A. Tinjauan Pustaka
1. Asuransi
a. Pengertian Asuransi
terjdinya kerugian yang tidak tentu. Asuransi didefinisikan sebagai transfer yang
wajar (adil) atas risiko kerugian, dari suatu entitas ke entitas lain. Dengan kata lain,
asuransi adalah suatu sistem yang diciptakan untuk melindungi orang, kelompok,
atau aktivitas usaha terhadap risiko kerugian finansial dengan cara membagi atau
pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
8
Mulhadi.2017. Dasar-Dasar Hukum Asuransi, Raja Grafindo Persada, Depok. hlm. 1
11
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tanggung jawab kepada pihak ketiga yang mungkin ada diderita oleh tertanggung,
yang timbul dari suatu peristiwa tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
Berikut perbandingan antara ketentuan Pasal 246 KUHD dan Pasal 1 angka
mencakup dua pihak atau lebih. Hal ini berarti bahwa pihak-pihak tersebut
ketiga. Hal tersebut dijelaskan pada kalimat “tanggung jawab kepada pihak
12
ketiga yang mungkin ada diderita oleh tertanggung”. Pertanggungan untuk
sejumlah uang dan jiwa manusia. Objek asuransi yang dijelaskan dalam
dapat dipastikan terjadi, tidak dapat ditentukan dan juga tidak dapat
246 KUHD.
Pengertian asuransi yang lebih tepat tentu saja harus mengacu pada
“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu Perusahaan Asuransi dan
Pemegang Polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh Perusahaan
13
Tertanggung atau Pemegang Polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
pengelolaan dana.
premi oleh perusahaan asuransi atau dasar bagi Tertanggung (Pemegang Polis)
untuk berprestasi membayar premi sebagai kewajiban baginya, dan dengan premi
melakukan kontra prestasi sesuai dengan jenis asuransi yang diambilnya, yaitu9 :
mempunyai karakteristik yang dengan jelas akan memberikan suatu ciri khusus,
9
Ibid. hlm. 7-8.
14
apabila dibandingkan dengan jenis perjanjian yang lain. Hal ini secara jelas dibahas
dalam buku-buku Anglo Saxon yang antara lain menyatakan sebagai berikut :10
dalam perjanjian dipenuhi. Pihak tertanggung pada satu sisi tidak berjanji
10
Sri Rejeki Hartono. 2008. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta.
hlm. 92.
15
masyarakat luas. Kerugian yang bersifat pribadi itulah yang nantinya akan
sepakat yang murni atau menawar. Oleh karena itu dapat dianggap bahwa
fakta yang sama pula, sehingga dapat bebas dari cacat-cacat tersembunyi.
b. Tujuan Asuransi
yang tidak pasti. Peristiwa yang tidak pasti ini merupakan keadaan yang selalu ingin
dihindari oleh seseorang. Keadaan tidak pasti atas setiap kemungkinan yang dapat
terjadi baik dalam bentuk atau peristiwa yang belum pasti dan menimbulkan rasa
16
Menurut teori pengalihan resiko (risk transfer theory), tertanggung
menyadari bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta kekayaan
miliknya atau terhadap jiwanya. Jika bahaya tersebut menimpa harta
kekayaan atau jiwanya, dia akan menderita kerugian atau korban jiwa
atau cacat raganya. Secara ekonomi, kerugian material atau korban
jiwa atau cacat raga akan mempengaruhi perjalanan hidup seseorang
atau ahli warisnya. Tertanggung sebagai pihak yang terancam bahaya
merasa berat memikul beban risiko yang sewaktu-waktu dapat
terjadi.11
tertanggung berupaya mencari jalan kalau ada pihak lain yang bersedia mengambil
alih beban risiko ancaman bahaya dan dia sanggup membayar kontra prestasi yaitu
berat risiko yang dialihkan, ataupun dapat diperjanjikan tidak perlu seimbang.12
c. Prinsip Asuransi
11
Abdukkadir Muhammad. 2011. Hukum Asuransi Indonesia cetakan ke-V, PT.Citra Aditya Bakti,
Bandung. hlm. 12.
12
Man Suparman Sastrawidjaja.2003, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga,
Bandung Alumni. hlm. 185
17
Bahwa, seseorang boleh mengansurasikan barang-barang apabila yang
3) Prinsiple of Indemnity
dalam arti tidak dibenarkan mencari keuntungan dari ganti rugi asuransi
4) Prinsiple of Subrogatian
lain, walaupun jelas ada pihak lain yang bertanggungjawab pula atas
pada penanggung yang telah memberikan ganti rugi dimaksud (pasal 284
KUHP).13
13
Kasmir.2001. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta. hlm. 260.
18
Adalah suatu sebab aktif, efisiensi yang mengakibatkan terjadinya suatu
diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan independen
6) Prinsiple of Contribution
penanggung lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama
memikul risiko dan Tertanggung adalah orang atau perusahaan yang menghadapi
risiko. Bisnis utama dari penanggung adalah memikul risiko dengan menerima fee.
yang apabila terjadi selalu menimbulkan kerugian atas benda atau hilangnya jiwa
manusia.
kerugian (loss). Risiko juga dapat timbul dari suatu tindakan yang lain (dari orang
14
C.S.T. Kansil. 1996. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia cetakan ke-IV, Sinar
Grafika, Jakarta. hlm. 429.
15
A. Hasymi Ali.1995. Pengantar Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta. hlm. 169
16
Gunanto.1984. Asuransi Kebakaran di Indonesia, Tiara Pustaka, Jakarta. hlm. 22.
19
lain), yaitu risiko atas suatu peristiwa yang timbul karena terjadinya peristiwa lain
jawab).
Sementara itu, yang dimaksud dengan evenemen (peristiwa yang tidak pasti)
adalah suatu peristiwa yang tidak diharapkan terjadinya, dan secara subjektif
diketahui bahwa peristiwa itu belum timbul sebelumnya dan tidak ada kepastian
kapan peristiwa itu akan terjadi, apabila persitiwa tersebut terjadi akan
mengakibatkan kerugian.
jawab).
e. Objek Asuransi
1) Benda Asuransi
20
Benda asuransi merupakan salah satu objek asuransi, yakni karena terdapat
suatu kepentingan yang dapat dinilai dengan uang. Benda asuransi adalah harta
kekayaan yang mempunyai nilai ekonomi, dan dapat dinilai dengan sejumlah uang.
2) Premi Asuransi
Ketentuan Pasal 256 angka 7 KUHD bahwa, polis harus memuat premi
Pasal 1 angka (29) menyatakan bahwa “Premi adalah sejumlah uang yang
ditetapkan oleh Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi dan disetujui oleh
memperoleh manfaat.
3) Peristiwa
17
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit. hlm. 87.
21
Peristiwa yang belum pasti terjadi (evenemen) merupakan salah satu unsur
yang ditentukan harus ada untuk dapat ditutupnya perjanjian asuransi, sesuai
dengan sifat asuransi sebagai perjanjian bersyarat. Hal ini ditegaskan di dalam Pasal
256 KUHD bahwa polis harus menyatakan bahaya-bahaya yang ditanggung oleh si
Penanggung/Perusahaan Asuransi.
Pasal 269 KUHD menjelaskan bahwa “Setiap asuransi yang dilakukan atas
sesuatu kepentingan yang bagaimana pun, yang kerugiannya, terhadap hal tersebut
asuransi diadakan, sudah ada pada saat ditutupnya perjanjian adalah batal, apabila
Tertanggung atau orang yang dengan atau tanpa pemberian kuasa telah
pengambil asuransi sudah mengetahui peristiwa kerugian itu telah terjadi dapat
asuransi, peristiwa yang menyebabkan kerugian telah terjadi dan Tertanggung tidak
mengetahui terjadinya peristiwa tersebut, maka asuransi tidak menjadi batal. Hal
tersebut memiliki makna yang lain bahwa, terjadinya suatu peristiwa yang
Tertanggung.
4) Uang Asuransi
diadakan yaitu untuk menetapkan berapa besar jumlah kerugian yang akan
dibayarkan oleh Penanggung kepada Tertanggung. Pasal 256 angka 4 bahwa “Polis
22
f. Pihak-Pihak dalam Asuransi
yang mengamalkan perjanjian itu, yaitu pihak tertanggung, pihak penanggung dan
1) Penanggung
kerugian atau membayar sejumlah uang yang telah disetujui, jika terjadi peristiwa
perjanjian.
18
Man Suparman Sastrawidjaja. Op.Cit. hlm. 22.
23
d. Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur
KUHD).
kewajiban tersebut.
260 KUHD).
2) Tertanggung
19
Ibid. hlm. 23.
24
Berdasarkan Pasal 250 KUHD yang dapat bertindak sebagai tertanggung
seseorang, untuk tanggungan siapa diadakan pertanggungan oleh seorang yang lain,
tertanggung.
asuransi untuk kepentingan pihak ketiga, baik berdasarkan pemberian kuasa dari
pihak ketiga itu sendiri ataupun di luar pengetahuan pihak ketiga yang
berkepentingan.
kewajiban yang harus dilaksanakan, sehingga apabila terjadi peristiwa yang tidak
kewajibannya.
KUHD).
20
Ibid. hlm. 20.
25
b. Menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung (Pasal 260
KUHD).
c. Meminta ganti kerugian bila terjadi hal peristiwa yang tidak diharapkan
3) Agen Asuransi
transaksi atas nama Penanggung tersebut, tetapi tidak bertanggung jawab sama
sekali atas apa yang dijanjikan dan hal-hal yang menyangkut ketetapan perjanjian
21
Ibid. hlm. 21.
26
28 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, menjelaskan
bahwa agen asuransi adalah “Orang yang bekerja sendiri atau bekerja pada badan
usaha, yang bertindak untuk dan atas nama Perusahaan Asuransi atau Perusahaan
asuransi syariah”.
dibuat dalam perjanjian asuransi. Peran agen asuransi tersebut yaitu sebagai
yang memberikan jasa sebagai perantara untuk melakukan transaksi bisnis tertentu
yang menghubungkan pelaku usaha yang satu dengan yang lain atau yang
22
Misahardi Wilamarta. 2002. Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Rangka Good Corporate
Governance, Program Pasca Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta. hlm. 27-28.
27
theory memfokuskan pada penentuan perjanjian yang paling efisien yang
pada prinsipnya didasarkan pada suatu kesepakatan, yaitu agen setuju untuk
melakukan suatu perbuatan hukum bagi prinsipal dan pada sisi lain prinsipal setuju
atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh agen tersebut. Sehingga dengan adanya
kesepakatan tersebut, maka tanggung jawab atas perbuatan hukum yang dilakukan
(Penanggung) tersebut, hal ini diatur dalam Pasal 18 Peraturan Otoritas Jasa
atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi yang mengunakan Agen Asuransi
berikut” :
23
Antonius Alijoyo dan Subiarto Zaini. 2004. Komisaris Independen, Penggerak Praktik GCG di
Perusahaan¸ PT Indeks, Jakarta. hlm. 6.
28
b. Menyampaikan informasi mengenai produk asuransi yang ditawarkan
dan informasi penting yang terkait dengan syarat dan ketentuan polis
paling lama 5 (lima) hari kerja sejak ada keputusan penerimaan atau
penolakan pertanggungan
2. Asuransi Jiwa
29
berkepentingan, dipertanggungkan, baik untuk selama hidupnya jiwa itu, baik
untuk suatu waktu yang ditetapkan dalam perjanjian”. Jadi, asuransi jiwa adalah
hidupnya.24
Kemudian, Pasal 303 KUHD yang berbunyi “Si yang berkepentingan itu
orang yang jiwanya dipertanggungkan atau penikmat (beneficary) tidak perlu tahu
atau tidak perlu pula dimintai izin bila Si yang berkepentingan memiliki niat untuk
menutup asuransi untuk dirinya. Oleh karenanya, wajar saja bila seorang ayah boleh
menutup asuransi asuransi jiwa bagi istri dan anak-anaknya atau kedua
orangtuanya, tanpa perlu memberitahu tahu atau tanpa perlu meminta izin pada
perkawinan (suami menutup polis bagi istrinya), hubungan darah (seorang anak
menutup polis bagi kedua orangtuanya atau seseorang ayah menutup polis bagi
anak-anaknya).25
24
Mulhadi. Op.Cit. hlm. 231.
25
Ibid. hlm. 232
30
jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya suatu jangka waktu
yang diperjanjikan mengikat diri untuk membayar sejumlah uang
tertentu kepada orang yang ditunjuk untuk penutup asuransi sebagai
penikmatnya.26
(Tertanggung) atau untuk orang lain yang jiwanya akan dipertanggungkn. Hal yang
membedakan yang ada pada asuransi jiwa, yaitu, apabila sampai berakhirnya
jangka waktu asuransi tidak terjadi peristiwa kematian atau kecelakann yang
sejumlah dari Penanggung sesuai dengan isi perjanjian asuransi. Premi yang
Kemudian di dalam asuransi jiwa apabila dalam jangka waktu asuransi terjadi
Penanggung akan membayar jumlah asuransi yang telah disepakati bersama seperti
polis ketika tertanggung tetap hidup sampai usia tertentu atau sampai
26
H.M.N Purwosutjipto. 1992. Pengertian Pokok Hukum Dagang, Jilid 6, Penerbit Djambatan,
Jakarta. hlm. 9.
27
Dessy Danarti.2011. Jurus Pintar Asuransi, Agar Anda Tenang, Aman, dan Nyaman, Gmedia,
Yogyakarta. hlm. 49.
31
b. Subjek dan Objek Asuransi Jiwa
perjanjan asuransi jiwa, yaitu risiko kematian, risiko hari tua dan risiko kecelakaan
atau sakit.
untuk dirinya sendiri, jadi dalam asuransi jiwa terdapat Penanggung, Tertanggung
dan pihak ketiga yaitu orang yang menerima manfaat (beneficiary) dari
Tertanggung.
menanggung beban risiko (jiwa/raga) sebagai imbalan premi yang diterimanya dari
Tertanggung. Dalam asuransi jiwa, jika terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan
dengan uang asuransi yang diperjanjikan, atau jika berakhirnya jangka waktu
asuransi tanpa terjadi suatu peristiwa, maka Penanggung wajib membayar sejumlah
ditunjuk oleh Tertanggung, baik berdasarkan kuasa umum atau khusus, bahkan
32
Akan tetapi jika evenemen tidak terjadi, maka Tertanggung atau Pemegang
tanggung jawab atas asuransi jiwa yang diadakan oleh Tertanggung. Asuransi jiwa
meninggal dunia.29 Asuransi jiwa berjangka atau asuransi term life memberikan
proteksi jiwa dalam waktu yang terbatas, memiliki nilai premi atau pembayaran per
bulan yang rendah dengan nilai pertanggungan yang lebih besar, namun jika sampai
masa akhir masa perjanjian asuransi pemegang polis masih dalam keadaan sehat,
maka otomatis perjanjian berakhir dan tidak ada uang yang akan dikembalikan atau
diterima Tertanggung.
28
Abdulkadir Muhammad. Op.Cit. hlm. 199.
29
Achdijat D. 1995. Teknik Pengelolaan Asuransi Jiwa, Gunadarma, Jakarta. hlm. 32.
33
Terdapat berbagai bentuk asuransi jiwa berjangka, yaitu asuransi jiwa
berjangka tetap, asuransi jiwa berjangka menurun, dan asuransi jiwa berjangka
menaik :30
jumlah pembayaran asuransi yang terus naik pada selang periode tertentu
seumur hidup, dimulai sejak tanggal penerbitan polis hingga pemilik polis
yang lebih lama dari asuransi jiwa berjangka, karena perlindungan asuransi jiwa
seumur hidup adalah permanen, sehingga adanya jaminan uang kembali (tabungan
jangka panjang), tetapi asuransi jiwa seumur hidup memiliki nilai premi yang lebih
besar.
30
Ibid.
31
Ibid. hlm. 36.
34
Ada beberapa macam asuransi jiwa seumur hidup, yaitu asuransi jiwa
seumur hidup modifikasi, bertingkat, deposit minimum dan tidak tetap :32
pembayaran premi yang rendah pada beberapa tahun pertama dan akan
b. Asuransi jiwa seumur hidup bertingkat, premi pada awal tahun lebih
rendah, setelah itu meningkat setiap tahun hingga mencapai tingkat yang
mencukupi.
Sejak saat itu, pemegang polis memnjam dari nilai tunai yang terbentuk
d. Asuransi jiwa seumur hidup dengan premi tidak tetap, yaitu polis dengan
rendah dan bertahan pada suatu jangka waktu tertentu. Setelah jangka
Manfaat yang diberikan dalam asuransi jiwa dwiguna yang pertama yaitu,
32
Ibid. hlm. 39.
35
dunia dalam periode waktu tertentu sesuai dengan kebijakan polis asuransi yang
dibeli. Kedua, jika Tertanggung masih hidup saat jangka waktu berakhir,
Dalam asuransi jiwa yang menjadi objek adalah jiwa atau raga seseorang.
Atas jiwa atau raga tersebut yang berkepentingan adalah dirinya sendiri atau pihak
merupakan ahli waris atau orang disebut di dalam polis untuk menerima santunan
menerima jaminan asuransi dari Penanggung akibat adanya kerugian finansial dan
Pada hakikatnya asas kejujuran adalah asas bagi setiap perjanjian asuransi
yang ada dalam ketentuan KUH Perdata. Tidak dipenuhi asas akan menutup suatu
perjanjian suatu perjanjian akan menyebabkan cacat kehendak. Pasal 251 KUHD
33
Ibid. hlm. 40.
34
Santanoe Kertonegoro.1991. Asuransi Jiwa dan Pensiun, Jakarta. hlm. 154.
36
mengatur tentang itikad baik atau kejujuran, hal ini disebabkan karena perjanjian
kepada Tertanggung untuk menjelaskan secara jelas dan tepat mengenai riwayat
menjelaskan secara jelas dan tepat mengenai riwayat medis yang akan dicantumkan
penerima manfaat yang ditunjuk oleh Tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak
Penanggung melunasi pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu pula asuransi
jiwa berakhir.36
35
Angger Sigit Pramukti dan Andre Budiman Panjaitan. 2016. Pokok-Pokok Hukum Asuransi,
Pustaka Yustisia, Yogyakarta. hlm. 22-23.
36
Abdulkadir Muhammad. Op.Cit. hlm. 201.
37
penerima manfaat/ahli waris. Pasal 1234 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”. Dalam konteks perjanjian asuransi,
subjeknya adalah perjanjian untuk berbuat sesuatu. Bagi penanggung yaitu janji
tanggung jawab yang timbul atau manfaat asuransi yang sah.37 Jadi, asuransi jiwa
akan mengembalikan sejumlah uang pada tertanggung apabila sampai jangka waktu
asuransi habis tidak terjadi evenement. Hal ini dikarenakan fungsi dari asuransi jiwa
3) Asuransi gugur
pada pada saat diadakan asuransi ternyata sudah meninggal, maka asuransinya
diperjanjikan lain.”
37
Junaedy Ganie. 2011. Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. hlm. 56.
38
Dessy Danarti. Loc.Cit.
38
Kemudian, Pasal 307 KUHD menjelaskan, “Apabila orang yang
mengasuransikan jiwanya bunuh diri, atau dijatuhi hukuman mati, maka asuransi
4) Asuransi dibatalkan
tertanggung sendiri.39
3. Polis Asuransi
diatur dalam 1320 KUH Perdata. Pasal 1320 KUH Perdata memberikan ketentuan
diri, tetapi juga “sepakat” untuk mendapatkan prestasi. Dalam perjanjian timbal
balik masing-masing pihak tidak saja mempunyai kewajiban, tetapi juga berhak atas
prestasi yang telah diperjanjiakan. Suatu perjanjian sepihak yang memuat hak atau
39
Abdulkadir Muhammad. Op.Cit. hlm. 203.
39
mensyaratkan adanya kata sepakat dari kedua belah pihak.40 terjadinya kesepakatan
penawaran berasal dari Tertanggung, sendangkan penerimaan dalam hal ini berupa
pertanggungan dimulai atau polis diterbitkan, mana saja yang lebih dahulu, tetapi
proses offer (penawaran) dan acceptance (penerimaan) akan tetap menjadi bagian
tidak terpisahkan dari polis asuransi yang diterbitkan kemudian. Dengan demikian,
tertanggung terikat dengan semua informasi yang diberikan yang menjadi dasar
undang apabila orang tersebut sudah dewasa, sehat ingatan, tidak di bawah
perwalian, atau pemegang kuasa yang sah. Sedangkan yang dimaksud kewenangan
bahwa Tertanggung mempunyai hubungan yang sah dengan benda objek asuransi
40
Harlien Budiono. 2009. Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang
Kenotariatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. hlm. 73-74.
41
Ibid. hlm. 55.
42
Junaedi Ganie. Op.Cit. hlm. 56.
40
adalah pihak yang sah mewakili perusahaan asuransi berdasarkan anggaran dasar
perusahaan.
Pasal 1330 KUH Perdata menentukan kualifikasi orang yang tidak cakap
3) Objek
yang melekat pada harta kekayaan, dapat pula berupa jiwa raga manusia. Objek
asuransi harus jelas dan pasti. Tertanggung harus membuktikan bahwa dia memiliki
mempunyai kepentingan apa-apa, hal mana mengakibatkan asuransi batal (null and
void).43
43
Abdulkadir Muhammad. Op.Cit. hlm. 52.
41
Bahwa perjanjian asuransi tersebut diadakan tidak dilarang undang-undang,
kesusilaan. Harlen Budiono menjelaskan bahwa kata “causa” dalam ilmu hukum
kekayaan. Suatu perjanjian hanya akan mempunyai akibat hukum jika memenuhi 2
syarat, pertama, tujuan perjanjian mempunyai dasar yang pantas atau patut; kedua,
setelah tercapai persesuaian kehendak antara kedua pihak. Untuk berlaku sah
atau akta. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sifat perjanjian asuransi adalah
konsensuil.
oleh Tertanggung.45 Dalam hal ini berarti penawaran tertulis pihak Penanggung
telah diterima oleh Tertanggung walaupun isi tulisan itu belum dibacanya. Diterima
penawaran itu dibuktikan oleh tindakan nyata dari Tertanggung, biasanya dengan
persetujuan (cover note). Aplikasi asuransi (SPPA) yang telah diisi dan dilengkapi
44
Harlen Budiono. Op.Cit. hlm. 112.
45
Abdulkadir Muhammad. Op.Cit. hlm. 56.
42
calon Tertanggung atau Pemegang polis dengan benar dan jujur akan menjadi dasar
terbitnya polis.46
besarnya premi yang harus dibayar calon tertanggung, serta hal penting lainnya.
pada kenyataannya yang melakukan pengisian adalah agen asuransi, namun tanda
diadakan dengan membuat suatu akta, yang disebut polis.” Polis berfungsi sebagai
alat bukti tertulis yang menyatakan bahwa telah terjadi perjanjian asuransi antara
Tertanggung dan Penanggung Sebagai alat bukti tertulis, isi yang tercantum dalam
polis harus jelas, tidak boleh mengandung kata-kata atau kalimat yang
khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban
Pasal 259 ayat 1 KUHD menjelaskan bahwa “Polis harus ditawarkan kepada
46
Ketut Sendra.2009. Klaim Asuransi: Gampang, BMAI & PPM, Jakarta. hlm. 43.
47
Abdulkadir Muhammad. Op.Cit. hlm. 55.
43
harus diserahkan kembali kepada Tertanggung. Dari bunyi pasal 259 itu maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang membuat polis itu adalah pihak Tertanggung.48
c. Penandatanganan Polis
hanya berfungsi sebagai alat bukti, selain itu terdapat SPPA sebagai alat bukti
permulaan.
48
Emmy Pangaribuan Simanuntak.1990. Hukum Pertanggungan, Cetakan ke-10, Sesi Hukum
Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. hlm.20
49
Ibid. hlm. 21.
44
Tertanggung ketika mengajukan klaim asuransi. Maka berdasarkan Pasal 256 ayat
2 KUHD bahwa polis dibuat secara sepihak dan hanya ditandatangani oleh
Polis asuransi jiwa diatur di dalam Pasal 304 KUHD yang menyebutkan
2) Nama Tertanggung
5) Jumlah asuransi
6) Premi asuransi
sekali bergantung pada persetujuan antara kedua belah pihak seperti yang
4. Klausula Baku
a. Pengaturan
Perlindungan Konsumen bahwa klausula baku adalah “setiap aturan atau ketentuan
dan syaratsyarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara
50
Ibid. hlm.26.
45
sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau
“Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen
sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara
angsuran
6) Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau
mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa
oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya
46
8) Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk
pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang
konsumen dari kedudukan sebagai pihak yang lemah di dalam perjanjian dengan
pelaku usaha.
mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak
Artinya, klasula baku adalah klausula yang dibuat atau dicantumkan secara sepihak
dalam perjanjian oleh pelaku usaha, tetapi isinya tidak boleh mengarah kepada
perjanjiannya.
51
Muhammad Syaiffuddin. 2012. Hukum Kontrak : Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat,
Teori, Dogmatik dan Praktik Hukum (Seri Pengayaan Hukum Perikatan), Mandar Maju, Bandung.
hlm. 236.
52
Ibid. hlm. 237.
47
Konsekuensi apabila terdapat suatu perjanjian yang melanggar ketentuan
Perlindungan Konsumen, maka perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada dan
b. Klausula Eksonerasi
dicantumkan dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak menghindarkan diri
untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas, yang
tersebut
4) Bentuknya tertulis
53
Mariam Darus Badrulzaman.1994. Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung. hlm. 47.
54
Ibid. hlm. 50.
48
Selain itu, salah satu ciri perjanjian baku yang dikemukakan oleh Mariam
Darus Badrulzaman, yaitu bahwa Debitur sama sekali tidak menentukan isi
perjanjian itu, juga tidak dibenarkan, karena perjanjian baku pada umumnya dibuat
dengan tetap memungkinkan pihak lain (Bukan pihak yang merancang perjanjian
baku) untuk menentukan unsur esensial dari perjanjian, sedangkan klausula yang
pada umumnya tidak dapat adalah klausula yang merupakan unsur aksidentalia
dalam perjanjian.55
sehingga perjanjian yang seharusnya dibuat oleh para pihak yang terlibat dalam
perjanjian, tidak ditemukan lagi dalam perjanjian baku, karena format dan isi
kewajiban yang menjadi tanggung jawab Penanggung. Hal yang yang dilakukan
55
Ahmad Miru. 2000. Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia,
Disertasi, Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya. hlm.160-161.
56
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo. 2015. Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo
Persada, Jakarta. hlm. 117.
49
yang ditentukan pengusaha dalam perjanjian itu adalah undang-undang, bukan
perjanjian.57
perjanjian yang mengikat para pihak yang mengadakannya, apabila timbul suatu
kerugian dikemudian hari akan tetap ditanggung oleh para pihak yang harus
asas kebebasan membuat perjanjian oleh pihak yang berkedudukan lebih kuat,
pemerintah. Melalui OJK (Otoritas Jasa Keuangan), OJK dapat membuat suatu
57
Ibid. hlm. 119.
58
Muhammad Syaifuddin. Op. Cit. hlm. 229.
50
memiliki perangkat hukum yang mengatur perjanjian produk jasa
keuangan terkait larangan penyusunan klausula baku.59
kewajiban pihak yang dirugikan atau membatalkan perjanjian dalam hal hakim
bahwa:61
2) Pihak yang dirugikan tidak secara penuh menyadari segala akibat perjanjian
Upaya tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk membatasi
59
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59d49a552d535/ojk-akan-atur-standardisasi-
perjanjian-polis-asuransi, diakses pada tanggal 13 Oktober 2017.
60
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo. Op. Cit. hlm. 126.
61
Ibid.
51
d. Klausula Polis
dengan tegas dalam polis, yang lazim disebut klausula polis. Maksud klausula
Jenis-jenis klausulan asuransi itu ditentukan oleh sifat objek asuransi, bahaya yang
Klausula ini menyatakan bahwa apabila pada asuransi di bawah nilai benda
terjadi kerugian sebagian (partial loss), Penanggung akan membayar ganti kerugian
KUHD). Klausula ini biasa digunakan pada asuransi pembongkaran dan pencurian
benda yang diasuransikan. Ini berarti penanggung akan mengganti semua kerugian
yang timbul akibat peristiwa apapun, kecuali kerugian yang timbul karena
kesalahan tertanggung sendiri (Pasal 276 KUHD) dan karena cacat sendiri
62
Mulhadi. Op. Cit. hlm. 67.
63
Ibid. hlm. 68.
52
3) Klausula Total Loss Only (TLO)
alasan pasal 251 KUHD, kecuali jika hakim menetapkan bahwa pasal tersebut harus
diberlakukan secara jujur (fair) atau iktikad baik (good faith) dan sesuai dengan
Penanggung tidak akan mengajukan Pasal 251 KUHD dan Penanggung akan
yang timbul akibat peristiwa khusus di laut (particular average) seperti ditentukan
dalam Pasal 709 KUHD, dengan kata lain Penanggung menolak pembayaran ganti
kerugian yang diklaim oleh Tertanggung yang sebenarnya timbul dari akibat
64
Zian Farodis.2014. Pintar Asuransi, Yogyakarta, Penerbit Laksana. hlm. 18.
65
Ibid. hlm. 19.
66
Mulhadi. Op. Cit. hlm. 69.
53
peristiwa khusus yang sudah dibebaskan klausula Free Form Particular Average
(FPA).67
adalah klausula yang menyatakan apabila pada asuransi terjadi keadaan yang
harta benda.68
5. Perlindungan Konsumen
a. Pengaturan
adanya proses penawaran dan penerimaan. Proses tersebut harus diadakan bagi para
pihak dalam kedudukan yang seimbang, dengan maksud agar tidak ada pihak yang
perilaku pelaku usaha dengan tujuan agar konsumen terlindungi secara hukum.
pemakai jasa dari perusahaan asuransi atau Penanggung dan perusahaan asuransi
67
Ibid.
68
Zian Farodis. Op. Cit. hlm. 20.
54
atau Penanggung dapat dikatakan sebagai pelaku usaha yang menjalankan kegiatan
kewajiban bagi para pihak yang mengadakannya. Hak dan kewajiban pelaku usaha
1) Hak Konsumen
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
55
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
lainnya.
2) Kewajiban Konsumen
jasa
secara patut.
diperdagangkan
56
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
diperdagangkan
lainnya.
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
tidak diskriminatif
yang diperdagangkan
perjanjian.
57
b. Asas-Asas Perlindungan Konsumen
secara keseluruhan.
ataupun spiritual.
hukum.
58
Kelima asas yang disebutkan dalam pasal tersebut, bila diperhatikan
keselamatan konsumen
Maka perusahaan asuransi bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerugian
yang diderita pemegang polis. Namun hal ini tidak berlaku apabila perusahaan
asuransi dapat membuktikan bahwa kerugian yang diderita oleh pemegang polis
69
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo. Op. Cit. hlm. 26.
70
Ibid. 129.
59
Jadi, ganti kerugian dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen,
hanya meliputi pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang
sejenis atau setara nlainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan
melalui jalur litigasi maupun non-litigasi, hal ini tercantum dalam Pasal 23
tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen ... , dapat
d. Penyelesaian Sengketa
pelaku usaha dengan konsumen dapat dilakukan melalui litigasi maupun non-
litigasi.
besarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan
71
Ibid. 140.
60
terjadinya kembali kerugian yang diderita konsumen, berdasarkan penjelasan Pasal
1) Konsiliasi
dilakukan sendiri oleh para pihak yang bersengketa dengan didampingi oleh majelis
2) Mediasi
diserahkan kepada para pihak. Penyelesaian dengan cara ini dilakukan sendiri oleh
para pihak yang bersengketa dengan didampingi oleh majelis yang bertindak aktif
61
sebagai mediator, berdasarkan Pasal 5 ayat 2 Keputusan Menteri Perindustrian dan
3) Arbitrase
sengketa konsumen di luar pengadilan yang dalam ini para pihak yang bersengketa
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak yang bersengketa.72 Jika para pihak
Cara mediasi hampir sama dengan cara konsiliasi dan dilakukan karena para
pihak secara sukarela memilih mediasi dan konsiliasis, yang membedakan di antara
keduanya adalah dalam mediasi majelis yang dibentuk BPSK bertindak secara aktif,
sedangkan cara konsiliasi majelis yang dibentuk BPSK bertindak secara pasif.
dan hasil akhir penyelesaian melalui aribtrase adalah sebuah putusan. Putusan
arbitrase mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak. Putusan
72
Ahmad Miru.2000. Op.Cit.hlm. 126-127.
62
dikalahkan tidak memenuhi putusan secara sukarela, maka pihak yang menang
menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen”. Tugas dari BPSK
dengan konsumen, dengan cara mediasi atau konsiliasi atau arbitrase; konsultasi;
bantuan penyidik untuk menghadirkan saksi dan saksi ahli; meneliti surat dokumen;
perikatan, tetapi konsumen hanya tunduk dengan pelaku usaha, sehingga konsumen
hanya dapat bersikap “take it or leave it”, dan sebagai tambahan bahwa lembaga ini
menggugat atas pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha sebagai berikut :74
73
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo. Op. Cit. hlm. 254.
74
Abdul Halim Barkatullah. 2010. Hak-Hak Konsumen. Nusa Media, Bandung. hlm. 85.
63
3) Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi
syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran
4) Pemerintah dan/atau instansi terkait yang jika barang dan/atau jasa yang
peradilan umum. Selain itu, konsumen dapat mengajukan gugatan kepada pelaku
konsumen melalui badan ini dapat dikatakan dilakuan dengan cepat, murah,
yaitu : 75
75
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo. Op. Cit. hlm. 242.
64
3) Pengadilan pada umumya tidak responsif
Tetapi apabila terhadap suatu putusan peradilan yang menurut salah satu
pihak tidak adil, terdapat proses lain dalam sistem peradilan di Indonesia, yaitu
adanya upaya hukum terhadap sebuah putusan, baik upaya hukum biasa maupun
upaya hukum luar biasa. Maka hal tersebut dapat memperpanjang proses
penyelesaian sengketa, tetapi di sisi lain akan menghasilkan suatu putusan yang
sedail-adilnya.
6. Teori Eksaminasi
76
Kamus Bahasa Inggris
77
Wasingatu Zakiyah. 2003. Panduan Eksaminasi Publik. Pengalaman Eksaminasi Kasus PK
Tomi Soeharto, Kasus “off the record” Arifin Wardiyanto. Indonesian Coruption Watch (ICW),
Jakarta. hlm. 15.
78
Harjono. 2003.Eksaminasi Putusan Pengadilan sebagai Manifestasi Kepedulian dan
Keterlibatan Masyarakat terhadap Peradilan. Yustitia Edisi Nomor 63 Oktober-Desember,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. hlm. 625-626.
65
Tujuan eksaminasi publik diantaranya yaitu : 79
sesama akademisi.
79
Wasingatu Zakiyah. Op.Cit. hlm. 23.
80
Harjono. Op.Cit. hlm. 628.
66
advokat sehingga dalam menjalankan profesinya menjadi lebih hati-hati dan
B. PEMBAHASAN
1. Duduk Perkara
tinggal di Perumahan Permata Balaraja Blok A 101 No. 29, RT. 06/01,
Gedung Thamrin City Lantai Blok G.1a No. 21, Jalan Thamrin
tanggal 31 Maret 2007 dan telah diterima oleh Penanggung pada tanggal 16
67
Kemudian setelah SPPA diterima oleh Penanggung, pada tanggal 17 April
medis.
Sakit Usada Insani, Tangerang pada tanggal 6 Oktober 2006 dengan dokter
68
“Jika fakta yang bersifat material tidak dinyatakan dalam formulir permohonan ini,
maka polis yang dikeluarkan akan dianggap tidak berlaku. Jika anda ragu-ragu
apakah suatu fakta material atau tidak, anda dianjurkan untuk menyatakannya. Hal
ini juga meliputi segala informasi yang mungkin telah anda berikan kepada agen
anda tetapi tidak dinyatakan dalam permohonan ini. Mohon diperiksa kembali
apakah anda sudah benar-benar puas dengan informasi yang anda nyatakan dalam
kosong/belum diisi”.
“(B) Semua pernyataan dan jawaban yang diberikan dalam formulir permohonan
asuransi ini, beserta semua pernyataan dan jawaban yang diberikan dalam
pemeriksaan kesehatan, kuisioner, atau amandemen, adalah lengkap dan benar, dan
saya/kami mengerti bahwa Perusahaan akan mempercayai dan bertindak atas dasar-
dasar tersebut, apabila pernyataan atau jawaban yang diberikan tidak benar maka
pemberitahuan tertulis kepada Perusahaan dan menerima nilai Unit yang terbentuk
setelah: a) dikurangi biaya apapun yang terjadi dalam penerbitan Polis ini (misalnya
biaya medis); dan b) dikurangi semua pembayaran yang dibuat atas Polis ini atau
ditandatangani oleh Pemilik Polis dan diterima langsung oleh Perusahaan dalam
waktu 14 (empat belas) hari setelah Pemilik Polis menerima Polis ini.
69
Sebelumnya PT. Avris Assurance bernama PT. AIA (American
(Alm. Sdr. Mardi Simarmata) didatangi oleh Agen PT. Avrist Assurance yang
namanya Maureen Ingrid Gantini, yang mana agen dimaksud menawarkan program
asuransi kesehatan, pada awalnya Alm. Sdr. Mardi Simarmata menolak untuk
yang demikian tidak membuat Agen berhenti menawarkan sampai disitu, tawaran
terus dilakukan, akhirnya Alm. Sdr. Mardi Simarmata memutuskan dan menyetujui
akan berasuransi dengan syarat semua urusan mulai dari pengisian SPPA (Surat
pengambilan Polis dan seterusnya di urus oleh Agen, tidak hanya itu pengurusan
Klaim asuransi atas meninggalnya Alm. Sdr. Mardi Simarmata juga di urus oleh
belakang dengan riwayat medis Tertanggung yang sebenarnya, serta polis asuransi
yang diterbitkan oleh PT. Avrist Assurance secara faktual hanya ditandatangani
secara sepihak oleh PT. Avrist Assurance tanpa diikutsertakan tanda tangan Alm.
dan menghukum tergugat untuk membayar klaim asuransi jiwa, sesuai Total Sum
70
Insured sebesar Rp. 50.801598,40 (lima puluh juta delapan ratus ribu lima ratus
sembilan puluh delapan Rupiah dan empat puluh sen) kepada penggugat yaitu
Hermi Sinurat (penerima manfaat asuransi jiwa) PT. Avrist Assurance menolak
putusan tersebut dan mengajukan keberatan atas putusan BPSK tersebut kepada
Pengadilan Negeri Tanggerang dengan alas hak ataupun duduk perkara sebagai
berikut :
tanggal 31 Maret 2007 dan diterima oleh pelawan pada tanggal 16 April
2007;
ditandatangani;
diantaranya, apakah polis asuransi akan diterbitkan atau tidak oleh tergugat;
5) Atas dasar SPPA yang diberikan oleh Alm. Mardi Simarmata, Pelawan
71
6) Dalam Polis dicantumkan bahwa kewajiban pelawan menjadi terbatas pada
100% nilai polis pada Tanggal Perhitungan Harga Unit yang jatuh segera
nasofaring atau kanker alat pernapasan dimana penyakit ini setidaknya telah
72
pemasangan alat bantu pencernaan sebagaimana semuanya dinyatakan
10) Ahli waris Sdri. Hermi Sinurat, melalui kuasa hukumnya, menyampaikan
11) Proses persidangan yang dilakukan oleh BPSK DKI Jakarta dianggap
berlaku dan juga dianggap melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam
12) Menurut pelawan sidang BPSK hanya berpedoman pada Surat Permohonan
pembelaan pelawan;
73
13) Putusan yang dikeluarkan oleh BPSK dianggap pelawan didasarkan atas
disembunyikan Sdri. Hermi Sinurat seperti bukti diagnosa dan rujukan Dr.
Asrul Harsal dari RS. Kanker Dharmis Jakarta dan bukti diagnosa lainnya;
14) Oleh karena hal di atas pelawan menganggap putusan dalam pemeriksaan
sengketa yang dilakukan BPSK diambil dari hasil tipu muslihat dan adanya
tipu muslihat juga terlihat pada halaman 2 paragraf terakhir putusan BPSK
untuk membeli produk asuransi yang tidak memerlukan medical check up.
3. Permohonan Kasasi
permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 31 Mei 2012 sebagaimana ternyata
74
Negeri tersebut pada tanggal 14 Juni 2012. Dan alasan-alasan yang diajukan oleh
2) Objek terperkara adalah Polis Asuransi Jiwa yang diterbitkan oleh PT.
Asuransi AIA pada tanggal, 17 April 2007 dengan masa tempo polis sampai
(limapuluh juta delapan ratus satu ribu limaratus sembilan puluh delapan
Rupiah dan empat puluh sen ). Dan premi perbulannya adalah sebesar Rp.
mengenai hak klaim asuransi jiwa antara Pemohon Kasasi semula Terlawan/
75
Pemohon dengan Termohon Kasasi semula Pelawan/ Termohon. Putusan
alihan dan atau perubahan nama perseroan yang semula PT. IAI Indonesia
a quo yang menolak putusan BPSK dan mengadili perkara a quo telah
wenang.
76
sehingga dengan demikian Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang
tentang BPSK dan tata cara penyelesaian sengeketa konsumen diatur dalam
sah dari Alm. Sdr. Mardi Simarmata. dalam Asuransi yang memiliki
77
insurable interest adalah tertanggung, tertanggung adalah pihak yang
namanya tercetak dalam polis asuransi jiwa, dan oleh karena nama yang
tercetak dalam polis asuransi telah dinyatakan meninggal dunia maka pihak
asuransi adalah para ahli waris yakni isteri, anak-anak, dan oleh karena
HERMI SINURAT adalah isteri sah dari alm. Sdr. Mardi Simarmata, maka
pertangungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih (pasal 1 angka
adalah sangat wajar jika Hermi Sinurat akan mendapatkan manfaat akibat
asuransi adalah suatu perjanjian yang diatur secara khusus dalam Undang-
tidak dipenuhinya prestasi yang diperjanjikan oleh salah satu pihak, dalam
78
Pertimbangan hukum majelis hakim disebutkan diatas adalah sangat tidak
hukum menunjukan bahwa polis asuransi jiwa yang diterbitkan oleh PT.
dalam pasal 1320 KUH Perdata, dan oleh karena polis asuransi telah tidak
maka hal itu tidak dapat disebut sebagai perbuatan hukum “wanprestasi “.
dengan pelaku usaha pasal 1 angka 3 UU RI No.8 Tahun 1999 adalah : yang
mengandung makna yang sangat tidak objektif dan terkesan asal- asalan
79
pengertian pelaku usaha. Pertimbangan hukum majelis hakim Pengadilan
sebagai pelaku usaha, oleh karenanya maka pemegang polis dapat disebut
sebagai konsumen.
bukan dalam pengertian Konsumen dan Pelaku usaha, dan tidak / belum
sengketa yang ada diantara para pihak adalah bukan merupakan sengketa
80
DKI Propinsi Jakarta berkompetensi mengadili perkara ini, sehingga
harus ditolak.
harus di tolak.
81
19) Tentang riwayat penerbitan polis asuransi jiwa atas nama Alm. Sdr. Mardi
oleh Agen Pelawan yang namanya Sdr (i) Maureen Ingrid Gantini, yang
terus dilakukan, oleh karena Alm. Sdr. Mardi Simarmata merasa kasihan
dan menyetujui akan berasuransi dengan syarat semua urusan mulai dari
dan seterusnya di urus oleh Agen, tidak hanya itu pengurusan Klaim
asuransi atas meninggalnya Alm. Sdr. Mardi Simarmata juga di urus oleh
20) Pengadilan Negeri Tangerang telah tidak menerapkan hukum acara perdata
82
BPSK Pengadilan Negeri Mahkamah Agung
Tangerang
83
mengkonsumsi bersengketa telah bersedia menghadiri
barang dan/atau sepakat penyelesaian persidangan BPSK
jasa yang sengketa diselesaikan dan telah
dihasilkan atau dengan cara arbitrase menandatangani
diperdagangkan. dan selanjutnya. Berita Acara Sidang
3. Bahwa 3. Menimbang dalam pada tanggal 08
Tertanggung (Alm putusan BPSK DKI Nopember 2011, pada
Sdr. Mardi Jakarta Nomor : 092 diktumnya
Simarmata) /Pts.A/BPSK- menyatakan
dibebaskan dari DKI/II/2012 Subjek kesepakatan
kesalahan akibat Hukum adalah Hermi penyelesaikan
adanya fakta atau Sinurat yang diberi sengketa dilakukan
informasi yang kedudukan sebagai dengan cara Arbitrase
disembunyikan. Konsumen dan PT. yang dilaksanakan
Kesalahan AVRIST oleh BPSK;
Tertanggung (Alm. ASSURANCE yang 3. Bahwa sesuai isi
Sdr. Mardi diberi kedudukan ketentuan pasal 2 butir
Simarmata) sebagai Pelaku Usaha. a Undang-Undang No.
dibebankan pada 4. Menimbang, bahwa 2 Tahun 1992
Pelawan. asuransi (jiwa) atau Menyatakan : …
pertangungan adalah usaha asuransi yaitu
perjanjian antara dua usaha jasa keuangan
pihak atau lebih (pasal 1 yang dapat
angka 1 UU No. 2 menghimpun…. Dst,
Tahun 1992 tentang harus diartikan
usaha Perasuransian). sebagai salah satu
5. Menimbang, bahwa bentuk kegiatan yang
oleh karena asuransi berkaitan dengan
adalah suatu perjanjian keuangan secara
yang diatur secara mutatis mutandis
khusus dalam Undang- harus diartikan
Undang RI nomor 2
84
Tahun 1992 tentang “bergerak dalam
Usaha Perasuransian, bidang ekonomi”.
maka belum/tidak 4. Bahwa, dengan
dipenuhinya prestasi mengacu pada Surat
yang diperjanjikan oleh Keputusan Menteri
salah satu pihak, (dalam Perindustrian dan
perkara ini pihak Perdagangan RI No.
pemohon / keberatan 350/MPP/Kep/12/200
dahulu tergugat adalah 1 tentang pelaksanaan
perbuatan hukum Tugas dan wewenang
“wanprestasi” sehingga Badan Penyelesaian
tidak termasuk dalam Sengketa Konsumen
pengertian barang pada Bab I Ketentuan
ataupun jasa Umum Pasal 1 butir 8
sebagaimana dimaksud “ sengketa konsumen
dalam UU RI No. 8 adalah sengketa antara
tahun 1999 tentang Pelaku Usaha dengan
Perlindungan Konsumen yang
Konsumen, sehingga menuntut ganti rugi
Mardi Simarmata (alm) atas kerusakan,
ataupun Hermi Sinurat pencemaran dan/atau
isterinya bukan orang yang “menderita
yang berkedudukan kerugian” akibat
sebagai konsumen. mengkonsumsi barang
6. Menimbang, bahwa dan/atau
yang dimaksud dengan memanfaatkan jasa;
pelaku usaha ( pasal 1 5. Bahwa, para pihak
angka 3 UU RI No.8 telah menentukan
Tahun 1999 adalah : pilihan hukum (choice
yang of law) yaitu dengan
menyelenggarakan memilih cara
kegiatan usaha dalam penyelesaian sengketa
85
berbagai bidang dengan cara Arbitrase
ekonomi. No.
7. Menimbang, bahwa PT. 092/PCP/BPKSDKI/
AVRIST Assurance XI/2011 tanggal 8
adalah badan hukum Nopember 2001,
yang bergerak dibidang sehingga perkara a
asuransi, bukan quo termasuk dalam
dibidang ekonomi kewenangan BPSK;
sehingga PT. Avrist
Assurance tidak ter
masuk dalam
pengertian pelaku
usaha.
8. Menimbang, bahwa
subjek hukum (para
pihak) dalam putusan
BPSK DKI Jakarta No.
092/Pts.A/BPSK/DKI/I
I/2012, bukan dalam
pengertian Konsumen
dan Pelaku usaha, dan
tidak / belum
dibayarkannya klaim
asuransi adalah
perbuatan hukum “
wanprestasi , maka
sengketa yang ada
diantara para pihak
adalah bukan
merupakan sengketa
konsumen.
86
9. Menimbang, bahwa
oleh karena sengketa
dalam bidang asuransi
bukan merupakan
sengketa konsumen,
maka bukan merupakan
kewenangan BPSK
10. Menimbang, bahwa
oleh karena sengketa
para pihak bukan
merupakan
kewenagan BPSK,
maka putusan No.
092/
Pts.A/BPSK/DKI/II/2
012 harus dinyatakan
batal demi hukum.
11. Menimbang, bahwa
oleh karena Putusan
BPSK dinyatakan
batal demi hukum,
sehingga petitum
keberatan pelawan
/dahulu tergugat patut
untuk dikabulkan.
Sumber : Data Sekunder.
Tangerang
87
1. Mengabulkan 1. Mengabulkan Mahkamah Agung
Gugatan permohonan keberatan mengadili sendiri perkara
Penggugat Pelawan/Dahulu Tergugat ini dengan amar putusan
2. Menghukum untuk seluruhnya sebagaimana yang akan
Tergugat untuk 2. Menyatakan putusan disebutkan dibawah ini :
membayar BPSK DKI Jakarta Nomor 1. Mengabulkan
Klaim Asuransi : 092/Pts.A/BPSK- permohonan kasasi
Jiwa, sesuai DKI/II/2012 batal demi dari Pemohon Kasasi :
Total Sum hukum HERMI SINURAT
Insured sebesar 3. Menghukum tersebut
Rp. Terlawan/Dahulu 2. Membatalkan putusan
50.801.598,40 Penggugat untuk Pengadilan Negeri
(Lima puluh juta membayar biaya perkara Tangerang No. 135/
delapan ratus sebesar Rp. 366.000,- (tiga Pdt.Plw.BPSK/2012/
satu ribu lima ratus enam puluh enam PN.TNG. tanggal 10
ratus sembilan ribu rupiah) Mei 2012;
puluh delapan MENGADILI SENDIRI
Rupiah dan 1. Mengabulkan gugatan
empat puluh sen) Penggugat sebagian;
kepada 2. Menghukum Tergugat
Penggugat untuk membayar
Klaim Asuransi Jiwa,
atas nama Mardi
Simarmata (Alm)
Nomor Polis
U020761662 tanggal
Polis 16 April 2007
Asuransi Jiwa PT.
AVRIST
ASSURANCE sesuai
Total Sum Insured
sebesar Rp.
88
50.801.598,40 (Lima
puluh juta delapan
ratus satu ribu lima
ratus sembilan puluh
delapan Rupiah dan
empat puluh Sen)
kepada Penggugat;
3. Menolak gugatan
Penggugat selebihnya;
Sumber : Data Sekunder.
5. Analisis
yang tidak ditandatangani oleh Tertanggung adalah sah menurut hukum dan
menjadi dasar hubungan hukum antara perusahaan asuransi dengan Alm. Mardi
Perasuransian. Kasus sengketa asuransi antara Hermi Sinurat dengan PT. Avrist
kasus tersebut telah diputus dalam Putusan No. 560 K/Pdt.Sus/2012 pada tanggal
24 September 2012.
dijelaskan dalam KUH Perdata maupun perjanjian inomina. Tetapi KUH Perdata
89
dalam Buku ketiga, yaitu mengenai syarat sah diadakannya suatu perjanjian
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUH Dagang) Buku kesatu Bab
Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. Dalam KUH Dagang Buku
antara kedua pihak. Untuk berlaku sah perjanjian pertanggungan, tidak tergantung
pada adanya suatu syarat formalitas atau akta. Dengan demikian dapat dikatakan
asuransi serta risko yang ada melalui SPPA. Kemudian terjadi acceptance yaitu
90
Yang menandatangani polis adalah Penanggung, hal tersebut dijelaskan
dalam Pasal 256 ayat 2 KUHD, bahwa “Polis tersebut harus ditandatangani oleh
setiap Penanggung”. Karena dasar penerbitan polis berdasarkan informasi yang ada
di dalam SPPA yang diisi oleh Tertanggung, maka tidak perlu lagi meminta tanda
semenjak saat itu, bahkan sebelum polis ditandatangani”. Kemudian Pasal 257 ayat
Penanggung untuk menandatangani polis dalam waktu yang telah ditentukan dan
segala kewajiban maupun meminta haknya dalam menuntut pembayaran klaim bagi
disimpulkan bahwa perjanjian asuransi telah terjadi dengan adanya kata sepakat
para pihak, meskipun polis belum ada.81 Berdasarkan acceptance theory (teori
81
Ibid. hlm. 58
91
Dalam teori penerimaan dijelaskan mengenai saat kapan perjanian asuransi
terjadi dan mengikat Tertanggung dan Penanggung, yaitu saat adanya persetujuan
dibuktikan oleh perbuatan nyata (menerima) atau dokumen perbuatan hukum (bukti
menerima). Melalui perbuatan nyata atau dokumen perbuatan hukum, baru dapat
diketahui saat terjadi perjanjian, yaitu di tempat, pada hari dan tanggal perbuatan
Meski begitu, kedudukan polis tetap penting sebab, di dalamnya memuat isi
lengkap perjanjian diadakan, termasuk hak dan kewajiban para pihak. Oleh sebab
itu, polis merupakan alat bukti sempurna mengenai perjanjian yang bersangkutan,
Perdata. Pertama syarat subjektif terdiri dari adanya kata sepakat dan kecakapan
objek asuransi dan kausa yang halal. Di dalam KUH Dagang terdapat ketentuan
bahwa timbulnya hak dan kewajiban Penanggung dan Tertanggung ketika terjadi
penandatanganan polis oleh salah satu pihak yaitu Penanggung bukan menjadi
dasar sah atau tidaknya suatu perjanjian asuransi. Hal-hal tersebut merupakan dasar
82
Ibid. hlm. 59
92
Alm. Mardi Simarmata dengan PT. Avrist Assurance tersebut adalah sah menurut
hukum. Perjanjian asuransi tersebut sah karena diterbitkannya polis didasarkan dari
SPPA yang telah ditandatangani oleh Tertanggung, yakni Alm. Mardi Simarmata.
b. Kewajiban Pemberitahuan
SPPA merupakan formulir isian yang harus diisi oleh calon Tertanggung
dalam rangka penutupan asuransi. SPPA akan digunakan oleh Penanggung sebagai
sebuah informasi dan data yang dibutuhkan seorang underwriter untuk menerima
suatu permohonan asuransi dan menetapkan ketentuan dan syarat-syarat, atau bisa
1) Nama Tertanggung
2) Alamat Tertanggung
3) Pekerjaan Tertanggung
4) Riwayat Asuransi
mengenai :
Tertanggung yakni Alm. Mardi Simarmata mengisi SPPA yang dibuat oleh
93
medis. Akibat dari hal tersebut, Alm. Mardi Simarmata harus memberikan
konsultasi, diagnosa, dan bukti tindakan medis kemotherapi sebanyak 6 seri yang
dilakukan oleh Tertanggung di Rumah Sakit Usada Insani, Tangerang pada tanggal
6 Oktober 2006 dengan dokter yang menangani adalah dr. Noorwati, SpPD.
Sakit Usada Insani, Tangerang pada tanggal 29 September 2007 dengan dokter
yang menangani adalah dr. Noorwati, SpPD, maka berdasarkan bukti-bukti tersebut
yang pernah dilakukan oleh Tertanggung. Hal tersebut berdasarkan ketentuan Pasal
251 KUHD yaitu “Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap
94
tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun
penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan
ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya
pertanggungan”.
Berdasarkan prinsip atau asas itikad baik yang sempurna dapat diartikan,
bahwa masing-masing pihak dalam suatu perjanjian yang akan disepakati demi
pihak lain untuk memasuki perjanjian atau tidak, baik keterangan yang demikian
penyakit yang dideritanya, riwayat penyakit turunan, tindakan medis yang pernah
dilakukan oleh Tertanggung baik hal itu diminta atau tidak. Karena dalam hal ini
Tertanggung ketika akan menutup asuransi telah mengetahui fakta-fakta yang ada
Perasuransian wajib memberikan informasi yang benar, tidak palsu dan/atau tidak
83
Mulhadi. Op. Cit, hlm. 83.
95
menyesaatkan kepada Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta mengenai risiko,
manfaat, kewajiban, dan pembebanan biaya terkait dengan produk asuransi atau
Tertanggung tetapi juga kepada pihak Penanggung termasuk agen asuransi, pialang
asuransi dan pialang reasuransi. Itikad baik tersebut berupa penulisan klausul-
klausul yang jelas dan tidak menyesatkan, mencantumkan peringatan atau instruksi
secara jelas mengenai kewajiban yang harus dilakukan oleh calon Tertanggung
ketika akan menutup perjanjian asuransi. Hal-hal tersebut harus dilakukan oleh
pihak.
Dalam SPPA yang diisi oleh Alm. Mardi Simarmata, Penanggung telah
“Jika fakta yang bersifat material tidak dinyatakan dalam formulir permohonan ini,
maka polis yang dikeluarkan akan dianggap tidak berlaku. Jika anda ragu-ragu
apakah suatu fakta material atau tidak, anda dianjurkan untuk menyatakannya. Hal
ini juga meliputi segala informasi yang mungkin telah anda berikan kepada agen
anda tetapi tidak dinyatakan dalam permohonan ini. Mohon diperiksa kembali
apakah anda sudah benar-benar puas dengan informasi yang anda nyatakan dalam
kosong/belum diisi”.
96
“(B) Semua pernyataan dan jawaban yang diberikan dalam formulir permohonan
asuransi ini, beserta semua pernyataan dan jawaban yang diberikan dalam
pemeriksaan kesehatan, kuisioner, atau amandemen, adalah lengkap dan benar, dan
saya/kami mengerti bahwa Perusahaan akan mempercayai dan bertindak atas dasar-
dasar tersebut, apabila pernyataan atau jawaban yang diberikan tidak benar maka
informasi dan prosedur yang sudah ditetapkan oleh Penanggung ketika mengisi
mengungkapkan fakta yang sesungguhnya dan fakta yang seharusnya ia tahu (Duty
menjadi dasar dan bagian yang tak terpisahkan dari polis. Tertanggung juga sadar
menjadi batal dan klaimnya dapat ditolak. Jika pada saat pengajuan klaim, terbukti
ada keterangan yang diberikan tidak benar, Penanggung tidak mempunyai kesulitan
telah menyadari konsekuensinya sejak awal sebelum polis diterbitkan jika terjadi
prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan
97
keselamatan. Maka kewajiban Tertanggung yaitu, mematuhi petunjuk pengisian
SPPA sesuai petunjuk yang dibuat oleh Penanggung, dan saran yang diberikan oleh
pihak asuransi dengan benar, jujur dan cermat. Karena, dalam perjanjian asuransi
asuransi, maka Tertanggung harus menjelaskan secara jelas dan teliti tanpa ada hal
yang disembunyikan mengenai objek asuransi sesuai dengan Pasal 251 KUHD.
Adanya pasal 251 KUHD adalah untuk melindungi pihak Penanggung dari adanya
Tertanggung untuk mengisi SPPA dengan benar sesuai dengan fakta riwayat medis
polis asuransi tersebut. Penanggung dalam hal ini telah memiliki itikad baik dengan
98
Berdasarkan Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
Agen asuransi yaitu “Agen Asuransi, Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi, dan
informasi penting yang terkait dengan syarat dan ketentuan polis dengan
99
(lima) hari kerja sejak ada keputusan penerimaan atau polis, tertanggung,
atau peserta atas penerimaan atau penolakan surat penutupan asuransi dari
pertanggungan
sendiri. Tugas agen asuransi berdasarkan ketentuan diatas, hanya sebatas membantu
informasi mengenai produk asuransi yang ditawarkan dan informasi penting yang
terkait dengan syarat dan ketentuan, menyampaikan kepada pemegang atau Unit
100
Perusahaan Asuransi untuk penutupan asuransi. Sehingga apabila terjadi kesalahan
yang telah dijelaskan dalam pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
(alletair), sehingga hukum asuransi dianggap perlu menyimpang dari asas hukum
diberitahukan kepadanya.
bahwa Bahwa Tertanggung (Alm Sdr. Mardi Simarmata) dibebaskan dari kesalahan
84
Kanon Armiyanto. “Fraud dalam Industri Asuransi : Suatu Tinjauan Hukum”, Makalah,
Seminar Sehari “Kecurangan (fraud) dalam Jamina/Asuransi Kesehatan” diselenggarakan oleh
PAMJAKI (Perhimpunan Ahli Manajemen Jaminan dan Asuransi Kesehatan Indonesia) di Hotel
Bumi Karsa, pada tanggal 13 Desember 2007. hlm. 2.
101
pertimbangan tersebut, Hakim BPSK tidak menerapkan prinsip umum asuransi
memberitahukan riwayat medis secara jelas dan benar tanpa ada hal-hal yang
Jadi, SPPA berisi fakta-fakta yang diketahui oleh Tertanggung, maka SPPA
harus diisi dengan lengkap dan ditandatangani oleh oleh Tertanggung sendiri.
Dalam hal pengisian tersebut dilakukan oleh agen asuransi, keputusan dibebankan
tersebut. Jikalau agen asuransi yang mengisi dan menandatangani SPPA tersebut
tersebut.
102