No.82/Pdt.G/2014/PN.Mks)
OLEH
B111 13 112
Oleh:
MESYA ASSAUMA NURFITRAH
B111 13 112
SKRIPSI
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
No.82/Pdt.G/2014/PN.Mks)”.
menjalani hidup.
pengarahan dari berbagai pihak serta kemauan keras penulis maka skripsi
vii
Dengan rasa hormat, cinta, dan kasih sayang, penulis ingin
kepada pemberi motivasi terbesar dalam penulisan skripsi ini yaitu kedua
orang tua penulis, Ayahanda Syahril Anwar Palembang dan Ibunda Mery
Nataliza Bustan atas segala pengorbanan, kasih sayang dan jerih payahnya
Tidak lupa pula penulis ucapkan rasa terima kasih penulis kepada
Bapak Prof. Dr. Anwar Borahima, S.H., M.H., selaku Pembimbing I dan
Bapak Dr. Hasbir Paserangi, S.H., M.H., selaku Pembimbing II penulis yang
skripsi ini.
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A., selaku Rektor Universitas
Hasanuddin.
2. Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H., M.H., selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Pengembangan, Dr. Syamsuddin
Muchtar, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan Bidang Perencanan,
viii
Keuangan dan Sumber Daya, dan Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H.,
selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.
3. Dr. Winner Sitorus, S.H., M.H., LL.M., selaku Ketua Departemen
Hukum Perdata dan Dr. Sri Susyanti Nur, S.H., M.H., selaku sekertaris
Departemen Hukum Perdata.
4. Tim penguji skripsi penulis, Dr. Mustafa Bola, S.H.,M.H., Dr. Winner
Sitorus, S.H., M.H., LL.M., dan Dr. Harustiati A. Moein, S.H.,M.H.,
terimakasih atas segala saran dan masukan yang sangat berharga
untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin atas
ilmu pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu
di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
6. Staf Akademik Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin atas
bantuannya dalam melayani segala kebutuhan penulis selama
perkuliahan hingga penyusunan Skripsi ini.
7. Pengelola Perpustakaan baik Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin maupun Perpustakaan Pusat Universitas
Hasanuddin. Terimakasih atas waktu dan tempat selama penelitian
berlangsung sebagai penunjang skripsi penulis.
8. Ketua Pengadilan Negeri Makassar beserta seluruh jajaran staf
Pengadilan Negeri Makassar. Terimakasih atas kerja samanya dalam
memberikan waktu dan tempat selama penulis melakukan penelitian.
9. Bapak Suparman Nyompa S.H., M.H., selaku hakim Pengadian Negari
Makassar yang telah memberikan banyak informasi yang dibutuhkan
penulis guna menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku, Andi Simpur Siang dan Nurul Ayu Tri Ulfiah yang
selalu setia menemani dalam suka maupun duka.
11. Teman-teman seperjuanganku, “EEO Study Club” yang telah
memberikan masukan dan bantuan selama penyusunan skripsi ini.
ix
12. Teman-teman KKN Reguler Gelombang 93 Universitas Hasanuddin
Kec. Sajoanging, Kab. Wajo terkhusus Posko Induk Akkajeng,
terimakasih atas kerjasamanya selama KKN.
13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan, bantuan, serta
sumbangan pemikiran, penulis ucapkan banyak terimakasih.
kebaikan yang telah diberikan dengan limpahan rahmat dan hidayat dari-
Nya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat di masa yang
akan datang bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca
pada umumnya.
Penulis
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. v
ABSTRACT ...............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 9
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 9
D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 9
xi
C. Tinjauan Umum Tentang Perbuatan Melanggar Hukum ............... 42
1. Pengertian Perbuatan Melanggar Hukum ............................... 42
2. Unsur-Unsur Perbuatan Melanggar Hukum ............................ 47
3. Ganti Rugi Dalam Perbuatan Melanggar Hukum .................... 52
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pertimbangan Hakim Mengategorikan Perbuatan Membatalkan
Janji Untuk Menikahi Sebagai Perbuatan Wanprestasi ................. 60
1. Identitas Para Pihak ................................................................ 63
2. Posisi Kasus ........................................................................... 64
3. Pertimbangan Majelis Hakim .................................................. 72
4. Analisis Penulis ....................................................................... 78
B. Janji Untuk Menikahi Termasuk Perjanjian yang Tidak
Dapat Dibatalkan Secara Sepihak ................................................ 85
C. Tanggung Jawab Pihak yang Melakukan Perbuatan Ingkar
Janji Untuk Menikahi ..................................................................... 89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 100
B. Saran........................................................................................... 101
xii
BAB I
PENDAHULUAN
dikodratkan lahir terdiri dari jenis kelamin pria dan wanita. Kedua jenis
1
Abdullah Marlang, dkk., Pengantar Hukum Indonesia, Makassar: ASPublishing, 2011, hlm. 39
2
Koalisi 18, “Penetapan Usia Perkawinan dan Perwujudan Hak atas Perkawinan”, HUKUMPEDIA,
(http://www.hukumpedia.com/18coalition/penetapan-usia-perkawinan-dan-perwujudan-hak-
atas-perkawinan, diakses 23 Oktober 2016)
1
Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak.
3
R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Hukum Orang dan Keluarga, Surabaya:
Airlangga University Press, 2008, hlm. 18
4
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung: Mandar Maju, 2007, hlm. 1
2
sejauh yang telah diatur dalam undang-undang perkawinan ini
berbeda-beda.5
itu bukan saja berarti sebagai perikatan perdata, tetapi juga merupakan
ketetanggan.7
5
Ibid, hlm. 1-2
6
Ibid, hlm.47
7
Hilman Hadikusuma, Op.Cit., hlm. 8
3
bujang-gadis) dan rusun tuha (hubungan antara orang tua keluarga dari
karena itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi, agar
hukum baik terhadap suami istri, harta kekayaan maupun anak yang
8
Ibid, hlm. 8-9
9
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
4
memadu hubungan kasih dan saling mengikatkan diri dengan janji
teman dekat. Dalam hubungan itu sering kali salah satu pihak
mengumbar janji-janji lisan yang mana jika ia ingkar maka sulit untuk
diminta pertanggung-jawabannya.
halnya suami dengan istri. Oleh karena itu, tidak ada hak dan kewajiban
yang timbul di antara kedua orang yang berpacaran sehingga jika satu
Hukum (PMH).11
10
Tri Jata Ayu Pramesti, “ Tertipu Rayuan Pacar, Bisakah Menuntut?”, Hukumonline,
(http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt55ef9c297fabf/tertipu-rayuan-pacar,-bisakah-
menuntut?, diakses 24 Oktober 2016)
11
Diana Kusumasari, “ Langkah Hukum Jika Calon Mempelai Membatalkan Perkawinan Secara
Sepihak”, Hukumonline,
(http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f5564ef7541d/langkah-hukum-jika-calon-
suami-membatalkan-perkawinan-secara-sepihak, diakses 10 Februari 2017)
5
Dalam kehidupan masyarakat yang masih memegang teguh prinsip
adat, ada nilai-nilai budaya yang melekat sehingga tidak menepati janji
untuk menikahi dapat berakibat fatal karena berkaitan dengan harga diri
6
bunga, akibat tidak dipenuhinya janji itu. Semua persetujuan ganti rugi
kerugian.
7
berjalan dengan baik, DST dan ayahnya CUT membatalkan rencana
dibatalkan. 12
ini menurut penulis menarik untuk dikaji lebih lanjut apa yang
melanggar hukum.
12
Salinan Putusan Pengadilan Negeri Makassar No. 82/Pdt.G/2014/PN.Mks
8
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
wanprestasi.
D. Manfaat Penulisan
9
terhadap ingkar janji untuk menikahi dalam perspektif hukum
perdata.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Perkawinan
karena itu, setiap orang tua merasa tugasnya sebagai orang tua telah
11
masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, harmonis,
kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat mendalam dari
hidup pasangan suami istri dan disahkan oleh negara. Perkawinan ini
13
Bachtiar A., Menikahlah, Maka Kau Akan Bahagia!, Yogyakarta: Saujana, 2004, hlm. 13
14
Vincensia Esti Purnama Sari, “Asas Monogami Dalam Hukum Perkawinan Di Indonesia”, Law
Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol.VI, Nomor 1 Juli 2006, hlm. 96
15
Hilman Hadikusuma, Op.Cit., hlm.6-12
12
Di dalam perkawinan dibutuhkan adanya ikatan lahir dan batin,
dimana ikatan lahir ialah ikatan yang nampak, ikatan formal sesuai
aturan yang ada, baik yang mengikat dirinya sendiri, suami atau istri,
anak, maupun orang lain sedangkan, ikatan batin ialah ikatan yang
antara suami dan istri. Saling mencintai satu sama lain yang
Undang No. 1 Tahun 1974 tidak hanya sebagai ikatan perdata saja
13
b. Perkawinan Menurut Hukum Agama
pihak dalam memenuhi perintah dan anjuran Tuhan Yang Maha Esa,
keluarga kerabatnya.
wali wanita calon istri dengan pria calon suaminya. Akad nikah itu
harus diucapkan oleh si wali wanita dengan jelas berupa ijab (serah)
hidup antara pria dan wanita atas dasar ikatan cinta kasih yang total
suami istri, tetapi juga harus mencerminkan sifat Allah yang penuh
14
Menurut Hukum Hindu, perkawinan (wiwaha) adalah ikatan antara
adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria sebagai suami
Indonesia.
15
c. Perkawinan Menurut Hukum Adat
pelamaran.
16
Seorang atau beberapa orang sebagai utusan itu adalah mereka
cincin di sini telah berfungsi sebagai alat pengikat atau tanda yang
kelihatan.17
16
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, hlm. 223
17
Ibid, hlm. 224
17
bersangkutan, asal saja segala sesuatunya tidak bertentangan
2. Tujuan Perkawinan
bahwa untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi agar
hak dan kewajiban orang tua. Dengan demikian yang menjadi tujuan
18
Hilman Hadikusuma, Op.Cit., hlm. 9
19
Ibid, hlm. 21
18
nilai-nilai adat budaya dan kedamaian, dan untuk memeroleh
kewarisan. 20
lima, yaitu:21
perkawinan.
hubungan baik antar seluruh anggota keluarga, yakni ayah, ibu, dan
ikatan batin dari pasangan suami istri, maka hal ini akan membawa
20
Ibid, hlm. 22
21
Bachtiar A., Op.Cit., hlm. 15
22
Ibid, hlm. 15
19
dampak positif bagi perkembangan anak yang dibuahkan dari sebuah
perkawinan.23
Syarat yang pertama ini terdapat pada Pasal 6 ayat (1) Undang-
23
Vincensia Esti Purnama Sari, Op.Cit., hlm. 97-98
24
Gatot Supramono, Segi-Segi Hukum Hubungan Luar Nikah, Jakarta: Djambatan, 1998, hlm. 15-
20
20
b) Umur calon mempelai, untuk laki-laki sudah mencapai umur 19
umur tersebut calon suami istri itu dianggap telah masak jiwa
umur minimal ini, terdapat kenyataan bahwa batas umur yang lebih
sangat muda.
c) Ada izin dari kedua orang tua atau walinya bagi calon mempelai yang
21
tahun. Undang-undang tidak memberikan penjelasan mengapa
ditentukan batas 21 tahun ke atas tidak perlu ada izin yang demikian.
Perkawinan yaitu:
ke atas;
bapak/ibu tiri;
kemenakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri lebih dari
seorang;
22
- Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain
laki-laki itu masih bisa menjadi wali nikah seorang perempuan maka
suami hendak beristri lebih dari seorang, harus ada izin dari istri dan
23
agama atau kepercayaannya masing-masing, maka perkawinan ini
monogami).
25
Vincensia Esti Purnama Sari, Op.Cit., hlm. 99
26
Ibid, hlm. 100
27
Ibid, hlm. 100
24
5) Bagi seorang wanita (janda) yang akan melangsungkan
suami istri yang telah dewasa namun bagi mereka yang masih
orang tuanya.
28
Ibid, hlm. 101
25
perkawinan sebelumnya diumumkan pula nama suami atau
a) Pemberitahuan Perkawinan
26
Tentang pemberitahuan ini tidak diatur dalam Undang-Undang No.
bahwa;
1975 mengatur;
Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk untuk Jawa dan Madura dan
27
nikah atau wakilnya, dihukum denda sebanyak-banyaknya Rp. 50,-
(lima puluh rupiah)”.
1975.29
b) Pencatatan Perkawinan
Selanjutnya pada Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 2 ayat (3) Peraturan No.
29
Hilman Hadikusuma, Op.Cit., hlm. 81-82
28
ketentuan yang khusus berlaku bagi tata cara pencatatan
1975.
Setempat.
bersangkutan.30
30
Ibid, hlm. 82
29
mempelai, maka berdasarkan Pasal 6 ayat (2) diteliti pula sebagai
berikut:
calon mempelai.
perkawinan selanjutnya.
30
pengumuman menurut formulir yang ditetapkan pada kantor
kediaman dari calon mempelai dan dari orang tua calon mempelai
pengertian dari arti kata per kata. Secara harfiah, ingkar janji berasal
dari dua buah kata yaitu ingkar dan janji. Definisi kata ingkar menurut
31
Ibid, hlm. 83
32
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1990, hlm. 332
31
- tidak menepati,
berbuat;
Dari kedua definisi kata tersebut maka menurut hemat penulis dapat
2. Pengertian Wanprestasi
perikatan, yaitu:34
33
Ibid, hlm. 350
34
Nanda Amalia, Hukum Perikatan, Aceh: Unimal Press, 2012, hlm. 3
32
a. Untuk memberikan sesuatu,
oleh kontrak.35
35
Lukman Santoso Az, Hukum Perikatan (Teori Hukum dan Teknis Pembuatan Kontrak, Kerja
Sama, dan Bisnis), Malang: Setara Press, 2016, hlm. 75
36
Ibid, hlm. 75
33
telah lalai sehingga terlambat dalam jadwal waktu yang ditentukan atau
sepatutnya.37
dua macam sifat yaitu pertama, terdiri atas hal bahwa prestasi itu masih
alasannya, yaitu:40
kelalaian;
mana tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi pada
37
Ibid, hlm. 75
38
Ibid, hlm. 75
39
Ibid, hlm. 75
40
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1982, hlm. 27
34
Wanprestasi, artinya tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
wanprestasi:41
dilakukannya.
wanprestasi.
dapat berupa:
41
Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum Perikatan,
Bandung: Nuansa Aulia, 2007, hlm. 99-100
35
Teguran secara tertulis melalui Pengadilan ini sebagaimana
karena ketentuan ini telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku oleh
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 1963. Oleh karena itu
menurut Subekti, cukup ditegur saja secara pribadi baik lisan atau
secara tertulis.42
3. Akibat Wanprestasi
hak bagi pihak yang dirugikan untuk menuntut ganti rugi terhadap pihak
meliputi:43
anvulled vergoeding).
42
Ibid, hlm. 100
43
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas Dalam Kontrak Komersil, Jakarta:
Kencana Pranada Media Group, 2013, hlm. 263
36
Dengan adanya ketentuan tersebut, sehingga oleh hukum
diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena
berikut.44
ditimbulkannya.45
tidak lagi dimungkinkan atau sudah tidak diharapkan lagi maka ganti
44
Ibid, hlm. 101
45
Nanda Amalia, Op.Cit., hlm. 10
46
Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hlm. 261
37
merupakan ganti rugi yang diakibatkan oleh tidak adanya prestasi yang
KUHPerdata;
adalah:47
1) Biaya, meliputi segala biaya (cost) yang telah dikeluarkan oleh pihak
biaya notaris.
47
Ibid, hlm. 11
38
Pasal 1243 sampai dengan Pasal 1252 KUHPerdata mengatur
ketentuan tentang ganti rugi yang dapat dituntut oleh kreditor dalam hal
terdiri dari:48
lalai:49
namun karena kelalaian satu pihak, pihak yang lain dapat meminta
48
Djaja S. Meliala, Op.Cit., hlm. 101
49
Lukman Santoso Az, Op.Cit., hlm. 76
39
e. Dalam hal suatu kontrak yang meletakkan kewajiban timbal balik,
kelalaian satu pihak yang lain untuk meminta kepada hakim supaya
maksud.
Perkawinan diatur pada Pasal 29. Dalam pasal ini perjanjian kawin
sedangkan janji untuk kawin atau janji untuk menikahi yang penulis
janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, oleh
50
R. Soetojo Prawirohamidjojo, Pluralisme dalam Perundang-Undangan Perkawinan di Indonesia,
Surabaya: Airlangga University Press, 2002, hlm. 57
40
karena setiap orang yang mengadakan perjanjian sejak semula
mengharapkan supaya janji itu tidak putus di tengah jalan. Kalau toh
Begitu pula janji untuk menikahi, semua orang yang dijanji untuk
jika janji tersebut sudah diketahui banyak pihak dan telah melibatkan
keluarga.
Ingkar janji dalam tulisan ini ada kaitannya dengan janji kawin yang
51
Soedharyo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, hlm. 4-5
41
Dalam masyarakat indonesia dikenal istilah pelamaran atau
proses lamaran ini. Jika ingkar janji ini berasal dari kedua belah pihak
Namun yang menjadi masalah jika ingkar janji untuk menikahi ini
dilakukan sepihak. Janji untuk menikahi yang hanya sebatas lisan akan
pengingkaran oleh salah satu pihak, yang tentu akan merugikan pihak
yang lain. Janji-janji untuk menikahi atau mengawini seperti ini biasanya
Faktor lain yang juga menjadi hambatan jika ingin menuntut ingkar
42
istilah “perbuatan pidana” mempunyai arti, konotasi dan pengaturan
tanggung jawab atas suatu kerugian yang terbit dari interaksi sosial,
52
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer), Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2013, hlm. 1
53
Ibid, hlm. 3
54
Ibid, hlm. 3
43
3) Tidak memenuhi suatu kewajiban yang dibebankan oleh hukum
merugikan hak-hak orang lain yang diciptakan oleh hukum yang tidak
diciptakan oleh hukum, dan karenanya suatu ganti rugi dapat dituntut
55
Ibid, hlm. 3
44
Semula pengertian melanggar hukum hanya diartikan secara sempit
56
Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori Dan Analisa Kasus, Jakarta: Kencana, 2004, hlm. 121
57
Munir Fuady, Op.Cit., hlm. 6-9
45
- Hak atas Kebebasan
46
kesusilaan, sehingga dapat digolongkan sebagai suatu perbuatan
melanggar hukum.
dalam pergaulan masyarakat yang baik ini atau yang disebut dengan
mempunyai unsur-unsur:58
58
Lukman Santoso Az, Op.Cit., hlm. 80
47
a. Ada perbuatan melanggar hukum.
b. Ada kesalahan.
c. Ada kerugian.
hukum tersebut:59
aktif) maupun tidak berbuat sesuatu (dalam arti pasif), misalnya tidak
(karena ada juga kewajiban yang timbul dari suatu kontrak). Karena
“persetujuan atau kata sepakat” dan tidak ada juga unsur “causa
Sejak tahun 1919, unsur melanggar hukum ini diartikan dalam arti
59
Munir Fuady, Op.Cit., hlm. 10-14
48
1) Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku.
2) Yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum, atau
pelaku, atau
zeden), atau
60
Djaja S. Meliala, Op.Cit., hlm. 112
49
didasari atas Pasal 1365 KUHPerdata, tetapi didasarkan kepada
undang-undang lain.
sikap yang ideal, yakni sikap yang biasa dan normal dalam suatu
50
d. Adanya Kerugian Bagi Korban
hukum. Untuk hubungan sebab akibat ada 2 macam teori yaitu teori
sering disebut dengan hukum mengenai “but fot” atau “sine qua non”.
Von Buri adalah salah satu ahli hukum Eropa Kontinental yang
51
konsep “sebab kira-kira” (proximate cause). Proximate cause
lainnya.
61
Lukman Santoso Az, Op.Cit., hlm. 81
52
Secara teoritis, kerugian sebagai akibat dari suatu perbuatan
yang bersifat aktual (actual loss) dan kerugian yang akan datang.
dilihat secara nyata atau fisik, baik yang bersifat materil dan immateril.
Selain dua bagian itu, terdapat juga ganti rugi yang berhubungan
tekanan mental. Ganti rugi seperti ini dalam praktek sering disebut
62
Ibid, hlm. 81
53
pemberian sejumlah uang, yang jumlahnya tidak dapat diperhitungkan
juga dengan syarat bahwa jumlah ganti rugi tersebut haruslah “wajar”.
hukum adalah:
- Rasa sakit.
- Rasa malu.
- Tekanan jiwa/stress.
63
Munir Fuady, Op.Cit., hlm. 142-143
54
- Rasa takut yang berlebihan.
- Dan lain-lain.64
suatu perbuatan melanggar hukum. Karena itu, ganti rugi seperti ini
disebut juga dengan ganti rugi aktual. Misalnya, ganti rugi atas
64
Ibid, hlm. 143
65
Ibid, hlm. 134-135
55
3) Ganti Rugi Penghukuman
rugi dalam jumlah besar yang melebihi dari jumlah kerugian yang
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Negeri Makassar.
57
C. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
penelitian yaitu:
58
menjelaskan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan
59
BAB IV
PEMBAHASAN
kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
mengharapkan supaya janji itu tidak putus di tengah jalan. Kalau pun
dengan janji untuk menikahi. Jika janji kawin dalam Pasal 29 Undang-
cara menikahinya.
66
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung: Sumur, 1991, hlm. 92
60
Janji untuk menikahi merupakan tanda sepakat antara seorang pria
dengan seorang wanita untuk bersedia menikahi satu sama lain. Janji
laki, yang biasanya adalah orang tuanya sendiri atau oleh orang lain
sebagai utusan.
67
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, hlm. 223
61
Tuntutan ini lewat waktu dengan lampaunya waktu delapan belas
bulan, terhitung dari pengumuman perkawinan.”
Perkawinan. Oleh karena itu tidak terdapat syarat ketentuan untuk janji
62
kesepakatan atau persetujuan antara kedua belah pihak yang ingin
paksaan dari pihak manapun. Hal ini merupakan syarat materil yang
dilewati sebelum sampai pada tahap pernikahan sama sekali tidak diatur.
terjadi ingkar janji untuk menikahi yang kemudian merugikan pihak yang
diingkarinya. Contohnya seperti kasus yang penulis teliti ini, faktanya ada
Penggugat :
63
Tergugat :
2. Posisi Kasus
melakukan acara pelamaran, yaitu suatu acara atau ritus yang harus
64
II adalah ayah Tergugat I), yang kemudian panitia-panitia ini
seperti:
- Cincin Pengantin
- Pakaian Pengantin
- Souvenir
Setelah semua rencana berjalan dengan baik atas kerja panitia untuk
tanpa sebab yang masuk akal. Setelah itu Tergugat II yaitu ayah dari
65
Tergugat I lalu mengambil tindakan untuk membatalkan Salon yang
Hotel Makassar).
dalam hal ini pemilik Clarion Hotel Makassar dan pemilik Salon yang
adalah seorang dokter yang dikenal luas dan berasal dari status sosial
Toraja.
kerugian baik secara materil dan immateril, oleh karena itu telah
66
Tergugat II membayar ganti rugi secara tunai dan sekaligus kepada
Penggugat berupa:
psikis.
Makassar
67
- Menyatakan bahwa segala tuntutan hukum dari pihak-pihak yang
merasa dirugikan dalam hal ini pemilk Clarion Hotel Makassar dan
(nietonvankelijkeverklaard).
68
Adapun duduk perkara gugatan rekonvensi yaitu:
2014.
Pada tanggal 30 Januari 2014 saat orang tua dan keluarga Tergugat
sampai hubungan kedua orang tua dan keluarga kedua belah pihak
69
untuk keluarga inti saja dan penasehat agar persoalan yang terjadi dapat
persoalan yang terjadi, tetapi yang ada hanyalah caci maki, fitnah,
tetapi justru memperkeruh persoalan. Lalu atas inisiatif ketua panitia dan
Februari 2014 khusus untuk orang tua kedua belah pihak, juga Tergugat
dimana maksud panitia tersebut disetujui dan diterima baik oleh Tergugat
I dan II, akan tetapi oleh orang tua Penggugat ditolak dan sudah tidak
dan II, namun demikian para Tergugat tetap sabar dan tegar serta tetap
70
mungkin melalui keluarga-keluarga untuk menghubungi orang tua
yang sudah tidak mau melanjutkan lagi pernikahan atau dengan kata lain
dirugikan dalam hal ini pemilik Clarion Hotel Makassar dan Salon
71
4. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II untuk membayar ganti rugi
72
wanprestasi yang menimbulkan kerugian yang tidak sedikit yang
hubungan pacaran,
Februari 2014, yang dihadiri oleh orang tua dan keluarga dari
berikut:
73
dilakukan oleh Tergugat I dan II tanpa menyebutkan tanggal
penundaannya;
oleh kedua belah orang tua calon mempelai dan keluarga kerabat dari
74
Februari 2014 telah dinyatakan perbuatan cidera janji (wanprestasi)
haruslah dikabulkan;
ini pemilik Clarion Hotel Makassar dan Salon) adalah tanggung jawab
patut dikabulkan;
rupiah), maka untuk tuntutan ganti rugi materil tersebut Majelis akan
kuitansi-kuitansi pengeluaran;
75
b. Bahwa dalam membuktikan petitum tersebut, Penggugat hanya
juta tujuh puluh ribu rupiah), oleh karena Majelis Hakim dalam
yang nyata saja yaitu berjumlah Rp. 35.070.000,- (tiga puluh lima
76
Namun Pengadilan Tinggi Makassar membatalkan putusan
wanprestasi.
146/PDT/2015/ PT.Mks :
dirugikan dalam hal ini pemilik Clarion Hotel Makassar dan Salon
77
4. Menghukum Tergugat I dan II/Pembanding I dan II untuk membayar
berupa:
4. Analisis Penulis
janji untuk menikahi ini sebagai suatu perikatan yang berasal dari
Dari kesepakatan itu pihak Tergugat I dan keluarganya dalam hal ini
78
Oktober 2013. Lalu setelah semuanya berjalan lancar dan sesuai, tiba-
tempat.
yang yang telah disepakati kedua belah pihak pada tanggal 22 Februari
2014 dan itu telah melewati tahapan-tahapan. Jika hanya sampai pada
79
tahap pelamaran, belum tentu terjadi perikatan karena belum tentu
diterima namun jika lamaran tersebut telah diterima dan telah melangkah
dalam panitia itu pihak wanita dan pihak pria telah tergabung menjadi
satu panitia, maka tentu kedua belah pihak itu telah terikat untuk
tidak ditentukan (dengan tidak ada jangka waktu) tentu hal itu dipandang
menikahi dalam kasus LMB melawan DST dan CUT ini merupakan
sebuah perikatan yang lahir dari suatu kesepakatan. Hal ini sejalan
undang-undang”.
undang.
68
Berdasarkan hasil wawancara pada hari kamis, 16 Maret 2017, Pukul 10.05
80
Sebelumnya dalam kasus yang berkaitan dengan ingkar janji untuk
hidup bersama namun saat si wanita menagih janji untuk dinikahi, si pria
hukum.69
Berbeda dalam kasus LMB melawan DST dan CUT, janji untuk
yang dalam hal ini telah dibicarakan dan disetujui oleh kedua belah pihak
69
Hukumonline, “Tidak Menepati Janji Menikahi Adalah PMH”, Hukumonline,
(http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b2a4256a32ea/tidak-menepati-janji-menikahi-
adalah-pmh, diakses 31 Mei 2017)
81
sebenarnya yang mana dalam hal ini adalah perkawinan. Oleh karena itu
dari janji untuk menikahi ini lahir perikatan antara Penggugat dan Tergugat
I dan II.
dengan salah satu asas perjanjian yaitu asas Pacta Sunt Servanda atau
dikenal juga dengan asas kekuatan mengikat. Asas ini dapat ditemukan
undang-undang.
Asas ini juga dikenal sebagai asas kepastian hukum. Jika terjadi
70
Komariah, Hukum Perdata, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002, hlm. 174
82
membayar ganti rugi. Putusan pengadilan tersebut merupakan jaminan
bahwa hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian memiliki kepastian
71
Dadang Sukandar, Loc.Cit.
72
Lukman Santoso Az, Op.Cit., hlm. 75
83
perbuatan wanprestasi. Dari yang penulis cermati, perbuatan Tergugat I
mencocoki salah satu keadaan wanprestasi pada poin pertama, yaitu poin
acara pernikahannya yaitu seperti panjar gedung dan salon, biaya kain
masalah yang terjadi, dan karena undangan juga sudah ada yang beredar.
84
acara pernikahan dan bukan pembatalan, sama sekali tidak sesuai karena
jika memang ingin menunda maka pada saat rapat inilah pihak Tergugat I
Oleh karena itu, dari uraian diatas penulis sependapat dengan Majelis
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa janji untuk menikahi ini
73
Nanda Amalia, Op.Cit., hlm. 1
85
adanya “ikatan” atau “hubungan”. Hal ini memang sesuai dengan
undang-undang”.
Oleh karena itu pengertian perikatan harus dilihat di dalam doktrin (ilmu
pengetahuan hukum).75
antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu
berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang
adalah suatu hubungan hukum yang terjadi antara orang yang satu
74
Bintang Partogi Mangaratua Sibuea, Hukum Perikatan, Hukumpedia,
(http://www.hukumpedia.com/bintangpartogi/hukum-perikatan, diakses 29 Oktober 2016)
75
Djaja S. Meliala, Op.Cit., hlm. 75
76
Subekti, Hukum Perjanjian, 2008, Jakarta: Intermasa, hlm. 1
86
dalam bidang hukum pribadi. Perikatan yang meliputi beberapa
Jika melihat janji untuk menikahi pada kasus LMB melawan DST, janji
untuk menikahi tersebut lahir dari kesepakatan kedua belah pihak dalam
hal ini adalah LMB dan DST, tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
77
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 6
78
R. Soeroso, Perjanjian Dibawah Tangan (Pedoman Praktis Pembuatan dan Aplikasi Hukum),
Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 5
87
keluarga LMB, dimana lamaran itu diterima dan telah disepakati untuk
kembali atau dibatalkan secara sepihak saja. Jika ingin menarik kembali
Meskipun janji untuk menikahi yang terjalin antara LMB dan DST
janji untuk menikahi tersebut termasuk janji yang tidak dapat dibatalkan
secara sepihak.
secara sepihak yang dilakukan oleh pihak DST dan ayahnya CUT,
Perikatan yang lahir dari kesepakatan kedua belah pihak tentu tidak
bisa dibatalkan begitu saja secara sepihak. Hubungan hukum yang lahir
diantara kedua belah pihak itu terjadi karena perjanjian yang telah
79
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 97
88
disepakati kedua belah pihak. Untuk membatalkannya tentu saja harus
akibat perbuatan orang lain dapat timbul karena adanya ingkar janji
apabila salah satu pihak tidak memenuhi isi perjanjian, maka dapat
berarti bahwa setiap perjanjian yang mengikat kedua belah pihak selalu
89
wanprestasi, sedangkan pelanggaran terhadap suatu ketentuan
satu pihak yang merugikan pihak lain, maka pihak yang dirugikan dapat
terjalin antara LMB dan DST merupakan perikatan yang lahir dari
80
Rosa Agustina dkk., Hukum Perikatan, Denpasar: Pustaka Larasan, 2012, hlm. 4
81
Ibid., hlm. 4
90
sampai pada perjanjian yang sebenarnya. Karena pada janji untuk
kontraktual.
hak dan kewajiban terhadap para pihak dalam perjanjian. Apabila salah
perjanjian.
wanprestasi salah satu pihak, maka pihak yang lainnya juga dapat
82
Ibid., hlm. 4
83
Ibid., hlm. 4-5
91
Salah satu akibat dari perbuatan wanprestasi ialah memberikan hak
Ganti rugi dalam tanggung jawab kontraktual adalah ganti rugi yang
perbuatan wanprestasi.84
bersifat materil (berwujud) yang dapat dinilai dengan uang, dan tidak
dibuktikan oleh alat bukti dalam bentuk kuitansi dan alat bukti lainnya.
84
Ibid., hlm. 5
85
Ibid., hlm. 5
92
pihak yang membatalkan perjanjian terhadap kerugian-kerugian pihak
Makassar, berupa:
- Ganti rugi atas seluruh biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh LMB
terdiri dari: 86
86
Djaja S. Melia, Op.Cit., hlm. 101
93
1. Kerugian yang senyata-nyata diderita (biaya-biaya yang
sesungguhnya dikeluarkan);
Yang mana hal ini menjadi pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Banding
melanggar hukum yang itupun terbatas untuk hal-hal kematian, luka atau
Dalam hal ganti rugi immateril merupakan ganti rugi yang dikenal
94
dalam KUHPerdata yang dapat dimintakan ganti rugi akibat wanprestasi
- Rugi, yaitu kerugian yang ditanggung oleh pihak yang dirugikan akibat
wanprestasi;
ada benarnya karena memang jika itu perbuatan wanprestasi, tentu tidak
95
untuk menikahi bukan cidera janji pada perjanjian yang sebenarnya
tetapi lebih kepada ingkar terhadap pra perjanjian. Pra perjanjian dalam
hal ini ialah janji untuk menikahi, yang mana jika kita analogikan seperti
akta pengikatan jual beli pada jual beli tanah, sehingga dapat dikatakan
yaitu perkawinan.
tuntutan ganti rugi immateril dalam kasus LMB melawan DST dan CUT,
dimintakan ganti rugi immateril apabila kerugian yang ada timbul karena
dilakukan terhadap dirinya, dalam hal ini LMB, karena akibat perbuatan
jawabannya.
96
Janji untuk menikahi merupakan janji untuk melaksanakan
pernikahan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Oleh karena
dan sangat erat kaitannya dengan hukum adat dan kebiasaan yang
juga kebiasaan. Hal ini ditentukan juga dalam Pasal 1339 KUHPerdata:
kepatutan. Atas dasar pasal ini kebiasaan juga ditunjuk sebagai sumber
97
Ini berarti bahwa undang-undang tetap berlaku (dimenangkan) meskipun
Jika melihat hukum adat yang berlaku untuk kedua belah pihak yakni
hukum adat Toraja, maka jika terjadi pembatalan pernikahan yang sudah
ditetapkan harinya menurut Hukum Adat Tana Toraja akan diberi sanksi
yaitu denda 24 ekor kerbau atau tergantung strata sosialnya, bagi yang
mengundurkan diri baik pihak laki-laki atau pihak perempuan yaitu 6 ekor
kerbau belang, 6 ekor kerbau todi, 6 ekor kerbau hitam, dan 6 ekor
kerbau pudu. Harga kerbau seperti kerbau hitam berkisar sekitar Rp.
Rp.1.600.000.000,- .
1. Masyarakat Bulawan,
2. Masyarakat Bassi,
3. Masyarakat Karua,
87
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 101
98
Dalam hal ini pihak LMB merupakan masyarakat Toraja yang status
tidak baik, tentu baik dia maupun keluarganya akan merasa sangat malu
dan terluka harga dirinya. Oleh karena itu menurut pendapat penulis,
perlu ada tanggung jawab dari pihak yang membatalkan janji untuk
menikahi ini terkait kerugian immateril yang diderita pihak lain akibat
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
100
sebelum masuk ke perjanjian yang sebenarnya, sehingga jika ada
kerugian yang timbul karena efek dari pra perjanjian yaitu berkaitan
immateril.
B. Saran
ada ketentuan yang mengatur lebih jelas tentang janji untuk menikahi
terkait hal ini namun jarang dibawa ke ranah hukum karena belum
janji untuk menikahi tersebut, batasan, dan akibat hukum atas janji
untuk menikahi. Oleh karena itu diharapkan jika ada ada perbuatan
101
diberikan sanksi dengan dasar yang jelas dan menghindari adanya
janji untuk menikahi ini berasal dari kedua belah pihak maka
siapapun.
102
DAFTAR PUSTAKA
Lukman Santoso Az. 2016. Hukum Perikatan (Teori Hukum dan Teknis
Pembuatan Kontrak, Kerja Sama, dan Bisnis). Malang: Setara
Press.
103
R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan. 2008. Hukum Orang
dan Keluarga. Surabaya: Airlangga University Press.
Kencana.
Internet :
Koalisi 18. 2016. Penetapan Usia Perkawinan dan Perwujudan Hak atas
Perkawinan.
(http://www.hukumpedia.com/18coalition/penetapan-usia-
perkawinan-dan-perwujudan-hak-atas-perkawinan, diakses 23
Oktober 2016)
Tri Jata Ayu Pramesti. 2016. Tertipu Rayuan Pacar, Bisakah Menuntut?.
(http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt55ef9c297fabf/tertip
u-rayuan-pacar,-bisakah-menuntut?, diakses 24 Oktober 2016)
104
Bintang Partogi Mangaratua Sibuea. 2016. Hukum Perikatan.
(http://www.hukumpedia.com/bintangpartogi/hukum-perikatan,
diakses 29 Oktober 2016)
105