sama.
2. Asuransi menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian
Asuransi berdasarkan ketentuan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1992 tentang Usaha Perasuransian (UUUP) : “asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan
diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan di derita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang di pertanggungkan”.
3. Asuransi menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
Pasal 1 Angka 1 UU No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian ;”Asuransi adalah
perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang

2
menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan
untuk:
a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

C. Pengertian Asuransi Menurut Para Ahli Hukum


Dalam bukunya Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Emmy Pangaribuan berpendapat
sebagai berikut: “Pertanggungan adalah suatu perjanjian dimana penanggung dengan
menikmati suatu premi mengikatkan dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan diri
dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan yang
akan dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang belum pasti”.
Asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang
sudah pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-kerugian yang belum pasti.
Asuransi adalah upaya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kemungkinan timbul
kerugian akibat terjadi peristiwa yang tidak pasti dan tidak diinginkan. Melalui perjanjian
asuransi kemungkinan peristiwa yang menimbulkan kerugian yang mengancam kepentingan
tertanggung itu dialihkan kepada Perusahaan Asuransi selaku penanggung dan sebagai
imbalannya tertanggung bersedia untuk membayar sejumlah premi yang telah disepakati.
Dalam hal ini, tertanggung yang berkepentingan akan merasa aman dari ancaman kerugian,
sebab jika kerugian itu betul-betul terjadi penanggunglah yang akan menggantinya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas Emmy Pangaribuan menyatakan tidak tepat
asuransi masuk perjanjian untung-untungan (kans overenkomst, karena asuransi berbeda
dengan perjudian). Wirjono juga berpendapat tidak tepat karena yang bergantung secara
langsung pada peristiwa yang belum tentu terjadi adalah pelaksanaan kewajiban penjamin
atau penanggung. Dengan demikian asuransi termasuk perjanjian bersyarat (1253-1267 KUH
Perdata). Oleh karena itu asuransi tidak dapat masuk dalam perjanjian untung-untungan
karena 1) terdapat hak dan kewajiban yang bertimbal balik; 2) bukan untung rugi yang
digantungkan tetapi hanya prestasi penanggung.

3
II. FORUM DISKUSI
A. Berdasarkan materi di atas, terdapat pengertian asuransi menurut KUHD dan di luar
KUHD, serta para ahli hukum yang mengandung unsur-unsur asuransi. Bagaimana
perbedaan unsur-unsur asuransi yang terdapat dalam pengertian asuransi menurut
KUHD dengan unsur-unsur asuransi dalam pengertian asuransi di luar KUHD?
B. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis asuransi apa saja yang terkandung dalam pengertian
asuransi baik di dalam KUHD maupun di luar KUHD?

III. TUGAS
Merangkum mengenai pengertian asuransi dan unsur-unsur dalam pengertian asuransi
menurut KUHD, di luar KUHD, dan Para Ahli Hukum, minimum 5 halaman, dari 3 buku:
A. Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika,
Jakarta, 1992.
B. Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga,
Alumni, Bandung, 2003.
C. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, Intermasa, Jakarta, 1981.

Rangkuman diketik dalam format Microsoft Word, font 12, spasi 1,5, diberi catatan kaki,
dan daftar pustaka. Nama File: Nama_NPM_KSA Hukum Asuransi Pertemuan 1_kelas
A_TA.2019/2020.

Anda mungkin juga menyukai