Anda di halaman 1dari 19

PERJANJIAN ASURANSI

Disusun Oleh:
1. Muhammad Irsyad Al-Farisi 16380037
2. Muhammad Wafiq N.F 16380038
3. Akbar Muhammad Teland 16380039
4. Anissa Rikhanatun Nada 16380040
PENGERTIAN PERJANJIAN
ASURANSI
 Dalam pasal 246 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata , pengertian asuransi
atau pertanggungan adalah suatu
perjanjian dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin akan diderita karena suatu
peristiwa yang tak tentu.
Unsur-unsur yang terdapat dalam
asuransi adalah:
a. Pihak-pihak
b. Status pihak-pihak
c. Objek asuransi
d. Peristiwa Asuransi
e. Hubungan Asuransi
Perjanjian Asuransi Bukan Persetujuan Untung
untungan Perjanjian Asuransi bukanlah perjanjian
yang termasuk kedalam persetujuan untung-
untungan, alasanya adalah karena :
a. Pengalihan resiko diimbangi dengan premi
yang dibayarkan , sehingga premi ini sebagai
pengganti dari kerugian yang timbul.
b. Kepentingan syarat mutlak
c. Kalaupun ada gugatan yang diajukan baik dari
pihak penanggung maupun tertanggung,
diselesaikan melalui pengadilan.
d. Adanya suatu akibat hokum dari perjanjian
tersebut.
SYARAT SAHNYA
ASURANSI
Karena perjanjian asuransi merupakan perjanjian
khusus, maka di samping ketentuan syarat-syarat
sah suatu perjanjian, berlaku juga syarat-syarat
khusus yang diatur dalam KUHD. Syarat-syarat sah
perjanjian diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata.
Menurut ketentuan pasal tersebut ada empat syarat
sah suatu perjanjian, yaitu:
 kesepakatan para pihak
 kewenangan berbuat
 objek tertentu dan,
 kausa yang halal.
Sedangkan syarat yang diatur dalam KUHD adalah
kewajiban pemberitahuan yang diatur dalam pasal
251 KUHD.
KESEPAKATAN
Kesepakatan (consensus)
Tertanggung dan penanggung sepakat
mengadakan perjanjian asuransi.
Kesepakatan tersebut pada pokoknya
meliputi:
a. Benda yang menjadi objek asuransi
b. Pengalihan risiko dan pembayaran
premi.
c. Evenemen dan ganti kerugian
d. Syarat-syarat khusus asuransi
e. Dibuat secara tertulis yang disebut
polis.
KEWENANGAN
 Kewenangan (authority)
Kedua pihak tertanggung dan penanggung wenang
melakukan perbuatan hukum yang diakui oleh
undang-undang. Kewenangan berbuat tersebut ada
yang bersifat subjektif dan ada yang bersifat
objektif. Kewenangan subjektif artinya kedua
pihak sudah dewasa, sehat ingatan, tidak berada di
bawah perwakilan (trusteeship), dan pemegang
kuasa yang sah. Kewenangan objektif artinya
tertanggung mempunyai hubungan sah dengan
benda objek asuransi karena benda tersebut adalah
kekayaan milknya sendiri. Sedangkan penanggung
adalah pihak yang sah mewakili Perusahaan
Asuransi berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan.
OBJEK TERTENTU
 Objek Tertentu (fixed object)
Objek tertentu dalam Perjanjian Asuransi
adalah objek yang diasuransikan, dapat
berupa harta kekayaan dan kepentingan
yang melekat pada harta kekayaan dapat
pula berupa jiwa atau raga manusia. Objek
tertentu berupa harta kekayaan dan
kepentingan yang melekat pada harta
kekayaan terdapat pada Perjanjian
Asuransi kerugian sedangkan objek
tertentu berupa jiwa atau raga manusia
terdapat pada Perjanjian Asuransi jiwa
KAUSA yang HALAL
 Kausa yang Halal (legal cause)
Kausa yang halal maksudnya adalah isi
perjanjian asuransi itu tidak dilarang undang-
undang, tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, dan tidak bertentangan dengan
kesusilaan. Contoh asuransi yang berkuasa
tidak halal adalah mengasuransikan benda
yang dilarang undang-undang untuk
diperdagangkan.
Mengasuransikan benda tetapi tertanggung
tidak mempunyai kepentingan, jadi hanya
spekulai yang sama dengan perjudian. Asuransi
bukan perjudian dan pertaruhan.
PEMBERITAHUAN
 Pemberitahuan (notification)
Tertanggung wajib memberitahukan kepada
penanggung mengenai keadaan objek asuransi.
Kewajiban ini dilakukan pada saat mengadakan
asuransi. Apabila tertanggung lalai, maka akibat
hukumnya asuransi batal. Menurut ketentuan
Pasal 251 KUHD, semua pemberitahuan yang
salah, atau tidak benar, atau penyembunyian
keadaan yang diketahui oleh tertanggung
tentang objek asuransi, mengakibatkan asuransi
itu batal. Kewajiban pemberitahuan itu berlaku
juga apabila setelah diadakan asuransi terjadi
pemberatan risiko atas objek asuransi.
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
ASURANSI
 Syarat- khusus sahnya perjanjian
asuransi ada 4,yaitu:
1. Asas indemnitas adalah satu asas
utama dalam perjanjian asuransi, karena
merupakan asas yang mendasari
mekanisme kerja dan memberi arah
tujuan dari perjanjian asuransi itu sendiri.
Perjanjian asuransi mempunyai tujuan
utama dan spesifik ialah untuk memberi
suatu ganti kerugian kepada pihak
tertanggung oleh pihak penanggung.
 2. Asas kepentingan yang dapat diasuransikan
merupakan asas utama kedua dalam perjanjian
asuransi/pertanggungan. Maksudnya adalah
bahwa pihak tertanggung mempunyai keterlibatan
sedemikian rupa dengan akibat dari suatu
peristiwa yang belum pasti terjadinya dan yang
bersangkutan menjadi menderita kerugian.
 3. Asas kejujuran yang sempurna dalam perjanjian
asuransi, lazim juga dipakai istilah-istilah lain
yaitu: iktikad baik yang sebaik-baiknya. Asas
kejujuran ini sebenarnya merupakan asas bagi
setiap perjanjian, sehingga harus dipenuhi oleh
para pihak yang mengadakan perjanjian.
4. Asas subrogasi bagi penanggung
meskipun tidak mempengaruhi sah
atau tidaknya perjanjian asuransi,
perlu dibahas, karena merupakan
salah satu asas perjanjian asuransi
yang selalu ditegakkan pada saat-saat
dan keadaan tertentu dalam rangka
menerapkan asas pertama perjanjian
asuransi ialah dalam rangka tujuan
pemberian ganti rugi ialah asas
indemnitas.
Hal-Hal Yang Menyebabkan
Perjanjian Asuransi Berakhir
 A.Karena Terjadi Evenemen Dalam asuransi
jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi
beban penanggung adalah meninggalnya
tertanggung. Terhadap evenemen inilah diadakan
asuransi jiwa antara tertanggung dan
penanggung. Apabila dalam jangka waktu yang
diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya
tertanggung, maka penanggung berkewajiban
membayar uang santunan kepada penikmat yang
ditunjuk oleh tertanggung atau kepada ahli
warisnya. Sejak penanggung melunasi
pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu
pula asuransi jiwa berakhir.
 B.Karena Jangka Waktu Berakhir Dalam
asuransi jiwa tidak selalu evenemen
yang menjadi beban penanggung itu terjadi
bahkan sampai berakhirnya jangka waktu
asuransi. Apabila jangka waktu berlaku
asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi
evenemen, niaka beban risiko penanggung
berakhir. Akan tetapi, dalam perjanjian
ditentukan bahwa penanggung akan
mengembalikan sejumtah uang kepada
tertanggung apabila sampai jangka waktu
asuransi habis tidak terjadi evenemen.
 C.Karena Asuransi Gugur Dalam ketentuan
Pasal 306 KUHD: “Apabila orang yang
diasuransikan jiwanya pada saat diadakan
asuransi ternyata sudah meninggal, maka
asuransinya gugur, meskipun tertanggung tidak
mengetahui kematian tersebut, kecuali jika
diperjanjikan lain”, Kata-kata bagian akhir pasal
ini “kecuali jika diperjanjiknn lain” memberi
peluang kepada pihak-pihak untuk
memperjanjikan menyimpang dari ketentuan
pasal ini, misalnya asuransi yang diadakan untuk
tetap dinyalakan sah asalkan tertanggung betul-
betul tidak mengetahui telah meninggalnya itu.
 D. Karena Asuransi Dibatalkan
Asuransi jiwa dapat berakhir karena
pembatalan sebelum jangka waktu
berakhir. Pembatalan tersebut dapat
terjadi karena tertanggung tidak
melanjutkan pembayaran premi sesuai
dengan perjanjian atau karena
permohonan tertanggung sendiri.
Pembatalan asuransi jiwa dapat terjadi
sebelum premi mulai dibayar ataupun
sesudah premi dibayar menurut jangka
waktunya.
Unsur - unsur penting yang terdapat
dalam perjanjian asuransi diatas adalah:
 Asuransi adalah suatu perjanjian.
 Premi merupakan pra – syarat perjanjian.
 Penanggung akan memberikan
pergantian kepada tertanggung.
 Kemungkinan terjadinya peristiwa tak
tertentu atau peristiwa yang tidak pasti.
 
THANK’S FOR YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai