Anda di halaman 1dari 58

ARBITRASE

&
ADR

WAHYU SIMON TAMPUBOLON, S.H., M.H.


APA ITU ARBITRASE

 Arbitrase adalah suatu penyelesaian sengketa


perdata di luar peradilan umum yang didasar-
kan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh pihak yang bersengketa.
 Para pihak adalah subyek hukum (menurut
hukum perdata maupun hukum publik).
Pasal 1 (2) (3) UU No. 30/1999
Para Pihak

 1. Pemilik/ pengirim barang (shipper,


consign-
or) vs Penerima barang (consignee).
2. Pengguna Jasa Asuransi dan
Perusahaan
Asuransi
3. Para Pihak di dalam Kontrak/ Perjanjian
4. Para awak kapal/ Nakoda dengan
Perusahaan Pemilik Kapal
BLACK Law Dictionary mengatakan:

ARBITRATION :
“The reference of a dispute to an impartial (third) person chosen by
the arbitrator’s award issued after hearing at which both parties
have an opportunity to be heard. An arrangement for taking and
abiding by the judgment of selected persons in some disputed
matter, instead of carrying it to avoid the formalities, the delay, the
expense and vexation of ordinary litigation”
 “Penyelesaian dari sebuah sengketa kepada pihak ketiga yang
dipilih oleh keputusan arbitrasi yang dikeluarkan setelah
mendengarkan pendapat dari para pihak. Sebuah penyusunan untuk
mengambil dan mengikuti keputusan yang telah diambil oleh orang
orang yang terpilih dalam masalah sengketa, daripada
membawanya untuk menghindari formalitas, penundaan, biaya dan
kekesalan yang terjadi pada proses litigasi yang biasa.”
Arbitrase

“Arbitration. An alternative dispute resolution


system that is agreed to by all parties to a
dispute. The system provides for private
resolution of dispute in a speedy fashion.”

“Arbitrasi adalah sebuah alternatif dari cara


penyelesaian sengketa yang disetujui oleh
semua pihak yang terkait dalam sengketa
tersebut. Cara ini memberikan sebuah
penyelesaian pribadi yang cepat dari sebuah
sengketa.”
Arbitrase

SUBEKTI mengatakan :

“Arbitrase itu adalah penyelesaian suatu


perselisihan (perkara) oleh seorang atau
beberapa orang wasit (arbiter) yang bersama-
sama ditunjuk oleh para pihak yang berperkara
dengan tidak diselesaikan lewat Pengadilan”
Arbitrase

Oleh karena itu dikatakan bahwa arbitrase


adalah hukum prosedur dan hukum para pihak
(“Law of Procedure” dan “law of the parties”).

Selain putusan arbiter yang final dan mengikat,


dikenal pula pendapat mengikat (“binding
opinion” – “bindend adves”).

Materi tertanggal 16 Oktober 2019


Asas –Asas Arbitrase

Asas kesepakatan/ Kebebasan Berkontra (pacta sunt


servanda dan itikad baik) dapat disimpulkan dalam
Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa :
“Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan UU berlaku sebagai
UU bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat
ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak atau
karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang.
Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
artinya kesepakatan para pihak menyelesaikan
sengketanya melalui arbitrase dengan adanya klausula
arbitrase  Pasal 1338 KUHPerdata, merupakan UU
bagi Para Pihak  Law of The Parties
Asas –Asas Arbitrase

Asas musyawarah, yaitu setiap perselisihan


diupayakan untuk diselesaikan secara
musyawarah, baik antara arbiter dengan Para
Pihak maupun antara arbiter itu sendiri;

Asas limitatif, artinya adanya pembatasan dalam


penyelesaian perselisihan melalui arbitrase, yaitu
terbatas pada perselisihan-perselisihan dibidang
perdagangan dan hak-hak yang dikuasai
sepenuhnya oleh para pihak;
Asas –Asas Arbitrase

Asas final dan binding, yaitu suatu putusan


arbitrase bersifat putusan akhir dan mengikat
yang tidak dapat dilanjutkan dengan upaya
hukum lain, seperti banding atau kasasi. Asas ini
pada prinsipnya sudah disepakati oleh para
pihak dalam klausa atau perjanjian arbitrase.
Arbitrase adalah salah satu mekanisme Alternatif
Penyelesaian Sengketa (APS)

 Merupakan bentuk tindakan hukum yang diakui oleh


undang-undang dimana salah satu pihak atau lebih
menyerahkan sengketanya – ketidaksefahamannya –
ketidak sepakatannya dengan satu pihak lain atau lebih
kepada satu orang (arbiter) atau lebih (arbiter – arbiter –
majelis) ahli yang professional, yang akan bertindak
sebagai hakim/ peradilan swasta yang akan menerapkan
tata cara hukum negara yang berlaku atau menerapkan
tata cara hukum perdamaian yang telah disepakati
bersama oleh para pihak tersebut terdahulu untuk
sampai kepada putusan yang final dan mengikat.

 18 – 10 - 2018
1. Proses arbitrase konfidensial, maka dapat menjamin
kerahasiaan &
publisitas yang tidak dikehendaki, karena sifatnya yang
tertutup dan
tidak konfrontatif dan berlangsung secara kooperatif – damai.
Tidak seperti perkara-perkara di pengadilan yang terbuka
dapat
dihadiri oleh umum, pers dan seringkali dibeberkan di media
massa.
Suatu keadaan yang dapat merugikan pihak, terutama
reputasi yg
dapat mempengaruhi integritas, bonafiditas mereka yg
bersengketa.
seperti kalau bersengketa di pengadilan.

2. Sifatnya menjurus kepada privatisasi penyelesaian sengketa &


dapat
dikatakan ditujukan kepada posisi “win-win” dan bukan kepada
apa
yang biasa terjadi di pengadilan yang mempertaruhkan “win-
loose”
3. Dapat memilih Arbiter tunggal/ Arbiter dari masing-masing
pihak
yang dipercaya;

4. Putusan arbitrase, sesuai dengan kehendak dan niat para


pihak
merupakan putusan final & mengikat para pihak bagi
Sengketa-
nya; lain lagi putusan pengadilan yang terbuka bagi
peninjauan
yang memakan waktu lama.

5. Arbitrase itu baik hanya untuk para penguasa yang bonafide


dan
beriktikad baik dan bukan mereka yang seringkali
menggunakan
pengadilan sebagai alat untuk mengelak kewajiban atau
mengulur
Mengapa Memilih Arbitrase

6. Karena putusannya final dan mengikat, tata caranya bisa


cepat, tidak mahal serta jauh lebih rendah dari biaya-
biaya yang harus dikeluarkan dalam proses pengadilan.
Apalagi kalau kebetulan ditangani oleh pengacara yang
kurang bertanggung jawab sehingga masalahnya dapat
saja dengan itikad buruk diperpanjang selama mungkin.
7. Tata cara arbitrase lebih informal dari tata cara
pengadilan dan oleh karena itu terbuka untuk
memperoleh dan tersedianya tata cara penyelesian
kekeluargaan dan damai (“amicable”); memberi
kesempatan luas untuk meneruskan hubungan
komersial para pihak dikemudian hari setelah
berakhirnya proses penyelesian sengketanya.
Mengapa Memilih Arbitrase
8. Khusus dalam arbitrase international, menciptakan tata
cara
penyelesian sengketa komersial secara damai
(arbitrase)
merupakan akibat dari hal-hal di bawah ini, misalnya :
1) Para pihak (asing) ragu untuk mengajukan
sengketanya di peradilan nasional;
2) Apalagi kalau lawan sengketanya itu merupakan
lembaga
atau perorangan warga negara tersebut.
Kekhawatiran
selalu saja ada bahwa peradilan negara yang bersang-
kutan tidak atau setidak-tidaknya akan terpengaruh
oleh
penguasaannya dan bersikap tidak independen;
Mengapa Memilih Arbitrase

(atau melalui “Permainan” dana khusus; itulah


sebabnya kini telah menjadi rahasia umum dilingkup
nasional maupun internasional bahwa putusan
pengadilan di Indonesia banyak tergantung kepada
“Penawar yang tertinggi, walaupun keadaan ini sulit
dibuktikan”).
3) Pihak asing itu kurang memahami tata cara / prosedur
pengadilan negara tersebut dan merasa berada dalam
posisi yang kurang menguntungkan.
4) Peradilan negara menggunakan bahasa nasional pada
umumnya kini sedikit banyak agak terjamin dengan
telah berlakunya ”United Nations Conventional on the
Enforcement of Foreign Arbitral Award 1958”
(Konvensi New York 1958) dan yang telah diratifikasi
oleh hampir semua negara termasuk negara industri
SENGKETA MELALUI
ARBITRASE
 Sengketa di bidang perdagangan dan mengenai
hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh
pihak yang bersengketa.
 Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui
arbitrase hanya sengketa yang menurut
peraturan perundang-undangan tidak dapat
diadakan perda-maian (hukum keluarga, pailit
dan penyelesaian susunan pengurus &
perubahan permodalan dalam perseroan).
Pasal 5 UU No. 30/1999
UNDANG-UNDANG NO. 30/1999

Pasal 1 butir 10: PENYELESAIAN SENGKETA


Alternatif Penyelesaian
ARBITRASE APS / ADR
Sengketa adalah
lembaga penyelesaian
sengketa atau beda KONSULTASI
pendapat melalui
NEGOSIASI
prosedur yang
disepakati para pihak, MEDIASI
yakni penyelesaian di
luar pengadilan KONSILIASI
dengan cara :
konsultasi, negosiasi, PENILAIAN AHLI
mediasi, konsiliasi atau LAIN-LAIN
penilaian ahli
PROSES AJUDIKASI
• Penentu Putusan : Pihak Ketiga
PUTUSAN
yang Netral
• Prosedur : Berlawanan/
Berhadapan
Masing-masing pihak berusaha
HAKIM/ mengemukakan bukti dan
ARBITER pendapat yang berlawanan
dengan cara meyakinkan
pengambil keputusan untuk
berpihak kepadanya
• Fokus : Hak Legal dan Kejadian-
BERDASAR
HAK kejadian yang mendahuluinya
(sebelumnya)
PIHAK A PIHAK B
PROSES NON-AJUDIKASI

• Penentu Hasil Ahir


MEDIATOR/ (Kesepakatan) : Para Pihak
KONSILIATOR
Mediator tidak berwenang
membuat keputusan
• Prosedur : Tidak Konfrontatif
BERDASAR Para Pihak berkomunikasi
KEPENTINGAN
dan bekerja sama untuk
mencapai konsensus
PIHAK A PIHAK B • Fokus : Memecahkan Masalah
Dengan mempertimbangkan
kepentingan para pihak
(keinginan dan keberatan)
KESEPAKATAN
LITIGASI & NON-LITIGASI

LITIGASI NON - LITIGASI

Berdasarkan sistem yang sudah baku Berdasarkan konsensus

Cenderung menggunakan pertimbangan


Menerapkan hukum secara ketat
rasa keadilan dan kepatutan

Terbuka, diketahui oleh publik Rahasia

Kemungkinan banding, mengandung


Putusan tergantung metoda yang dipilih;
resiko proses yang memakan waktu
dapat final (arbitrase), dapat juga tidak
lama

Formal Fleksibel
PERJANJIAN ARBITRASE –
BANI
 Klausula arbitrase dalam kontrak (disepakati
sebelum sengketa terjadi).
 Submission clause (dibuat setelah sengketa
terjadi).
Pasal 1 (3) UU No.30/19
 Kesepakatan dalam Perjanjian:
 PilihanHukum
 Pilihan Forum
 Perjanjian Arbitrase:
 Ad hoc versus Institutional.
 Lex Arbitri/Rules of Procedure .
 Pilihan hukum (Choice of Law)
CONTOH KLAUSULA
ARBITRASE
 BANI
Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan
diselesaikan dan diputus oleh BADAN ARBITRASE
NASIONAL INDONESIA (BANI) menurut peraturan-
peraturan administrasi dan peraturan-peraturan
prosedur arbitrase BANI, yang keputusannya mengikat
kedua belah pihak yang bersengketa sebagai
keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir”.
 ICC:
All disputes arising in connection with the present
contract shall be finally settled under the Rules of
Concilliation and Arbitration of the International
Chamber of Commerce by one or more arbitrators
appointed in accordance with the said Rules”.
CONTOH KLAUSULA
ARBITRASE
 Singapore International Arbitration Centre (SIAC)
Any dispute arising out of or in connection with this contract,
including any question regarding its existence, validity or
termination, shall be referred to and finally resolved by
arbitration in (Singapore) in accordance with the Arbitration
Rules of Singapore International Arbitration Centre (“SIAC Rules”)
for the time being in force which rules are deemed to be
incorporated by reference to this clause
 UNCITRAL UNDER ICC (Ad-hoc)
Any dispute, controversy or claim arising out of relating to this
contract, or the breach, termination or invalidity thereof, shall be
settled by arbitration in accordance with the UNCITRAL
Arbitration Rules as at present in force. The appointing authority
shall be the ICC acting in accordance with the rules adopted by
the ICC for this purpose”.
PERSIAPAN MENGHADAPI
ARBITRASE

 Pemeriksaan perkara arbitrase tidak akan


dimulai sebelum biaya administrasi dilunasi.
 Biaya administrasi harus dibayar lunas oleh
kedua belah pihak (untuk bagian yang sama)
sebelum perkara arbitrase dimulai. Pada
umumnya penentuan besarnya biaya
administrasi adalah berdasarkan persentase
dari tuntutan yang diajukan Pemohon.
TATA CARA ARBITRASE

 Tata cara arbitrase dibentuk oleh ketentuan


hukum, perjanjian para pihak dan arahan para
arbiter.
 Apabila para pihak sepakat bahwa arbitrase
akan dilaksanakan berdasarkan aturan suatu
ad hoc maka tata cara
institusi atau aturan
arbitrase akan tunduk pada ketentuan institusi
ad hoc
atau aturan tersebut.
 Yang sangat penting dalam prosedur arbitrase
adalah Kode Etik dan Tingkah Laku Arbiter
Code
( of Ethics and Conduct for Arbitrator )
PERATURAN ARBITRASE BANI

 Peraturan dan Tata Cara:


 Perjanjian
Arbitrase
 Ketentuan Umum
 Permohonan Arbitrase
 Pembentukan Majelis Arbitrase
 Pemeriksan
 Putusan dan Pendaftaran Putusan
 Kode Etik dan Perilaku Arbiter
 Peraturan Mediasi/Rekonsilasi
 Proses Arbitrase Yang Disederhanakan
PERMOHONAN BERARBITRASE & ALAT BUKTI

 Dalam Permohonan Arbitrase harus dituliskan


secara ringkas uraian tentang permasalahan
yang menjadi sengketa dan isi tuntutan ganti
rugi atau pengembalian yang diharapkan dari
pihak lainnya dengan melampirkan salinan
naskah atau akta perjanjian arbitrase atau
perjanjian lainnya yang memuat klausula
arbitrase.
 Pemohon dapat menunjuk atau memilih
seorang arbiter atau menyerahkan penunjukan
arbiternya kepada institusi arbitrase
bersangkutan.
 Dapat disertai dengan segala alat bukti yang
berkaitan dengan sengketa tersebut sesuai
PENDAFTARAN , PENUNJUKAN ARBITER & ALAT
BUKTI

 Prosedur arbitrase dimulai dengan pendaftaran


dan penyampaian Permohonan kepada institusi
arbitrase yang ditunjuk dilengkapi dengan
segala alat bukti.
 Dalam Permohonan dapat menunjuk seorang
arbiter atau menyerahkannya kepada Ketua
institusi arbitrase tersebut.
 Permohonan arbitrase harus disertai
pembayaran biaya pendaftaran dan biaya
administrasi kepada institusi bersangkutan
(BANI = Rp. 2.0 juta).
 Pemeriksaan perkara arbitrase tidak akan
ACARA & PROSES
PEMERIKSAAN
 Para pihak diberikan kebebasan untuk menentukan
sendiri acara dan proses pemeriksaan arbitrase yang
mereka kehendaki untuk dilaksanakan oleh arbiter.
 Pasal 31 ayat (1) UU No. 30/1999:
 Para pihak dalam suatu perjanjian yang tegas dan tertulis,
bebas untuk menentukan acara arbitrase yang digunakan
dalam pemeriksaan sengketa sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam UU ini.
 Tahap Pemeriksaan:
 Awal pemeriksaan peristiwanya;
 Penelitian atas bukti-bukti dan pembehasannya;
 Dimungkinkan adanya mediasi; dan
 Pengambilan putusan oleh Majelis Arbitrase
TATA CARA ARBITRASE

 Berdasarkan Undang-Undang No. 30 Tahun 1999


Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa dan
Arbitrase pemeriksaan arbitrase melalui tiga (3)
tahapan:
 Tahap Persiapan/Pra Pemeriksaan
 Tahap Pemeriksaan atau Penentuan
 Tahap Pelaksanaan
 Hukum acara yang belaku dalam pemeriksaan
arbitrase diatur dalam Pasal 27 sampai Pasal 51
UU No. 30/1999
Saksi dan Saksi Ahli

Pasal 49
(1) Atas perintah arbiter atau majelis arbitrase
atau
atas permintaan para pihak dapat dipanggil
seorang saksi atau lebih atau seorang saksi
ahli
atau lebih, untuk didengar keterangannya.
(2) Biaya pemanggilan dan perjalanan saksi atau
saksi ahli dibebankan kepada pihak yg
meminta.
Saksi dan Saksi Ahli

Pasal 50
(1) Arbiter atau majelis arbitrase dapat meminta
bantuan seorang atau lebih saksi ahli untuk
memberikan keterangan tertulis mengenai
surat
u persoalan khusus yang berhubungan
dengan
pokok sengketa.
(2) Para pihak wajib memberikan segala
keterangan
Saksi dan Saksi Ahli

(3) Arbiter atau majelis arbitrase meneruskan


salinan
keterangan saksi ahli tersebut kepada para
pihak
agar dapat ditanggapi secara tertulis oleh
para
pihak yang bersengketa.
(4) Apabila terdapat hal yang kurang jelas, atas
permintaan para pihak yang berkepentingan,
saksi ahli yang bersangkutan dapat didengar
keterangannya di muka sidang arbitrase
Berita Acara Pemeriksaan

Pasal 51
Terhadap kegiatan dalam pemeriksaan dan
sidang arbitrase dibuat berita acara
pemeriksaan oleh
sekretaris.
PENUNJUKAN ARBITER
 Masing-masing pihak menunjuk seorang arbiter dan kedua
Arbiter memilih arbiter ketiga (kalau gagal mencapai
kesepakatan dapat meminta Ketua Pengadilan Negeri (atau
Ketua Lembaga Arbitrase seperti BANI).
 Arbiter ketiga diangkat sebagai Ketua Majelis Arbitrase.
 Penerimaan pengangkatan bersifatirrevocable (Pasal 19 UU
30/1990) dan menimbulkan perjanjian perdata antara arbiter
dengan yang menunjuk dalam arti arbiter akan memberi
putusan yang jujur, adil dan sesuai dengan hukum dan pihak
yang menunjuk akan menerima putusan secara final dan
mengikat (Pasal 17).
 Tanggung jawab perdata (Pasal 20 dan 21): jika tanpa alasan
yang sah lalai menjatuhkan putusan dalam jangka waktu
yang ditentukan atau dalam hal adanya itikad tidak baik.
ARBITER

 Arbiter harus memenuhi syarat:


 Cakap melakukan tindakan hukum
 Berumur paling rendah 35 tahun
 Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau
semenda sampai dengan derajat kedua dengan
salah satu pihak yang bersengketa;
 Tidak mempunyai kepentingan finansial/lain atas
putusan arbitrase;
 Memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif
di bidangnya paling sedikit 15 tahun.
 Hakim, Jaksa, Panitera dan Pejabat peradilan lainnya
tidak dapat ditunjuk/diangkat sebagai arbiter.
Pasal 12 UU No. 30
STATUS ARBITER

 Dipilih oleh/disepakati para pihak


 Bukan pengacara/advokat
 Bukan penasehat hukum,
 Bukan konsultan
 Bukan wakil

Dari Para Pihak Yang Memilih


TAHAP PEMERIKSAAN

 Dengan telah dimulainya proses pemeriksaan


setelah dibentuknya Majelis Arbiter maka semua
komunikasi antara para pihak dengan arbiter
harus dihentikan.
 Semua informasi baik dalam bentuk surat
menyurat maupun dokumen atau alat bukti
aslinya harus diserahkan kepada panitera sidang
disertai 5 salinan masing-masing untuk para
arbiter dan para pihak.
 Semua informasi yang akan disampaikan secara
lisan hanya dapat diterima apabila didengar oleh
para arbiter dan para pihak dalam sidang, harus
terdapat keterbukaan diantara semua pihak.
TATA CARA PEMERIKSAAN

 Prinsip Pemeriksaan:
 Pemeriksaan tertutup
 Menggunankan bahasa Indonesia atau bahasa lain atas
persetujuan arbiter
 Para pihak mempunyai hak dan kesempatan yang sama
Audi
( Alteram Partem - Pasal 29)
 Pemberian kuasa dalam bentuk surat kuasa khusus.

 Bebas Menentukan Cara Arbitrase:


 Kebebasan memilihrule
 Rule juga berisi jangka waktu penyelesaian dan tempat (bila
tidak ada arbiter yang menentukan)
 Batas waktu penyelesaian:
 Paling lama 180 sejak terbentuknya Majelis Arbitrase (Pasal
48)
 Arbiter berwenang memperpanjang jangka waktu (Pasal 33)
TATA CARA PEMERIKSAAN
 Hak & kewajiban Termohon:
 Bila Termohon tidak memberi jawaban dalam tempo 14 hari,
maka dia dipanggil untuk menghadap persidangan (Pasal 41);
 Termohon dapat mengajukan tuntutan balasan (Pasal 42).
 Termohon tidak hadir, dijatuhkan putusan verstek.
 Hak & kewajiban Pemohon:
 Pemohon tidak hadir surat tuntutan digugurkan dan tugas
arbiter dianggap selesai (Pasal 43).
 Para pihak datang menghadap:
 Arbiter terlebih dahulu mengusahakan perdamaian;
 Bila tercapai perdamaian, arbiter membuat Akta Perdamaoan
yang sifatnyafinal dan mengikat;
 Bila tidak dilaksanakan dengan suka rela dapat diminta
eksekusi ke Pengadilan Negeri .
PERSIDANGAN

 Walaupun dalam beberapa kasus para pihak


mengajukan sengketa untuk diputuskan/diselesaikan
sepenuhnya berdasarkan fakta-fakta tertentu,
tuntutan tertulis dan dokumen-dokumen, namun pada
umumnya suatu persidangan tetap dilaksanakan yang
dihadiri oleh arbiter atau majelis arbiter dan para
pihak yang bersangkutan, untuk memberikan
kesempatan bagi para pihak untuk menyampaikan
segala informasi yang lengkap dan adil kepada para
arbiter mengenai aspek material dari permasalahan
yang dipersengketakan.
PERSIDANGAN

 Setiap penyimpangan atas prosedur arbitrase


termasuk namun tidak terbatas pada proses
persidangan harus mendapat persetujuan oleh para
arbiter dan para pihak dalam suatu persidangan dan
akan dicatat dalam berita acara persidangan oleh
Panitera.
 Dalam setiap persidangan selalu dimungkinkan
kepada para pihak untuk melakukan negosiasi diluar
sidang dan dapat diadakan setiap saat atas
persetujuan para arbiter dan para pihak. Kesempatan
juga harus diberikan oleh para arbiter kepada para
pihak untuk melakukan mediasi. Mediasi dilakukan
diluar persidangan arbitrase dan bukan merupakan
bagian dalam proses jalannya arbitrase.
DASAR HUKUM MENJATUHKAN
PUTUSAN

 UU No. 30/1999:
 Pasal 56 ayat 1:
 Arbiter atau majelis mengambil putusan
berdasarkan hukum atau berdasarkan keadilan
dan kepatutan.

 Pasal 56 ayat 2 :
 Para pihak berhak menentukan pilihan hukum
yang akan berlaku terhadap penyelesaian
sengketa yang mungkin atau telah timbul antara
para pihak.
PUTUSAN ARBITRASE

 Putusan diucapkan paling lama 30 hari setelah


pemeriksaan ditutup;
 Putusan Arbitrase harus memuat (Pasal 54):
 Kepala putusan: Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa;
 Identitas (nama lengkap dan alamat para pihak);
 Uraian singkat sengketa;
 Pendirian para pihak;
 Nama lengkap dan alamat arbiter;
 Pertimbangan dan kesimpulan arbiter mengenai keseluruhan
sengketa;
 Pendapat masing-masing arbiter (dissenting opinion );
 Amar putusan;
 Tempat dan tanggal putusan
 Tanda tangan Arbiter
PROSES ARBITRASE DI BANI
A2 D2

PERSIDANGAN
£ 180 HARI
PUTUSAN MAJELIS ARBITRASE

KOREKSI REDAKSIONAL
PUTUSAN OLEH PEMOHON/TERMOHON

PENDAFTARAN/PENYIMPANAN
PUTUSAN ARBITRASE DI PENGADILAN
NEGERI OLEH BANI

SELESAI
LEMBAGA ARBITRASE
INTERNASIONAL

• Korea  The Korean Commercial Arbitration Board


• Paris  International Court of Arbitration (ICC)
• London  London Court of International Arbitration (LCIA)
• Singapore  Singapore International Arbitration Centre (SIAC)
• Kualalumpur  Regional Centre for Arbitration Kuala Lumpur
• China China International Economic and Trade
Arbitration Commission (CIETAC)
• Hongkong Hong Kong International Arbitration Centre
(HKIAC)
• Jepang  Japan Commercial Arbitration Association (JCAA)
• Stockholm  Arbitration Institute of the Stockholm Chamber
of Commerce
• Vauncouver British Columbia International Commercial
Arbitration Centre
BIAYA ARBITRASE

 Biaya ditetapkan oleh Arbiter atau Majelis Arbitrase.


 Komponen biaya arbitrase terdiri dari (Pasal 76 [2]):
 Honorarium arbiter
 Biaya perjalanan dan biaya lain yang dikeluarkan oleh arbiter;
 Biaya saksi yang diperlukan dalam pemeriksaan sengketa;
 Biaya Administrasi.
 Pembebanan biaya arbitrase (Pasal 77):
 Prinsip: biaya administrasi dibebankan kepada pihak yang kalah;
 Bila tuntutan hanya dikabulkan sebagian biaya dibebankan
kepada para pihak secara seimbang.
 Biaya Jasa Hukum:
 Ditanggung masing-masing pihak;
 Dalam keadaan tertentu Majelis dapat memutuskan jasa hukum
dilimpahkan kepada pihak yang menimbulkan kesulitan
BIAYA ARBITRASE BANI
TUNTUTAN & BIAYA

 Perlu diperhatikan oleh Pemohon didalam penentuan


tuntutan dalam sengketa arbitrase. Atas dasar
penyelesaian secarawin“ win solution ” maka pada
banyak kasus putusan yang diberikan seringkali
kurang dari jumlah yang diputuskan. Dan adakalanya
jumlah putusan atas tuntutan yang dimintakan dapat
lebih kecil daripada biaya administrasi arbitrase.
 Karenanya didalam mengajukan tuntutan dalam
Permohonan perlu dipertimbangkan dengan cermat
perhitungan jumlah tuntutan yang tepat berkaitan
dengan biaya administrasi, dengan memperhatikan
jumlah tuntutan yang diterima dalam putusan
arbitrase. Walaupun memang kewajiban pembayaran
biaya administrasi ditanggung bersama oleh kedua
belah pihak.
PELAKSANAAN PUTUSAN

 Putusan Arbitrase selayaknya diterima oleh kedua


pihak yang menyerahkan penyelesaian sengketa
kepada para arbiter yang mereka sendiri tunjuk dan
percayai akan memberikan putusan yang adil atas
permasalahan dalam perjanjian yang mereka sendiri
setujui untuk bekerjasama.
 Terhadap Putusan Arbitrase para pihak dapat
mengajukan permohonan pembatalan sebagaimana
diatur dalam Pasal 70 UU No. 30/1999, namun
hendaknya para pihak selalu harus kembali kepada
maksud dibuatnya perjanjian bahwa segala
persengketaan akan diselesaikan untuk mencapai
sesuatu penyelesaian yang menguntungkan bagi
kedua belah pihak.
PELAKSANAAN PUTUSAN

 Dengan didaftarkannya Putusan Arbitrase


pada Panitera Pengadilan Negeri maka
putusan tersebut mempunyai kekuatan
eksekuatorial.
 Pelaksanaan Putusan Arbitrase tidaklah
perlu menunggu eksekusi Pengadilan Negeri
namun dapat dilakukan secara sukarela oleh
pihak yang bersangkutan.
PEMBATALAN PUTUSAN
ARBITRASE
 Terhadap putusan arbitarse para pihak dapat
mengajukan permohonan pembatalan apabila
putusan tsb diduga mengandung unsur-unsur
sbb:
 Surat atau dokumen yang diajukan dalam
pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan, diakui palsu
atau dinyatakan palsu;
 Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang
bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh pihak
lawan; atau
 Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang
dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan
sengketa
EKSEKUSI PUTUSAN
ARBITRASE
 Arbitrase Nasional:
 Jangka waktu pendaftaran: 30 hari dari tanggal putusan
dibacakan;
 Yang mendaftarkan arbiter atau kuasanya;
 Tempat pendaftaran di Panitera PN;
 Eksekusi dilaksanakan oleh Ketua Pengadilan Negeri
 Arbitrase Internasional:
 Putusan yang dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau
arbiter perorangan di luar wilayah hukum RI atau putusan
suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan yang
menurut ketentuan hukum RI dianggap sebagai suatu putusan
arbitrase internasional;
 Yang berwenang menangani pengakuan: PN Jakarta Pusat
atau MA jika dalam sengketa Negara RI sebagai pihak;
 Tidak dapat dibanding (kasasi) terhadap putusan yang
mengabul-kan pengakuan dan pelaksanaan;
 Dapat dikasasi terhadap putusan penolakan (MA harus
EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE
INTERNASIONAL

 RI meratifikasi Konvensi New York 1958 mengenai


Pengakuan dan Penegakan Putusan Arbitrase
Asing.
 Arbitrase Internasional:
 Dijatuhkan oleh arbiter/majelis arbiter di suatu negara
yang dengan Indonesia terikat pada perjanjian;
 Termasuk dalam lingkup hukum perdagangan
 Putusan arbitrase tidak bertentangan dengan ketertiban
umum
 Memperoleh eksekutor dari Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat
 Eksekutor dari Mahkamah Agung bila menyangkut
Negara RI sebagai salah satu pihak dalam sengketa.
EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE
INTERNASIONAL

 Konvensi New York 10 Juni 1958 (Convention on The


Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral
Awards )
 Keputusan Presiden No. 34 Tahun 1990 Tentang
Ratifikasi Konvensi New York 10 Juni 1958
 Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 1999
Tentang Peninjauan Kembali Putusan Yang Telah
memperoleh Kekuatan hukum Yang tetap.
 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase
& Alternatif Penyelesaian Sengketa
EFEKTIVITAS ARBITRASE

 Itikad Baik/Sikap Para Pihak Yang Bersengketa


untuk menyelesaikan perbedaan/sengketa.
 Integritas dan Profesionalisme Arbiter.
 Kesiapan para pihak untuk melaksanakan secara
sukarela putusan.
 Sikap pengadilan terhadap eksekusi/penegakan
putusan.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai